Anda di halaman 1dari 27

KERAJAAN MAJAPAHIT DAN PENGARUH

KERAJAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah

Kelas X-5

Kelompok 5
Aruan Marissa Felicia Ronauly/3
Jasmine/17
Rachel Kinantya/22
Roland Vincentius Situmorang/24
Tampubolon, George Julio Horas Martua/28

SMA SANTA ANGELA

JALAN MERDEKA

BANDUNG

TAHUN PELAJARAN

2022/202
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Penulis
bersyukur bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul :

“KERAJAAN MAJAPAHIT DAN PENGARUH KERAJAAN HINDU-


BUDDHA DI INDONESIA”

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bu Yulia Monika,
S.Pd. selaku guru Sejarah yang telah membantu penulis dalam mengerjakan karya
ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari ada kekurangan pada karya ilmiah ini. Oleh sebab itu,
saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga
berharap semoga karya ilmiah ini mampu memberikan pengetahuan informasi
tentang “Kerajaan Majapahit dan Pengaruh Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia”

Bandung, 2 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..…………………………………………………………..... ii

DAFTAR ISI ……………………………...………………………………………...


iii

BAB I PENDAHULUAN ………...………………………………………………....


1

1.1 Latar Belakang Masalah …………………...…………………………...


1

1.2 Rumusan Masalah ………………………...…………………………….


1

1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………..………...


1

BAB II LATAR BELAKANG KERAJAAN MAJAPAHIT ……………………..


2

2.1 Sejarah Kerajaan Majapahit …………………………..……………… 2

2.2 Kehidupan Ekonomi di Kerajaan Majapahit ……....………...…….....


3

2.3 Kehidupan Sosial di Kerajaan Majapahit ……...………………….......


4
2.4 Peninggalan Peninggalan dari Kerajaan Majapahit ...………………..
5

BAB III PENGARUH KERAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA ……..


10

3.1 Pengaruh Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia …………………... 10

3.2 Berhentinya Pengaruh Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia ..…...


11

BAB IV PENUTUP ………………...……………………….……………………...


13

4.1 Kesimpulan …...…………………………...…………………………... 13

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..……………………….


14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jauh sebelum negara Indonesia merdeka, Indonesia terdiri dari berbagai


macam kerajaan dengan aliran, raja, dan agama yang berbeda-beda, salah satunya
adalah kerajaan Hindu-Buddha.

Perkembangan kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia tak lepas dari jalur


maritim negara kita yang memudahkan negara lain untuk singgah, seperti India,
China, atau Timur Tengah. Munculnya kerajaan tersebut tentunya disertai dengan
penyebaran agama Hindu Budha di Indonesia. Kerajaan-kerajaan ini cukup
berkembang besar di Indonesia pada masanya. Beberapa di antaranya masih memiliki
peninggalan yang bisa kita lihat hingga saat ini.

Dengan datangnya sebuah kerajaan asing, pastinya kerajaan-kerajaan tersebut


akan membawa dampak bagi negara yang didatangi. Pengaruh Kerajaan Hindu-
Buddha di Indonesia sudah terlihat sangatlah jelas, bukan sebuah hal yang asing lagi
bagi kita semua. Budaya serta agama Hindu dan Buddha sudah ada sejak lama di
Indonesia. Bahkan, sudah ada sejak abad ke-5 hingga abad ke-15. Datangnya budaya
dan agama Hindu dan Buddha menghasilkan sebuah akulturasi budaya dengan
budaya Indonesia.

Salah satu kerajaan Hindu-Budha yang sangat terkenal adalah Kerajaan


Majapahit. Pastinya kata 'Majapahit' sudah familiar didengar. Kerajaan Majapahit
adalah sebuah kemaharajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia. Kerajaan ini
berdiri sekitar tahun 1293–1527 M. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya
menantu Kertanegara, raja di raja Singasari terakhir, dan mencapai puncak
kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di
Nusantara pada masa kekuasaan raja Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350–
1389.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana diungkapkan di atas, dalam


penulisan ini batasan masalah yang akan dikaji dan dianalisis yaitu :

1. Bagaimana latar belakang Kerajaan Majapahit?

2. Bagaimana pengaruh kerajaan Hindu-buddha di Indonesia?

3. Bagaimana latar belakang berhentinya pengaruh kerajaan Hindu-buddha di


Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian

Penulisan ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui latar belakang Kerajaan Majapahit

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kerajaan Hindu-buddha di Indonesia

3. Mengetahui latar belakang berhentinya pengaruh kerajaan Hindu-buddha di


Indonesia

BAB II

LATAR BELAKANG KERAJAAN MAJAPAHIT

2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit

Sebelum berdirinya Majapahit, Singasari telah menjadi kerajaan paling kuat di


Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok.
Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti.
Kertanagara, penguasa kerajaan Singasari yang terakhir menolak untuk membayar
upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong
telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa
tahun 1293.

Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh


Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan
kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri.
Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat berisi
pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang.
Jawaban dari surat diatas disambut dengan senang hati. Raden Wijaya kemudian
diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu
dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah
tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol
untuk bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang,
Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka
menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di
negeri asing.

Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin
muson agar dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di
pulau yang asing.

Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah
hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215
saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama
resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang
terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak
melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan
Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra
Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam
Pararaton. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang
melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang terpercaya raja, agar ia dapat
mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak
terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati. Wijaya
meninggal dunia pada tahun 1309.

Putra dan penerus Wijaya adalah Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala


Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun
pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi
keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya,
Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi
Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi bhiksuni. Rajapatni
menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu
Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih,
pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang
menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun
sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit
berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana
berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh
putranya, Hayam Wuruk.

2.2 Kehidupan Ekonomi di Kerajaan Majapahit

Majapahit merupakan Kerajaan yang makmur, Prasasti dari masa Majapahit


menyebutkan bahwa berbagai macam mata pencaharian yang sudah dilakukan pada
masa itu cukup beragam. Contohnya seperti pengrajin emas, perak, penjual minuman,
dan tukang daging. Dari keterangan ini, dapat diketahui kehidupan ekonomi Kerajaan
Majapahit sudah berkembang pesat dari zaman-zaman sebelumnya, dimana
masyarakat yang bermata pencaharian selain pertanian semakin banyak.
Menurut catatan pedagang Tiongkok Wang Ta-Yuan, komoditas ekspor Jawa
pada zaman Majapahit meliputi lada, kain, garam, dan burung kakak tua. Sementara
barang yang diimpor adalah emas, mutiara, perak, keramik, sutra, dan barang dari
bahan besi. Mata Uang yang dipakai dibuat dari bahan campuran perak, tembaga,
timah putih, dan hitam. Ada 2 faktor utama untuk mendukung kehidupan ekonomi di
Kerajaan Majapahit

● Sungai Brantas dan Bengawan Solo

Kerajaan Majapahit memiliki wilayah kekuasaan yang terletak di


antara lembah Sungai Brantas dan Bengawan Solo, di dataran rendah bagian
utara Jawa Timur. Keberadaan dua sungai inilah yang menjadi faktor pertama
pendukung perekonomian Majapahit.

Tanah wilayah Majapahit itu subur dan cocok untuk pertanian,


sehingga menghasilkan banyak komoditas pertanian. Pertanian dikembangkan
sawah dan ladang dengan sistem pengerjaan bergilir. Bertujuan agar
melestarikan lahan dan menjaga kesuburan tanahnya.

Sungai adalah jalur perdagangan penting bagi Majapahit. Dengan


adanya Sungai Brantas dan Bengawan Solo. Maka memperlancar arus
perdagangan dari pesisir menuju pedalaman. Di daerah-daerah sekitar sungai,
banyak dilakukan proyek perbaikan tanggul untuk mencegah banjir.

Pada era Hayam Wuruk, dibangun sarana dan prasarana lalu lintas
seperti jalan dan jembatan. Dengan adanya akses jalan dan jembatan yang
baik maka akan meningkatkan aktivitas perekonomian terhadap kemakmuran
Kerajaan Majapahit

● Pelabuhan dan Bandar Dagang di Pesisir Utara

Pelabuhan atau Bandar dagang milik Kerajaan Majapahit sangatlah


penting, terutama di pesisir pantai utara Jawa. Karna pelabuhan dan Bandar
dagang membantu perdagangan yang merupakan salah satu kekuatan ekonomi
Majapahit. Di wilayah kekuasaan Majapahit terdapat banyak kota pesisir yang
sekaligus menjadi pelabuhan, seperti Canggu, Surabaya, Sedayu, Tuban,
Kalimas.

Pelabuhan atau Bandar dagang Majapahit berfungsi sebagai sarana


ekspor-impor dan transit bagi komoditas rempah-rempah kawasan timur
Nusantara. Selain itu, Majapahit diuntungkan oleh pajak yang dikenakan bagi
komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa, dimana salah satu
pemasukan penting Majapahit.

Jalur pelayaran ini berdampak pada kemakmuran wilayah Kekuasaan


Majapahit. Pada masa ini, sudah terjadi perdagangan antar pulau hingga antar
Negara, seperti Cina, India, Siam, Persia dan Negara-negara melayu seperti
kawasan timur Nusantara

2.3 Kehidupan Sosial di Kerajaan Majapahit

Pada saat Majapahit mencapai puncak kejayaan, kehidupan rakyatnya sangat


adil dan makmur. Perhatian pemerintah terhadap rakyat sangat tinggi. Hal itu terlihat
dari perhatian kerajaan terhadap kelancaran perdagangan, pelayaran, pertanian,
keamanan, dan ketertiban masyarakat. Perhatian raja terhadap rakyatnya juga terlihat
dari perjalanan Raja Hayam Wuruk mengunjungi daerah-daerah kekuasaannya.
Untuk mengatur ketertiban masyarakat dalam penggunaan tanah, dibuatkan Undang-
Undang Agraria dan Undang-Undang Perpajakan. Masyarakat Majapahit juga sangat
patuh terhadap rajanya karena raja dianggap sebagai penjelmaan dewa.

Saat masa kerajaan Majapahit para penduduk tinggal di sebuah rumah yang
tidak dilengkapi oleh bangku dan tempat tidur, sehingga rumah para penduduk dialasi
jerami. Rumah pada saat jaman Majapahit dilengkapi tempat penyimpanan untuk
menyimpan barang. Pada zaman tersebut terlihat perbedaan yang sangat jauh antara
penduduk dan pejabat, dapat dilihat dari bentuk rumah seorang penduduk yang
sederhana dan rumah pejabat yang dilengkapi paviliun serta waruga ( tempat
pemakaman ) di bagian belakang hal tersebut bisa terjadi karena penjabat diberikan
hak istimewa.

Penduduk Majapahit mempunyai kebiasaan yang berkaitan dengan makanan


saat menjamu tamu.. Para penduduk baik tamu perempuan dan laki-laki biasanya
disajikan makanan berupa pinang yang dicampur dengan daun sirih dan jeruk nipis.
Makanan tersebut digunakan untuk membersihkan mulut sebelum makan.

Upacara Kematian pada zaman Kerajaan Majapahit banyak jenisnya sesuai


dengan keinginan orang yang meninggal. Sebelum orang tersebut meninggal, para
keluarga menanyakan apa yang mau dilakukan setelah orang tersebut mati. Mau
dimakan api atau anjing atau ditenggelamkan kedalam laut.

Kehidupan keagamaan masyarakat juga diperhatikan oleh negara. Rakyat


diberi kebebasan untuk menganut suatu agama atau kepercayaan. Agama yang
berkembang ada saat itu adalah agama Siva dan agama Buddha. Di dalam kehidupan
sosial masyarakat kerajaan Majapahit mengenal sistem kasta seperti di India, karena
kerajaan ini bercorak Hindu. Namun sistem kasta di kerajaan Majapahit hanya
bersifat teoritis saja dalam kehidupan Istana. Seperti yang kita ketahui, terdapat
empat kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Lalu pada zaman tersebut
dijelaskan raja melaksanakan pemerintahannya dan mengambil suatu kebijaksanaan
atau keputusan selalu didampingi oleh pendeta kerajaan yang disebut Brahmaraja
atau wiku haji.

Namun terdapat golongan lain di luar lapisan tersebut, yaitu Candala,


Mleccha, dan Tuccha. Golongan tersebut merupakan orang-orang terbawah dari
lapisan sosial masyarakat di kerajaan Majapahit. Brahmana adalah kaum pendeta,
kesatria merupakan keturunan raja atau pewaris raja, waisya terdiri dari pedagang dan
orang-orang yang menggeluti bidang pertanian dan peternakan, sedangkan kaum
Sudra adalah budak.

Terdapat juga kelompok-kelompok yang memuja dewa dewi lain seperti


kelompok masyarakat bernama Resi,Manguyu,Janggan dan Ajar yang menyembah
dewa atau dewi kesuburan. Mereka yang menyembah dewa atau dewi kesuburan,
mereka yang menyembah dewa dewi tersebut mempunyai ciri umum yaitu tinggal di
suatu daerah terpencil atau dihutan. Selain itu ada juga kelompok yang memuja Dewa
Kama dan Dewi Saraswati karena sangat mendambakan suatu keindahan,keluwesan,
dan kehalusan. Biasanya para seniman pada zaman itu yang menyembah Dewa Kama
dan Dewi Saraswati.

Lalu pada zaman tersebut dijelaskan raja melaksanakan pemerintahannya dan


mengambil suatu kebijaksanaan atau keputusan selalu didampingi oleh pendeta
kerajaan yang disebut Brahmaraja atau wiku haji.

Berdasarkan aspek kedudukan sosial dalam masyarakat di Kerajaan


Majapahit, status wanita lebih rendah dibandingkan dengan pria. Hal ini terlihat dari
kewajiban wanita hanya melayani suami, tidak boleh ikut campur dalam urusan
apapun. Peraturan ini tertera dalam perundang-undangan di kerajaan Majapahit
dengan tujuan pergaulan bebas antara pria dan wanita dapat dihindari.

Kehidupan politik dan pemerintahan pada zaman tersebut sudah teratur karena
terdapat struktur yang jelas dari raja hingga kepala tiap daerah. Pertama kepala
pemerintahan pastinya seorang raja, tetapi dalam mengurus kerajaan raja tidak bisa
melakukannya sendiri sehingga terbentuklah rakryan mahatmantri kartini yang
mempunyai tanda seorang anak raja dan mempunyai pangkat Hino,Halu,atau Sirikan,
Selanjutnya ada mapatih hamangkhubumi yang menjabat sebagai orang penting
setelah raja. Bertugas dalam mengurus pemerintahan sipil dan kemiliteran. Dalam
bertugas mapatih amangkubumi dibantu rakyran tumenggung yang bertugas sebagai
panglima perang. Rakryan Demung bertugas dalam mengatur sistem jabatan di istana,
mengatur dan menentukan orang yang mengisi jabatan di istana. Rakryan rangga
yang memiliki peran membantu panglima dan Rakryan kanuruhan yang bertugas
menghubungkan satu sama lain. Ada pula orang-orang penting dalam agama yang
disebut Dharma dyaksa ring Kasaivan, dharma dyaksa ring Kasogatan,dan
dharmadyaksa ring Kabuddhan. Tidak lupa juga terdapat dewan Bhattara Sapta Prabu
yang membantu raja dalam mengurus pemerintahan dan diisi oleh keluarga raja.

2.4 Peninggalan Peninggalan dari Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit, meninggalkan beberapa peninggalan berupa candi,


prasasti dan karya sastra. Sebelum itu, peninggalan adalah barang yang ditinggalkan,
artinya barang-barang sisa dari zaman dulu. Dan ini, beberapa peninggalan Kerajaan
Majapahit

1. Candi

Candi adalah bangunan untuk memuliakan orang yang sudah meninggal,


khususnya bagi para Raja atau orang-orang terkemuka. Selain itu, candi juga
merupakan tempat ibadah di peradaban Hindu-Buddha. Terdapat beberapa
peninggalan candi Kerajaan Majapahit

● Candi Tikus

Terletak di Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto. Bangunannya


berbentuk seperti petirtaan, sehingga banyak yang menduga bahwa
dulunya adalah tempat pemandian bagi keluarga kerajaan.

● Candi Bajang Ratu

Candi Bajang Ratu atau Gapura Bajang Ratu adalah gapura


terbesar Kerajaan Majapahit yang terletak di Desa Temon, Trowulan,
Mojokerto. Dari Kitab Negarakertagama, diketahui bahwa gapura ini
berfungsi sebagai pintu masuk ke bangunan suci. Candi yang memiliki
struktur vertikal ini terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap,
serta terdapat relief Sri Tanjung yang dipercaya sebagai penangkal
bahaya.

● Candi Wringin Lawang

Candi Wringin Lawang atau Gapura Wringin Lawang terletak di


Desa Jatipasar, Trowulan, Mojokerto. Gapura setinggi 15,5 meter ini
diduga sebagai pintu gerbang ke kediaman Mahapatih Gajah Mada.

● Candi Brahu

Candi Brahu terletak di Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto, yang


pada masanya digunakan sebagai tempat pembakaran jenazah raja-raja
Majapahit. Nama Brahu diperkirakan berasal dari kata Wanaru atau
Warahu yang didapatkan dari sebutan bangunan suci.

● Candi Pari

Candi Pari adalah bangunan yang dibangun di Desa Candi Pari,


Porong, Sidoarjo, pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.
Bangunannya disusun dari batu bata segi empat yang menyerupai pura
di Bali.

● Candi Penataran

Candi Penataran adalah candi Hindu terluas dan termegah di Jawa


Timur yang letaknya berada di Desa Penataran, Nglegok, Blitar.
Diperkirakan candi ini dibangun pada masa Raja Srengga dari
Kerajaan Kediri, yaitu sekitar 1200 Masehi. Pembangunannya
kemudian baru selesai pada 1415, saat Kerajaan Majapahit diperintah
oleh Wikramawardhana.
● Candi Jabung

Candi bercorak Hindu ini terletak di Desa Jabung, Paiton,


Probolinggo. Struktur bangunan candi ini terlihat mirip dengan Candi
Bahal di Sumatera Utara yang merupakan peninggalan Kerajaan
Sriwijaya.

● Candi Sukuh

Candi peninggalan Kerajaan Majapahit tidak hanya tersebar di


Jawa Timur, tetapi juga di Jawa Tengah. Salah satunya adalah Candi
Sukuh, yang terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso,
Karanganyar. Struktur bangunannya pun unik, berbeda dari candi
peninggalan Majapahit lainnya. Candi bercorak Hindu ini diperkirakan
dibangun pada 1437 Masehi. Selain delapan candi tersebut, adapun
candi lan yaitu:

● Candi Cetho

● Candi Wringin Branjang

● Candi Surawana

● Candi Minak Jinggo

● Candi Rimbi

● Candi Kedaton

● Candi Sumberjati

2. Prasasti
Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang
keras dan tahan lama. Terdapat beberapa peninggalan prasasti Kerajaan
Majapahit

● Prasasti Kudadu

Prasasti Kudadu yang berangka tahun 1294 M ini menceritakan


tentang Raden Wijaya yang dibantu oleh Rama Kudadu dalam
pelarian dari ancaman Jayakatwang, yang telah membunuh Raja
Kertanegara dari Kerajaan Singasari.

● Prasasti Sukamerta

Prasasti Sukamerta mengisahkan tentang Raden Wijaya yang


memperistri empat putri Kertanegara. Selain itu, diceritakan pula
penobatan Jayanegara, putra Raden Wijaya yang menjadi raja di
Kediri pada 1295 M.

● Prasasti Prapanca Sapura

Prasasti yang berangka tahun 1320 M ini dibuat oleh Ratu


Tribhuwanatunggadewi, yang berkuasa di Majapahit antara 1328-1350
M. Prasasti ini menceritakan tentang sang putra, Hayam Wuruk, yang
memiliki nama lain Kummaraja Jiwana.

● Prasasti Waringin Pitu

Prasasti Waringin Pitu dibuat pada 1477 M dan menceritakan


tentang aturan administrasi pemerintahan Kerajaan Majapahit beserta
kerajaan-kerajaan di bawahnya. Saat itu, Kerajaan Majapahit
mempunyai 14 kerajaan bawahan. Selain empat prasasti, masih ada
beberapa prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit lainnya:

● Prasasti Wurare
● Prasasti Balawi

● Prasasti Parung

● Prasasti Biluluk

● Prasasti Karang Bogem

● Prasasti Katiden

● Prasasti Canggu

● Prasasti Jiwu

● Prasasti Marathi Manuk

3. Karya Sastra

Karya Sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif


tentang maksud penulis untuk tujuan estetika dimana di dalamnya
menampilkan gambaran kehidupan manusia sesuai dengan kenyataan sehari-
hari.  Terdapat beberapa peninggalan karya sastra berupa kitab Kerajaan
Majapahit

● Kitab Negarakertagama

Salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit yang terkenal adalah


Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca. Kitab yang dikarang
pada 1365 Masehi ini berisi tentang sejarah, perjalanan, dan daerah
kekuasaan Kerajaan Majapahit.

● Kitab Sutasoma

Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular pada abad ke-14
menceritakan tentang kerukunan hidup beragama di Majapahit. Di
dalam kitab ini, terdapat istilah "Bhinneka Tunggal Ika" yang menjadi
semboyan NKRI.

● Kitab Arjunawijaya

Kitab Arjunawijaya karya Mpu Tantular menceritakan tentang


pertempuran antara raksasa dan Arjuna Sasrabahu

● Kitab Tantu Pagelaran

Kitab ini menceritakan tentang pemindahan Gunung Mahameru ke


Pulau Jawa oleh Dewa Brahma, Wisnu, dan Syiwa.

● Kitab Panji Wijayakrama

Kitab Panjiwijayakrama menceritakan riwayat Raden Wijaya


hingga akhirnya menjadi Raja Majapahit.

● Kitab Usana Jawa

Kitab ini mengisahkan penaklukkan Bali oleh Gajah Mada dan


Aryadamar.

● Kitab Pararaton

Kitab Pararaton berisi tentang riwayat raja-raja Kerajaan Singasari


dan Majapahit.

● Kitab Ranggalawe

Kitab ini menceritakan pemberontakan Ranggalawe.

● Kitab Sorandaka

Kitab Sorandaka mengisahkan tentang pemberontakan Sora

● Kitab Sundayana
Kitab ini menceritakan tentang peristiwa Perang Bubat.

BAB III

PENGARUH KERAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA

3.1 Pengaruh Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia


Kedatangan Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia menyebabkan terjadinya
kontak budaya atau yang sering disebut akulturasi dengan budaya Indonesia sendiri.
Akulturasi adalah proses terjadinya pencampuran antara unsur suatu kebudayaan
dengan kebudayaan yang lain. Akulturasi menyebabkan terbentuknya kebudayaan
baru tanpa melenyapkan kepribadian kebudayaannya sendiri.

Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia membawa perubahan


dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat antara lain dalam bidang seni
bangunan, kesusastraan, bahasa serta tulisan, kepercayaan serta filsafat, dan juga
sistem pemerintahan.

1. Seni Bangunan

Secara fisik, sudah paling jelas tampak pada bangunan candi. Seperti
yang sudah dijelaskan di bab sebelumnya, candi memiliki arti dan bentuk
yang beragam. Namun dengan adanya akulturasi, di mana budaya baru masih
memiliki kepribadian dan ciri khas dari budaya sendiri, terdapat perbedaan
arsitektur yang cukup mencolok di beberapa kawasan. Adapun perbedaan dari
candi-candi tersebut antara lain :

● Candi di Jawa Tengah, berbentuk tambun dengan hiasan kalamakara


(wajah raksasa) di atas gerbang pintu masuk. Puncak candi berbentuk
stupa, dengan bahan utama batu andesit. Umumnya, candi ini
menghadap ke arah timur.

● Candi di Jawa Timur, berbentuk lebih ramping dengan hiasan kala di


atas gerbang lebih sederhana daripada kalamakara. Puncak candi
berbentuk kubus dengan bahan utama batu bata. Pada umumnya, candi
ini akan menghadap ke arah barat.

2. Kesusastraan
Dengan berkembangnya budaya tulisan, lahirlah karya karya sastra
berupa kitab kitab, karya para pujangga Nusantara. Kitab ini berupa kumpulan
kisah, catatan atau laporan suatu peristiwa. Kadang, di dalamnya juga terdapat
mitos.

Pengaruh akulturasi budaya ini paling jelas terlihat di beberapa


pujangga seperti Mpu Kanwa, Mpu Sedah, Mpu Dharmaja dan Mpu Panuluh.
Mereka berupaya keras untuk beradaptasi terutama beradaptasi terhadap epic
Mahabharata dan Ramayana disesuaikan dengan kondisi pada masa itu.

3. Bahasa dan Tulisan

Kerajaan Hindu-Buddha mengantarkan masyarakat Indonesia kepada


budaya tulis. Menggunakan bahasa sansekerta dengan huruf Pallawa atau
jenis tulisan yang digunakan di bagian selatan India. Budaya tulisan atau
aksara dari masa Hindu-Buddha di Nusantara dikuatkan oleh bukti bukti
berupa prasasti dan kitab.

Huruf Pallawa berkembang menjadi dasar dari huruf-huruf lain di


Indonesia. Huruf huruf tersebut contohnya seperti huruf Kawi, Jawa Kuno,
Bali Kuno, Lampung, Batak, dan Bugis-Makassar. Sedangkan bahasa
sansekerta digunakan di lingkungan terbatas yaitu di istana dan khusus
digunakan oleh kalangan Brahmana. Hal ini menyebabkan bahasa sansekerta
untuk mengalami stagnasi.

4. Kepercayaan dan Filsafat

Dengan datangnya kerajaan Hindu-Buddha, sudah pasti kepercayaan


dan filsafat menjadi salah satu pengaruh yang diberikannya. Kepercayaan
yang diberikan di Indonesia sebelum dikenalnya agama Hindu-Buddha adalah
kepercayaan yang bercorak animisme dan dinamisme. Seiring masuknya
pengaruh Hindu-Buddha, masyarakat Indonesia pun mulai menganut kedua
agama tersebut.

5. Sistem Pemerintahan

Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia mengubah sistem


pemerintahan yang ada di Nusantara. Awalnya, sistem pemerintahan bercorak
kesukuan dan kerakyatan menjadi monarki dengan hirarki (tingkatan) yang
jelas.

Struktur pemerintah monarki berlaku umum di semua kerajaan Hindu-


Buddha yang pernah muncul di Indonesia mulai dari Kutai sampai Majapahit,
artinya pemimpin tertinggi pemerintahan adalah raja. Di mana, raja dipilih
berdasarkan faktor keturunan dari dinasti yang berkuasa dan dikukuhkan oleh
kasta Brahmana atau kasta yang paling disegani dalam masyarakat Hindu.

3.2 Berhentinya Pengaruh Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia

Runtuhnya kerajaan Hindu-Budha di Indonesia tidak lantas menghilangkan


pengaruh budaya hindu-budha tradisi Hindu-Budha masih menjadi tradisi dan budaya
masyarakat Indonesia bukti keberlanjutannya dapat dilihat dari meleburnya pengaruh
Hindu-Budha dengan budaya baru.

Berkembangnya kerajaan Hindu-Buddha bermula sejak abad ke-4 Masehi.


Setelah berabad-abad berdiri dengan kerajaan yang silih berganti, akhirnya kerajaan
Hindu-Buddha mulai mengalami keruntuhannya satu persatu. Kerajaan Majapahit
adalah kerajaan Hindu-Buddha yang terakhir runtuh pada abad ke-15 Masehi.

Penyebab dari runtuhnya kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia adalah


berkembangnya agama Islam yang dilanjutkan dengan berdirinya kerajaan-kerajaan
bercorak Islam. Memburuknya situasi dan kondisi dalam berbagai bidang kehidupan,
seperti ekonomi, politik, dan sosial budaya kerajaan bercorak Hindu-Buddha.
Terjadinya perang saudara dalam memperebutkan kekuasaan.

Namun, tradisi dan budayanya tidak pernah hilang, walaupun setelah itu ada
budaya Islam yang mendominasi Indonesia, yang merupakan budaya pendatang baru.
Justru banyak tradisi Hindu-Budha itu sendiri yang melebur atau berasimilasi dengan
budaya Islam yang masih berlanjut hingga saat ini. Contohnya dari nama-nama orang
Indonesia seperti Dharma, Panca, Satya, Aditya, Wisnu dll yang terinspirasi dari
nama-nama Hindu-Budha. Ada pula dalam ritual-ritual upacara yang masih tetap
dijaga hingga saat ini yaitu Nuju Bulan, sedekah bumi dll yang erat kaitannya dengan
tradisi Hindu-Budha.

Walaupun Kerajaan Hindu-Buddha sudah luntur, keberlanjutan pengaruhnya


dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan yang melebur menjadi satu dengan
budaya baru, yaitu Islam. Contohnya nama-nama orang Indonesia yang terinspirasi
dari nama-nama Hindu-Budha dan upacara-upacara adat dan keagamaan saat ini yang
erat kaitannya dengan tradisi Hindu-Budha.

BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan studi literatur ilmiah ini, dapat penulis simpulkan
bahwa :

1. Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buddha terakhir di Nusantara


antara abad ke-13 dan ke-16. Kerajaan Majapahit didirikan pada tahun 1293
oleh Raden Wijaya, menantu Kertanegara, raja terakhir Kerajaan Singasari.

2. Kedatangan Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia menyebabkan terjadinya


kontak budaya atau yang sering disebut akulturasi dengan budaya Indonesia
sendiri. Perubahan yang terjadi ada dalam berbagai bidang kehidupan
masyarakat antara lain dalam bidang seni bangunan, kesusastraan, bahasa
serta tulisan, kepercayaan serta filsafat, dan juga sistem pemerintahan.

3. Runtuhnya kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia disebabkan oleh


berkembangnya agama Islam di Indonesia, memburuknya situasi dan kondisi
dalam berbagai bidang kehidupan di kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-
Buddha, dan terjadinya perang saudara dalam memperebutkan kekuasaan.
Walau demikian, pengaruh Hindu-Buddha masih berlanjut dan dapat dilihat
dari berbagai aspek kehidupan yang melebur menjadi satu dengan budaya
baru, yaitu Islam.

DAFTAR PUSTAKA
C.Sianturi, 2022,
https://googleweblight.com/sp?u=https://roboguru.ruangguru.com/question/sebutkan-
penyebab-runtuhnya-kerajaan-hindu-buddha-di-indonesia-_QU-
FWFP2KLA&grqid=2dON0SSr&hl=en-ID

Farrel Adan, 2021, “Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit”,


https://m.mediaindonesia.com/humaniora/451435/sejarah-berdirinya-kerajaan-
majapahit

Inyiak Talago, 2022, “Sejarah Kerajaan Majapahit (Politik, Ekonomi, Sosial,


Budaya dan Sumber Sejarah)”, https://www.materisma.com/2014/04/sejarah-
kerajaan-majapahit-politik.html

Kelas Pintar, 2020, “Pengaruh Kebudayaan Hindu Buddha di Indonesia”,

https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/pengaruh-kebudayaan-hindu-budha-di-
indonesia5932/#:~:text=Pengaruh%20kebudayaan%20Hindu%2DBudha%20di
%20Indonesia%20membawa%20perubahan%20signifikan%20dalam,dan%20filsafat
%2C%20juga%20sistem%20pemerintahan

Koeswara, Fabio Claudio, (2018) " KITAB NAGAKERTAMA MASA


KEEMASAN MAJAPAHIT" academia.edu 

N. Halimah, 2022, https://roboguru.ruangguru.com/forum/runtuhnya-


kerajaan-hindu-budha-di-indonesia-tidak-lantas-menghilangkan-pengaruh-budaya-
hindu_FRM-BV6Y1WFE

Restu, “Pengaruh Hindu dan Buddha di Indonesia”,


https://www.gramedia.com/literasi/pengaruh-hindu-dan-buddha-di-indonesia/
Syamsul Dwi Maarif, 2021, “Sejarah Kehidupan Ekonomi Kerajaan
Majapahit & Faktor Pendukungnya”, https://tirto.id/sejarah-kehidupan-ekonomi-
kerajaan-majapahit-faktor-pendukungnya-gee5

Widya Lestari Nengsih, 2021, “Peninggalan Kerajaan Majapahit”,


https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/11/190000879/peninggalan-kerajaan-
majapahit#page2

Zaenuddin, 2022, ‘Sejarah Kerajaan Majapahit & Kehidupan Ekonomi,


Sosial, Budaya”, https://artikelsiana.com/sejarah-kerajaan-majapahit-keruntuhan-
faktor/

Zihan Berliana Ram Ghani, 2022, “10 Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia”,
https://www.idntimes.com/life/education/zihan-berliana-ram-ghani/kerajaan-hindu-
budha-di-indonesia-1

Bahan dari internet :

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majapahit

https://sumbersejarah1.blogspot.com/2018/09/kehidupan-ekonomi-kerajaan-
majapahit.html

https://www.youtube.com/watch?v=YVFweVpRKJk

Anda mungkin juga menyukai