Daulah ini berlangsung dari tahun 132 H/750 M, sampai tahun 656 H/1258 M.
pusatnya di bagdad. Kerajaan ini memilik 37 raja yang susul-menyusul.pada
masa kerajaan ini islam mengalami puncak kejayaannya disegala bidang
kehidupan.[1]
Khalifah abbasiyah didirikan oleh bani abbas yang bersekutu dengan orang-
orang Persia. Persekutuan ini dilatarbelakangi persamaan nasib sebagai bangsa
tang tertindas. Setelah kekhalihan abbasiyah berdiri bani abbas tetap
mempertahankan persekutuan ini. Orang- orang arab terpecah belah dengan
adanya ‘ashabiyyah kesukuan. Dengan demikian kehalifah abbasiyah tidak
ditegakkan pada ‘ashabiyah tradisional.
Namun hal itu tidak membuat bangasa Persia puas. Mereka menginginkan
sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari persia pula. Sementara itu bangsa
arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah
(ras) yang istimewa dan merka menganggap rendah bangsa non-arab didunia
islam.
Fanatisme semacam ini dibiarkan berkembang oleh penguasa saat itu, bahkan
para khaliafah menjalankan system perbudakan baru. Budak-budak bangsa
Persia dan turki dijadikan pegawai dan tentara. Mereka diberi nasab sebagai
kaum yang menerima gaji(dianggap sebagai hamba). System ini yang yang
membuat bangsa Persia dan turki semakin kekeh syu’ubiyahnya. Karena jumlah
mereka besar, mereka merasa bahwa Negara ada miliknya. Mereka memiliki
kekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan khalifah. Muncullah
kecenderungan masing-masing Negara untuk saling mendominaasi kekuasaan
dari periode pertama daulah abbasiyah. Namun karena khalifah masa itu kuat,
stabilitas politik dapat terjaga.
Setelah khaliafah al-mutawakkil naik dominasi tentara turki tak terbendung lagi.
Pad masa itu sebenarnya pemerintahan bani abbas sudah musnah karena
kekuasaan dipegang oleh orang-orang turki. Selanjutnya kekuasaan direbut oleh
bani buwaih dari Persia di periode ketiga, dan dinasti Seljuk pada periode
keempat.
2. Kemerosotan ekonomi
ü Diperingannya pajak.
3. Konflik Keagamaan
Pada saat gerakan zindiq mulai tersudut para pendukungnya banyak yang
berlindung dibalik ajaran syiah, sehingga banyak aliran syiah yang dipandang
ghulat(ekstrim) dan dianggap menyimpang, bahkan oleh penganut syiah sendiri.
Aliran syiah adalah satu aliran politik dalam islam yang berhadapan dengan
konsep ahlussunah. Diantara keduanya sering terjadi konflik yang terkadang
juga melibatkan penguasa.
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak hanya sebatas konflik antara muslim
dan zindiq atau syiah dengan ahlussunah saja, tetapi antar aliran dalam islam.
Mu’tazilah misalnya yang cenderung rasionalis dituduh sebagai pembuat bid’ah
oleh golongan salaf. Perselisihan diantara keduanya dipertajam oleh al-ma’mum
yang menjadikan mu’tazilah sebagai mazhab resmi Negara dan melakukan
mihnah. Namun pada masa khalifah al- mutawakkil aliran mu’tazilah dibatalkan
sbagai mzhab resmi Negara dan aliranslaf kembali naik daun. Tidak tolerannya
golongan salaf terhadap pengikut mu’tazilah telah menyempitnkan horizon
intelektual.[3]
Ancaman dari luar adalah factor eksternal yang menyebabkan runtuhnya daulah
abbasiyah. Adanya perang salib yang terjadi dalam beberapa gelombang dan
hadirnya tentara mongol dibawah pimpinan hulagu khan
. Sejak saat itu Daulah Fathimiyah memindahkan ibu kotanya ke Kairo, Mesir.
Secara keseluruhan Daulah Fathimiyyah berkuasa selama 262 tahun dengan
khalifah pertamanya Ubaidillah Al-Mahdi dan khalifah terakhirnya Al-Adid
Billah. Daulah Fathimiyah mencapai puncak kejayaannya pada saat khalifah
kelima yaitu Khalifah Abu Manshur Nizar Al-Aziz (975-996 M) berkuasa. Di
bawah kekuasaanya Mesir hidup dalam kedamaian, dan pada masa Khalifah
AlMuiz Lidinillah Masjid Al-Azhar yang kemudian hari menjadi Universitas
AlAzhar dibangun.
Daulah Ayyubiyah adalah sebuah dinasti sunni yang berkuasa di Mesir, Suriah,
sebagian Yaman, Irak, Mekah, Hejaz dan Dyarbakir. Dinasti Ayyubiyah
didirikan oleh Shalahuddīn al-Ayyubi. Penamaan al-Ayyubiyah dinisbatkan
kepada nama belakangnya Al-Ayyubi, diambil dari nama kakeknya yang
bernama Ayyub. Nama besar dinasti ini diperoleh sejak Shalahuddin Yusuf Al-
Ayyubi berhasil mendirikan kesultanan yang bermazhab Sunni, menggantikan
kesultanan Fathimiyah yang bermazhab Syi’ah
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Mesir dan daerah lainnya pada sektor
pertanian, Daulah Ayyubiyah telah menggunakan sistem irigasi, pembangunan
waduk dan bendungan serta terusan untuk mengairi kebun dan pertanian. Para
petani SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MTs KELAS VIII 81 merasakan
manfaat dari fungsi irigasi, waduk, dan terusan yang dibangun ini. Salah satu
hasilnya produk panen berlimpah seperti, kurma, gula, dan gandum.
Shalahuddin Al-Ayyubi memulai karir politiknya ketika ia masih muda. Ketika
itu Sang Ayah yang bernama Najmuddin bin Ayyub menjabat sebagai
komandan pasukan di kota Ba’labak (sebelah utara Suriah). Najmuddin bin
Ayyub ditunjuk menjadi komandan oleh gubernur Nuruddin Zangi.