2, September 2017
ISSN 2540-9093
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dari pada kemampuan berpikir
kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran ekspositori pada mata pelajaran IPA. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain posttest only design
with nonequivalent group. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ciherang tahun ajaran
2016/2017. Teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah purposive sampling. Pada penelitian
ini kelas V B sebagai kelas eksperimen dan kelas VA sebagai kelas kontrol. Teknik analisis data
untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t satu pihak kanan. Berdasarkan
hasil perhitungan uji hipotesis satu pihak kanan diperoleh hasil bahwa kemampuan berpikir krtis
siswa yang menggunakan model inkuiri terbimbing lebih baik dari kelas kontrol yang
menggunakan model ekspositori
Kata Kunci : model inkuiri terbimbing, model ekspositori, kemampuan berpikir kritis
Abstract. This study aims to determine: whether the critical thinking skills of students who use
guided inquiry learning model is better than the critical thinking skills of students who use the
model of expository teaching in science subjects. The method used in this study is a quasi-
experimental design posttest only design with nonequivalent group.This research was conducted in
SD Negeri Ciherang the academic year 2016/2017. The sampling technique used was purposive
sampling. In this study, class V B as an experimental class and class VA as a control class. To
test the hypothesis in this research used t-test one tailed of the right. Based on the calculation
results of hypothesis testing one tailed of the right, that the results of critical thinking skills
students use models guided inquiry better than the control class that uses the model expository.
215
A. Pendahuluan
Pada era globalisasi ini, arah dan lebih sempurna. Berpikir kritis
tujuan pendidikan yang ingin dicapai berkaitan dengan asumsi bahwa
sejalan dengan ilmu pengetahuan dan berpikir merupakan potensi yang ada
teknologi yang saat ini berkembang pada manusia yang perlu
sangat pesat. Perkembangan ilmu dikembangkan untuk kemampuan yang
pengetahuan dan teknologi harus optimal (Susanto, 2013).
didasari dengan peningkatan kualitas Siswa dituntut untuk dapat
pendidikan yang sejalan dengan menganalisis, mensintesis dan
perkembangan tersebut. Peningkatan menyimpulkan informasi-informasi
kualitas dan sumberdaya manusia yang didapatkan dengan kemampuan
sangat penting untuk menghadapi berpikir kritisnya sehingga siswa
perkembangan ilmu pengetahuan dan mampu membedakan antara informasi
teknologi. Salah satu upaya dalam yang baik dan buruk, serta dapat
bidang pendidikan yang dapat mengambil keputusan terhadap
dilakukan untuk meningkatkan kualitas informasi yang didapatkannya melalui
SDM adalah dengan membiasakan dan berpikir kritis. Salah satu cara
membentuk budaya berpikir kritis pada mengembangkan kemampuan berpikir
siswa dalam proses pembelajaran. kritis yaitu melalui pembelajaran Ilmu
Berpikir kritis adalah suatu Pengetahuan Alam (IPA).
kegiatan melalui cara berpikir tentang Tujuan Pembelajaran IPA dalam
ide atau gagasan yang berhubungan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
dengan konsep yang diberikan atau (Depdiknas, 2006) meliputi:
masalah yang dipaparkan. Berpikir mengembangkan pemahaman tentang
kritis juga dapat dipahami sebagai berbagai macam gejala alam, konsep
kegiatan menganalisis ide atau gagasan dan prinsip sains yang bermanfaat dan
ke arah yang lebih spesifik, dapat diterapkan dalam kehidupan
membedakannya secara tajam, sehari-hari, melakukan kerja ilmiah
memilih,mengidentifikasi, mengkaji, untuk membentuk sikap ilmiah,
dan mengembangkannya ke arah yang meningkatkan kesadaran menghargai
JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Nana, Lukman & Siti
ISSN 2540-9093
216
alam dan segala keteraturannya sebagai tahun dimana kemampuan berpikirnya
salah satu ciptaan Tuhan, telah memasuki tahap oprasional
meningkatkan pengetahuan, konsep, konkret yang mempunyai karakteristik
dan keterampilan IPA sebagai dasar yaitu dengan kemampuan berpikir
untuk melanjutkan pendidikan ke logis. Mereka dapat berpikir secara
jenjang yang lebih tinggi (Susanto, sistematis untuk mencapai pemecahan
2013). masalah. Pada tahap ini permasalahan
Hal tersebut menegaskan bahwa yang dihadapinya adalah permasalahan
pendidikan IPA diarahkan untuk yang konkret (Sumantri, 2014).
inkuiri dan berbuat sehingga dapat Berdasarkan hasil wawancara
membantu siswa untuk memperoleh dengan guru kelas V di SD Negeri
pemahaman yang lebih mendalam Ciherang, pelaksanaan pembelajaran
tentang alam sekitar. Dalam IPA di kelas umumnya masih berpusat
pembelajaran IPA siswa diajarkan pada guru (teacher centered) dengan
untuk memperoleh pengetahuan model pembelajaran ekspositori
melalui pengumpulan data dengan (ceramah, tanya jawab, penugasan)
eksperimen, pengamatan, dan yang belum melibatkan siswa aktif.
komunikasi untuk mengembangkan Aktivitas yang dilakukan siswa dalam
rasa ingin tahu dan berpikir kritis pembelajaran cenderung hanya
serta menghasilkan suatu penjelasan mendengarkan penjelasan materi dari
yang dapat dipercaya. guru sehingga kemampuan berpikir
Peneliti mengamati salah satu kritis pada siswa kelas V di SD Negeri
sekolah dasar di kecamatan Ciherang masih kurang hal ini terlihat
Gunungsari yaitu SD Negeri Ciherang, dari tidak adanya respon siswa terkait
dimana sekolah tersebut adalah sekolah materi yang telah dijelaskan.
yang memiliki kualitas baik di Siswa menerima informasi dari
kecamatan Gunungsari. Selain itu, guru tanpa menganalisis dan
peneliti memilih kelas V sebagai mengevaluasi dengan bertanya serta
subjek penelitian. Siswa kelas V berargumentasi terkait informasi yang
merupakan kelas tinggi di sekolah diberikan ataupun melakukan kegiatan
dasar yang pada umumnya berusia 11 yang berkaitan dengan kemampuan
JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Nana, Lukman & Siti
ISSN 2540-9093
217
berpikir kritis lainnya. Selain itu ketika mudah memahami apa yang
guru menanyakan mengenai materi dipelajari. Model pembelajaran yang
yang telah dijelaskan apakah sudah tepat adalah yang memberikan ruang
mengerti atau tidak, siswa dengan kepada siswa untuk terlibat secara
sepontan menjawab sudah mengerti aktif dalam proses pembelajaran,
namun ketika guru memberikan soal menimbulkan pengalaman yang
terkait penjelasan yang telah diberikan bermakna serta dapat mengembangkan
hasil yang diperoleh siswa kurang kemampuan berpikir kritis siswa.
memuaskan. Pada kegiatan Salah satu model pembelajaran dalam
pembelajaran IPA jarang dijumpai IPA adalah model pembelajaran
keaktifan siswa belajar yang lebih, inkuiri terbimbing.
seperti berdiskusi, melakukan Model inkuiri terbimbing
penemuan, menguji suatu konsep atau memberikan banyak keuntungan
teori, hal ini juga mengakibatkan karena memungkinkan siswa
kurangnya aktivitas fisik dan berpikir menggunakan segala potensinya
kritis siswa dalam belajar. terutama proses mentalnya untuk
Dari uraian tersebut menemukan sendiri konsep dan prinsip
mengimplikasikan perlu adanya suatu sains ditambah proses mental lainya
upaya untuk memperbaiki kualitas yang memberikan ciri orang dewasa
pembelajaran IPA dengan membuat atau ciri seorang ilmuan, sehingga
kemampuan berpikir kritis pada siswa siswa dapat menemukan konsep diri,
lebih baik. Seorang guru harus dapat kreatif dan mampu berpikir kritis.
menerapkan model pembelajaran yang Berdasarkan uraian diatas penulis
sesuai dengan materi pelajaran, tertarik mengadakan penelitian dengan
karena pemilihan model pembelajaran judul ”Penerapan Model Inkuiri
yang tepat merupakan suatu alternatif Terbimbing Terhadap Kemampuan
dalam usaha meningkatkan kualitas Berpikir Kritis Pada Mata Pelajaran
pembelajaran, agar siswa dapat IPA Sekolah Dasar.”
D. Simpulan
Daftar Pustaka