Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“PERIODE ISLAM PADA MASA TIGA KERAJAAN BESAR”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu;

Dr. Moh. Sodiq,M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Icha Safira Lisaria Putri (20214210104670)


2. Luthfiana Muhimmatul Ulya (20214210104674)
3. Muhammad Krisna Gian Rama (20214210104685)
4. Yunia Niswatul Muniroh (20214210102708)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL MUSLIHUUN
TLOGO KANIGORO BLITAR
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat, taufiq, hidayah serta karunia-Nya Makalah tentang Sejarah Peradaban Islam
dengan judul “Periode Islam Pada Masa Tiga Kerajaan Besar” dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
Dalam Penyelesaian makalah ini, kami cukup banyak mengalami kesulitan
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun,berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
dengan cukup baik. Karena itu,sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Orang Tua dan Keluarga kami yang banyak memberikan motivasi
2. Bapak Dr. Moh. Sodiq,M.Pd.I Sebagai dosen pembimbing kami untuk
memberikan arahan dan bimbingan kepada kami setiap saat
3. Pihak-pihak yang sudah membantu terselesainya tugas makalah ini.

Kami sadar sebagai seorang mahasiswa makalah ini jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat beberapa kekurangan,oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Demikian
kata pengantar in dibuat,kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat
kesalahan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Blitar,13 Januari 2022

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

A. Kata Pengantar 2

B. Daftar Isi 3

C. BAB I Pendahuluan 4

1. Latar Belakang 4

2. Rumusan Masalah 5

3. Tujuan 5

D. BAB II Pembahasan 6

1. Dinasti Munggal India 6

2. Bentuk Kemajuan Kerajaan Mugal 10

3. Masa Kemunduran Dan Kehancuran 12

4. Dinasti Safawi Persia 14

5. Masa Kemajuan 15

6. Masa Kemunduran 18

7. Kerajaan Turki Ustmani 19

8. Masa Kemajuan 20

9. Masa Kemunduran 22

E. BAB III Penutup 23

1. Kesimpulan 23

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kewenangan Dinasti Bani Abbasiyah adalah meneruskan usaha kekuasaan


Dinasti Bani Umayyah. Diberi nama Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan
penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas, yaitu paman nabi Muhammad SAW.
Dinasti Abbasiyah artinya dinasti didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad
ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. beliau dilahirkan di Humaimah pada tahun 104
H. serta dilantik menjadi Khalifah pada lepas 3 Rabiul awwal 132 H. Kekuasaan
Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung asal tahun 750-1258 M.
Di abad ke 7 terjadi pemberontakan diseantero negeri. Pemberontakan yg
paling dahsyat serta adalah puncak berasal segala pemberontakan yakni perang
antara pasukan Abbul Abbas melawan pasukan Marwan ibn Muhammad (Dinasti
Bani Umayyah). yg akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas.
menggunakan jatuhnya negeri Syiria, berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan
beserta menggunakan itu bangkitlah kekuasaan Abbasiyah. berasal sini dapat
diketahui bahwa bangkitnya Daulah Abbasiyah bukan saja pergantian Dinasti tapi
lebih berasal itu adalah penggantian struktur sosial serta ideologi. sehingga bisa
dikatakan kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah adalah suatu revolusi.
Dinasti Bani Abbasiyah, sebagai dinasti kedua pada sejarah pemerintahan
umat Islam setelah dinasti Bani Umayyah, dalam sejarah perjalanannya mengalami
fase-fase yang sama dengan dinasti Umayyah, yakni fase kelahiran, perkembangan,
kejayaan, kemudian memasuki masa-masa sulit serta akhirnya mundur dan jatuh.
Kemunduran serta kehancuran Dinasti Abbasiyah yang menjadi awal
kemunduran dunia Islam terjadi dengan proses kausalitas sebagaimana yang dialami
sang dinasti sebelumnya. pertarungan internal, ketidak mampuan khalifah pada
mengkonsolidasi daerah kekuasaannya, budaya hedonis yang melanda famili istana
dan sebagainya, disamping itu jua terdapat ancaman dari luar mirip serbuan tentara
salib ke wilayah-wilayah Islam serta agresi tentara Mongol yg dipimpin oleh Hulagu
Khan.
tidak terdapat gading yang tidak retak. Mungkin pepatah inilah yg sangat pas
buat dijadikan cermin atas kejayaan yang digapai bani Abbasiah. Meskipun Daulah
4
Abbasiyah begitu bercahaya pada mendulang kesuksesan dalam hampir segala
bidang, namun akhirnya iapun mulai menurun dan akhirnya runtuh.
Kemunduran umat Islam dalam global politik mulai bangkit kembali
mengalami kemajuan waktu timbul dan berkembang tiga kerajaan Islam, yaitu
kerajaan Usmani yg didirikan oleh Usman putra Ertoghol, kerajaan Syafawi di Persia
yg didirikan sang Saifuddin, serta kerajaan Mughal di India yg didirikan oleh
Zahiruddin Babur.

B. RumusanMasalah

Berangkat asal paparan diatas, kita tarik beberapa pokok konflik yg menjadi
pembahasan pada makalah ini yaitu:
1. Sebutkan faktor-faktor yg menyebabkan dinasti Abassiyah mengalami
kemunduran!
2. Jelaskan kondisi peradaban Islam selesainya runtuhnya dinasti Abassiyah!
tiga. Jelaskan bagaimana masa pemerintahan Turki Usmani!
3. Sebutkan 3 kerajaan yg sangat berperan penting pada sejarah peradaban Islam!
4. Apa kemajuan yg dicapai oleh 3 kerajaan tersebut?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang mengakibatkan Dinasti Abassiyah


mengalami kemunduran
2. Mengetahui syarat peradaban Islam sesudah runtuhnya Dinasti Abassiyah
3. Mengetahui sejarah pemerintahan Turki Usmani
4. Mengetahui Nama 3 kerajaan yg sangat berperan penting pada sejarah
peradaban Islam
5. Mengetahui kemajuan yg didicapai oleh 3 Kerajaan Islam.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. DINASTI MUNGGAL INDIA

Dunia Islam pada Abad ke-17 bertumpu kepada tiga kerajaan besar, yaitu
Kerajaan Syafawi di Persia, Mughal di India, dan Turki Utsmani di Turki dengan dua
periode. Periode 1500-1700 merupakan fase kemajuan Islam melalui tiga kerajaan
besar tersebut. Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya
Kerajaan Syafawi. Jadi, di antara tiga kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah
yang termuda. Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di anak Benua
India.1 Jauh sebelum Kerajaan Mughal berdiri, sebenarnya semenjak abad I hijriyah,
Islam sudah masuk ke India.

1. Masa Perkembangan Dan Kemajuan

a. Humayyun (1530-1540 M dan 1555-1556 M)

Sepanjang pemerintahannya kondisi negara tidak stabil, karena banyak


terjadi perlawanan dari musuh-musuhnya. Pada tahun 1540 terjadi
pemberontakan yang dipimpin oleh Sher Kkhan di Qanuj. Dalam pertempuran
ini, Humayun kalah dan melarikan diri ke Qandahar dan kemudian ke Persia.
Atas bantuan Raja Persia ia menyusun kekuatannya kembali. Setelah merasa
kuat ia melakukan pembalasan dan menguasai India lagi tahun 1555 M.2

Setelah perluasan daerah kekuasaannya, ia menaklukkan penyerangan


di Bengal untuk membantu penguasa daerah itu (Sultan Mahmud) yang sedang
melawan Sher Syah Syah Suri. Ketika peperangan terjadi, beliau kehilangan
kontak untuk mengontrol kekuasaannya di Delhi dan Agra. Ternyata kedua
wilayah tersebut dikendalikan oleh saudaranya (Hindal). Peperangan tersebut
mengalami kekalahan. Pasukan beliau dipukul mundur oleh Sher Syah, hingga
melarikan diri ke Iran pada Juli 1543 untuk meminta bantuan dari raja Persia
(Syah Tahmasp). Raja Persia membantu beliau dan bisa menaklukan Qandahar

1
Moh. Nurhakim. Sejarah dan Peradaban, 26
2
Ibid, 148

6
dan Kabul.
Di luar India Syah Syah Suri memperkokoh kekuasaanya dan
melakukan pembaruan dibidang administrasi, keuangan, perdagangan,
komunikasi keadilan, perpajakan, dan pertanian. Namun ia wafat pada 22 Mei
1545. Tahtanya digantikan kepada putranya Ismail Syah yang memerintah dari
1545-1553. Ia tidak sesukses ayahnya, setelah ia wafat. Tahtanya digantikan
kepada anaknya Firuz yang masih muda, berumur 12 tahun. Namun ia dibunuh
oleh pamannya sendiri, Mubariz Khan, yang menjadi penguasa meskipun
menghadapi tantangan.
Humayyun memanfa’atkan kekacauan pemerintahan musuhnya,
sehingga bisa merebut kembali Delhi dan Arga. Namun ia wafat karena
kecelakaan, jatuh dari lantai dua perpustakaan Sher Mandal, di Delhi, pada
Januari 1556.

b. Akbar Khan (1556-1605 M)

Kekuasaan Humayun dilanjutkan oleh anaknya, Akbar Khan. Gelarnya Sultan


Abdul Fath Jalaluddin Akbar Khan. Sewaktu naik tahta berumur 15 tahun dan
memerintah India selama 50 tahun (1556-1605 M). 3 Karena usianya masih muda,
pemerintahan diserahkan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi’ah. Di
periode pertama, Akbar menghadapi berbagai pemberontakan. Di Punjab, Khan
Syah melancarkan pemberontakan setelah menggalang sisa-sisa pengikutnya. Di
Agra pemberontakan kaum Hindu dipimpin oleh Hemu, berhasil menguasai kota
itu dan Delhi. Di wilayah barat lahir gerakan yang dipimpin oleh saudara seayah
dengan Akbar, Mirza Muhammad Hakim. Kasmir, Multan, Bengala, Sind,
Gujarat, Bijapur dan lain-lain berusaha melepaskan diri dari kekuasaan Mughal.4

Namun, setelah Akbar berumur dewasa, ia dapat mengembalikan wilayah-wilayah


yang pernah melepaslan diri, dan memperluas wilayah-wilayah baru secara
gemilang. Strateginya, pertama, ia menyingkirkan Bairam Khan karena terlalu
memaksakan paham syi’ah. Kedua, melancarkan serangan kepada para penguasa
yang menyatakan merdeka. Ketiga, memperkuat militer dan mewajibkan pejabat
sipil mengikuti latihan militer. Keempat, membuat kebijakan shalahul (toleransi
3
Siti Maryam, dkk, Sejarah..., 184
4
Moh. Nurhakim. Sejarah dan Peradaban , 148
7
universal). Kebijakan ini memberikan hak persamaan kepada semua penduduk,
mereka tidak dibedakan berdasarkan etnis maupun agama. Bahkan, ia
menawarkan konsep penyatuan agama-agama menjadi satu bentuk agama yang
disebut din ilahi. Dengan strategi ini, wilayah Mughal menjadi sangat luas, dua
kota penting sebagai pintu gerbang ke luar, Kabul dan Kandahar, dikuasai.5

Sistem pemerintahan Akbar adalah militeristik. Pemerintahan pusat


dipegang oleh raja. Pemerintahan daerah dipegang oleh Sipah Salar atau kepala
komandan.6 Sedangkan subdistrik dikepalai oleh Faudjar atau komandan. Jabatan-
jaatan sipil juga memakai jenjang militer dimana para pejabatnya diwajibkan
mengikuti latihan militer.7

Selama menjalankan pemerintahan, Akbar menekankan terciptanya stabilitas dan


keamanan dalam negeri. Dia menyadari bahwa masyarakat India merupakan
masyarakat yang plural, baik dari segi agama maupun etnis. Kebijakan-
kebijakannya dibuat untuk tetap menjaga persatuan di wilayahnya. Akbar
menerapkan politik “Sulh-E-Kul” atau toleransi universal, yang memandang
semua rakyat sama derajatnya.238 Dalam bidang agama Akbar menciptakan Din-i-
Ilaihi, yaitu menjadikan semua agama yang ada di India menjadi satu. Tujuannya
adalah kepentingan stabilitas politik. Dengan adanya penyatuan agama ini
diharapkan tidak terjadi permusuhan antar pemeluk agama. Untuk merealisasikan
ajarannya, Akbar mengawini putri Hindu sebanyak dua kali, berkhutbah dengan
menggunakan simbol hindu, melarang menulis dengan huruf Arab, tidak
mewajibkan khitan dan melarang menyembelih dan memakan daging sapi.9

Usaha lain Akbar adalah membentuk Mansabdharis, yaitu lembaga public


service yang berkewajiban menyiapkan segala urusan kerajaan, seperti
menyiapkan sejumlah pasukan tertentu. Lembaga ini merupakan merupakan satu
kelas penguasa yang terdiri dari berbagai etnis yang ada, yaitu Turki, afghan,
Persia dan Hindu.10

5
Ibid., 149
6
Semacam Panglima Daerah Militer (Pangdam) yang memimpin divisi tentara
7
Siti Maryam, dkk, Sejarah , 184
8
Ibid., 184
9
Ibid., 185
10
Ibid.,185
8
b. Jahanghir (1605-1628 M)

Penguasa Mughal ketiga adalah Jahanghir, putera Akbar. Masa


pemerintahannya kurang lebih 23 tahun (1605-1628). Jahanghr adalah pengikut
Ahlussunnah wal jama’ah, sehingga Din-i-ilahi yang dibentuk ayahnya menjadi
hilang pengaruhnya. Pemerintahannya diwarnai dengan pemberontakan, seperti
pemberontakan di Ambar yang tidak mampu dipadamkan. Pemberontakan juga
muncul dari dalam istana yang dipimpin Kurram, putranya sendiri. Dengan
bantuan panglima Muhabbat Khan, Kurram menangkap dan menyekap Jahanghir.
Berkat usaha permaisuri, permusuhan ayah dan anak dapat didamaikan. Akhirnya
setelah Jahangir meninggal (1627 M), Kurram naik tahta dan bergelar Abu
Muzaffar Shahabuddin Muhammad Shah Jahan Padsah Ghazi.11

c. Syah Jihan (1628-1658)

Syah Jihan tampil meggantikan Jihangir. Bibit-bibit disintegrasi mulai


tumbuh pada pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik
toleransi Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan.
Tahun pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya
memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar
Singh Bundela kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang dari
Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan.
Pemberontakan ini cukup menyulitkan. Namun pada tahun 1631 pemberontakan
inipun dipatahkan dan Khan Jahan dihukum mati.

Aurangzeb (1658-1707) menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal


sebagai entitas Muslim India nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada
masa pemerintahannya dikenal sebagai masa pengembalian kedaulatan umat
Islam. Penulis menilai periode ini merupakan masa konsolidasi II Kerajaan
Mughal sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri Islam. Aurangzeb berusaha
mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan politik
keagamaan Akbar. Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang
lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Raja-
raja sesudah Aurangzeb mengawali kemunduran dan kehancuran Kerajaan

11
Siti Maryam, dkk, Sejarah..., 189
9
Mughal.12

2. Bentuk Kemajuan Kerajaan Mughal


Kemajuan yang dicapai pada masa dinasti Mughal merupakan sumbangan yang
berarti dalam mensyiarkan dan membangun peradaban Islam di India. Kemajuan-
kemajuan tersebut antara lain:13
a) Bidang Politik dan Militer
Sistem yang menonjol adalah politik sulh e-kul atau toleransi
universal. Sistem sangat tepat karena mayoritas masyarakat India
adalah Hindu sedangkan Mughal adalah sistem Islam. Di sisi lain
terdapat juga rasa atau etnis lain yang juga terdapat di India. Lembaga
yang merupakan produk dari system ini adalah Din-i-Ilahi dan
Mansabdhari.
Di bidang militer, pasukan Mughal dikenal sebagai pasukan yang
kuat. Mereka terdiri dari paukan gajah, berkuda dan meriam.
Wilayahnya dibagi dalam system distrik-distrik..

b. Bidang Ekonomi
Kontribusi Mughal dibidang ekonomi adalah memajukan
pertanian terutama untuk tanaman padi, kacang, tebu, rempah-
rempah, tembakau dan kapas. Pemerintah membentuk lembaga
khusus untuk mengatur masalah pertanian.
Disamping pertanian, pemerintah juga memajukan industry
tenun. Hasil industry ini banyak dekspor keluar negeri seperti Eropa,
Arabia, Asia Tenggara dan lain-lain. Pada masa Jahangir, banyak
investor asing yang diizinkan menanamkan investasinya, seperti
mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surath.

c. Bidang Seni dan Arsitektur


Hasil karya seni dan arsitektur Mughal sangat terkenal dan dapat
dinikmati sampai sekarang. Ciri yang menonjol dari arsitektur Mughal
adalah pemakaian ukiran dan marmer yang timbul dengan kombinasi

12
.http://www.istijabangel.wordpress//2012/07/10/Kerajaan-Mughal-Kegemilangan-Sejarah-Islam-di-India.
13
Siti Maryam, dkk, Sejarah..., 187-188

10
warna-warni. Bangunan yang menunjukkan ciri ini antara lain: benteng
merah, istaa-istana, makam kerajaan dan yang paling tujuh keajaiban
dunia yang dibangun oleh Syekh Jehan khusus untuk istrinya Noor
Mahal yang cantik jelita. Bangunan lain yang bermotif sama adalah
Masjid Raya Delhi yang berlapis marmer dan sebuah istana di Lahore.
Kebijakan-kebijakan dalam pengembangan kebudayaan
ditampakkan adanya bentuk perpaduan antara unsur Islam dengan
Hindu. Bentuk ini misalnya dapat dilihat secara jelas pada arsitektur
dan lukisan pada beberapa benteng dan istana di Ajmer, Agra,
Allahabad, Lahore, dan Fathepur Sikri. Sejumlah bangunan dinding
yang berkelok-kelok untuk menyangga bagian atap, bentuk-bentuk
zoomorphic, motif lonceng dan rantai, dan sejumlah sarana lainnya,
seluruhnya telah digunakan dalam konstruksi bangunan masjid dan
istana zaman sebelumnya. Kubah yang lahir dari tradisi arsitektur
Muslim dipakai baik untuk masjid maupun kuil.
Bidang sastra juga menonjol. Banyak karya sastra yang diubah
dari bahasa Persia ke bahasa India. Pada masa Akbar berkembang
bahasa Urdu, yang merupakan perpaduan dari berbagai bahasa yang ada
di India. Bahasa urdu ini kemudian banyak dipakai di India dan Pakisan
sekarang. Sastrawan Mughal yang terkenal adalah malik Muhammad
Jayashi, dengan karya monumentalnya Padmavat, sebuah karya alegoris
yang mengandung kebajikan jiwa manusia. Sastrawan lain adalah Abu
Fadhl yang juga sejarawan. Karyanya berjudul Akbar Nama dan Ain e-
Akbari, yang mengupas sejarah Mughal berdasarkan figure
pimpinannya.14

d. Bidang Ilmu Pengetahuan


Sejak berdiri, banyak ilmuwan yang dating ke India untuk
menuntut ilmu pengetahuan. Bahkan istana Mughal pun menjadi pusat
kegiatan kebudayaan. Hal ini karena adanya dukungan dari penguasa
dan bangsawan serta ulama. Aurangzeb misalnya, memberikan

14
Moh. Nurhakim. Sejarah dan Peradaban........................, 150

11
sejumlah besar uang dan tanah untuk membangun pusat pendidikan di
Lucknow.
Di tiap-tiap masjid memiliki lembaga ingkat dasar yang dikelola
oleh seorang guru. Pada masa Syah Jehan didirikan sebuah pergurua
tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintah
dipegang oleh Aurangzeb. Dibidang ilmu agama berhasil dikodifikasika
hokum islam yang dikenal dengan sebutan Fatwa-I-Alamgri.

3. MASA KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN

A. Periode Kekuasaan di Era kemunduran dan kehancuran

Bahadur Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun


kemudian terjadi perebutan antara putra-putra Bahadur Syah. Jehandar
dimenangkan dalam persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan sebagai
raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang
paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh
Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya sendiri. Dalam pertempuran yang
terjadi pada tahun 1713, Fahrukhsiyar keluar sebagai pemenang. Ia
menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja meninggal
terbunuh oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali.
Keduanya kemudian mengangkat Muhammad Syah (1719- 1748). Ia
kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir
Syah. Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya
perebutan kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan juga membuat
pemerintahan pusat tidak terurus secara baik. akibatnya pemerintahan
daerah berupaya untuk melepaskan loyalitas dan integritasnya terhadap
pemerintahan pusat.

Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760-1806) Kerajaan Mughal


diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan
Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke
dalam kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi
dengan jabatan sebagai sultan.
Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, memberikan konsesi
12
kepada EIC untuk mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang
diinginkan oleh pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak perusahaan
Inggris harus menjamin penghidupan raja dan keluarga istana. Kehadiran
EIC menjadi awal masuknya pengaruh Inggris di India.
Kelemahan Mughal menjadi sebab makin leluasanya Inggris
memperluas wilayah jajahan. Pada masa pemerintahan Akbar II terjadi
konsesi antara Mughal dan EIC. Inggirs bebas mengembangkan usahanya
dan sebagai imbalannya Inggris memberikan jaminan kehidupan raja dan
keluarga istana. Sejak itu kedudukan raja tak ubahnya seorang pensiunan
Inggris yang tidak punya kekuasaan sedikitpun.

Puncak kekuasaan Inggris diraih ada tahun 1857 ketika kerajaan


Mughal benar-benar jatuh dan rajanya terakhir, Bahadur Syah diusir ke
Rangun (1858). Inggris juga berusaha menguasai Afghanistan (1879) dan
kesultanan Muslim Balucistan juga ditaklukan (1899). Dengan demikian,
imperialisme Inggris telah merata di seluruh anak benua India.15

B. Sebab Kemunduran Dan Kehancuran

Dari masa panjang sekitar tiga setengah abad Mughal berkuasa, tetapi
masa perkembangan dan kejayaannya hanya dapat dipertahankan sekitar satu
abad, yaitu sampai dengan masa Aurangzeb (1658-1707 M). Setelah masa
Aurangzeb, Mughal mengalami kemunduran secara berangsur-angsur dalam
waktu sekitar kurang dekiti dari dua abad. Di masa Sultan Bahadur Syah,
Mughal mengalami kejatuhannya yaitu ketika sultan terakhir Bahadur Syah
diusir dari istananya. Banyak faktor penyebab kemunduran dan
kehancurannya, antara lain. 16

Agra masa Akbar I, pemberontakan yang dipimpin oleh guru Tegh


Bahadur di masa Aurangzeb, Pemberontakan di Panipat yang dipimpin oleh
Rraja Udaipur, dll.
1. Serangan dari kerajaan atau kekuatan luar. Pangkal perselisihan antara
Mughal dan Safawi karena rebutan daerah Kandahar.

15
Ibid., 189
16
Ibid., 150-151

13
2. Kelemahan Ekonomi. Kemunduran politik Mughal sangat
menguntungkan bangsa-bangsa Barat untuk menguasai jalur
perdagangan. Selanjutnya Inggris melalui Persyarikatan Dagang India
Timur atau The East India Company (EIC) menguasai perdagangan
India.
3. Intervensi Politik dan Militer dari kekuatan imperialis Barat. Konflik
laten antara kekuasaan Islam dengan umat hindu dimanfaatkan oleh
Barat dengan melakukan politik devide et impera.
4. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi
militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau
oleh kekuatan maritim Mughal.
5. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang
mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.Pendekatan
Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan
dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat
sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya
6. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang
lemah dalam bidang kepemimpinan.

7. Perebutan kekuasaan antara keluarga. Hampir semua keturunan babur


memiliki watak yang keras dan ambisius.
8. Pemberontakan oleh umat hindu. Umat hindu yang mayoritas dan umat
Islam yang minoritas tapi memegang otoritas kekuasaan. Hal ini
menimbulkan ketidaksenangan sebagian garis keras orang-orang hindu
kepada pemerintahan Islam. Pemberontakan-pemberontakan dari pihak
hindu beberapa kali terjadi seperti yang dipimpin oleh Hemu di Delhi.

B. . Dinasti Safawi Persia


1. Pembentukan Pemerintahan
Daulah safawiyah (1501-1736 M) berasal dari sebuah gerakan tarekat yang
berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan, Iran. Tarekat ini diberi nama
tarekat Safawiyah didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan Daulah
Turki Usmani di Asia Kecil. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya

14
Safi al-Din (1252-1334 M). 17
Dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama murid-murid tarekat ini
berubah menjadi tentara-tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan mazhab
Syi’ah dan menentang setiap orang yang tidak bermazhab Syi’ah. Gerakan
Safawiyah selanjutnya bertambah luas dan berkembang sehingga yang pada
mulanya hanya gerakan keagamaan saja berkembang dan bertambah menjadi
gerakan politik.

Di bawah pimpinan Ismail, pada tahun 1501 M pasukan Qizilbash


menyerang dan mengalahkan AK. Koyunlu di Sharur dekat Nakhchivan.
Pasukan ini terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK
Koyunlu dan berhasil merebut dan mendudukinya. Di kota ini, pada tahun 1501
M., Ismail memproklamirkan berdirinya Daulah Safawiyah dan dirinya sebagai
raja pertama dengan ibu kotanya Tabriz.
Demikianlah sejarah lahirnya Daulah Safawiyah yang pada mulanya
merupakan suatu aliran yang bersifat keagamaan berfaham Syi’ah. Kemudian
akhirnya menjadi Daulah besar yang sangat berjasa dalam memajukan
peradaban Islam, walaupun tidak dapat menyamai Daulah Abbasiyah di
Baghdad, Daulah Umayyah di Spanyol dan Daulah Fatimiah di Mesir pada
waktu jayanya ketiga Kerajaan tersebut.

2. Masa Kemajuan
Selama Daulah Safawiyah berkuasa di Persia (Iran) di sekitar abad ke-16
dan ke-17 M, masa kemajuannya hanya ada di tangan dua Sultan, yaitu: Ismail I
(1501- 1524 M), dengan puncak kejayaannya pada masa Sultan Syah Abbas I
(15581622 M).

3. Sultan Ismail

Dalam keadaan genting seperti ini terjadi persaingan segi tiga antara
pimpinan suku- suku Turki, pejabat-pejabat Persia dan tentara Qishilbash dalam
memperebutkan pengaruh dan kekuasaan untuk memimpin Daulah Safawiyah.

17
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jilid 3, Jakarta: Bulan Bintang, 1981, h. 60.

15
Kondisi yang memprihatinkan tersebut baru dapat diatasi setelah Sultan
kelima Daulah Safawiyah Abbas I, naik tahta. Ia memerintah Daulah Safawiyah
selama empat puluh tahun (1588-1628 M).
Syah Abbas
Segera setelah Sultan Syah Abbas I diangkat menjadi Sultan, ia mengambil
langkah- langkah pemulihan kekuasaan Daulah Safawiyah yang sudah
memprihatinkan itu. Pertama, ia berusaha menghilangkan dominasi pasukan
Qizilbash atas Daulah Safawiyah dengan cara membentuk pasukan baru yang
anggota-anggotanya terdiri dari budak-budak berasal dari tawanan perang,
Georgia, Armenia dan Sircassia yang telah ada semenjak Sultan Tahmasp I, yang
kemudian disebutnya dengan pasukan “Ghullam”
Kedua, Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani, dengan syarat,
Abbas I terpaksa menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia dan sebagian
wilayah Luristan. Selain jaminan itu, Abbas I berjanji tidak akan menghina tiga
khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar ibn Khattab dan Usman ibn
Affan) dalam khutbah-khutbah Jum’at. Sebagai jaminan atas syarat-syarat
tersebut, ia menyerahkan saudara sepupunya, Haidar Mirza sebagai Sandera di
Istambul.18
Usaha-usaha yang dilakukan Abbas I berhasil membuat pemerintahan
Daulah Safawiyah menjadi kuat kembali, setelah itu, dalam kondisi
pemerintahannya yang sudah stabil, Abbas I mulai memusatkan perhatiannya ke
luar berusaha mengambil kembali wilayah-wilayah kekuasaan Safawiyah yang
sudah hilang.
Pada tahun 1597 M Abbas I memindahkan ibu kota Daulah Safawiyah ke
Isfahan, sebagai persiapan untuk melanjutkan langkah melakukan perluasan
wilayah ekspansinya ke daerah-daerah bagian timur, setelah memperoleh
kemenangan-kemenangan di wilayah timur, barulah Abbas I mengalihkan
serangannya ke wilayah barat, berhadapan dengan Turki Usmani.19

Pada tahun 1598 M ia menyerang dan menaklukkan Herat, kemudian


serangan dilanjutkannya merebut Marw dan Balkh. Setelah kekuatan
pemerintahannya mulai pulih dan terbina kembali, timbul pula hasratnya untuk
18
Badri Yatim, op.cit., h.142-143.
19
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: Rosda Bandung, 1988, h. 315.

16
mengambil wilayah-wilayah kekuasaan Daulah Safawiyah yang dulu diambil
Turki Usmani. Nampaknya rasa permusuhan dari dua Daulah Islamiyah yang
berbeda aliran agama (Syi’ah, Sunni) ini tidak pernah padam sama sekali. Kapan
ada kesempatan di situ mereka berperang Pada tahun 1602 M di saat Turki
Usmani berada di bawah pemerintahan Sultan yang lemah, Sultan Muhammad
III pasukan Abbas I mengarahkan serangan- serangannya ke wilayah-wilayah
yang dikuasai dulu oleh Turki Usmani tersebut, kemudian mereka menyerang
dan berhasil menguasai daerah Tabriz, Sirwan dan Baghdad.
Adapun yang menjadi faktor keberhasilan Abbas I dalam ekspansi wilayah,
antara lain, kuatnya dukungan militer, karena pada masa Abbas I sudah ada dua
kelompok militer, yaitu pasukan militer Qisilbash dan pasukan militer Ghullam
yang dibentuknya sendiri, mereka memberikan dukungan penuh bagi ekspansi-
ekspansinya.
Faktor kedua, ambisi Sultan yang sangat besar bagi memperluas wilayah
Daulah Safawiyah sehingga ia rela melakukan perjanjian damai dengan Turki
Usmani dan untuk itu ia menyerahkan sebagian wilayah kekuasaannya kepada
mereka, masa damai tersebut dipergunakannya menciptakan keamanan dalam
negerinya, bermodalkan keamanan tersebut ia dapat melakukan ekspansi ke luar.
Faktor ketiga, didukung oleh kecakapan diri Sultan yang berbakat dan
profesional dalam merancang strategi politik, kapan saatnya harus mengalah dan
kapan saatnya harus menyerang musuh.

4. Kemajuan Ilmu Pengetahuan

Bila dibandingkan dengan dua Daulah lainnya, yaitu Daulah Turki Usmani
dan Daulah Mughal dalam waktu yang sama, kalau di bidang ilmu pengetahuan
Daulah Safawiyah ini jauh lebih unggul.20
5. Kemajuan kebudayaan dan seni
Setelah tercipta stabilitas politik, ekonomi dan keamanan dalam
pemerintahan Sultan Abbas I maka ia dapat mengalihkan perhatiannya pada
bidang lain; Sultan telah menjadikan kota Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi
kota yang sangat indah. Di kota tersebut berdiri bangunan-bangunan besar lagi

20
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jilid 3, Jakarta: Bulan Bintang, 1981, h. 71-73.
17
indah, masjid-masjid, rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan-jembatan,
diperindah dengan taman-taman wisata yang ditata dengan baik, sehingga ketika
Abbas I wafat, di Isfahan telah terdapat 162 masjid, yang terbesar di antaranya
adalah masjid “Syah Isfahan”, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273
pemandian umum.

Di bidang seni, Nampak pada gaya arsitektur bangunan- bangunannya, juga


dapat dilihat pada kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan
tenunan, mode, tembikar dan model seni lainnya. Juga sudah dirintis seni lukis.
Demikianlah puncak kemajuan yang telah dicapai oleh Daulah Safawiyah yang
membuat Daulah ini menjadi salah satu dari tiga Daulah Islam yang besar pada
periode abad pertengahan yang disegani oleh lawan-lawannya, terutama pada
bidang politik dan militer, walaupun tidak setaraf dengan kemajuan yang telah
dicapai umat Islam pada periode abad klasik.

5. Masa Kemunduran
Sepeninggal Abbas I Daulah Safawiyah berturut-turut diperintah oleh enam
Sultan yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman
(1667- 1694 M), Husein (16941722 M), Tahmasp II (1722-1732 M) dan Abbas
III (1732-1736 M).

Pada masa Sultan-Sultan tersebut Daulah Safawiyah mengalami


kemunduran yang membawa kepada kehancurannya., seperti Safi Mirza (1628-
1642 M), adalah pemimpin yang lemah dan sangat kejam kepada pembesar-
pembesar kerajaan, sehingga pemerintahannya menurun secara drastis. Kota
Kandahar (sekarang termasuk wilayah Afghanistan) lepas dari kekuasaan Daulah
Safawiyah direbut oleh Daulah Mughal yang ketika itu dipimpin oleh Sultan
Syah Jehan tidak dapat dipertahankannya.

Sementara itu Abbas II (1642-1667 M) adalah Sultan yang suka minum-


minum keras sehingga jatuh sakit dan meninggal dunia, Sulaiman juga seorang
pemabuk dan bertindak kejam kepada para pembesar Daulahnya yang
dicurigainya. Lain halnya dengan Husein, pengganti Sulaiman, ia seorang yang
alim, tetapi memberikan kekuasaan yang besar dan dominan kepada para ulama
Syi’ah yang sering memaksakan faham Syi’ah kepada para penduduk yang
18
beraliran Sunni, sehingga timbul kemarahan golongan Sunni Afghanistan,
mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan Daulah Safawiyah. 21
Salah seorang putera Husein, bernama Tahmasp II dengan dukungan penuh
dari suku Qazar dari Rusia memproklamirkan dirinya sebagai raja yang sah dan
berkuasa di Persia dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad. Tahmasp II
bekerja sama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk memerangi dan
mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan. Maka pada tahun 1729 M
pasukan Nadir Khan memerangi dan dapat mengalahkan raja Asyraf yang
berkuasa di Isfahan dan Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan tersebut.
Dengan demikian Daulah Safawiyah berkuasa kembali di Persia. Akan tetapi,
tiga tahun kemudian Sultan Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan, tepatnya pada
bulan Agustus 1732 M, dan digantikan oleh Abbas III (anak Tahmasp II) yang
ketika itu masih sangat kecil. Selanjutnya empat tahun setelah itu, tepatnya
tanggal 8 Maret 1736 M Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai Sultan
menggantikan Abbas III. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Daulah
Safawiyah di Persia.

Di antara faktor-faktor kemunduran Daulah Safawiyah ini adalah konflik


yang terus- menerus berkepanjangan dengan Turki Usmani. Bagi Turki Usmani
berdirinya Daulah Safawiyah yang beraliran Syi’ah menjadi ancaman langsung
terhadap wilayah kekuasaannya, akibatnya harus diperanginya. Konflik antara
keduanya boleh dibilang tidak pernah padam, kecuali dulu Sultan Abbas I
pernah mengadakan perjanjian perdamaian dengan Turki Usmani, setelah itu
konflik kembali Faktor berikutnya, karena lemahnya Sultan yang diangkat
sehingga mereka tidak dapat mempertahankan kekuasaan yang diwarisinya,
apalagi memperluas, sebaliknya yang terjadi adalah konflik internal
memperebutkan kekuasaan di kalangan keluarga istana, juga tidak didukung
pasukan tentara yang kuat karena pasukan Ghullam yang dibentuk Sultan Abbas
I tidak memiliki semangat perang yang tinggi.

C. Turki Usmani.

21
Ibid, 73
19
Daulah Turki Usmani adalah satu-satunya daulah di antara sekian banyak
Daulah yang ada dalam Islam yang berhasil menaklukkan Konstantinopel
walaupun sudah banyak Daulah yang berusaha menaklukkannya sebelumnya.
Turki Usmani kembali menyumbangkan wilayah yang cukup luas bagi dunia
Islam, mereka berhasil melakukan ekspansi Islam ke Eropa Timur. Bahkan
mereka adalah satu-satunya yang berhasil menaklukkan Konstantinopel yang
menjadi ibu kota Kerajaan Romawi itu oleh Sultan Muhammad Al-Fatih (Sang
Penakluk) pada tahun 1453. M. Maka dengan dikuasainya Konstantinopel itu
pintu ekspansi ke Eropa semakin menjadi sukses dan terbuka.
Turki Usmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II
(1451-1484 M) atau Muhammad Al-Fatah. Beliau mengalahkan Bizantium dan
menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M yang merupakan kekuatan
terakhir Imperium Romawi Timur. Pada masa Sultan Salim I (1512-1520 M),
ekspansi dialihkan ke Timur, Persia, Syiria dan Mesir berhasil ditaklukkannya.
Ekspansi tersebut dilanjutkan oleh putranya Sulaiman I (1520-1526 M) dan
berhasil menaklukkam Irak, Belgaro,kepulauan Rhodes, Tunis dan Yaman. Masa
beliau merupakan puncak keemasan dari kerajaan Turki Usmani, karena dibawah
pemerintahannya berhasil menyatukan wilayah yang meliputi Afrika Utara,
Mesir, Hijaz, Irak, Armenia, Asia Kecil, Krimea, Balkan, Yunani, Bulgaria,
Bosnia, Hongaria, Rumania sampai batas sungai Danube dengan tiga lautan, yaitu
laut Merah, laut Tengah dan laut Hitam.

1. Kemajuan Turki Usmani :


Kemajuan dan perkembangan wilayah kerajaan Usmani yang luas
berlangsung dengan cepat dan diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-
bidang kehidupan lain yang penting, diantaranya :
a) Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan
Untuk pertama kalinya Kerajaan Usmani mulai mengorganisasi
taktik, strategi tempur dan kekuatan militer dengan baik dan teratur. Sejak
kepemimpinan Ertoghul sampai Orkhan adalah masa pembentukan
kekuatan militer. Perang dengan Bizantium merupakan awal didirikannya
pusat pendidikan dan pelatihan militer, sehingga terbentuklah kesatuan
militer yang disebut dengan Jenissari atau Inkisyariah. Selain itu kerajaan
20
Usmani membuat struktur pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di
tangan Sultan yang dibantu oleh Perdana Menteri yang membawahi
Gubernur.
Gubernur mengepalai daerah tingakat I. Di bawahnya terdapat
beberapa bupati. Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa
Sultan Sulaiman I dibuatlah UU yang diberi nama Multaqa Al-Abhur,
yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Usmani sampai datangnya
reformasi pada abad ke-19. Karena jasanya ini, di ujung namanya di
tambah gelar al-Qanuni.22

b) Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya


Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-
macam kebudayaan diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium dan
Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaran-ajaran
tentang etika dan tata krama dalam istana rajaraja. Organisasi
pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap dari Bizantium. Dan ajaran
tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan
huruf diambil dari Arab.
Dalam bidang Ilmu Pengetahuan di Turki Usmani tidak begitu
menonjol karena mereka lebih memfokuskan pada kegiatan militernya,
sehingga dalam khasanah Intelektual Islam tidak ada Ilmuan yang
terkemuka dari Turki Usmani.

c) Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar
dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat di golongkan berdasarkan
agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa
ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itru, ajaran ajaran
thorikot berkembang dan juga mengalami kemajuan di Turki Usmani. Para
Mufti menjadi pejabat tertinggi dalam urusan agama dan beliau
mempunyai wewenang dalam memberi fatwa resmi terhadap problem

22
Hitti, Philip K. 2006. History of The Arab: Rujukan Induk dan Paling Otoriatif Tentang Sejarah Peradaban Islam,
Penj. Cecep Lukman Yasin dan Dede Slamet Riyadi. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. Cet. Ke II, hal. 713-714
21
keagamaan yang terjadi dalam masyarakat.

d. Kemunduran Turki Usmani


Masa kemerosotan Turki Usmani dimulai dari krisis suksesi
sepeninggal Sultan Sulaiman pada 1566 M. sampai sebelum Turki menjadi
Republik 1923 M di tangan Mustafa kamal At-Taturk, tercatat 27 Sultan
tidak ada lagi yang dapat diandalkan. Banyak faktor yang menyebabkan
kehancuran Turki Usmani ini, di antaranya, wilayah kekuasaannya yang
luas, rumit menyusun administrasi negara, sehingga administrasi negara
Turki Usmani tidak beres, sementara penguasanya sangat berambisi
memperluas wilayah, ikut perang terus menerus, akibatnya tidak ada
waktu lagi mengurus administrasi negara. Faktor kedua, heterogenitas
penduduk, menguasai wilayah yang luas, tentu juga mengurus penduduk
yang beragam etnis, agama maupun adat istiadat; Asia, Afrika, Eropa.
Untuk mengurus penduduk yang beragam dalam wilayah yang luas mesti
dengan organisasi pemerintahan yang teratur, tanpa didukung oleh
administrasi yang baik, maka pemerintah menanggung beban yang
berat,dari sinilah kekacauan itu muncul. Faktor ketiga, kelemahan para
penguasa, sepeninggal Sulaiman, Turki Usmani diperintah oleh Sultan-
Sultan yang lemah yang tidak dapat mengatur pemerintahan negara,
akibatnya pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan itu dibiarkan terus dan
tidak pernah diatasi secara sempurna, maka semakin lama semakin parah
sampai jatuh sakit di Eropa dan tidak ada yang mampu lagi
menyembuhkannya.

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tiga kerajaan Islam yang berperan penting dalam peradaban Islam yang
telah dibahas diatas terbentuk pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16. Tiga
kerajaan Islam tersebut adalah Kerajaan Usmani di Turki,Kerajaan Mughal di India
dan Kerajaan Safawi di Persia. Tiga kerajaan Islam yang berperan penting dalam
peradaban Islam tersebut memprioritaskan pandangan kepada tradisi demokratis
Islam dan Membangun imperium absolut. Nampaknya setiap sendi kehidupan
mereka dijalankan dengan ketepatan sistematis serta birokratis dan berbagai kerajaan
yang mengembangkan sebuah administrasi yang rumit.
Setelah runtuhnya Bani Abbasiyah,Tiga kerajaan ini membangkitkan
kembali kejayaan Islam. Tetapi,meski mereka membangkitkan kembali kejayaan
Islam,hasil kemajuan yang dicapai oleh ketiga kerajaan besar ini berbeda dengan
kemajuan yang dicapai pada masa klasik Islam. Kemajuan yang didapat pada masa
klasik Islam lebih kompleks. Seperti contohnya pada bidang ilmu keagamaan,umat
Islam sudah bertaklid kepada imam besar yang lahir pada masa kerajaan Islam.
Apabila terdapat mujtahid,maka ijtihad yang dilakukan adalah ijtihad fi al-
madzhab,adalah ijtihad yag masih berada dalam batas-batas madzhab tertentu. Tetapi
bukanlah ijtihad mutlak,melainkan hasil pemikiran bebas yang mandiri. Filsafat
dianggap bid’ah. Tetapi pada masa klasik,Umat islam mengalami kemajuan di
bidang peradaban,kebudayaan,dan juga bidang politik,seperti pada bidang ilmu
pengetahuan dan pemikiran filsafat,pada masa Tiga kerajaan besar kemajuan dalam
bidang filsafat kecuali sedikit berkembang di kerajaan Safawi Persia. Juga ilmu
pengetahuan umum sukar untuk didapat. Yang dapat dibanggakan dalam masa ini
adalah hanya pada bidang kemiliteran,politik dan kesenian.

23
24

Anda mungkin juga menyukai