Anda di halaman 1dari 7

NAMA : MUHAMMAD ABDULLAH

Kelas : XI MIPA 2
Absen : 19

Resume penyebab kemunduran daulah besar Islam

Diantaranya:

1. Daulah Abbasiyah
2. Daulah ustmani
3. Daulah Mughal
4. Daulah syafawi

 DAULAH ABBASIYAH
Kekhalifahan Abbasiyah atau Daulah Abbasiyah adalah kekhalifahan Islam yang memerintah antara 750-
1258.

Pendiri Daulah Abbasiyah adalah Abdul Abbas As-Saffah, keturunan paman Nabi Muhammad

Dinasti ini memerintah sebagai khalifah di Bagdad, Irak, setelah menggulingkan Kekhalifahan Umayyah
dalam Revolusi Abbasiyah pada 750.

Kekhalifahan ini mampu mencapai masa keemasan pada abad ke-9 hingga abad ke-10, dan sangat
terkenal jasanya dalam memajukan ilmu pengetahuan.

Namun, setelah lima abad berkuasa, kekuasaan Daulah Abbasiyah akhirnya mengalami kemunduran dan
runtuh karena berbagai faktor.

Kekhalifahan Abbasiyah atau Daulah Abbasiyah adalah kekhalifahan Islam yang memerintah antara 750-
1258.

Pendiri Daulah Abbasiyah adalah Abdul Abbas As-Saffah, keturunan paman Nabi Muhammad

Dinasti ini memerintah sebagai khalifah di Bagdad, Irak, setelah menggulingkan Kekhalifahan Umayyah
dalam Revolusi Abbasiyah pada 750.

Kekhalifahan ini mampu mencapai masa keemasan pada abad ke-9 hingga abad ke-10, dan sangat
terkenal jasanya dalam memajukan ilmu pengetahuan.

Namun, setelah lima abad berkuasa, kekuasaan Daulah Abbasiyah akhirnya mengalami kemunduran dan
runtuh karena berbagai faktor.

Kemunduran Dinasti Abbasiyah

Setelah mengalami masa keemasan, kekuatan Dinasti Abbasiyah perlahan mulai memudar.

Berikut ini beberapa faktor kemuduran Dinasti Abbasiyah.

Perebutan kekuasaan

Salah satu faktor internal penyebab runtuhnya Bani Abbasiyah adalah perebutan kekuasaan oleh orang-
orang berpengaruh di kerajaan.
Hal ini disebabkan oleh pemimpin Abbasiyah yang kurang tegas, sehingga membuka jalan bagi Mamluk
(tentara budak) dan Bani Buwaih untuk mengambil inisiatif merebut kekuasaan.

Meski khalifah tetap dipegang oleh keturunan Abbasiyah, tetapi dinasti-dinasti kecil yang jauh dari pusat
pemerintahan mulai lahir.

Terlebih lagi, luasnya kekuasaan Abbasiyah membuat komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan,
sehingga semakin mudah untuk memisahkan diri.

 Daulah Ustmani

Penyebab Kemunduran Turki Usmani

Sejarah Penyebab Kemunduran Turki Usmani – Proses kemunduran hingga kejatuhan kerajaan Turki
Usmani berlangsung sangat lama kurang lebih tiga abad, yakni mulai berakhirnya masa Sulaiman II al-
Qanuni (1520 M) hingga masa kejatuhannya (1924 M).

Gerakan pembaharuan mengancam kekuasaan para Sultan yang absolut, karena para pejuang Turki
Usmani melihat bahwa kelemahan Turki terletak pada keabsolutan Sultan itu. Mereka ingin membatasi
kekuasaan Sultan dengan membentuk konstitusi, sehingga lahir gerakan tanzimat, Usmani Muda, Turki
Muda, dan partai persatuan dan kemajuan.

Ketika perang Dunia I meletus, Turki Usmani bergabung dengan Jerman dan kemudian mengalami
kekalahan. Akibatnya kekuasaan Turki Usmani semakin ambruk. Partai persatuan dan kemajuan
memberontak kepada sultan dan dapat menghapuskan kekhalifahan Usmani pada tahun 1922 M,
kemudian membentuk Turki Modern pada tahun 1924 M.

Dengan demikian, kesatuan politik dalam kerajaan Turki Usmani sejak bergeloranya gerakan
pembaharuan justru tidak stabil. Terutama karena para sultan tidak mampu mengakomodasi pemikiran
yang berkembang di kalangan pemimpin bangsanya. Terkecuali itu, peperangan-peperangan melawan
barat di Eropa Timur terus berkecamuk, memakan, dan menguras tenaga serta berakhir dengan
kekalahan di pihak Turki Usmani. Di pihak lain, satu demi satu daerah di Asia dan Afrika yang
sebelumnya dikuasai Turki Usmani mulai melepaskan diri.

Periode kemunduran Turki Usmani di mulai saat terjadinya perjanjian Carltouiz (26 Januari 1699 M)
antara Turki Usmani Australia, Rusia, Polandia, Vanesia, dan Inggris. Yang mana isi perjanjian tersebut
diantaranya adalah Australia dan Turki Usmani terikat perjanjian selama 25 tahun dan mengatakan
seluruh Honigaria (merupakan wilayah kekuasaan Turki Usmani) kecuali Traslvonia dan kota barat
diserahkan sepenuhnya pada Australia. Sementara wilayah Camanik dan Podolia diserahkan kepada
Polandia.

Sedangkan Rusia memperoleh wilayah-wilayah di sekitar Laut Azov. Sementara itu, Venesia dengan
diserahkannya Athena kepada Turki Usmani menjadi penguasa di seluruh Valmartia dan Maria. Dengan
demikian perjanjian Carltouiz ini melumpuhkan Turki Usmani, sehingga menjadi negara yang kecil.
Kerajaan Turki Usmani berakhir dengan berdirinya Republik Turki pada tahun 1923 M presiden yang
diangkat adalah Musthafa Kemal At-Tatruk.

Faktor yang menyebabkan Kemunduran Dinasti Turki Usmani

Kemunduran kerajaan Turki Usmani diantaranya ditandai dengan beberapa hal, sebagai berikut:

 Melemahnya semangat prajurit Turki Usmani hingga menyebabkan berbagai serangan yang
dilancarkan musuh untuk merebut wilayah kekuasaan Turki Usmani. Misalnya, pasukan Turki
Usmani menderita kekalahan dari serangan pasukan gabungan armada Spanyol, Bandulia, dan
armada Sri Paus pada tahun 1663 M.
 Dengan menyadari akan kelemahan-kelemahan Turki Usmani, mulailah sebagian wilayah di
timur mengadakan pemberontakan untuk melepaskan diri dari kekhilafahan Usmani. Misal, di
Mesir Yenissary bersekutu dengan dinasti Mamalik melancarkan pemberontakan, dan sejak
1772 M dinasti Mamalik berhasil menguasai Mesir hingga datangnya Napoleon pada 1789 M.

 Daulah Mughal

Mughal adalah salah satu Kerajaan Islam yang tinggal sekitar 342 tahun, mulai dari Sultan Zahruddin
Muhammad (1483-1530 M) sampai Sultan Sirajuddin Bahadur Syah (1837-1858 M). Ada dua faktor
penting yang menyebabkan Kerajaan Mughal berpisah dan menghadapi kemunduran, faktor internal
dan eksternal. Secara internal, Kerajaan Mughal menghadapi kemunduran karena tidak ada sistem dan
mekanisme suksesi kekuasaan, dan juga kurangnya integritas kepemimpinan generasi berikutnya. Gaya
hidup hedonisme juga menjadi penyebab utama situasi politik yang rumit di Kerajaan. Apalagi, kebijakan
politik yang cenderung lebih puritan dan ideologis juga merusak sistem pemerintahan. Faktor internal
tersebut kemudian menyebabkan lemahnya kontrol politik dan kekuasaan Kerajaan yang tidak berdaya
di depan kerajaan lainnya. Akibatnya, banyak pemberontakan terjadi di mana-mana. Itu benar-benar
membuat kekuatan Kerajaan satu demi satu menjadi milik kerajaan lain.

Konflik-konflik berkepanjangan yang terjadi antara keluarga kerajaan yang memperebutkan kuasaan di
pusat pemerintahan, mengakibatkan pengawasan terhadap daerah melemah. Pemerintahan daerah
satu persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintahan pusat.

Ketika kerajaan Mughal memasuki keadaan yang lemah seperti ini, perusahaan Inggris (EIC) yang sudah
makin kuat mengangkat senjata melawan Mughal.

Pada Akhirnya Sultan Mughal Syah Alam (1761-1806) membuat perjanjian damai dengan menyerahkan
Oudh, Bengal, dan Orisa kepada Inggris.

Faktor lain kemunduran Kerajaan Mughal

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan membawa kepada
kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:

Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah
pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.

Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam
penggunaan uang negara.

Pendekatan Aurangzeb yang terlampau keras dalam melaksanakan syariat Islam tanpa adanya toleransi
antar umat beragama Islam dengan Hindu, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh
sultan-sultan sesudahnya.

Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orangorang lemah dalam bidang
kepemimpinan

 Dinasti syafawi

Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi

Setelah mengalami kejayaan pada masa Abbas I, wilayah dinasti Safawiyah telah meliputi semua wilayah
Persia, bahkan sampai kekepulauan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun yang kemudian diubah menjadi
bandar Abbas. Namun sepeninggal Abbas I, karajaan Safawiyah berturut-turut diperintah oleh enam
raja, yaitu: Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-
1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut, kondisi
Kerajaan safawiyah tidak memperlihatkan grafik naik maupun berkembang, tetapi justru
memperlihatkan kemunduran yang ahirnya mengakibatkan hancurnya kerajaan Safawiyah.

Setelah meniggalnya Abbas I yang digantikan oleh cucunya yaitu Safi Mirza, ia adalah pemimpin yang
lemah dan sangat kejam terhadap pembasar-pembesar kerajaan karena sifat pencemburunya yang
kemudian mengakibatkan kemajuan yang dicapai pada masa Abbas I mulai menurun. Selanjutnya
dgantikan oleh Abbas II, ia adalah pemimpin yang suka minum-minuman keras, sehingga ia jatuh sakit
dan meninggal . kemudian dilanjutkan oleh Sulaiman, ia adalah raja yang juga seorang pemabuk dan
bertindak kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan yang dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap
masa bodoh dengan pemerintahannya. Ia digantikan oleh Syaih Husein yang Alim dan Ia memberikan
kekuasaan yang besar kepada para ulama’ Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap aliran
sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan sunni afganistan, yang kemudian melakukan
pemberontakan dan berhasil menguasahi daerah Qandahar dibawah pimpinan Mir Vays yang
dilanjutkan oleh Mir Mahmud dan berhasil menduduki Mashad serta berusaha merebut negeri-negeri
Afganistan dan semua wilayah persia. Karena desakan dan ancaman Mir Mahmud, Syaih Husein ahirnya
mengakui kekuasaannya dan mengangkatnya sebagai Gubernur di Qandahar dengan gelar Qulj Khan,
yang kemudian menjadikan Mir Mahmud dapat lebih leluasa bergerak. Pada tahun 1721 M, ia dapat
merebut Kirman. Tak lama kemudian ia mengepung dan menyerang Isfahan selam enam bulan dah
ahirnya pada tahun 1722 Isfahan dapat dikuasai. Kemudian ia digantikan oleh Tahmasp II, yang dengan
dukungan suku Qazar dari Rusia, mendeklarasikan dirinya sebagai raja yang sah dan berkuasa atas Persia
dengan pusatnya di kota Astarabad.Pada tahun 1726 M, ia bekerja sama dengan Nadir Khan dari suku
Afshar untuk memerangi dan mengusir suku Afgan yang menduduki Isfahan. Asyraf pengganti Mir
Mahmud yang berkuasa di Isfahan digempur dan Asyraf sendri terbunuh. Dengan demikian Dinasti
safawiyah kembali berkuasa. Namun pada bulan Agustus 1732, Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan
digantikan oleh Abbas III yang masihsangat kecil. Empat tahun setelah itu, Nadir Khan mengangkat
dirinya sebagai raja menggantikan Abbas III. Dengan demikian berahirlah kekuasaan dinasti Safawiyah di
Persia.

Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran dinasti Safawiyah dapat dibaagi menjadi dua faktor,
yaitu sebagai berikut:

Faktor Internal

Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran dinasti Safawiyah yang berasal dari faktor Internal
adalah:
Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan Safawi, yang juga ikut
mempercepat proses kehancuran kerajaan ini.

Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.

Para Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat
perjuangan yang tinggi seperti semangat Hal ini disebabkab karena tidak memiliki ketahanan mental dan
tidak dipersiapkan secara terlatih serta tidak memiliki bekal rohani.

Para Syaikh kurang memiliki bakat dan kecakapan untuk memimpin negara. Hampir seluruh penguasa
kerajaan Safawi tidak menyiapkan kader calon penggantinya secara baik sehigga keturunan kerajaan
hanya mengandalkan haknya sebagai pewaris kerajaan tanpa berusaha secara maksimal untuk melatih
kemilterannya dan mencari pengalaman menjadi pemimpin di luar istana.

Faktor Eksternal

Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran dinasti Safawiyah yang berasal dari faktor Eksternal
adalah:

Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmaniyah. Berdirinya kerajaan Safawiyah yang
beraliran syi’ah merupakan ancaman bagi wilayah kekuasaan Usmaniyah sehingga tak pernah ada
perdamaian antar keduanya, meskipun pernah sempat tercapai perdamaian pada masa Syaikh Abbas I,
namun tak lama kemudian Abbas I melanjutkan konflik tersebut.

Anda mungkin juga menyukai