Anda di halaman 1dari 11

KEMUNDURAN DINASTI

ABBASIYAH

Dr. A. Aisyah, S.Pd.,M.Pd.


Faktor-Faktor yang Berpengaruh Atas Kemuduran Dinasti Abasiyah; Internal dan Eksternal

 Segala sesuatu di dunia ini berjalan menurut hukum sebab akibat, apa yang terjadi
pastilah ada sebabnya. Dinasti Abbasiyah yang begitu maju dan besar akhirnya
mengalami kemunduran yang drastis. Namun, kemunduran Abbasiyah tidak terjadi
begitu saja, melainkan ada faktor penyebab kemundurannya. Faktor tersebut terdiri
dari faktor internal sebagai berikut.

1. Kemewahan hidup di kalangan penguasa


Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang diraih Dinasti Abbasiyah pada periode
pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup serba mewah, bahkan cenderung mencolok.
Setiap khalifah cenderung ingin lebih mewah daripada pendahulunya. Kondisi ini berpeluang kepada tentara
profesional asal Turki untuk mengambil alih kendali pemerintahan.
2. Perebutan kekuasaan antara keluarga Bani Abasiyah
Perebutan kekuasaan keluarga Bani Abasiyah dimulai sejak masa Al-Ma’mun dengan Al-Amin. Ditambah
dengan masuknya unsur Turki dan Persia. Setelah Al-Mutawakkil wafat, pergantian khalifah terjadi secara
tidak wajar.
Lanjutan Kemunduran Dinasti Abbasyiah Faktor Internal

3. Konflik keagamaan
Sejak terjadinya konflik antara Muawiyah dan Khalifah Ali yang berakhir dengan lahirnya tiga
kelompok umat, yaitu : pengikut Muawiyah, Syi’ah, dan Khawarij. Ketiga kelompok tersebut
senantiasa berebut pengaruh.
Yang paling berpengaruh pada masa kekhalifahan Muawiyah maupun Abbasiyah adalah kelompok
Sunni dan kelompok Syi’ah. Walaupun pada masa-masa tertentu antara kedua kelompok tersebut
saling mendukung. Misalnya pada masa pemerintahan Buwaihi, antara kelompok yang tak pernah
ada satu kesepakatan.
Kemunduran Dinasti Abasiyah dari Faktor Eksternal
Kemunduran Abbasiyah juga karena ada faktor eksternal, antara lain: banyaknya pemberontakan, dominsai
bangsa Turki, dan dominasi bangsa Persia. Berikut penjelasannya:

1. Banyaknya pemberontakan
Banyaknya daerah yang dikuasai oleh khalifah, akibat kebijakan yang lebih menekankan pada pembinaan
peradaban dan kebudayaan Islam, secara real, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-
gubernur yang bersangkutan. Akibatnya, provinsi-provinsi tersebut banyak yang melepaskan diri dari
genggaman penguasa Bani Abbas.
Adapun cara mereka melepaskan diri dari kekuasan Baghdad dengan dua cara, yaitu:
Pertama: seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan
penuh, seperti Daulah Umayah di Spanyol dan Indrisiyah di Maroko.
Kedua: seseorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah, kedudukannya semakin bertambah kuat.
Kemudian melepaskan diri, seperti daulat Aglabiyah di Tunisia dan Thahiriyah di Kurasan.
Lanjutan
2. Dominsai bangsa Turki
 Sejak abad kesembilan, kekuatan militer Abbasiyah mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya,
para penguasa Abbasiyah memperkerjakan orang-orang profesional di bidang kemiliteran, khususnya
tentara Turki. Kemudian mengangkatnya menjadi panglima-panglima.
 Pengangkatan anggota militer inilah dalam perkembangan selanjutnya merebut kekuasaan tersebut.
Walaupun khalifah dipegang oleh Bani Abbas, di tengah mereka, khalifah bagaikan boneka yang tidak
bisa berbuat apa-apa. Bahkan, merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah yang sesuai dengan
politik mereka.
 Khalifah Dinasti Abbasiyah yang berkuasa pada masa kekuasaan Bangsa Turki I, mulai khalifah ke-10
yaitu Khalifah Al-Mutawwakil tahun 232 H. hingga Khalifah ke-22 yaitu Al-Mustaqfi Billah (Abdullah
Suni Qasim) pada tahun 334 H.
 Pada masa kekuasaan bangsa Turki II (Banu Saljuk), mulai dari khalifah ke-27, Muqtadie bin
Muhammad tahun 467 H, hingga khalifah ke-37 Musta’shim bin Mustanshir tahun 656 H.
Lanjutan

3. Dominasi bangsa Persia


 Masa kekuasan bangsa Parsi (Banu Buyah) berjalan lebih dari 150 tahun. Pada masa ini, kekuasaan pusat
di Baghdad dilucuti dan di berbagai daerah muncul negara-negara baru yang berkuasa dan membuat
kemajuan dan perkembangan baru.
 Pada awal pemerintahan Bani Abbasiyah, keturunan Parsi bekerja sama dalam mengelola pemerintahan
dan Dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam berbagai bidang.
 Pada periode kedua, saat kekhalifahan Bani Abbasiyah sedang mengadakan pergantian khalifah, yaitu
dari Khalifah Muttaqi (khalifah ke-22) kepada Khalifah Muthie’ (khalifah ke-23) tahun 334 H., Banu
Buyah (Parsi) berhasil merebut kekuasaan.
 Pada mulanya mereka berkhidmat kepada pembesar-pembesar dari para khalifah, sehingga banyak dari
mereka yang menjadi panglima tentara, di antaranya menjadi panglima besar.
 Namun, setelah mereka memiliki kedudukan yang kuat, para khalifah Abbasiyah berada di bawah
telunjuk mereka dan seluruh pemerintahan berada di tangan mereka.
 Khalifah Abbasiyah hanya tinggal namanya saja, hanya disebut dalam doa-doa di atas mimbar, bertanda
tangan di dalam peraturan dan pengumuman resmi dan nama mereka ditulis atas mata uang dinar dan
dirham.
Munculnya Dinasti- Dinasti Kecil:
1. Bani Buwaih

 Pada periode ketiga Dinasti Abbasiyah (945-1055 M), Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah di
bawah kekuasaan Dinasti Buwaih. Sejarah berdirinya dinasti ini bermula saat Dinasti
Abbasiyah mulai mengalami kemunduran. Sejarah Dinasti yang pemimpinnya beraliran Syiah
ini dimulai dari tiga putra Abu Syuja Buwaih, seorang keturunan penguasa Sasanid dari suku
Dailami. Ketiga putranya tersebut adalah Ali, Hasan dan Ahmad.
 Bermula dari pengangkatan Ali yang merupakan keturunan Abu Syuja Buwaih, ia akhirnya
melakukan ekspansi dan menjadi awal mula berdirinya Dinasti Buwaihi, mesti Dinasti
Abbasiyah. Ketik Dinasti Abbasiyah di bawah kekuasaan Dinasti Buwaih, kekuasaan Dinasti
Abbasiyah tinggalah nama. Roda pelaksanaan pemerintahan dikendalikan oleh Bani Buwaih.
2. Kaum Seljuk

Seljuk adalah sebuah dinasti Islam yang berkuasa di Asia Tengah dan
Timur Tengah antara abad ke-11 hingga abad ke-14. Dinasti ini dikenal
sebagai pendiri kekaisaran Islam pertama di Turki, yaitu Kekaisaran Seljuk
Agung. Pada masa keemasannya, daerah kekuasaannya begitu luas, yakni
terbentang dari Anatolia sampai ke Punjab di belahan selatan Asia, hingga
akhirnya menjadi sasaran utama Perang Salib Pertama.
Akhir Dinasti Abbasiyah
 Persaingan antarbangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Namun
dalam prosesnya, orang-orang Persia tidak merasa puas dan menginginkan sebuah dinasti
dengan staf dari negaranya. Sementara bangsa Arab beranggapan bahwa mereka istimewa dan
menganggap rendah bangsa non-Arab. Oleh karena itu, muncullah dinasti-dinasti yang ingin
melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad.

 Kemerosotan ekonomi
Meski sempat bergelimang kekayaan, Kekhalifahan Abbasiyah mulai mengalami kemunduran di
bidang ekonomi karena pendapatan terus menurun sementara pengeluaran mereka terus
meningkat.

 Perang Salib
Perang Salib yang berlangsung selama beberapa periode tidak hanya menelan banyak korban,
tetapi juga menimbulkan kerugian yang besar.
Akhir Dinasti Abbasiyah

Serangan Bangsa Mongol dan jatuhnya


 Baghdad Pada 1258 masehi, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang
menyerang Baghdad. Penguasa terakhir Kekhalifahan Abbasiyah benar-benar tidak berdaya
membendung tentara mongol sebanyak itu. Jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Mongol
secara otomatis mengakhiri kekuasaan Bani Abbasiyah.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai