DISUSUN OLEH :
Ramadina Fitria
Ruri Dzah Fitri
Sholawat dan Salam kiranya tidak pernah lupa kita panjatkan kepada
Baginda kita Nabi Besar kita yakni, Rasulullah Muhammad Saw,
Semoga kita selalu mendapatkan syafa’atnya di Yaumil Akhir kelak.
Aamin ya Robballamin.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR .................................................................................... i
DAFTARISI ................................................................................................... ii
A. Kesimpulan ..................................................................................... 12
DAFTARPUSTAKA ..................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti takdir yang telah Allah tentukan disetiap kejayaan tentu
akan berganti dengan kemunduran bahkan sebuah kehancuran. Demikian
pula yang terjadi pada ketiga kerajaan tersebut. Setelah pemerintahan
yang gilang gemilang dibawah kepemimpinan tiga raja besar, masing-
masing kerajaan mengalami fase kemunduran. Akan tetapi penyebab
kemunduran tersebut berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda.
B. Rumusan Masalah
1. Sejarah singkat tentang kemunduran tiga kerajaan besar?
2. Apa saja faktor penyebab kemunduran tiga kerajaan besar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah Sinngkat Kemunduran Tiga kerjaaan
besar ?
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor penyebab Kemunduran Tiga
Kerajaan besar ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2. Abbas II (1642-1667 M)
Abaas II konon seorang raja pemabuk, akan tetapi di tangannya
dengan bantuan wazir-wazirnya kota Qandahar bisa direbut kembali.
3. Sulaiman (1667-1694 M)
Sulaiman adalah seorang pemabuk dan selalu bertindak kejam
terhadap pembesar istana yang dicurigainya. Akibatnya rakyat
bersikap masa bodoh terhadap pemerintahan.1
1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,
2004, hlm.
2
4. Husain (1694-1722 M)
Syah Husain adalah raja yang alim, tetapi kealiman Husain
adalah suatu kefanatikan tehadap Syi’ah. Karena dia Syi’ah berani
memaksakan pendiriannya terhadap golongan Sunni. Inilah yang
menyebabkan timbulnya kemarahan golongan Sunni di Afghanistan,
sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti
Safawi.2
Pemberontakan bangsa Afghan dimulai pada 1709 M di bawah
pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar. Lalu
disusul oleh pemberontakan suku Ardabil di Herat yang berhasil
menduduki Mashad. Mir Vays digantikan oleh Mir Mahmud sebagai
penguasa Qandahar. Dibawahnyalah, keberhasilan menyatukan suku
Afghan dengan suku Ardabil. Dengan kekuatan yang semakin besar,
Mahmud semakin terdorong untuk memperluas wilayah
kekuasaannya dengan merebut wilayah Afghan dari tangan Safawi.
Bahkan ia melakukan penyerangan terhadap Persia untuk menguasai
wilayah tersebut. Penyerangan ini memaksa Husain untuk mengakui
kekuasaan Mahmud. Oleh Husain, Mahmud diangkat menjadi
gubernur di Qandahar dengan gelar husain Quli Khan yang berarti
Budak Husain. Dengan pengakuan ini semakin mudah bagi Mahmud
untuk menjalankan siasatnya. Pada 1721 M ia berhasil merebut
Kirman. Lalu menyerang Isfahan, mengepung ibu kota Safawi itu
selama enam bulan dan memaksa Husain menyerah tanpa syarat.
Pada 12 Oktober 1722 M Syah Husain menyerah dan 25 Oktober
menjadi hari pertama Mahmud memasuki kota Isfahan dengan
kemenangan.3
2
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1981, hlm. 71-73
3
3P. M. Holt, dkk, (ed.), The Cambridge History Of Islam, vol. I A, (London:
Cambridge University Press, 1970), hlm. 42
3
5. Tamnasp II (1722-1732 M)
Tahmasp II yang merupakan salah seorang putra Husain
dengan dukungan penuh suku Qazar dari Rusia, memproklamirkan
diri sebagai penguasa Persia dengan ibu kota di Astarabad. Pada 1726
M, Tahmasp bekerja sama dengan Nadir khan dari suku Afshar untuk
memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan.
Asyraf sebagai pengganti Mir Mahmud berhasil dikalahkan
pada 1729 M, bahkan Asyraf terbunuh dalam pertempuran tersebut.
Dengan kematian Asyraf, maka dinasti Safawi berkuasa lagi.
4
Ibid, hlm. 428-429
5
Ibid, hlm. 428-429
4
Lemahnya pasukan Ghulam (budak-budak) yang diandalkan oleh
safawi pasca penggantian tentara Qizilbash.
6
Badri Yatim, Op. Cit, hlm. 158-159
5
4. Farukh Siyar (1713-1719 M)
Pemerintahan Farukh Siyar mendapat dukungan kelompok
sayyid, tapi ia malah tewas di tangan para pendukungnya sendiri.
5. Muhammad Syah (1719-1748 M)
Muhammad Syah terusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan
Nadir Syah yang sebelumnya telah berhasil melenyapkan kekuasaan
Safawi di Persia. Muhammad Syah tidak dapat bertahan dan mengaku
tunduk kepada Nadir Syah. Muhammad Syah kembali berkuasa di
Delhi setelah ia bersedia memberi hadiah yang sangat besar kepada
Nadir Syah.
6. Ahmad Syah (1748-1754 M)
7. Alamghir II (1754-1759 M)
8. Syah Alam (1761-1806 M)
7
Hamka, Op. Cit, hlm. 163
6
9. Akbar (1806-1837 M).
Akbar memberi konsesi kepada EIC untuk mengembangkan
usahanya di anak benua India, tapi pihak perusahaan harus menjamin
kehidupan raja dan keluarga istana. Dengan demikian, kekuasaan
sudah berada ditangan Inggris, meskipun kedudukan dan gelar Sultan
dipertahankan.
10. Bahadur Syah II (1837-1858 M)
Bahadur Syah II tidak menerima isi perjanjian antara EIC
dengan ayahnya itu, sehingga terjadi konflik antara dua kekuatan
tersebut. Namun dalam konflik tersebut, Inggris dapat
memenangkannya. Maka Bahadur Syah II, raja Mughal terakhir,
diusir dari istana. Dengan demikian, berakhirlah sejarah kekuasaan
dinasti Mughal di daratan India, dan tinggallah di sana umat Islam
yang harus berjuang mempertahankan eksistensi mereka.
7
sultan sesudahnya.Semua pewaris tahta kerajaan pada paro
terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.8
8
Badri Yatim, Op. Cit, hlm 163
9
Badri Yatim, Op. Cit, hlm 163
8
Georgia, mencampuri urusan dalam negeri Polandia, dan
mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M.10
Namun, kehidupan moral Sultan yang jelek menyebabkan
timbulnya kekacauan dalam negeri.
10
Ibrahim Hassan Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta, Kota
Kembang, 1989, hlm. 339
11
Carl Brockkmann, History of the Islamic Peoples, London, Routledge &
Kegan Paul, 1982, hlm. 328
9
7. Sultan Murad IV (1623-1640 M)
Langkah-langkah perbaikan kerajaan mulai diusahakan oleh
Sultan Murad IV. Pertama-tama ia mencoba menyusun dan
menertibkan pemerintahan. Pasukan Jenissari yang pernah
menumbangkan Usman II dapat dikuasainya. Akan tetapi, masa
pemerintahannya berakhir sebelum ia berhasil menjernihkan situasi
negara keseluruhan.
12
Hassan Ibrahim Hassan, Loc. Cit.
10
9. Sultan Mustafa III (1757-1774 M)
Pada masa pemerintahan Sultan Mustafa, berhasil memukul
mundur kembali tentara Rusia.
10. Sultan Abd al-Hamid (1774-1789 M)
Sultan Abd al-Hamid seseorang yang lemah. Tidak lama naik
tahta, di Kutchuk Kinarja ia mengadakan perjanjian yang dinamakan
“Perjanjian Kinarja” dengan Catherine II dari Rusia, yang isinya:
11. Kerajaan Usmani harus menyerahkan benteng-benteng yang
berada di Laut Hitam kepada Rusia dan memberi izin kepada armada
Rusia untuk melintasi selat yang menghubungkan Laut Hitam
dengan Laut Putih .
12. Kerajaan Usmani mengakui kemerdekaan Kirman (Crimea).13
Faktor yang menyebabkan Kerajaan Usmani mengalami
kemunduran, yaitu:
1. Wilayah yang sangat luas, sementara administrasinya tidak beres.
2. Heterogenitas penduduk.
3. Kelemahan para penguasa.
4. Budaya pungli.
5. Pemberontakan tentara Jenissari.
6. Merosotnya ekonomi.
7. Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi.
13
Carl Brockkmann, Op. Cit, hlm. 336
14
Badri Yatim, Op. Cit, hlm. 167-168
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
dulu. Demikian juga Ghulam di Safawi tidak memiliki semangat
seperti Qizilbash, demikian pula generasi Qizilbash selanjutnya tidak
seperti generasi Qizilbash terdahulu.
13
DAFTAR PUSTAKA
14