PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penggu-
naan model pembelajaran inkuiri serta dapat dijadikan sebagai studi band-
ing dan dasar pemikiran bagi timbulnya gagasan-gagasan baru dalam
dunia pendidikan khususnya dalam mengembangkan model pembelajaran
yang mampu melatih kemampuan berpikir kreatif siswa.
2. Bagi siswa dapat meningkatkan aktivitas selama proses pembelajaran
dengan mengkondisikan siswa sebagai petualang dan penemu baru serta
melatih siswa untuk berpikir kreatif dengan merangsang siswa berpikir
melalui berbagai bentuk pertanyaan serta adanya suatu proses pemecahan
masalah.
3. Bagi lingkungan pendidikan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kre-
atif siswa sehingga dapat dikembangkan dengan materi-materi yang be-
ragam.
F. Hipotesis Penelitian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Model Inkuiri
a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Menurut Sanjaya (2010, hlm. 196 ) ,ada beberapa hal yang menjadi ciri
utama model pembelajaran inkuiri yaitu sebagai berikut :
1. Model pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model pembelajaran
inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Proses pembela-
jaran ini, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran
melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, se-
hingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Model
pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber bela-
jar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
3. Tujuan dari penggunaan model pembelajaran inkuiri adalah mengem-
bangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental.
Apabila kita lihat dari pendapat di atas mengenai tujuan dari model
pembelajaran inkuiri yakni diharapkan setelah siswa mengikuti proses
pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri ini dapat memperoleh
banyak pengetahuan dan keterampilan dalam menyelesaikan suatu
pengamatan yang nantinya mereka temukan di berbagai mata pelajaran yang
lain, selain itu siswa akan lebih mandiri dalam mengerjakan suatu soal
misalnya tidak tergantung pada bantuan guru karena mereka telah terbiasa
mencari jawabannya sendiri dan oleh karena itu siswa akan lebih mandiri.
Tujuan dari penggunaan model pembelajaran inkuiri adalah untuk
mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, kritis atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental .
Sudjana (dalam al-Tabany, 2014, hlm. 83-86) ada lima tahapan yang
ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran Inkuiri, yaitu: Merumuskan
masalah untuk dipecahkan oleh siswa.
1. Kelancaran
a. Mencetuskan banyak ide, banyak jawaban, banyak penyelesaian
masalah, banyak pertanyaan dengan lancar.
b. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.
c. Memikirkan lebih dari satu jawaban.
2. Kelenturan
a. Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi.
b. Melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.
c. Mencari banyak alternative atau arah yang berbeda-beda.
d. Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
3. Keaslian
a. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.
b. Memikirkan cara yang tidak lazim.
c. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-
bagiannya.
4. Elaborasi
a. Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk.
b. Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan. Atau
situasi sehingga menjadi lebih menarik.
1. Aspek kognitif
Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif
atau divergen ditandai dengan adanya beberapa keterampilan tertentu,
seperti : keterampilan berpikir lancar, berpikir luwes/fleksibel, berpikir
orisinal, keterampilan merinci, dan keterampilan menilai. Makin kreatif
seseorang, maka ciri-ciri ini makin melekat pada dirinya.
2. Aspek afektif
Ciri-ciri kreatif yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang,
yang ditandai dengan berbagai perasaan tertentu, seperti : rasa ingin tahu,
bersifat imajinatif/fantasi, sifat berani mengambil resiko, sifat menghargai,
percaya diri, keterbukaan terhadap pengalaman baru.
Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar ( 2009, hlm. 23) meliputi
:
a. Mengajukan pertanyaan.
b. Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan
pikiran terbuka.
c. Membangun keterkaitan, khususnya di antara hal-hal yang berbeda.
d. Menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas.
e. Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru
dan berbeda.
f. Mendengarkan intuisi.
d. Tahap Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif
1. Stimulus
Untuk dapat berpikir kreatif perlu adanya stimulus dari pikiran yang lain.
Stimulus awal didorong oleh suatu kesadaran bahwa sebuah masalah harus
diselesaikan.
2. Eksplorasi
Peserta didik dibantu untuk memerhatikan alternatifalternatif pilihan se-
belum membuat suatu keputusan. Untuk berpikir secara kreatif, peserta
didik harus mampu menginvesrigasi lebih lanjut.
3. Perencanaan
Setelah diadakan stimulus berupa masalah, kemudian melakukan eksplo-
rasi untuk pemecahan masalah, selanjutnya membuka berbagai rencana
atau strategi untuk pemecahan masalah. Dari beragam rencana yang
dibuat, dapat diambil beberapa rencana yang paling tepat untuk solusi.
4. Aktivitas
Proses kreatif dimulai dengan suatu ide atau kumpulan ide., dengan kata
lain memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyadari berpikir
mereka dalam bentuk aktivitas atau melaksanakan berbagai rencana yang
lebih ditetapkan.
5. Review
Peserta didik perlu mengadakan evaluasi dan meninjau kembali pekerjaan.
Peserta didik dilatih untuk menggunakan imajinasi mereka untuk
mengevaluasi.
Sikap dalam pembelajaran IPA yang dimaksud ialah sikap ilmiah. Jadi,
dengan pembelajaran IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menumbuhkan
sikap ilmiah seperti seorang ilmuwan. Adapun jenisjenis sikap yang dimaksud
, yaitu : sikap ingin tahu, percaya diri, jujur, tidak tergesa-gesa, dan objektif
terhadap fakta.
Sikap ilmiah itu dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam
pembelajaran IPA pada saat melakukan diskusi, percobaan, simulasi, dan
kegiatan proyek dilapangan. Pengemangan sikap ilmiah disekolah memiliki
kesesuaian dengan tingkat perkembangan kognitifnya. Menurut Piaget (dalam
Susanto, 2013, hlm. 170) menjelaskan bahwa anak usia sekolah dasar yang
berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 11 atau 12 tahun masuk dalam fase
operasional konkret. Yaitu fase yang menunjukan adanya sikap
keingintahuannya yang tinggi untuk mengenali lingkungannya. Dalam
kaitannya dengan tujuan sains, maka pada anak sekolah dasar siswa harus
diberikan pengalaman serta kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir dan bersikap 15 terhadap alam, sehingga dapat mengatahui rahasia-
rahasia dan gejalagejala alam.
Dari uraian hakikat IPA di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran sains
merupakan kegiatan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsiprinsip, proses
yang mana dapat menumbuhkan sikap-sikap ilmiah siswa terhadap konsep-
konsep IPA. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan
dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpula konsep
IPA. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut pembelajaran IPA dapat memberikan
pengalaman langsung melalui kegiatan pengamatan, diskusi dan penyelidikan
sederhana. Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah
siswa.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ida Bagus Putu Arnyana yang berjudul
“pengaruh penerapan strategi pembelajarn inovatif pada pembelajaran bi-
ologi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMA”, menunjukan
bahwa kelompok siswa yang belajar dedngan strategi kooperatif GI, PBL
dan Inkuiri memiliki kemampuan berpikir kreatif lebih baik dibandingkan
dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan model DI.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Hartanto yang berjudul “mengembangkan
kreaivitas siswa melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan
inkuiri” menunjukan bahwa melalui inkuiri siswa dapat memperaktekkan
dan menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari untuk memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan cara berpikir sistematis, kri-
tis, logis, dan kreatif.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Tatag Yuli Eko Siswono yang berjudul
“upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui penga-
juan masalah”, menunjukkan bahwa tidak semua aspek kemampuan
berpikir meningkat terutama fleksibilitas dalam memecahkan masalah.
Tetapi untuk aspek pemahaman terhadap informasi masalah, kebaruan dan
kefasihan dalam menjawab soal mengalami peningkatan. Hasil lain me-
nunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan mengajukan
masalah mengalami kemajuan/peningkatan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Awaludin yang berjudul “Meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa dengan kemampuan
matematis rendah melalui pembelajaran open ended dengan pemberian tu-
gas tambahan”, menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa dengan kemampuan matematis rendah yang men-
dapat pembelajaran open ended dengan perlakuan pemberian tugas tamba-
han labih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
yang mendapat pembelajaran open ended tanpa perlakuan pemberian tugas
tambahan.
C. Kerangka Berpikir
Model Inkuiri
Mengajukan
Pertanyaan
atau masalah
Keterampilan
berpikir lancar
Merumuskan
Hipotesis
Keterampilan
Analisis data berpikir
merinci
Membuat Keterampilan
Kesimpulan berpikir orisinal
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Keterangan