1, No, 1 (2016)
Abstrak
Fokus penelitian ini mengenai kemampuan berpikir kreatif siswa. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa sebagai akibat dari pembelajaran
PBL. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan pemilihan sampel melalui
cara purposive sampling. Sampel yang diambil adalah kelas IV di SDN Paseh 2 dan SDN Legok
1. Instrumen penelitian menggunakan soal tes kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar,
angket terbuka, lembar observasi keaktifan siswa dan kinerja guru, serta catatan lapangan.
Analisis data menggunakan uji normalitas, uji Wilcoxon, uji Mann Whitney, uji Gain dan
analisis data deskriptif. Analisis data ditinjau berdasarkan data keseluruhan hasil tes.
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh 1) terdapat peningkatan kemampuan berpikir
kreatif siswa dengan menggunakan model PBL, 2) terdapat peningkatan hasil belajar siswa
dengan menggunakan model PBL, 3) kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan
model PBL lebih baik daripada menggunakan model konvensional, 4) terdapat faktor
pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Kata kunci: Model Problem Based Learning, Kemampuan Berpikir Kreatif
871
Rizal Abdurrozak, Asep Kurnia Jayadinata, Isrokatun
872
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No, 1 (2016)
dan setiap kali terjadi rekontruksi karena dan menjadikan hal tersebut pengetahuan
adanya pemahaman yang baru. yang baru berdasarkan pengetahuan awal
siswa.
Dalam teori konstruktivisme, peran seorang
guru adalah menjadikan pembelajaran Teori Belajar Dewey
berjalan dengan lancar dan mendorong siswa Teori Dewey ini merupakan teori dari
agar dapat mengembangkan pembelajaran pandangan pedagogi Dewey bahwa dalam
itu sendiri. Menurut Siregar dan Nara (2010, sebuah pembelajaran siswa belajar
hlm. 41) Guru dalam belajar konstruktivisme berorientasi dari masalah dan dapat
berperan membantu agar proses menyelidiki masalah-masalah sosial dan ilmu
pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa pengetahuan. Teori yang dilandasi pedagogi
berjalan lancar. Model PBL merupakan Dewey ini menginginkan pembelajaran yang
model pembelajaran yang berorientasi pada dapat bermakna dan berpusat pada
siswa. Dalam PBL atau pembelajaran permasalahan ini dapat digerakkan oleh
berbasis masalah ini siswa memegang peran kemauan siswa itu sendiri.
yang dominan dalam pembentukkan
pengetahuan mereka dalam pelaksanaan Menurut pandangan Dewey (dalam Nur,
pembelajaran dibandingkan dengan guru. 2011, hlm. 19) Sekolah seharusnya
mencerminkan masyarakat yang lebih besar
Teori Belajar Brunner dan kelas seharusnya menjadi laboratorium
Teori Brunner merupakan dasar pemikiran untuk penyelidikan kehidupan nyata dan
teori yang memandang bahwa manusia pemecahan masalah. Jadi dalam sebuah
merupakan, pencipta sebuah informasi pembelajaran di dalam kelas harus menjadi
pemproses, dan pemikir. Sehingga yang tempat dimana anak mendapat pengetahuan
terpenting dalam sebuah pembelajaran dari lingkungan sekitar mereka untuk
adalah bagaimana siswa bisa mendapatkan dijadikan pengetahuan baru bagi mereka dan
dan menjaga serta mempertahankan pembelajaran di dalam kelas harus
informasi, kemudian mentransformasikan menyajikan permasalahan agar
informasi yang didapat menjadi lebih umum, pembelajaran menjadi lebih bermakna.
dan dapat mengevaluasi manfaat dari
informasi yang sudah ditransformasi oleh Model Problem Based Learning
siswa. Sehubungan dengan pernyataan Menurut Barrow (dalam Huda, 2013, hlm.
tersebut, Brunner sangat memberikan 271) mendefinisikan Problem Based Learning
sebuah perhatian terhadap permasalahan atau PBL sebagai Pembelajaran yang
tersebut untuk mencapai pemahaman dan diperoleh melalui proses menuju
membentuk kemampuan berpikir pada pemahaman atau resolusi suatu masalah.
seorang siswa. Sementara itu menurut Sujana (2014, hlm.
134) PBL adalah suatu pembelajaran yang
Menurut Brunner (dalam Siregar dan Nara, menyuguhkan berbagai situasi bermasalah
2010, hlm. 33) Proses pembelajaran akan yang autentik dan berfungsi bagi siswa,
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru sehingga masalah tersebut dapat dijadikan
memberikan kesempatan kepada siswa batu loncatan untuk melakukan investigasi
untuk menemukan suatu aturan (termasuk dan penelitian. Maka dari itu PBL
konsep, teori, definisi dan sebagainya). Jadi merupakan sebuah pembelajaran yang
di dalam sebuah pembelajaran, siswa harus menuntut siswa untuk mengkonstruksi
dapat menemukan teori serta konsep dari pengetahuan mereka sendiri melalui
informasi atau permasalahan yang didapat, permasalahan.
873
Rizal Abdurrozak, Asep Kurnia Jayadinata, Isrokatun
Dari beberapa pendapat di atas dapat pemecahan masalah agar terbentuk solusi
disimpulkan bahwa PBL merupakan suatu dari permasalahan tersebut sebagai
pembelajaran yang menekankan pada pengetahuan dan konsep yang esensial dari
pemberian masalah nyata dalam kehidupan pembelajaran. Berikut adalah langkah-
sehari-hari yang harus dipecahkan oleh siswa langkah PBL menurut Holbrook dan Arends
melalui investigasi mandiri untuk mengasah (dalam Sujana, 2014, hlm. 136) yang sudah
kemampuan berpikir kreatif dalam sedikit dimodifikasi.
874
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No, 1 (2016)
4. Berpikir terperinci (elaboratif) yaitu, SDN Paseh 2 dan SDN Legok 1 yang berada
mengembangkan menambah, dalam kelompok sedang.
memperkaya suatu gagasan, merinci
detail-detail, memperluas suatu gagasan.
Instrumen Penelitian
METODE PENELITIAN Dalam penelitian dilakukan pengumpulan
Metode Penelitian dan pengolahan data. Data yang diperoleh
Metode yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari instrumen tes dan non tes.
menggunakan penelitian kuasi eksperimen. Instrumen tes yang digunakan dalam
Kuasi eksperimen merupakan penelitian penelitian ini yaitu dengan menggunakan
eksperimen dengan subjek penelitian soal tes kemampuan berpikir kreatif dan hasil
dikelompokkan secara purposive sampling. belajar, sedangkan istrumen non tes yaitu
Seperti halnya penelitian eksperimen pada dengan menggunakan angket, catatan
umumnya, pelaksanaan kuasi eksperimen lapangan, observasi kinerja guru dan aktivitas
pun membandingkan dua kelas (eksperimen- siswa. Sejalan dengan pendapat Arifin (2009,
kontrol) dan sama menggunakan pretest- hlm. 226) bahwa Tes terdiri dari beberapa
postest sebagai desain penelitiannya. Bentuk jenis, diantaranya tes tertulis, tes lisan, dan
desain dari kuasi eksperimen menurut tes tindakan, sedangkan non tes terdiri dari
Maulana (2009, hlm.24) adalah sebagai angket, observasi wawancara, skala sikap,
berikut. daftar cek, skala penilaian, studi
dokumentasi, dan sebagainya.
0 x 0 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
0 0 Teknik pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan dua teknik pengolahan data,
Keterangan: yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
0 = pretes dan postes
X = perlakuan terhadap kelompok eksperimen
Dalam penelitian ini data kualitatif akan
diambil dari lembar observasi untuk
Lokasi Penelitian
mengetahui kinerja guru dan respon siswa
Penelitian ini berlokasi di dua SD yaitu SDN
dalam pembelajaran baik itu di kelompok
Paseh 2 dan SDN Legok 1. SDN Paseh 2
eksperimen maupun di kelompok kontrol.
sebagai kelas eksperimen dan SDN Legok 1
Selain itu juga, data kualitatif diambil dari
sebagai kelas kontrol. Kedua SD tersebut
catatan lapangan dan angket yang diberikan
berada di Kecamatan Paseh Kabupaten
pada kelas eksperimen.
Sumedang.
Data kuantitatif merupakan data dalam
Subjek Penelitian
bentuk angka. Data kuantitatif dapat diolah
Subjek yang diambil dalam penelitian ini
atau dianalisis dengan menggunakan
yaitu seluruh siswa kelas IV di Kecamatan
perhitungan matematika dan statistika. Data
Paseh Kabupaten. Adapun seluruh jumlah
yang diperoleh dari hasil tes siswa diperiksa
sekolah dasar (SD) se-Kecamatan Paseh
kemudian diberikan penskoran terhadap
sebanyak 18 sekolah. Pengelompokkan
setiap butir soal, kemudian dilakukan
dilakukan bedasarkan hasil ujian sekolah (US)
perhitungan untuk secara keseluruhan untuk
pada tahun ajaran 2014/2015 yang diperoleh
mengetahui persentasi hasil belajar siswa.
dari UPTD Kecamatan Paseh. Dari hasil
Data kuantitatif dalam penelitian ini
pengelompokkan terpilih dua sekolah yaitu,
diperoleh dari hasil pretes dan postes serta
lembar observasi. Hasil tes kemudian
875
Rizal Abdurrozak, Asep Kurnia Jayadinata, Isrokatun
dihitung menggunakan software SPSS 16.0 Tabel 2 di di bawah ini dapat menjelaskan
for windows untuk diuji normalitas, bahwa, kemampuan berpikir kreatif siswa
homogenitas dan perbedaan rata-rata dari pada kelas eksperimen yang memperoleh
hasil tes siswa. pembelajaran model PBL ternyata
mengalami peningkatan secara signifikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dapat dilihat dari skor rata-rata postes yang
Hasil Tes Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
Kelas Eksperimen pretes.
Tabel 2. Ringkasan Uji Statistik Hasil Tes Berpikir Kreatif di Kelas Eksperimen
Jumlah Skor Uji Statistik Uji Beda Rata-rata
Jenis Tes
Siswa (n) Rata-rata S.B. Normalitas Homogenitas (Uji Wilcoxon)
Pretes 33 8,33 3,58 Normal Variansi tidak
Terdapat peningkatan
Postes 33 11,45 3,68 Tidak normal sama
Keterangan = 0,05
Tabel 3. Ringkasan Uji Statistik Hasil Tes Hasil Belajar di Kelas Eksperimen
Jumlah Skor Uji Statistik Uji Beda Rata-rata
Jenis Tes
Siswa (n) Rata-rata S.B. Normalitas Homogenitas (Uji Wilcoxon)
Pretes 33 8,15 3,32 Tidak normal Varians tidak
Terdapat peningkatan
Postes 33 10,27 3,40 Tidak normal sama
Keterangan = 0,05
Dari Tabel 3 di atas dapat dijelaskan bahwa, Dari Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa kedua
hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
pembelajaran model PBL meningkat secara kontrol memiliki kemampuan awal yang
signifikan. Dapat dilihat dari skor rata-rata berbeda secara signifikan. Kelas eksperimen
postes yang lebih tinggi dibandingkan memiliki rata-rata kemampuan berpikir
dengan hasil pretes dan hasil. kreatif lebih tinggi dibandingkan dengan
kelas kontrol. Setelah mendapatkan
Analisis Data Hasil Pretes Kemampuan pembelajaran yang berbeda terhadap dua
Berpikir Kreatif Siswa kelas, berikut hasil yang diperoleh.
Analisis Data Hasil Postes Kemampuan dengan rata-rata gain 0,30 lebih baik
Berpikir Kreatif Siswa daripada kelas konvensional dengan rata-
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif rata gain 0,28 secara signifikan. Hasil uji
pada kelas dengan perlakuan model PBL statistik ini sesuai dengan hipotesis yang
876
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No, 1 (2016)
berbunyi Peningkatan kemampuan berpikir Problem Based Learning lebih baik daripada
kreatif siswa dengan menggunakan model dengan menggunakan model konvensional.
877
Rizal Abdurrozak, Asep Kurnia Jayadinata, Isrokatun
878
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No, 1 (2016)
879
Rizal Abdurrozak, Asep Kurnia Jayadinata, Isrokatun
Nur. Mohamad. (2011). Model Pembelajaran TIMSS and PIRLS International Study Center.
Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat (2011).
Sains dan Matematika Sekolah UNESA.
880