Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokaatuh. Alhamdulillahi Robbil ‘alamiin, segala puji


bagi Allah, atasrahmat dan karuniaNya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “kemunduran
kerajaan besar” tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW,
mudahmudahan kita mendapatkan syafa’at-Nya dari beliau di hari akhir nanti. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas sejarah kebudayaan islam.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini
dapat bermanfaat. Wassalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.

Sidikalang, 25 januari 2024


BAB 1
PENDAHULUAN
KEMUNDURAN KERAJAAN BESAR
1.1 Latar Belakang
Kemunculan tiga kerajaan Islam yaitu Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi serta Persia dan Kerajaan
Mughal juga India,Seperti takdir yang telah Allah tentukan disetiap kejayaan tentu akan berganti dengan
kemunduran bahkan sebuah kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada ketiga kerajaan tersebut.
Setelah pemerintahan yang gilang gemilang dibawah kepemimpinan tiga raja besar, masing-masing
kerajaan mengalami fase kemunduran. Akan tetapi penyebab kemunduran tersebut berlangsung dengan
kecepatan yang berbeda-beda.

1.2 Rumusan Masalah

1. Sejarah singkat tentang kemunduran tiga kerajaan besar

2. Apa saja faktor penyebab kemunduran tiga kerajaan besar?

1.3 Tujuan
1.untuk mengetahui tentang sejarah bagaimana mundurnya kerajaan tersebut

2.agar mengetahui factor apa saja yang membuat mundurnya kerajaan itu
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi di Persia


Kerajaan safawi di Persia meraih puncak keemasan dibawah pemerintahan Syah Abbas I selama periode
1588-1628 M. Abbas I berhasil membangun kerajaan safawi sebagai kompetitor seimbang bagi Kerajaan
Turki Usmani. Sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu:

1. Safi Mirza (1628 – 1642 M)

Safi Mirza merupakan pemimpin yang lemah dan kelemahan ini dilengkapinya oleh kekejaman
yang luar biasa terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifatnya yang pecemburu. Pada masa
pemerintahan Mirza inilah kota Qandahar lepas dari penguasaan Safawi karena direbut oleh kerajaan
Mughal yang pada saat itu dipimpin oleh Syah Jehan. Baghdad sendiri direbut oleh Kerajaan Usmani

2. Abbas II (1642-1667 M)

Abaas II konon seorang raja pemabuk, akan tetapi di tangannya dengan bantuan wazir-wazirnya
kota Qandahar bisa direbut kembali.

3. Sulaiman (1667-1694 M)

Sulaiman adalah seorang pemabuk dan selalu bertindak kejam terhadap pembesar istana yang
dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintahan.1

4. Husain (1694-1722 M)

Syah Husain adalah raja yang alim, tetapi kealiman Husain adalah suatu kefanatikan tehadap
Syi’ah. Karena dia Syi’ah berani memaksakan pendiriannya terhadap golongan Sunni. Inilah yang
menyebabkan timbulnya kemarahan golongan Sunni di Afghanistan, sehingga mereka berontak dan
berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi.2

Pemberontakan bangsa Afghan dimulai pada 1709 M di bawah pimpinan Mir Vays yang berhasil
merebut wilayah Qandahar. Lalu disusul oleh pemberontakan suku Ardabil di Herat yang berhasil
menduduki Mashad. Mir Vays digantikan oleh Mir Mahmud sebagai penguasa Qandahar.
Dibawahnyalah, keberhasilan menyatukan suku Afghan dengan suku Ardabil. Dengan kekuatan yang
semakin besar, Mahmud semakin terdorong untuk memperluas wilayah kekuasaannya dengan merebut
wilayah Afghan dari tangan Safawi. Bahkan ia melakukan penyerangan terhadap Persia untuk menguasai
wilayah tersebut. Penyerangan ini memaksa Husain untuk mengakui kekuasaan Mahmud. Oleh Husain,
Mahmud diangkat menjadi gubernur di Qandahar dengan gelar husain Quli Khan yang berarti Budak
Husain. Dengan pengakuan ini semakin mudah bagi Mahmud untuk menjalankan siasatnya. Pada 1721
M ia berhasil merebut Kirman. Lalu menyerang Isfahan, mengepung ibu kota Safawi itu selama enam
bulan dan memaksa Husain menyerah tanpa syarat. Pada 12 Oktober 1722 M Syah Husain menyerah
dan 25 Oktober menjadi hari pertama Mahmud memasuki kota Isfahan dengan kemenangan.
5. Tamnasp II (1722-1732 M)

Tahmasp II yang merupakan salah seorang putra Husain dengan dukungan penuh suku Qazar
dari Rusia, memproklamirkan diri sebagai penguasa Persia dengan ibu kota di Astarabad. Pada 1726 M,
Tahmasp bekerja sama dengan Nadir khan dari suku Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa
Afghan yang menduduki Isfahan.

Asyraf sebagai pengganti Mir Mahmud berhasil dikalahkan pada 1729 M, bahkan Asyraf
terbunuh dalam pertempuran tersebut. Dengan kematian Asyraf, maka dinasti Safawi berkuasa lagi.

6. Abbas III (1733-1736 M)

Pada Agustus 1732 M, Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas III yang
merupakan putra Tahmasp II, padahal usianya masih sangat muda. Ternyata ini adalah strategi politik
Nadir Khan karena pada tanggal 8 maret 1736, dia menyatakan dirinya sebagai penguasa persia dari
abbas III. Maka berakhirlah kekuasaan dinasti Safawi di Persia.4

Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan perkembangan, tetapi
justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa pada kehancuran.

.Diantara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi ialah:

a. Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani.5

b.Dekadensi moral yang melanda sebagian besar para pemimpin kerajaan Safawi.

c. Lemahnya pasukan Ghulam (budak-budak) yang diandalkan oleh safawi pasca penggantian tentara
Qizilbash.

d. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.6

Demikianlah dinamika kekhalifahan Safawi di Persia. Sistem Syi’ah ini, diakui atau tidak, walau safawi
telah hancur, masih memiliki sisa-sisanya.

2.2 Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal di India


Sepeninggalan Aurangzeb pada 1707 M, kesultanan Mughal mulai menunjukkan tanda-tanda
kemunduran karena generasi pemimpin selanjutanya sangat lemah. Tercatat sultan-sultan pasca
Aurangzeb :

1. Bahadur Syah I (1707-1712 M)

Bahadur Syah I menganut aliran Syi’ah. Pada masa pemerintahannya ia dihadapkan pada
perlawanan penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau memaksanakan ajaran Syi’ah kepada
mereka.

2. Azimus Syah (1712 M)

Masa pemerintahan Azimus Syah (putra Bahadur Syah) ditentang oleh Zulfkar Khan, putera Azad
Khan, wazir Aurangzeb.
3. Jihandar Syah (1713 M)

Pada masa pemerintahan Jihandar Syah (putra Azimus Syah), mendapat tantangan dari Farukh
Siyar, adiknya sendiri.

4. Farukh Siyar (1713-1719 M)

Pemerintahan Farukh Siyar mendapat dukungan kelompok sayyid, tapi ia malah tewas di tangan
para pendukungnya sendiri.

5. Muhammad Syah (1719-1748 M)

Muhammad Syah terusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadir Syah yang sebelumnya telah
berhasil melenyapkan kekuasaan Safawi di Persia. Muhammad Syah tidak dapat bertahan dan mengaku
tunduk kepada Nadir Syah. Muhammad Syah kembali berkuasa di Delhi setelah ia bersedia memberi
hadiah yang sangat besar kepada Nadir Syah.

6. Ahmad Syah (1748-1754 M)

7. Alamghir II (1754-1759 M)

8. Syah Alam (1761-1806 M)

Tahun 1761 M Mughal diserang oleh Ahmad Khan Durrani dari Afghan. Kerajaan Mughal tidak
dapat bertahan dan sejak itu Mughal berada dibawah kekuasaan Afghan, meskipun Syah Alam tetap
diizinkan memakai gelar Sultan. Pada tahun itu juga, perusahaan Inggris (EIC) yang semakin kuat
akhirnya mengangkat senjata melawan pemerintah Kerajaan Mughal. Akhirnya, Syah Alam membuat
perjanjian damai dengan menyerahkan Oudh, Bengal, dan Orisa kepada Inggris.7 Sementara itu, Najib
Al-Daula, wazir Mughal dikalahkan oleh aliansi Sikh-Hindu, sehingga Delhi dikuasai Sindhia dari
Marathas. Akan tetapi, Sindhia dapat dihalau kembali oleh Syah Alam dengan bantuan Inggris (1803 M).

9. Akbar (1806-1837 M).

Akbar memberi konsesi kepada EIC untuk mengembangkan usahanya di anak benua India, tapi
pihak perusahaan harus menjamin kehidupan raja dan keluarga istana. Dengan demikian, kekuasaan
sudah berada ditangan Inggris, meskipun kedudukan dan gelar Sultan dipertahankan.

10. Bahadur Syah II (1837-1858 M)

Syah II tidak menerima isi perjanjian antara EIC dengan ayahnya itu, sehingga terjadi konflik
antara dua kekuatan tersebut. Namun dalam konflik tersebut, Inggris dapat memenangkannya. Maka
Bahadur Syah II, raja Mughal terakhir, diusir dari istana. Dengan demikian, berakhirlah sejarah
kekuasaan dinasti Mughal di daratan India, dan tinggallah di sana umat Islam yang harus berjuang
mempertahankan eksistensi mereka.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal itu mundur dan membawa kepada
kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu:

a. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah
pantai tidak dapat dipantau oleh kekuatan maritim Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan
mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataannya.
b. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik.

c. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan
sesudahnya.

d. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan.8

2.3 Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Usmani di Turki


Setelah Sultan Sulaiman al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Usmani mulai memasuki fase
kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu
tidak langsung terlihat. Sepeninggal Sultan Sulaiman al-Qanuni kerajaan Usmani berturut-turut
diperintah oleh:

1. Sultan Salim II (1566-1574 M)

Saat kekuasaan Salim II, ia menderita kekalahan dari serangan pasukan gabungan armada
Spanyol, Bandulia, dan Armada Sri Paus di tahun 1663 M. Pasukan Usmani juga mengalami kekalahan
dalam pertempuran di Hungaria di tahun 1676 M. Pada 1669 M, Turki Usmani mengalami kekalahan di
Mohakez sehingga terpaksa menandatangani perjanjian Karlowitz yang isinya kerajaan Usmani harus
menyerahkan seluruh wilayah hungaria dan pada 1770 M pasukan Rusia mengalahkan pasukan Usmani
di Asia kecil.9

2. Sultan Murad III (1574-1595 M)

Walaupun kepribadian Sultan Murad III yang jelek dan suka memperturutkan hawa nafsunya,
Kerajaan Usmani pada masanya berhasil menyerbu Kaukasus dan menguasai Tiflis di Laut Hitam (1577
M), merampas kembali Tabriz, ibu kota Safawi, menundukkan Georgia, mencampuri urusan dalam
negeri Polandia, dan mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M.10 Namun, kehidupan moral
Sultan yang jelek menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri.

3. Sultan Muhammad III (1595-1603 M)

Sultan Muhammad III membunuh semua saudara laki-lakinya berjumlah 19 orang dan
menenggelamkan janda-janda ayahnya sejumlah 10 orang demi kepentingan pribadi.11 Dalam situasi
yang kurang baik itu, Austria berhasil memukul Kerajaan Usmani.

4. Sultan Ahmad I (1603-1617 M)

Sultan Ahmad I sempat bangkit untuk memperbaiki situasi dalam negeri, tetapi kejayaan
Kerajaan Usmani di mata bangsa-bangsa Eropa sudah memudar.

5. Sultan Mustafa I, masa pemerintahan pertama (1617-1618), dan kedua (1622-1623 M)

Keadaan kerajaan Usmani semakin memburuk karena gejolak politik dalam negeri tidak dapat
diatasinya, Syaikh al-Islam mengeluarkan fatwa agar Sultan Mustafa I turun dari tahta.
6. Sultan Usman II (1618-1622 M)

Sultan Usman II juga tidak mampu memperbaiki keadaan. Dalam situasi demikian, bangsa Persia
bangkit mengadakan perlawanan merebut wilayahnya kembali. Kerajaan Usmani sendiri tidak mampu
berbuat banyak dan terpaksa melepaskan wilayah Persia tersebut.

7. Sultan Murad IV (1623-1640 M)

Langkah-langkah perbaikan kerajaan mulai diusahakan oleh Sultan Murad IV. Pertama-tama ia
mencoba menyusun dan menertibkan pemerintahan. Pasukan Jenissari yang pernah menumbangkan
Usman II dapat dikuasainya. Akan tetapi, masa pemerintahannya berakhir sebelum ia berhasil
menjernihkan situasi negara keseluruhan.

8. Sultan Ibrahim (1640-1648 M)

Sultan Ibrahim termasuk orang yang lemah. Pada masanya ini orang-orang Venetia melakukan
peperangan laut dan berhasil mengusir orang-orang Turki Usmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M.
Kekalahan itu membawa Muhammad Koprulu sebagai wazir yang diberi kekuasaan penuh.12 Ia berhasil
mengembalikan peratuaran dan mengkonsolidasikan stabilitas keuangan negara. Setelah Koprulu
meninggal (1661 M), jabatannya dipegang oleh anaknya, Ibrahim. Ibrahim menyangka bahwa kekuatan
militernya sudah pulih, namun Ibrahim selalu kalah dalam peperangan. Usmani yang luas itu sedikit
demi sedikit terlepas dari kekuasaannya dan direbut oleh negara-negara Eropa.

Tahun 1699 M terjadi Perjanjian Karlowith yang memaksa Sultan untuk menyerahkan seluruh
Hongaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg; dan Hemenietz, Padolia, Ukraina,
Morea, dan sebagian Dalmatia kepada orang Venetia. Tahun 1770 M, tentara Rusia mengalahkan
armada kerajaan Usmani di sepanjang pantai Asia Kecil.

9. Sultan Mustafa III (1757-1774 M)

Pada masa pemerintahan Sultan Mustafa, berhasil memukul mundur kembali tentara Rusia.

10. Sultan Abd al-Hamid (1774-1789 M)

Sultan Abd al-Hamid seseorang yang lemah. Tidak lama naik tahta, di Kutchuk Kinarja ia
mengadakan perjanjian yang dinamakan “Perjanjian Kinarja” dengan Catherine II dari Rusia, yang isinya:

a. Kerajaan Usmani harus menyerahkan benteng-benteng yang berada di Laut Hitam kepada Rusia dan
memberi izin kepada armada Rusia untuk melintasi selat yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut
Putih; dan

b. Kerajaan Usmani mengakui kemerdekaan Kirman (Crimea).13

Faktor yang menyebabkan Kerajaan Usmani mengalami kemunduran, yaitu:

1. Wilayah yang sangat luas, sementara administrasinya tidak beres.

2. Heterogenitas penduduk.

3. Kelemahan para penguasa.

4. Budaya pungli.
5. Pemberontakan tentara Jenissari.

6. Merosotnya ekonomi.

7. Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi.14

Demikianlah proses kemunduran kerajaan besar Usmani. Pada masa selanjutnya, kelemahan kerajaan
ini menyebabkan kekuatan-kekuatam Eropa tanpa segan-segan menjajah dan menduduki daerah-daerah
muslim yang dulunya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani, terutama di Timur Tengah dan
Afrika Utara.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keruntuhan tiga kerajaan islam ini umumnya ditandai oleh konflik dalam kalangan keluarga
kerajaan yang saling berebut kekuasaan. Hal ini mengakibatkan sistem pemerintahan dan keluasan
wilayah yang telah berhasil dibangun pada masa sebelumnya menjadi tidak berarti lagi karena para
penerusnya lebih sibuk untuk saling merebut kekuasaan dari tangan keluarganya sendiri.

Masalah ekonomi juga sangat berperan, seperti misalnya kedatangan Inggris di Mughal sangat
mempengaruhi kehidupan ekonomi istana yang pada ujungnya malah bergantung kepada Inggris.
Demikian pula di Turki Usmani, sikap boros dan hidup kemewahan berbanding lurus dengan kekalahan
demi kekalahan yang dialami sehingga membuat kas negara berwarna merah karena tak mendapatkan
ghanimah maupun wilayah baru.

Sistem politik juga sangat mempengaruhi, di Safawi misalnya kebijakan memaksakan madzhab
syi’ah membuat secara politik orang-orang Sunni tidak senang dan akhirnya justru memberontak
melepaskan diri dari kekuasaan Safawi dan bahkan Sunni melalui suku Afghan berhasil menguasai
wilayah Safawi.

Ambisi perluasan wilayah juga mengakibatkan kehancuran Turki Usmani itu sendiri karena
tenyata semangat juang lagi sekuat dulu. Demikian juga Ghulam di Safawi tidak memiliki semangat
seperti Qizilbash, demikian pula generasi Qizilbash selanjutnya tidak seperti generasi Qizilbash
terdahulu.

Kelemahan teknologi yang sangat mencolok membuat perlawanan di Mughal maupun usaha
mempertahankan diri oleh Turki Usmani mengalami kegagalan karena bangsa Eropa pada saat itu telah
memiliki perangkat perang yang selangkah lebih maju dibandingkan dengan yang dimiliki oleh dua
kerajaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

2. Hamka. 1981. Sejarah Umat Islam. Jakarta: Bulan Bintang

3. Holt, P. M, dkk. 1970. The Cambridge History Of Islam. London: Cambridge University Press

4. Hassan, Ibrahim Hassan. 1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Kota Kembang

5. Brockkmann, Carl. 1982. History of the Islamic Peoples. London: Routledge & Kegan Paul
MAKALAH KEMUNDURAN KERAJAAN BESAR
(SAFAWI,MUGHAL,USMANI)

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2:
- NADIA T.R. ANGKAT
- RIESYA SALSABILA
- INDAH BERAMPU
- NURHASIJANI SOLIN
- NURFAZILAH KUDADIRI
- HERMA ANGKAT
- ALVINA SARI SEMBIRING
- FANI AMALIA LIMBONG
- PAJRI BERAMPU
- ARMANSYAH MANIK
MAN DAIRI

2024/2025

Anda mungkin juga menyukai