Anda di halaman 1dari 20

1

Kemandekan Peradaban
Islam
Nama : Lily Yuniar
NIM : 0103201035 Mata Kuliah : SPI
Dosen Pengampu : Dr. H. Muaz Tanjung, MA
Jurusan : PMI-A
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
Peradaban Islam di dunia mengalami kemunduran pada masa klasik atau pertengahan,
yakni sekitar 1250 hingga 1500 Masehi.

Sebelumnya, peradaban Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat pada Daulah
Abbasiyah di Baghdad, Daulah Umaiyah di Cordova serta Daulah Fatimiyah di Mesir. Penyerangan
Kota Baghdad oleh Bangsa Mongolia yang dipimpin oleh Hulaghu Khan, merupakan awal mula
kemunduran peradaban Islam. Setelah menaklukkan Baghdad, Bangsa Mongolia kembali menaklukkan
kerajaan Islam lainnya, seperti Nablus, Gaza, Syria, dan wilayah lainnya.

Pada abad yang sama, peradaban Islam di Eropa juga mengalami kemunduran.
Penyebab utamanya ialah invansi Kristen di Eropa, tepatnya di Spanyol. Sedangkan di Mesir,
para Khalifahnya hidup dalam kemewahan. Adanya konflik internal saat itu, juga
menandai kemunduran peradaban Islam.
1. Tidak adanya ideologi pemersatu
Saat itu kelompok etnis non-Arab sering merusak perdamaian karena
salah dalam
pemberian dan penggunaan istilah kepada para mukalaf.
2. Permasalahan ekonomi
Saat itu ilmu pengetahuan lebih gencar dikembangkan dibandingkan
bidang
perekonomian. Sehingga saat itu terjadilah kesulitan ekonomi yang
akhirnya
berpengaruh pada bidang politik dan militer.
3. Sistm peralihan kekuasaan tidak jelas
Salah satu alasannya karena ada perebutan kekuasaan oleh para ahli
waris.
sehingga kepemimpinan menjadi tidak jelas.
4. Adanya Perang Salib dan serangan dari Mongolia sebagai faktor eksternal
Perang
Salib yang terjadi sekitar 1096 hingga 1270 dan serangan Mongolia pada
1220 hingga
1300 an juga menjadi salah satu penyebab kemunduran peradaban Islam.
5. Faktor ekologis di negara Islam yang cenderung gersang Hal ini
Sejarah kemunduran peradaban islam

Kemunduran Dinasti Abbasiyah dimulai dari pemerintahan Khalifah Al-Muktasim (833-842).


Khalifah ini dipandang tidak cakap dalam menjalankan pemerintahan. Namun, karena kepercayaan bahwa
jabatan khalifah harus dipimpin oleh orang-orang keturunan Quraisy, alih-alih keturunan non-Arab, maka
khalifah pendahulunya, Al-Makmun menyerahkan jabatan kepada saudaranya, Al-Muktasim. Padahal, saat
itu pengaruh orang-orang Persia dan Turki amat kuat di tubuh pemerintahan Islam. Akibatnya, jabatan
khalifah seakan hanya simbol. Keputusan-keputusan penting disetir oleh bawahan-bawahannya. Setelah
masa pemerintahan Al-Muktasim, khalifah-khalifah di bawahnya berada dalam dominasi orang-orang
Persia dan Turki. Konflik internal mencari pengaruh yang lebih kuat ini membuat sistem pemerintahan
menjadi keropos. Akhirnya, pada abad ke-11 M, kekuatan orang-orang Turki semakin kuat dengan
hadirnya pengaruh Turki Seljuk.

Kemunduran Dinasti Abbasiyah juga disebabkan luasnya wilayah kekuasaan yang tidak
diimbangi dengan kapabilitas pemimpinnya. Pada saat bersamaan, sistem keuangan negara tidak stabil
dan kontestasi politik yang demikian kuat menyebabkan Dinasti Abbasiyah kian terpuruk.
Sejarah kemunduran peradaban islam

Setelah Dinasti Umayyah runtuh di Timur Tengah, kekuasaan berpindah ke Andalusia


(Spanyol) berkat pelarian Abdurrahman, keturunan Bani Umayyah yang berhasil menegakkan pengaruh
di wilayah semenanjung Iberia ini. Di Andalusia, ia mendirikan Dinasti Umayyah II yang sempat menjadi
pusat peradaban dan kebudayaan Islam. Kemudian, pada masa khalifah Hajib Al-Mansur, mulai tampak
benih-benih kemunduran di pemerintahan Islam. Khalifah Hajib Al-Mansur mengambil-alih tampuk
kekhalifahan dari khalifah sebenarnya, Hisyam II, yang saat itu masih berusia 11 tahun. Lantaran
dipandang masih terlalu muda dan belum pantas menjalankan negara, Hajib Al-Mansur mencoba
mengambil-alih pengaruh Hisyam II. Hajib Al-Mansur mempengaruhi para tentara Andalusia. Akibatnya,
amat sedikit tentara yang setia pada khalifah. Selanjutnya, Hisyam II tak memiliki pilihan lagi kecuali
mempercayakan jabatan khalifah kepada Hajib Al-Mansur. Setelah Khalifah Hajib Al-Mansur wafat,
terjadi perebutan kekuasaan di tubuh pemerintahan Dinasti Umayyah yang menjadikan kacaunya sistem
politik masa itu. Pada 1013, Dewan Menteri menghapuskan jabatan khalifah dan Andalusia terpecah ke
banyak negara kecil. Dinasti Umayyah di Andalusia kemudian memasuki masa kemunduran yang dikenal
dengan periode mulul al-thawaif. Sejak itu, jabatan pemerintahan hanya menjadi simbol belaka.
Penguasanya adalah orang-orang Berber yang menyetir keputusan-keputusan politik dan kebijakan
Dinasti Umayyah di Andalusia.
Sejarah kemunduran peradaban islam

Dinasti Fatimiyyah mengalami kemuduran di masa khalifah Al-Hakim Biamrillah. Usai ia


meninggal, 8 khalifah sesudahnya jatuh pada problem korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Sejak khalifah Al-Zafir (1021-1036) sampai khalifah terakhir Al-Adid (1160-1171 M), para
pejabat pemerintahan tenggelam dalam kemewahan duniawi. Urusan pemerintahan diserahkan kepada
perdana menteri yang mengambil dominasi di tubuh pemerintahan. Akibatnya, jabatan khalifah hanya
menjadi lembang negara, sedangkan pengaruh politik berada di tangan para Perdana Menteri yang
menjabat. Selain itu, di masa khalifah Al-Hakim Biamrillah, terdapat konflik antara aliran Sunni dan
Syiah. Khalifah ini menganut aliran Syiah dan ia mengangkatnya sebagai mazhab resmi negara. Padahal,
mayoritas penduduk Mesir berpaham Sunni. Akibatnya, terjadi konflik antara rakyat dan penguasa.
Apalagi para qadhi dan hakim dipaksa mengeluarkan putusan sesuai dengan ajaran Syiah yang melahirkan
jurang perbedaan besar antara penduduk dan sistem hukumnya.
Bentuk bentuk penjajahan barat terhadap dunia islam termasuk di
Indonesia di latar belakangi oleh terjadinya perang salib. Negara-negara
Barat seperti Inggris, Perancis, Spanyol, Italia, Rusia dan lain-lain memang
mempunyai teknologi militer dan industri perang yang lebih canggih dibandingkan dengan
negara Islam, sehingga mereka tidak segan-segan untuk menyerang dan mengalahkan
wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan Islam.

Dari awal penjajahan Barat yaitu perang salib umat Islam telah kehilangan
berbagai daerah yang semula telah dikuasai Islam, yang kemudian jatuh ke
tangan orang Kristen, yang sukar untuk dikembalikan kembali. Jadi pada
perang salib ini telah terjadi penaklukan dan penyerangan yang dilakukan oleh
negara Barat untuk merebut wilayah-wilayah kekuasaan Islam.
Di setiap tempat yang terdapat Islam, tidak ada kelanggengan bagi
pilar-pilar sistem pemerintahan otoriter. Setiap tempat yang dihuni
Islam, akan menjadi tanda perlawanan terhadap segala bentuk kezaliman dan
kekejaman penjajahan dan eksploitasi, penghinaan dan peremehan terhadap manusia,
serta perlawanan terhadap poros yang dikuasai sistem pemerintahan sewenang-wenang
di dunia kontemporer .
Invasi Eropa terhadap dunia Islam tidak pernah sama, tetapi selalu secara
menyeluruh dan efektif. Penetrasi Barat terhadap dunia Islam di Timur Tengah
pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa terkemuka, Inggris dan Perancis.
Inggris terlebih dahulu mencoba menguasai kerajaan Mughal India. Selama
pertengahan terakhir abad ke-18, para pedagang Inggris telah memantapkan
diri di Benggali. Rentang waktu antara 1798 – 1818, dengan perjanjian atau
aksi militer, pemerintahan kolonial Inggris tersebar ke seluruh India, kecuali
lembah Indus, yang baru menyerah pada tahun 1843 – 1849.
Sementara itu Perancis merasa perlu memutuskan hubungan
komunikasi antara Inggris di barat dan India di timur. Oleh karena itu,
pintu gerbang ke India, yakni Mesir berhasil ditaklukkan dan dikuasai oleh Napoleon
Bonaparte pada tahun 1798 M. Alasan lain Perancis menaklukkan Mesir adalah untuk
memasarkan hasil-hasil industrinya. Mesir, di samping mudah dicapai dari Perancis juga
dapat menjadi sentral aktivitas untuk mendistribusikan barang-barang ke Turki,
Syiria hingga ke timur jauh.
Pada tahun 1799 M., Napoleon Bonaparte meninggalkan Mesir karena
situasi politik yang terjadi di negara tersebut. Ia kemudian menunjuk jenderal Kleber
menggantikan kedudukan Napoleon di Mesir. Dalam suatu pertempuran laut
antara Inggris dan Perancis, jenderal Kleber kalah dan meninggalkan Mesir
pada tahun 1801 M., dan di Mesir terjadi kekosongan kekuasaan.
Kekosongan tersebut dimanfaatkan oleh seorang
perwira Turki, Muhammad Ali dengan didukung oleh rakyat,
berhasil megambil alih kekuasaan dan mendirikan dinasti. Pada
masa itu Mesir sempat menegakkan kedaulatan dan
melakukan beberapa pembeharuan, namun pada tahun 1882
M. dapat ditaklukkan kembali oleh Inggris.
Faktor utama yang menarik kehadiran kekuatan-kekuatan
Eropa ke negara-negara muslim adalah ekonomi dan politik. kemajuan Eropa
dalam bidang industri menyebabkannya membutuhkan bahan-bahan baku, di
samping rempah-rempah. Mereka juga membutuhkan negeri-negeri tempat
memasarkan hasil industri mereka. Untuk menunjang perekonomian tersebut,
kekuatan politik diperlukan sekali.
Akan tetapi persoalan agama seringkali terlibat dalam proses politik penjajahan
barat atas negeri-negeri muslim. Trauma Perang Salib masih membekas pada
sebagian orang barat, terutama Portugis dan Spanyol, karena kedua negara ini
dalam jangka
waktu lama, berabad-abad berada di bawah kekuasaan Islam.
1. Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Budaya

Dampak kolonialisme sangat berpengaruh sekali dalam dunia Islam,


misalnya adalah negara Turki, Turki adalah negara pertama yang dijajah oleh
Eropa karena dilihat dari letak geografisnya sangatlah dekat dengan benua eropa.
Bukan hanya turki yang telah dijjajah oleh Bangsa Barat, akan tetapi negara Islam
yang lainnya pun merasakan penajajahan bangsa Eropa, 1882 Mesir diduduki
Inggris, 1881-1883 Tunisia diserbu Perancis, 1898 Sudan ditaklukkan Inggris, 1912
Marokko diserbu Perancis dan Spanyol. Dan masih banyak negara-neagra yang
dijajah oleh Barat.

Kolonialisme barat yang membawa tiga misi yaitu : God (Tuhan/Agama),


Gold (Kekayaan), dan Glory (Kemewahan) tidak henti-hentinya mendoktrin
pikiran-pikiran masyarakat pada masa itu, dan masih terasa sampai sekarang, dan
akibat dari itu semua sangatlah banyak pengaruhnya. Para kolonialisme juga telah
merusak paradigma dan dampak yang paling jelas terlihat yaitu pada gaya hidup
masyarakat muslim, contohnya 3F yaitu :
2. Dampak kolonialisme barat dalam bidang sosial

Pertama, menyebarluaskan nafsu (Seksual) dan membuka lebar-lebar


kran dekadensi moral. Menjadi jelas ketika para penjajah itu menjajah umat Islam
melalui berbagai cara, terlebih dari bidang Agama yang mereka pandang
bahwasanya Agama adalah salah satu penghalang untuk mereka, dan jalan
termudah untuk melawan semua Agama adalah dengan membebaskan
pelampiasan hawa nafsu di tengah-tengah masyarakat dan membuka semua kran
untuk mempraktikkan semua bentuk kerusakan dan kemerosotan akhlak. Itulah
jalan yang para penjajah tempuh secara efektif.

kedua, tercermin pada orientasi ilmu pengetahuan dan pemikiran,


bersamaan dengan dampak pengaruh pemikiran ilmiah baru ke negara-negara
Islam yang cukup menarik perhatian karena memang ilmu pengetahuan pasti
punya daya tarik. Kemajuan ilmu pengetahuan barubah menjadi sarana
pemisahan orang banyak dari keyakinan akidahnya, dan menjadi perantara bagi
pemadaman obor bagi keimanan agama dalam hati serta pencabutan emosi
keagamaan sampai keakar-akarnya.
3. Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Ekonomi

Para Kolonialisme barat menggunakan segala cara untuk menghancurkan


Islam, begitu pula dalam bidang ekonomi, misalnya negara India.
India, pada masa kemajuan kerajaan Mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil
pertanian. Hal ini mengundang Eropa yang sedang mengalami kemajuan untuk
berdagang ke sana. Di awal abad ke-17 M, Inggris dan Belanda mulai
menginjakkan kaki di India. pada tahun 1611 M, Inggris mendapat izin
menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M belanda mendapat izin yang sama.
Dengan adanya monopoli perdagangan tersebut membuat kehancuran
perekonomian yang sebelumnya sudah ada. Seperti dengan masuknya barang-
barang import kenegara jajahannya yang membuat produk-produk local
mengalami kerugian. Ini dikarenakan barang-barang import yang masuk
kualitasnya lebih baik dan harganya lebih murah. Disamping itu barang-barang
yang diproduksi Negara-negara barat bisa diproduksi dengan jumlah banyak
karena majunya perindustrian di eropa yang menggunakan mesin dalam
memproduksinya.
4. Dampak kolonialisme barat dalam bidang politik

Kololnialisme mengetahui bahwasanya daerah-daerah yang diduduki oleh islam itu


terdapat kekayaan yang banyak sekali sehingga mereka ingin menguasai sepenuhnya seperti
minyak bumi, gas alam dan sebagainya, ini merupakan kekayaan yang melimpah untuk masa
depan. Politik yang mereka pakai untuk melumpuhkan islam adalah menjauhkan orang
muslim dari sejarah masa silam (kejayaan islam) dan meniadakan peran penting ulama dalam
kenyataan hidup.

Politik mereka ini mengarah pada kemerosotan dan kerusakan kemanusiaan yang
dapat dikelompokkan dalam dua judul yakni; sistem sosial dan sistem intelektual.
- Sistem sosial, tujuan dari perwujudan dalam hal ini adalah meniadakan kenyataan akan
kemanusiaan sebagai suatu esensi utama dan supra-material yang secara tragis dilupakan.
Seperti kapitalisme dan komunisme – meski beda dalam bentuk lahirnya – menganggap
manusia sebagai binatang ekonomis (economic animal), yang hanya bertumpu pada
pemenuhan kebutuhan material saja.
- Sistem intelektual/ideologi, tidak hanya orang islam yang tertarik pada pengetahuan,
begitupun bangasa barat. Karena intelektual memiliki ketertarikan, kolonialisme
memunculakan ideoliogi-ideologi kontemporer yang menutupi akan tujuan mereka untuk
meniadakan konsep manusia sebagai mahluk utama. Seperti historisisme, biologisme dan
sosiologisme.
4. Dampak kolonialisme barat dalam bidang Agama

Negara kolonial sebuk menjalankan politk tersebut selama bertahun-


tahun lamanya sehingga peran para ulama melemah di banyak wilayah
pendudukan. Keberadaan para ulama terpinggirkan, tak punya otoritas apapun,
bahkan tak lagi menyandang identitas ulama. Para ulama itu tersingkir ketempat-
tempat yang sangat terbatas dan disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan remeh
dan tidak berhubungan dengan kenyataan hidup, seperti mengurusi orang mati
dan pekerjaan-pekerjaan lainya yang bersifat formal. Saat berupaya mealapangkan
rencananya menguasai politik, ekonomi, sosial, dan kebuudayaan, negara-negara
Kolonial justru berbenturan dengan dinding kokoh, yang terbentuk dari keyakinan
agama. Tentunya, tidak semua agama di setiap tempat berdiri menentang intrik
penjajahan; misalnya, Agama yang menyimpang dan agama buatan tangan
kekuasaan. Sudah tentu, agama semacam ini tidak akann menentang kolonialsme.
Sebaliknya, Islam sebagai perlambang kesempurnaan agama, bangkit dengan
benar menentang penjajahan dan menghadapi para kolonial di wilayah-wilayah
Islam. Para penjajah tealh memahami itu lewat berbagai penelitian. Meraka
mencobanya di India, di negara-negara Arab, dan di Iran.
1. Tidak adanya ideologi pemersatu
Saat itu kelompok etnis non-Arab
sering
merusak perdamaian karena salah
dalam
2. Permasalahan ekonomi
pemberian dan penggunaan istilah
Saat itu ilmu pengetahuan lebih gencar
kepada dikembangkan dibandingkan bidang
para mukalaf. perekonomian. Sehingga saat itu terjadilah
kesulitan ekonomi yang akhirnya
berpengaruh pada bidang politik dan
militer.
3. Sistm peralihan kekuasaan tidak jelas
Salah satu alasannya karena ada perebutan
kekuasaan oleh para ahli waris. Sehingga
kepemimpinan menjadi tidak jelas.
Thank you
Do you have any questions?

Anda mungkin juga menyukai