Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM


“MASA TIGA KERAJAAN BESAR ISLAM”
Dosen Pengampu: Dr. Opi Teci Darisma. P, M. Pd. I

Disusun oleh kelompok 4:


1. Ayu Arisama Ningsih : PM.02.221.1007
2. Ayun Mira Aprilina : PM.02.221.1008
3. Dewi Agustina : PM.02.221.1020
4. Habibatul Wahidiyah : PM.02.221.1035

YAYASAN NURUL ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGO
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
5.A2/2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu
Wa Ta’ala Tuhan seluruh alam yang maha rahman dan rahim karena atas berkat
rahmat dan kasih sayang-Nya makalah yang berjudul “Masa Tiga Kerajaan Besar
Islam“ terselesaikan dan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pengampu
mata kuliah Sejarah Peradapan Islam, Ibu Dr. Opi Teci Darisma. P, M. Pd. I, yang
telah mengarahkan dan membimbing pembuatan makalah yang baik dan benar.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik
bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah
ini dengan senang hati penulis terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Muara Bungo, 29 Oktober 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Kerajaan Usmani Di Turki...........................................................................2
B. Kerajaan Safawi Di Persia...........................................................................7
C. Kerajaan Mughal Di India............................................................................11
BAB III PENUTUP.........................................................................................16
A. Kesimpulan..................................................................................................16
B. Saran.............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemunculan tiga kerajaan Islam yaitu Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan
Safawi serta Persia dan Kerajaan Mughal juga India sudah banyak menaruh
donasi bagi perkembangan peradaban Islam. Kerajaan Usmani meraih masa
kejayaannya dibawah kepemimpinan Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M)
serta Kerajaan Safawi, Syah Abbas I membawa kerajaan mencapai dan meraih
kemajuan dalam 40 tahun periode kepemerintahannya pada tahun 1588-1628 M.
Dan pada Kerajaan Mughal meraih masa keemasan dibawah Sultan Akbar (1542-
1605 M). Seperti takdir yang sudah Allah tentukan pada setiap kejayaan tentu
akan berganti menggunakan kemunduran bahkan sebuah kehancuran. Demikian
jugadengan yang terjadi dalam ketiga kerajaan tadi. Setelah pemerintahan yang
gilang gemilang pada bawah kepemimpinan tiga raja itu, masing-masing
kerajaantersebut mengalami fase kemunduran. Namun, penyebab kemunduran
tadi berlangsung menggunakan kecepatan yang berbeda-beda. Kemunduran-
kemunduran inilah yang akan penulis bahas pada makalah ini. Lantaran
pengaruhnya sangat akbar terhadap kelangsungan peradaban Islam secara
keseluruhan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka
dapat dirumuskan:
1. Bagaimana sejarah kerajaan Usmani di Turki?
2. Bagaimana sejarah kerajaan Safawi di Persia?
3. Bagaimana sejarah kerajaan Mughal di India?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui perkembangan sejarah kerajaan Usmani di Turki.
2. Untuk mengetahui perkembangan sejarah kerajaan Safawi di Persia.
3. Untuk mengetahui perkembangan sejarah kerajaan Mughal di India.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerajaan Utsmani Di Turki
1. Asal Usul Kerajaan Utsmani
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang
mendiami daerah Mongol dan daerah utara Negeri Cina. Sebuah kelompok
muslim dibawah pimpinan Ertoghrul yang mengabdikan diri kepada Sultan
Dinasti Saljuk Rum di dataran tinggi Asia Kecil, yakni Sultan Alauddin II yang
saat itu sedang berperang melawan Bizantium. Atas jasa baik Ertoghrul yang
akhirnya membuat kemenangan perang bagi Sultan Alauddin II, maka Sultan
Alauddin II menghadiahi sebidang tanah kecil kepada Ertoghrul. Yang kemudian
terus berkembang menjadi sebuah ibu kota yang diberi nama Syukud.
Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh
putranya, yaitu Utsman bin Ertoghrul bin Sulaiman Syah bin Kia Alp, 1di bawah
Sultan Alauddin II hingga 1300 M. Kemudian Bangsa Mongol menyerang
kerajaan Saljuk dan Sultan Alauddin II terbunuh, mengakibatkan terpecahnya
kerajaan Saljuk menjadi beberapa kerajaan kecil. Utsman pun menyatakan
kemerdekaan penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Turki
Utsmani dinyatakan berdiri. Pemimpin pertamanya adalah Utsman yang sering
juga disebut Utsman I bergelar Padisyah al-Utsman.
Ekspansi besar-besaran dilakukan Utsman I ketika masa pemerintahannya
antara tahun 1290 M hingga 1326 M. Ketika Utsman I meninggal dunia, maka
misi ekspansi wilayah dilanjutkan oleh pemimpin-pemimpin selanjutnya. Namun,
ketika masa pemerintahan Sultan Bayazid I ekspansi kerajaan Turki Utsmani
sempat terhenti beberapa lama ketika ekspansi diarahkan ke Konstantinopel.
Serangan tak terduga kepada kerajaan Turki Utsmani dilakukan oleh tentara
Mongol yang kala itu dipimpin oleh Timur Lenk, pertempuran hebat terjadi di
Ankara tahun 1402 M dan menewaskan Sultan Bayazid I bersama putranya dalam
tawanan pada tahun 1403 M.2

1
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 248.

2
3

Kerajaan Turki Utsamani mencapai kegemilangannya pada saat kerajaan


ini dapat menaklukkan pusat peradaban dan pusat agama Nasrani di Bizantium,
yaitu Konstantinopel. Sultan Muhammad II yang bergelar al-Fatih (1415-1484 M)
dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel pada 28 Mei
tahun 1453 M dan mengganti nama Konstantinopel menjadi Istanbul, kemudian
menjadikannya sebagai ibukota. Sultan Muhammad II mengubah gereja Aya
Sophia menjadi sebuah masjid yang megah tempat ibadah penduduk muslim.
Kerajaan Turki Utsmani yang memerintah hampir tujuh abad lamanya
(1299-1924 M), dan diperintah oleh 38 Sultan. Mereka itu adalah :
1. Utsman I (1299-1326 M)
2. Orkhan (Putra Utsman I) (1326-1359 M)
3. Murad (Putra Orkhan) (1359-1389 M)
4. Bayazid I (Putra Murad I) (1389-1402 M)
5. Muhammad I (Putra Bayazid I) (1403-1421 M)
6. Murad II (Putra Muhammad I) (1421-1451 M)
7. Muhammad II al Fatih (Putra Murad II) (1451-1481 M)
8. Bayazid II (Putra Muhammad II) (1481-1512 M)
9. Salim I (Putra Bayazid II) (1512-1520 M)
10. Sulaiman I al Qanuni (Putra Salim I) (1520-1566 M)
11. Salim II (Putra Sulaiman I) (1566-1573 M)
12. Murad II (Putra Salim II) (1573-1596 M)
13. Muhammad II (Putra Murad III) (1596-1603 M)
14. Ahmad I (Putra Muhammad III) (1603-1617 M)
15. Mustafa I (Putra Muhammad III) (1617-1618 M)
16. Suman I (Putra Ahmad III) (1618-1622 M)
17. Murad I (Yang kedua kalinya) (1622-1623 M)
18. Murad IV (Putra Ahmad I) (1623-1640 M)
19. Ibrahim I (Putra Ahmad I) (1640-1648 M)
20. Muhammad II (Putra Ibrahim I) (1648-1687 M)

2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), cet. 24, h. 130-
131.
4

21. Sulaiman I (Putra Ibrahim I) (1687-1691 M)


22. Ahmad II (Putra Ibrahim I) (1691-1695 M)
23. Mustafa II (Putra Muhammad IV) (1695-1703 M)
24. Ahmad II (Putra Muhammad IV) (1703-1730 M)
25. Mahmud I (Putra Mustafa II) (1730-1754 M)
26. Utsman III (Putra Mustafa II) (1754-1757 M)
27. Mustafa III (Putra Ahmad III) (1757-1774 M)
28. Abdul Hamid I (Putra Ahmad III) (1774-1788 M)
29. Salim III (Putra Mustafa III) (1789-1807 M)
30. Mustafa IV (Putra Abdul Hamid I) (1807-1808 M)
31. Mahmud II (Putra Abdul Hamid I) (1808-1839 M )
32. Abdul Majid (Putra Mahmud II) (--)
33. Abdul Aziz (Putra Mahmud II) ( -1861 M)
34. Murad V (Putra Abdul Majid I) (1861-1876 M)
35. Abdul Hamid II (Putra Abdul Majid I) (1876-1909 M)
36. Muhammad VI (Putra Abdul Majid I) (1909-1918 M)
37. Muhammad VI (Putra Abdul Majid I) (1918-1922 M)
38. Abdul Majid II (1922-1924 M)
Kejayaan Turki Utsmani terjadi pada abad ke-16, ketika wilayah yang
dimiliki Dinasti Turki Utsmani membentang dari Selat Persia di Asia sampai ke
pintu gerbang Kota Wina di Eropa dan dari laut Gaspienne di Asia sampai ke
Aljazair di Afrika Barat.3
2. Kemajuan-kemajuan Kerajaan Utsmani
a. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan
Kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur
pada masa pemerintahan Sultan Orkhan (1336-1359 M) mengadakan perombakan
dalam tubuh organisasi militer dalam bentuk mutasi personel pimpinan dan
perombakan dalam keanggotaan.4 Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai

3
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), cet. 2, h. 196-199
4
Fatah Syukur NC, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2010), cet. 2, h.
138.
5

anggota, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing
dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil
dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau
Inkisyariyah.5
Keberhasilan ekspansi wilayah oleh militer kerajaan Turki Utsmani
tersebut dibarengi pula dengan terciptanya susunan pemerintahan yang teratur.
Sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh Shadr al-A’zham (perdana
menteri) yang membawahi Pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat
I. Dibantu oleh beberapa orang Az-Zanaziq atau Al-Alawiyah (bupati). Dan
pengadilan tertinggi dipegang oleh seorang Mufti.
Untuk mengatur urusan pemerintahan pada masa Sultan Sulaiman I
disusunlah sebuah kitab Undang-Undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama
Multaqa al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Utsmani.
Karena jasa besar Sultan Sulaiman I ini, maka dia digelari al-Qanun.6
b. Bidang Ilmu Pengetahuan
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Utsmani lebih banyak
memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam
bidang ilmu pengetahuan mereka tampak tidak begitu menonjol.
c. Bidang Kebudayaan
Dalam bidang kebudayaan, Kerajaan Turki Utsmani telah melahirkan
tokoh-tokoh terkenal pada abad ke-16, 17, dan 18. Antara lain penyair yang
bernama Nafi’ (1528-1636 M) dan Muhammad Esat Efendi atau Galip Dede
(1757-1799 M), penulis yang membawa pengaruh Persia yakni Yusuf Nabi (1642-
1712 M). Kemudian dalam bidang sastra Turki Utsmani memunculkan dua tokoh
terkemuka, yaitu Katip Celebi dan Evliya Celebi. Adapun dalam bidang arsitektur
bangunan. Turki Utsmani begitu berpengaruh di Turki seperti arsitek dalam
bangunan-bangunan masjid yang indah Masjid Sultan Muhammad al-Fatih,
Masjid Agung Sultan Sulaiman, dan Masjid Aya Sophia.
3. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Utsmani

5
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,…, h. 134.
6
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam,…, h. 201-202.
6

Pada akhir kekuasaan Sulaiman al-Qanuni I kerajaan Turki Utsmani


berada di tengah-tengah dua kekuatan monarki Austria di Eropa dan kerajaan
Safawiyah di Asia. Melemahnya kerajaan Turki Utsmani setelah wafatnya Sultan
Sulaiman I dan digantikan oleh Sultan Salim II membuat kerajaan Turki Utsmani
pada abad ke-19 mengalami kemunduran yang sangat tajam.
Munculnya berbagai macam pemberontakan, banyaknya daerah yang
mulai memisahkan diri dan mendirikan pemerintahan otonom yang merdeka, serta
bangkitnya Mesir dibawah pimpinan Ali Bey. Membuat kerajaan Turki Utsmani
benar-benar mengalami masa kemunduran.
Berikut dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduran
kerajaan Turki Utsmani:7
a. Faktor Internal
1. Luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya sistem pemerintahan, kurangnya
keadilan serta korupsi yang merajalela.
2. Heterogenitas penduduk dan agama, yang tidak sesuai dengan landasan
kerajaan Turki Utsmani sebagai negara militer.
3. Kehidupan para penguasa yang suka bermewah-mewahan.
4. Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang berlangsung
berabad-abad lamanya.
b. Faktor Eksternal
1. Timbulnya gerakan nasionalisme di kalangan bangsa-bangsa yang tunduk pada
kerajaan Turki Utsmani.
2. Melemahnya militer kerajaan Turki Utsmani dikarenakan ketidak
tersediaannya persenjataan yang lengkap.

B. Kerajaan Safawi Di Persia


1. Asal Usul Kerajaan Safawi

7
Ibid.
7

Ketika kerajaan Utsmani sudah mencapai puncak kemajuannya, kerajaan


Safawi di Persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Dalam
perkembangannya, kerajaan Safawi sering bentrok dengan Turki Utsmani.
Berbeda dari dua kerajaan besar Islam lainnya (Utsmani dan Mughal),
kerajaan Safawi menyatakan Syi’ah sebagai madzhab negara. Kerajaan Safawi
berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di
Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu yang
hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Utsmani. Nama Safawi diambil
dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama Safawi itu terus
dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan nama tersebut
terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan.
Dalam kecenderungan memasuki dunia politik dan perluasan politik
keagamaan, kerajaan Safawi mendapat wujud konkretnya pada masa
kepemimpinan Juneid (1447-1460 M). Perluasan kegiatan ini menimbulkan
konflik antara Juneid dengan penguasa Kara Koyunlu (domba hitam), dalam
konflik tersebut Juneid kalah dan diasingkan kesuatu tempat. Di tempat baru ini ia
mendapatkan perlindungan dari Diyar Bakr, Al-Koyunlu (domba putih) yang
dinggal di istana Uzun Hasan. Kemudian ia beraliansi secara politik dengan Uzun
Hasan, ia juga mempersunting saudara perempuan Uzun Hasan. Pada saat ia
mencoba merebut Sircassia (1460 M), ia sendiri terbunuh dalam pertempuran
tersebut.
Ketika itu anak Juneid, Haidar, kepemimpinan gerakan Safawi baru bisa
diserahkan secara resmi pada tahun 1470 M. Hubungan Haidar dengan Uzun
Hasan semakin erat setelah Haidar mengawini salah seorang putri Uzun Hasan.
Dari perkawinan ini lahirlah Ismail yang dikemudian hari menjadi pendiri
kerajaan safawi di Persia. Gerakan militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar
dipandang sebagai rival politik oleh Al Koyunlu. Padahal, Safawi adalah sekutu
dari Koyunlu. Ketika Safawi menyerang wilayah Sircassia dan pasuka Sirwan, Al
Koyunlu mengirim bantuan militer kepada Sirwan sehingga pasukan Haidar kalah
dan Haidar sendiri terbunuh dalam peperangan itu.
8

Ali, putra dan pengganti Haidar, didesak oleh bala tentara untuk menuntut
balas atas kematian ayahnya terutama terhadap Al Koyunlu. Tetapi Ya’kub
pemimpin Al Koyunlu dapat menangkap dan memenjarakan ali bersama
saudaranya, Ibrahim, Ismail, dan Ibunya, di Fars selama empat setengah tahun
(1489-1493 M). Mereka dibebaskan oleh Rustam, putra makhota Al Koyunlu,
dengan syarat mau membantunya memerangi saudara sepupunya. Setelah saudara
sepupu Rustam dapat dikalahan. Ali bersaudara kembali ke Ardabil. Akan tetapi
tidak lama kemudian Rustam berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara,
dan Ali terbunuh dalam serangan ini (1494 M).
Kepemimpinan gerakan safawi, selanjutnya berada ditangan Ismail. Pada
tahun 1501 M, pasukan Qizilbash (pasukan baret merah) menyerang dan
mengalahkan Al Koyunlu di Sharur dan memasuki serta menaklukkan Tabriz,
ibukota Al Koyunlu, di Kota ini Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja
pertama dinasti Safawi. Ia juga disebut Ismail I.
Ismail I berkuasa selama 23 tahun, sepuluh tahun pertama ia dapat
meluaskan wilayah kekuasaan ke berbagai daerah. Pada tahun 1503 M. Ia berhasil
menghancurkan sisa-sisa kekuatan Al-Koyunlu di Hamadan. Tahun 1504 M ia
menguasai provinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan dan Yazd. Tahun 1505-1507
M. Ia menguasai Diyar Bakr. Tahun 1508 M, menguasai Baghdad dan daerah
barat daya Persia. Tahun 1509 M, menguasai Sirwan. Tahun 1510 M,
mengalahkan Syaibak Khan, keturunan Jenghis Khan, dan menguasai Khurasan,
Heart dan Merv. Dalam tempo sepuluh tahun itu wilayah kekuasaannya meliputi
seluruh Persia dan bagian Timur Bulan Sabit Subur ( Fertile Crescent) yaitu
wilayah di Asia membentang dari laut Tengah melalui daerah antara sungai Tigris
dan sungai Eufrat hingga teluk Persia.8
Peperangan dengan Turki Utsmani terjadi pada tahun 1514 M di
Chaldiran, dekat Tabriz. Ismail menjumpai saingan saingan kepala batu yaitu
Sultan Salim I dari Turki. Peperangan ini, berasal dari kebencian Salim dan
pengejaran terhadap seluruh umat muslim di Syi’ah di daerah kekuasaannya.

8
Munir Subarman, Sejarah Kelahiran, Perkembangan dan Masa Keemasan Peradaban Islam,
(Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2015), cet. 2, h. 275-276.
9

Fanatisme Sultan Salim memaksanya untuk membunuh 40.000 orang yang


didakwah setelah mengingkari ajaran-ajaran sunni. 9 Dalam peperangan ini Ismail
mengalami kekalahan. Namun, kerajaan Safawi terselamatkan dengan pulangnya
Sultan Utsmani ke Turki karena trejadi perpecahan di kalangan militer Turki di
negerinya.
Peperangan antara dua kerajaan besar Islam ini terjadi beberapa kali pada
zaman pemerintahan Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M), dan
Muhammad Khudabanda (1577-1587 M). Pada masa tiga raja tersebut, kerajaan
Safawi dalam keadaan lemah.
Kondisi memperihatinkan ini baru bisa di atasi setelah raja Safawi kelima,
Abbas I, naik tahta. Ia memerintah dari tahun 1588 sampai dengan 1628 M. 10
Langkah-langkah yang di tempuh Abbas I dalam rangka memulihkan politik
kerajaan Safawi adalah :
a. Mengadakan pembenahan administrasi dengan cara pengaturan dan
pengontrolan dari pusat.
b. Pemindahan ibukota ke Isfahan.
c. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qiziblash atas kerajaan Safawi
dengan cara membentuk pasukan baru yang aggotanya terdiri atas budak-budak
yang berasal dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia, dan Sircassia yang
telah ada sejak Raja Tamh I.
d. Mengadakan perjanjian perdamaian dengan Turki Utsmani.
e. Berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pada khotbah Jum’at.11
Usaha-usaha yang dilakukan Abbas I tersebut berhasil membuat kerajaan
Safawi kuat kembali. Setelah itu Abbas I muai memusatkan perhatiannya keluar
dengan berusaha merebut kembali wilayah-wilayah kekuasaan yang hilang. Pada
tahun 1602 M, pasukan Abbas I berhasil menguasai Tabriz, Sirwan, dan Baghdad,
sedangkan kota-kota Nakhchivan, Erivan, Ganja, dan Tiflis dapat dikuasai tahun
1605-1606 M. Selanjutnya pada tahun 1622 pasukan Abbas I berhasil merebut

9
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,…, h. 141-142.
10
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,…, h. 142.
11
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,…, h. 254-255.
10

kepulauan Hurmuz dan merubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Bandar


Abbas.12
2. Kemajuan-kemajuan Kerajaan Safawi
Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Ia
berhasil mengatasi gejolak politik yang mengganggu stabilitas negara, dan
sekaligus ia berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaan yang
sebelumnya lepas tersebut oleh kerajaan Utsmani. Berikut kemajuan-kemajuan
yang ditorehkan selama Abbas I memegang kekuasaan kerajaan Safawi :
a. Bidang Ekonomi
Bukti nyata perkembangan perekonomian Safawi adalah dikuasainya
Kepulauan Hurmusz dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas pada
masa Abbas I. Maka salah satu jalur dagang menghubungkan antara Timur dan
Barat sepenuhnya menjadi pemilik kerajaan safawi. Disamping di sektor
perdagangan, kerajaan safawi juga mengalami kemajuan di sektor pertanian
terutama di daerah Bulan Sabit Subur (Fortille crescent).
b. Bidang Ilmu Pengentahuan
Bangsa persia dalam sejarah islam dianggap berjasa besar dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Maka tidak mengherankan apabila kondisi
tersebut terus berlanjut, sehingga muncul ilmuan seperti Baha al-Din Asy-
syaerozi, Sadar al-Din Asy-Syaerozi, Muhammad al-Baqir al-Din ibn
Muhammad Damad, masing-masing ilmuan di bidang filasafat, sejarah, teologi,
dan ilmu umum.
c. Bidang seni
Kemajuan seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan
megah yang memperindah ibukota kerajaan ini, sejumlah masjid, sekolah, rumah
sakit, jembatan yang memanjang di atas Zende Rud dan istana Chihilsutun kota
Isfahan turut diperindah dengan kebun wisata.13
3. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi

12
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,…, h. 143.
13
Fatah Syukur NC, Sejarah Peradaban Islam,…,h. 141.
11

Sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut di perintah oleh enam


raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman ( 1667-
1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmaps II (1722-1732 M), dan Abbas III
(1733-1736 M). Pada masa-masa raja tersebut, kondisi kerajaan safawi tidak
menunjukkan grafik naik dan berkembang tetapi malah memperlihatkan
kemunduranyang akhirnya membawa kepada kehancuran.
Pada saat kedudukan Sulaiman digantikan oleh Shah Husain. Para ulama
Syi’ah mendapatkan kekuasaan dan sering memaksakan pendapatnya terhadap
penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan Sunni
Afganistan sehingga mereka memberontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan
dinasti Safawi.
Selain itu diantara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan
Safawi ialah konflik berkepanjangan dengan kerajaan Turki Utsmani. ketika
mencapai kedamaian pada masa Abbas I, tak lama kemudian Abbas meneruskan
konflik tersebut dan tidak ada lagi perdamaian antara kedua kerajaan besar islam
itu.
Sebab lainnya yaitu dekadensi moral yang melanda sebagian para
pemimpin kerajaan Safawi. Seperti Sulaiman yang pecandu berat narkotika serta
kehidupan malamnya. Begitu pula degan Sultan Husein. Penyebab penting
lainnya yaitu karena pasukan Gulham tidak memiliki semangat perang yang tinggi
seperti Qizilbash.
C. Kerajaan Mughal Di India
1. Asal Usul Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur yang lahir
pada tanggal 24 Februari 1483 M. Ayahnya beranama Umar Syaikh Mirza
keturunan kelima Timur Lenk, seorang Amir Fargana. Sedangkan Ibunya adalah
seorang putri keturunan langsung Jakutai putra Jengkis Khan. Pada tahun 1494 M,
ayahnya wafat dan usianya ketika itu baru 12 tahun. Babur kemudian diangkat
menjadi penguasa farghana menggantikan ayahnya yang telah wafat. Meskipun
masih relatif muda, Babur telah dipersiapkan untuk menjadi pemimpin yang
12

tangguh. Ambisi dan cita-citanya untuk menjadi penguasa Delhi tampaknya


diilhami oleh kebesaran kakeknya yaitu Timur Lenk.
India menjadi wilayah Islam pada masa Umayyah, yakni pada masa
khalifah al-Walid. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh pasukan Umayyahyang
dipimpin oleh panglima Muhammad ibn Qasim. Kemudian pasukan Ghaznawiyah
di bawah pimpinan Sultan Mahmud mengembangan Islam di wilayah wilayah ini
dengan berhasil menaklukan seluruh kekuasaan Hindu dan mengadakan
pengislaman sebagian masyarakat India pada tahun 1020 M. Setelah Ghaznawi
hancur, munculah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India, seperti
dinasti Khalji (1296-1316M.), dinasti Tuglag (1320-1412M.) dinasti Sayyid
(1414-1451M.), dinasti Lodi (1451-1526.).
Kerajaan Mongol dan Mughal di India memiliki kerterkaitan, karena
sama-sama didirikan oleh bangsa mongol dan keturunannya. Sedangkan
pengambilan nama Mughal adalah dari nama kebesaran bangsa Mongol.14
2. Kemajuan-Kemajuan Kerajaan Mughal
Kemenangan yang dicapai oleh Babur merupakan ancaman bagi para Raja
Hindu di anak benua India. Oleh karena itu, Babur dimana kepemimpinannya
lebih banyak melakukan konsolidasi ke dalam untuk memperkuat pasukannya
dalam menghadapi berbagai emungkinan serangan dari mereka dan disamping itu
juga berusaha memperluas wilayah kekuasaannya.
Babur tidak lama untuk menikmati hasil-hasil kemenangannya. Dia
meninggal dunia pada tanggal 26 Desember. Sepeninggal Babur, pemerintahan
selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayun. Selama roda kepemimpinannya,
kondisi pemerintahan tidak pernah stabil. Selain banyak menghadapi
pepperangan, ia harus menghadapi gerakan pemberontak Bahadur Syah penguasa
gujarat dan pertempuran besar dengan Sher Khan di Kanuj pada tahun 1540 M.
Kemudian pada tahun 1556 M., Humayun meninggal.
Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh Akbar (1556-1603 M.). kalau kita
melihat kondisi sosio-historis menjelang pemerintahan Akbar ini ternyata hindu-
astrologi, kasta dan sihir sudah mendarah daging. Dalam pemerintahan

14
Ibid.
13

militeristik, Akbar adalah penguasa diktator. Akbar juga menerapkan politik


Sulakhul (toleransi universal). Dengan demikian, tida ada perbedaan antar etnis
dan agama.
Di dalam masalah agama, Akbar mempunyai pandangan liberal dan ingin
mempersatuan semua agama dalam satu agama yang diberi nama Din Illahi.
Sebagaimana namanya Akbar yang berarti agung atau besar, Akbar telah
membuktikan usahanya yang luar biasa besarnya. Selain memakmurkan rakyat
dengan menghilangkan segala bentuk pajak, dia juga meluaskan perekonomian
dalam segala cabangnya, dan memperbesar perdagangan dengan luar negeri.
Kemajuan yang dicapai Akbar masih dapat dipertahankan oleh 3 Sultan
berikutnya, yaitu Jehangir (1605-1628 M.), Syah Jehan (1628-1658 M.), dan
Aurangzeb (1658-1707 M.).
Diantara kemajuan-kemajuan yang sudah dicapai pada masa mughal
adalah:15
a. Bidang Politik
Sekalipun dalam pemerintahan kerajaan Mughal banyak diwarnai
perebutan kekuasaan, namun secara keseluruhan dari pemerintahannya masih
dapat terkendali, terutama pada masa Akbar. Hal itu disebabkan, para penguasa
Mugha; menerapkan sistem militeristik dalam rangka mempertahankan
wilayahnya.
b. Bidang Ekonomi
Di bidang ekonomi, sektor pertanian menjadi bagian terpenting selain
perdagangan, pajak dan prindustrian. Dalam mengatur sektor pertanian,
pemerintahan menerappkan sistem hubungan petani berdasarkan lahan pertanian.

c. Bidang Seni dan Arsitektur


Pada masa sultan akbar telah digunakan tiga macam bahasa yaitu bahasa
Arab sebagai bahasa agama, bahasa Turki sebagai bahasa bangsawan, dan bahasa
Persia sebagai bahasa istana dan kesusastraan. Akbar juga menciptakan suatu

15
Ibid.
14

bahasa baru yang merupakan gabungan ketika bahasa tersebut di tambah dengan
bahasa Hindu yaitu bahasa Urdu.
Karya seni lainnya yaitu karya-karya arsitektur yang sangat Indah. Pada
masa Akbar dibangun istana Fatpur Sikri di Sikri, vila-vila dan masjid-masjid
megah. Pada masa Syah Jehan dibangun Masjid berlapis mutiara yang diberi
nama masjid Moti di Agra, Taj Mahal, Masjid Raya Delhi, dan Istana Indah di
Lahore. Sedangkan karya seni yang paling menonjoladalah karya sastra gubahan
penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun Bahasa India.16
3. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal
Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada dipuncak kejayaannya,
para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup memmpertahankan kebesaran yang telah
dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki
masa-masa kemunduran. Kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi
kepemimpinan di tingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan sparatis Hindu
di India Tengah, Sikh di belahan utara dan Islam dibagian timur semakin lama
semakin mengancam. Sementara itu, para pedagang inggris untuk pertama kalinya
di izinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung oleh
kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintah pusat memang
sudah muncul, tetapi dapat diatasi. Pemberontakanitu bermula dari tindakan-
tindakan Aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran puritanismenya.
Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu menghadapi
problema yang ditinggalkannya.17
Konflik-konflik berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap
daerah lemah. Pemerintahan daerah satu-persatu melepaskan loyalitasnya dari
pemerintah pusat, bahkan cenderung memperkuat posisi pemerintahannya
masing-masing. Disintregasi wilayah kekuasaan Mughal ini semakin diperburuk
oleh sikap daerah, yang disamping melepaskan loyalitas terhadap pemerintah

16
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,…, h. 263.
17
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,…, h. 159.
15

pusat, juga mereka senantiasa menjadi ancaman serius bagi eksitensi dinasti
Mughal itu sendiri.
Ketika kerajaan Mughal memasuki keadaan yang lemah seperti ini, pada
tahun itu juga, perusahaan Inggris (EIC) yang sudah semakin kuat mengangkat
senjata melawan pemerintah kerajaan Mughal. Peperangan berlangsung berlarut-
larut. Akhirnya, Syah Alam membuat perjanjian damai dengan menyerahkan
Oudh, bengal, dan orisa kepada Inggris.18

18
Ibid, h. 161.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan makalah di atas, di sini kita bisa mengetahui
bahwa ketiga kerajaan besar Islam yaitu kerajaan Utsmani, kerajaan Safawi, dan
kerajaan Mughal sangatlah maju dalam bidang politik. Tetapi dari ketiga kerajaan
tersebut pun memiliki konflik tersendiri dan tak jarang mereka melakukan
peperangan satu sama lain untuk perluasan daerah kekuasaan masing-masing
kerajaan. Dan tak khayal dari konflik-konflik tersebut yang terjadi
berkepanjangan membuat bumerang dari kerajaan mereka sendiri yang membuat
mereka datang kedalam masa akhir tiga kerajaan besar Islam.
B. Saran
Menurut penulis kesempurnaan adalah milik Allah SWT . makalah ini
tidaklah sempurna akan tetapi mencoba memberi kontribusi dalam khazanah
keilmuan khususnya tentang tiga kerajaan besar Islam dalam sejarah peradaban
Islam. Dan diharapkan lebih banyak lagi muncul karya ilmiah yang membahas
tentang sejarah peradaban Islam.

16
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2010. Cet. 2
NC, Fatah Syukur. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2010. Cet. 2.
Subarman, Munir. Sejarah Kelahiran, Perkembangan dan Masa Keemasan
Peradaban Islam. Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2015. Cet. 2.
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.
Cet. 24.

17

Anda mungkin juga menyukai