1 (2016)
1,2,3
Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang
Jl. Mayor Abdurrahman No.211 Sumedang
1
Email: septiani.wahyu@student.upi.edu
2
Email: diahgusrayani@gmail.com
3
Email: asep_jayadinata@upi.edu
ABSTRAK
Keterampilan berpikir kreatif sangat diperlukan untuk memecahkan suatu masalah serta
menemukan konsep-konsep dalam pembelajaran IPA. Salahsatu model yang dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kreatif yaitu model discovery learning. Penelitian ini
dilaksanakan dengan metode eksperimen dengan desain pretest-posttest. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat peningkatan keterampilan berpikir kreatif dengan menggunakan
model discovery learning dan model konvensional. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas V Se-Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang. Sedangkan sampel yang
diteliti yaitu SDN Cigentur sebagai kelas eksperimen dan SDN Cimuncang sebagai kelas
kontrol. Instrumen yang digunakan meliputi soal, format observasi kinerja guru, aktivitas
siswa, angket, catatan lapangan dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran
dengan model discovery learning dan model konvensional mampu meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif siswa. Namun pembelajaran dengan model discovery learning
lebih mampu meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Hal ini dapat dibuktikan
dengan hasil perhitungan uji beda rata-rata data gain pada kedua kelompok dengan nilai sig
(1-tailed) sebesar 0,001.
Kata Kunci : model pembelajaran discovery learning, keterampilan berpikir kreatif.
101
Septiani Wahyu Tumurun, Diah Gusrayani, Asep Kurnia Jayadinata
dapat memahami dirinya sendiri, mampu Pada saat ini keterampilan berpikir kreatif
mencintai alam dan mampu melestarikan siswa khususnya pada mata pelajaran IPA
alam. kurang begitu menojol dalam diri siswa
karena sekolah dalam hal ini guru kurang
Dalam pembelajaran IPA di SD siswa ditutut begitu dapat memfasilitasi siswa untuk dapat
untuk menemukan konsep-konsep, oleh berpikir kreatif. Guru hanya memberikan
karena itu pembelajaran IPA dibutuhkan pengetahuan langsung kepada siswa tanpa
keterampilan berpikir kreatif dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa
memanfaatkan rasa ingin tahu siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Karena
terhadap pembelajaran IPA. Slameto (2003, hal tersebut keterampilan berpikir kreatif
hlm.144) mengatakan bahwa berpikir siswa menjadi kurang terasah. Keterampilan
kreatif, berarti berpikir dalam arah yang berpikir kreatif siswa perlu di tingkatkan
berbeda-beda, akan diperoleh jawaban- dengan cara memberikan fasilitas dan
jawaban unik yang berbeda-beda tetapi kesempatan bagi siswa untuk
benar. Untuk meningkatkan keterampilan mengembangkan kreatifitasnya.
berpikir kreatif siswa dapat dilakukan dengan Keterampilan berpikir kreatif yang akan
cara melakukan beberapa percobaan dan dikembangkan dalam pembelajaran meliputi
memanfaatkan rasa ingin tahu siswa. aspek bepikir lancar, bepikir luwes, bepikir
original, berpikir elaborasi.
Keterampilan berpikir kreatif sangat penting Upaya untuk meningkatkan berpikir kreatif
untuk dikembangkan dan ditingkatkan siswa pada mata pelajaran IPA, salahsatunya
melalui pembelajaran IPA sebagai cara untuk dapat menggunakan model pembelajaran.
membantu peserta didik untuk memecahkan Salahsatu model yang dapat digunakan
masalah di masa yang akan datang dalam pembelajaran IPA yaitu model
Keterampilan berpikir kreatif akan pembelajaran discovery learning, karena
meningkatkan potensi yang dimiliki peserta dengan menggunakan model pembelajaran
didik salahsatunya yaitu mampu penemuan siswa akan dibimbing untuk
memecahkan masalah yang mereka hadapi. mencari dan menemukan sendiri materi atau
Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan jawaban yang sedang dipelajari.
nasional. Dalam Undang undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Maka dari itu, dalam pembelajaran siswa
Pasal 3 tentang tujuan pendidikan nasional dituntut untuk dapat berpikir kreatif dalam
...bertujuan untuk berkembangnya potensi mencari materi atau jawaban materi yang
peserta didik agar menjadi manusia yang sedang dipelajari. Sementara itu, peran
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang seorang guru di sini hanyalah sebagai
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, pembimbing atau fasilitator. Seperti halnya
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang dikatakan Hamalik (dalam Ilahi, 2012,
negara yang demokratis serta bertanggung hlm.29) discovery adalah proses
jawab. pembelajaran yang menitikberatkan pada
mental intelektual para anak didik dalam
memecahkan berbagai persoalan yang
102
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
103
Septiani Wahyu Tumurun, Diah Gusrayani, Asep Kurnia Jayadinata
104
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
dilakukan tahap analisis data. Analisis data tidak normal, maka dilakukan uji beda rata-
kuantitatif dilakukan dengan cara uji rata dengan uji non-parametrik Mann-
normalitas data, uji homogenitas, uji beda Whitney (uji-U). Hasil uji beda rata-rata
rata-rata dan uji gain ternormalisasi. menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
Pengujian ini dilakukan dengan bantuan rata-rata nilai pretes dan postes siswa.
program SPSS 16.0 for windows. Ketentuan Selanjutnya dilakukan uji hipotesis rumusan
taraf signifikasi yang digunakan dalam masalah pertama dengan menggunakan uji
penelitia ini yaitu 5% ( = 0,05) berdasarkan non paramatrik Wilcoxon. Hasil nya dapat
P-value. Analisis data kualitatif terdiri dari dilihat di Tabel 1 berikut.
angket, lembar observasi, catatan lapangan,
dan wawancara. Angket yang digunakan
dalam penelitian kualitatif ini yaitu angket Tabel 1. Hasil Uji Hipotesis Rumusan Masalah
yang berbentuk skala likert. Angket diberikan Pertama
terbagi menjadi dua penyataan yaitu
pernyataan positif dan pernyataan negatif. pretes
Lembar observasi dibuat dalam bentuk tabel postes-
dengan indikator dalam lembar observasi eksperimen
yang dikuantitatifkan. Hasil wawancara
Z -5.020a
dengan siswa, selanjutnya ditulis dan
diringkas berdasarkan masalah yang akan Asymp. Sig. (2-
.000
dijawab dalam penelitian. tailed)
105
Septiani Wahyu Tumurun, Diah Gusrayani, Asep Kurnia Jayadinata
yang baik dalam pembelajaran sehingga Berdasarkan Tabel 2 didapat bahwa nilai sig
dapat mengoptimalkan pembelajaran. Hal ini (2-tailed) yaitu sebesar 0,000. Data tersebut
dapat dari rata-rata presentase kinerja guru menunjukkan bahwa nilai sig lebih kecil dari
sebesar 92,13%. Peningkatan ini didukung pada =0,05 yang artinya bahwa 0 ditolak
oleh penggunaaan media dan langkah- dan 1 diterima. Hal tersebut menunjukkan
langkah pembelajaran yang dilaksanakan bahwa terdapat peningkatan terhadap
secara efektif. Pada langkah-langkah model keterampilan berpikir kreatif siswa
discovery learning siswa dilatih untuk menggunakan model konvensional dengan
memiliki indikator keterampilan berpikir didukung dengan aktifitas siswa yang
kreatif. Sehingga keterampilan berpikir memberikan respon positif serta mau
kreatif pada kelas eksperimen dapat berperan aktif terhadap pembelajaran, dan
meningkat. kinerja guru yang baik dimulai dari
perencanaan dan pelaksanaan serta dapat
Gambaran pembelajaran dengan model mengoptimalkan pembelajaran serta
konvensional dalam meningkatkan penggunaan media pembelajaran yang
keterampilan berpikir kreatif siswa di kelas optimal.
kontrol. Hasil ini digunakan untuk menjawab
rumusan masalah kedua. Pada pengujian Gambaran perbedaan peningkatan
hipotesis ini data yang dipakai yaitu data keterampilan berpikir kreatif. Pembelajaran
pretes dan postes keterampilan berpikir dengan model discovery learning dan
kreatif di kelas kontrol. Selanjutnya dilakukan pembelajaran yang menggunakan model
uji normalitas data. Data yang didapat konvensional, sama-sama meningkatkan
ternyata berdistribusi tidak normal, maka keterampilan berpikir kreatif siswa pada
dilakukan uji beda rata-rata dengan uji non- materi sifat-sifat cahaya. Hal tersebut
parametrik Mann-Whitney (uji-U). Hasil uji menunjukkan, bahwa kedua pembelajaran
beda rata-rata menunjukkan bahwa terdapat tersebut dapat digunakan untuk
perbedaan rata-rata nilai pretes dan postes meningkatkan keterampilan berpikir kreatif
siswa. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis siswa. Namun, untuk melihat apakah
rumusan masalah kedua dengan terdapat perbedaan peningkatan
menggunakan uji non paramatrik Wilcoxon. keterampilan berpikir kreatif siswa yang
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 2 mengikuti pembelajaran menggunakan
dibawah ini model discovery learning dan siswa yang
mengikuti pembelajaran menggunakan
Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis Rumusan Masalah model konvensional pada materi sifat-sifat
Kedua cahaya, maka dilakukan terlebih dahulu
Pretes-postes analisis dan interpretasi dari data yang
diperoleh. Data yang dimaksud adalah data
Z -4.945a
hasil pretes dan postes keterampilan berpikir
Asymp. Sig. (2- kreatif dari kelas eksperimen dan kelas
.000
tailed) kontrol. Karena hasil pretes pada kedua
kelompok berdistribusi tidak normal maka
106
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
akan dilihat dari peningkatan gain. Kemudian karena data berdistribusi normal dan
dilakukan pengujian dari data gain yang homogen. Adapun hasil uji beda rata-rata
didapat dari kedua kelas. Data gain kemudian bisa dilihat di tabel 3 berikut.
di uji beda rata-rata menggunakan uji-t
107
Septiani Wahyu Tumurun, Diah Gusrayani, Asep Kurnia Jayadinata
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon diperoleh sig Berdasarkan hasil uji Wilcoxon diperoleh sig
1-tailed sebesar 0,000. Data tersebut 1-tailed sebesar 0,000. Data tersebut
menunjukkan bahwa nilai sig 1-tailed 0,05 menunjukkan bahwa nilai sig 1-tailed 0,05
yang artinya menunjukkan bahwa ditolak, yang artinya menunjukkan bahwa ditolak,
artinya pembelajaran menggunakan model artinya pembelajaran menggunakan model
discovery learning dapat meningkatkan hasil konvensional dapat meningkatkan hasil
belajar siswa di kelas ekperimen pada materi belajar siswa di kelas ekperimen pada materi
sifat-sifat cahaya. Maka dari itu hipotesis 4 sifat-sifat cahaya. Maka dari itu hipotesis 4
diterima adanya peningkatan hasil belajar diterima adanya peningkatan hasil belajar
siswa pada materi sifat-sifat cahaya dengan siswa pada materi sifat-sifat cahaya dengan
menggunakan model discovery learning. menggunakan model konvensional.
108
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
bersemangat dalam belajar maka hal ini akan dalam pembelajaran sehingga dapat
berimbas kepada ketercapaian tujuan mengoptimalkan pembelajaran. Selain dari
pembelajaran. itu peningkatan ini didukung oleh
penggunaaan media dan langkah-langkah
Faktor yang menghambat pembelajaran pembelajaran yang dilaksanakan secara
dengan model discovery learning. Salah satu efektif. Pada langkah-langkah model
faktor yang menghambat yaitu suara bising discovery learning siswa dilatih untuk
dari jalan raya. Dikarenakan letak sekolah memiliki indikator keterampilan berpikir
yang berada di pinggir jalan raya maka hal ini kreatif. Sehingga keterampilan berpikir
menyebabkan ramainya kendaraan yang kreatif dan hasil belajar siswa pada kelas
berlalu-lalang dan membuat suasana sekolah eksperimen dapat meningkat. Sementara
menjadi bising. Dengan suasana yang bising pada pembelajaran konvensional
seperti ini membuat siswa kesulitan untuk peningkatan terjadi karena aktifitas siswa
mendengar pengarahan serta berdiskusi yang memberikan respon positif serta mau
dengan temannya. Selain itu suara yang berperan aktif terhadap pembelajaran, dan
bising ini membuat siswa tidak mampu kinerja guru yang baik dimulai dari
berkonsentrasi saat belajar. perencanaan dan pelaksanaan serta dapat
mengoptimalkan pembelajaran serta
Hal lain yang menghambat pembelajaran ini penggunaan media pembelajaran yang
yaitu suara gaduh dari kelas lain. Dikarenakan optimal.
denah kelas V bersampingan dengan kelas III
yang masih tergolong kelas rendah dan kelas Namun pembelajaran dengan menggunakan
VI yang sudah tidak terdapat lagi pelajaran. model discovery learning lebih mampu
Hal ini menyebabkan suasana kelas menjadi meningkatkan keterampilan berpikir kreatif
kurang kondusif. Selain itu kondisi siswa yang siswa dibandingkan dengan model
tidak mampu mengikuti pelajaran seperti pembelajaran konvensional. Hal ini
siswa yang nakal, kondisi siswa yang kurang dikarenakan dalam model pembelajaran
sehat ini akan menjadi faktor penghambat konvensional tidak memiliki komponen-
dalam pembelajaran model discovery komponen atau tahap-tahap pembelajaran
learning ini. seperti model discovery learning. Tahapan-
tahapan model discovery learning
SIMPULAN memberikan kesempatan kepada siswa
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk melatih setiap indikator keterampilan
dengan menggunakan model discovery berpikir kreatifnya.
learning dan konvensional terbukti dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kreatif Model discovery learning menekankan
dan hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal
cahaya. Hal tersebut didukung dengan ini membuat siswa lebih aktif dalam belajar
aktifitas siswa yang memberikan respon dan mencari materi sehingga pembelajaran
positif serta berperan aktif terhadap akan lebih bermakna dibandingkan dengan
pembelajaran, dan kinerja guru yang baik model pembelajaran konvensional.
109
Septiani Wahyu Tumurun, Diah Gusrayani, Asep Kurnia Jayadinata
110