Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (ISBN: 978-602-61265-2-8), Juni 2018

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK


DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI TERBIMBING
DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
PADA PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 2 GERUNG TAHUN AJARAN 2016/2017

Marlina Eka Puspita1), Dadi Setiadi2), Ahmad Raksun3)


1)
Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram, Mataram
2,3)
Dosen pendidikan biologi FKIP Universitas Mataram, Mataram
E-mail: marlinaekapuspita@gmail.com (correspondence author)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis
peserta didik dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dan Problem Based Learning (PBL)
dalam pembelajaran Biologi pada peserta didik kelas X SMAN 2 Gerung tahun ajaran 2016/2017.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu komparasi bersifat kausal komparatif dengan desain pretest
and posttest group design. Populasi yang digunakan yaitu seluruh siswa kelas X MIA SMAN 2
Gerung yang terdiri dari 2 kelas. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik sampling jenuh dan
kelas X MIA 1 sebagai kelompok PBL dan kelas X MIA 2 sebagai kelompok Inkuiri Terbimbing.
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir kritis berupa test essay.
Uji hipotesis menggunakan uji t. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa thitung> ttabel yaitu
(2.977>2.026), sehingga menunjukan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta
didik yang belajar menggunakan PBL dan Inkuiri Terbimbing.

Kata kunci : inkuiri terbimbing, problem based learning (PBL), berpikir kritis

PENDAHULUAN fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip


Proses pembelajaran sains di SMA saja tetapi juga merupakan suatu proses
hendaknya dapat merangsang peserta didik penemuan.
untuk menemukan sendiri permasalahan dan Salah satu hal yang menjadi masalah
cara untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam memperoleh fakta, konsep-konsep, dan
dengan kemampuan berpikirnya sendiri. teori dalam pembelajaran Biologi adalah
Sesuai dengan paradigma baru dalam proses pembelajarannya. Proses pembelajaran
pembelajaran sains adalah pembelajaran yang dilakukan di sekolah, seharusnya guru
siswa tidak hanya dituntut untuk lebih banyak merencanakan kegiatan pembelajaran agar
mempelajari konsep-konsep dan prinsip- peserta didik melakukan suatu aktivitas
prinsip sains secara verbalitas, hafalan, dalam memperoleh pengetahuannya. Apabila
pengenalan rumus-rumus, dan pengenalan peserta didik untuk memperoleh
istilah-istilah melalui serangkaian latihan pengetahuannya dengan melakukan tindakan,
secara verbal, namun hendaknya dalam hasilnya akan tertanam di benaknya.
pembelajaran sains, guru lebih banyak Kenyataanya, berdasarkan hasil observasi
memberikan pengalaman kepada siswa untuk diketahui bahwa guru mendominasi proses
lebih mengerti dan membimbing siswa agar pembelajaran di kelas. Model pembelajaran
dapat menggunakan pengetahuannya tersebut yang digunakan di sekolah masih
dalam kehidupan sehari-hari menggunakan model pembelajaran yang
Biologi sebagai ilmu sains yaitu ilmu berpusat pada guru. Akibatnya, peserta didik
pengetahuan yang obyek pengamatannya merasa bosan dalam mengikuti kegiatan
adalah alam dengan segala isinya termasuk belajar mengajar dan peserta didik kurang
bumi, tumbuhan dan hewan serta manusia. berperan aktif dalam menyampaikan ide atau
Sains juga merupakan ilmu pengetahun yang gagasan.Hal ini menyebabkan peserta didik
diperoleh dengan menggunakan metode- tidak terlatih dalam mengembangkan
metode berdasarkan observasi sains berkaitan kemampuan berpikir kritis.
dengan cara mencari tahu tentang alam secara Berdasarkan permasalahan tersebut,
sistematis, sehingga sains bukan hanya diperlukan suatu upaya untuk melatih
penguasaan kumpulan yang berupa fakta- kemampuan berpikir kritis peserta didik

242
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (ISBN: 978-602-61265-2-8), Juni 2018

melalui suatu proses pembelajaran yang keputusan untuk memecahkan masalah


mampu mengembangkan kemampuan dengan menganalisis dan menginterprestasi
berpikir kritis. Pembelajaran yang tepat untuk data dalam kegiatan inkuiri ilmiah (Jufri,
mengatasi permasalahan tersebut adalah 2010). Kemampuan berpikir kritis memuat
dengan menerapkan suatu model beberapa hal yaitu pertama kemampuan
pembelajaran yang melibatkan peserta didik berpikir kritis akan membantu dalam
secara langsung saat proses pembelajaran. memberikan argumen yang baik dengan
Model pembelajaran yang tepat untuk menggunakan pemikiran yang terorganisir,
mengatasi masalah tersebut adalah dengan kedua kemampuan berpikir kritis akan
menggunakan model PBL (Problem Based membantu mengambil keputusan melalui
Learning) danInkuiri terbimbing, model kemampuannya dalam membedakan antara
pembelajaranPBL merupakan model yang benar dan tidak benar serta pemikiran
pembelajaran yang dapat membantu peserta kritis akan memberi kemampuan
didik untuk aktif dan mandiri dalam memecahkan masalah dengan bukti yang
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dapat dipercaya dan diterima oleh logika
memecahkan masalah melalui pencarian data karena setiap masalah akan dipecahkan
sehingga diperoleh solusi dengan rasional dan melalui analisis-analisis.
autentik (Yatim, 2009), sedangkan model Hasil observasi dan wawancara
Inkuiri Terbimbing adalah model dengan salah satu guru Biologi di SMAN 2
pembelajaran yang menekankan pada proses Gerung, proses pembelajaran di kelas masih
berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan didominasi oleh guru, sehingga peserta didik
menemukan sendiri jawaban dari suatu tidak terlatih untuk mengembangkan
masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2013). kemampuan berpikir kritis. Padahal
Sintak dari kedua model ini melatih kemampuan berpikir kritis sangat penting
peserta didik dalam memecahkan masalah untuk menumbuhkan rasa percaya diri dalam
dan kecakapan untuk berpartisipasi dalam mengambil keputusan, sesuai dengan
proses pembelajaran. Proses pembelajaran pendapat Murti (2013) yang menyatakan
yang seperti itu akan menyebabkan peserta bahwa berpikir kritis bermanfaat, karena
didik tidak hanya berperan sebagai penerima memungkinkan seseorang untuk
pelajaran melalui penjelasan guru secara menganalisis, menilai, menjelaskan, dan
verbal, tetapi mereka berperan untuk merestrukturisasi pemikirannya, sehingga
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran dapat memperkecil resiko untuk mengadopsi
itu, seluruh aktivitas yang dilakukan peserta keyakinan yang salah, maupun berpikir dan
didik diarahkan untuk mencari dan bertindak dengan menggunakan keyakinan
menemukan sendiri dari sesuatu yang yang salah tersebut.
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat Uraian di atas, mendorong peneliti
menumbuhkan sikap percaya diri. Artinya untuk melakukan suatu penelitian dengan
dalam kedua model ini menempatkan guru judul: Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis
bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi dengan Menggunakan Model Inkuiri
sebagai fasilitator dan motivator belajar Terbimbing Dan Problem Based Learning
peserta didik. Selain itu kedua model (PBL)dalam Pembelajaran Biologi Pada
pembelajaran ini dapat mengembangkan Peserta didik Kelas X SMAN 2 Gerung
kemampuan intelektual sebagai bagian dari Tahun Ajaran 2016/2017. Tujuan melakukan
proses mental, akibatnya dalam pembelajaran penelitian ini adalah untuk mengetahui
peserta didik tidak hanya dituntut agar perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta
menguasai materi, akan tetapi bagaimana didik dengan menggunakan model Inkuairi
mereka dapat menggunakan potensi yang Terbimbing dan Problem Based Learning
dimilikinyayang diperoleh melalui kegiatan (PBL) dalam pembelajaran Biologipada
pembelajaran. peserta didik kelas X SMAN 2 Gerung tahun
Model pembelajaran Inkuiri ajaran 2016/2017.
Terbimbing dan PBL sesuai digunakan dalam
meningkatkan kemampuan berpikir krtis
peserta didik. Berpikir kritis merupakan METODE PENELITIAN
proses mental yang terorganisir dengan baik Jenis penelitian yang digunakan
dan berperan dalam proses mengambil adalah komparasi bersifat kausal komparatif

243
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (ISBN: 978-602-61265-2-8), Juni 2018

Arikunto (2013) mengutip pendapat Populasi dalam penelitian ini adalah


Van Dalen menyatakan bahwa kausal seluruh peserta didik kelas X MIA SMAN 2
komparatif merupakan penelitian komparatif Gerung tahun ajaran 2016/2017 yang terdiri
yaitu ingin membandingkan dua atau tiga dari 2 kelas. Sampel dalam penelitian ini
kejadian dengan melihat penyebab- adalah kelas X MIA I sebagai kelompok PBL
penyebabnya. Desain penelitian yang dan kelas X MIA II sebagai kelompok Inkuiri
digunakan adalah desain pre-test and post- terbimbing.
test group desigen. Desain penelitian ini
dapat dilihat pada (Tabel 1).

Tabel 1 Desain penelitian desain pre-test and post-test group desigen (Arikunto, 2010).

Keterangan:
X1 : Pembelajaran berbasis model PBL
X2 : Pembelajaran berbasis model Inkuiri Terbimbing
O1 : Pre-test pada kelompok PBL
O2 : Post-test pada kelompok PBL
O3 : Pre-test pada kelompok inkuiri terbimbing
O4 : Post-test pada kelompok inkuiri terbimbing.

Instrument yang digunakan dalam selanjutnya dianalisis dengan menggunakan


penelitian ini yaitu tes berupa soal uraian uji bedauntuk menjawab rumusan masalah
untuk memperoleh data kemampuan berpikir dan menguji hipotesis yang diajukan serta
kritis peserta didik. Instrument yang menarik kesimpulan.
digunakan terlebih dahulu dilakukan validasi
oleh tim ahli kemudain divalidasi ke siswa HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan dengan menggunakan rumus alfa Hasil analisis kemampuan berpikir
crobach, selanjutnya dihitung reabilitasnya kritis peserta didik dengan menggunakan
dengan menggunakan rumus produk momen. model Inkuiri Terbimbing dan Problem
Soal yang sudah valid dan reabel ini yang Based Learning (PBL) pada peserta didik
digunakan untuk mengumpulkan data kelas X MIA SMAN 2 Gerung Tahun Ajaran
kemampuan berpikir kritis peserta didik. 2016/2017. Rata-rata hasil pretes dan posttest
Data kemampuan berpikir kritis kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat
diperoleh dari hasil pretest dan posttest, divisualisasikan pada Gambar 1 dan 2.

244
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (ISBN: 978-602-61265-2-8), Juni 2018

Gambar 1. Diagram Hasil Pre-test


Berdasarkan Gambar 1 dapat Dilihat dari nilai rata-rata pretest tersebut
diketahui bahwa nilai rata-rata pretest terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis
kemampuan berpikir kritis peserta didik pada peserta didik di kelompok inkuiri terbimbing
kelompok Inkuiri Terbimbing yaitu 34.7 maupun kelompok PBL tidak jauh berbeda.
sedangkan pada kelompok PBL yaitu 37.8.

Gambar 2. Diagram Hasil Pos-test


Berdasaran gambar 2 dapat diketahi Dari hasil pretes dan postes kemampuan
nilai rata-rata postest pada kelompok Inkuiri berpikir kritis peserta didik kemudian dihitung
terbimbing yaitu 67, sedangkan pada kelompok Gain skornya. Data gain skor kemampuan
PBL yaitu 78.5.Dilihat dari rata-rata hasil berpikir kritis peserta didik pada kelompok
postes terlihat bahwa kelompok PBL lebih PBL dan Inkuiri Terbimbing secara (Tabel 2).
tinggi dari pada kelompok Inkuiri Terbimbing.

Tabel 2. Gain skor kemampuan berpikir kritis

Data Gain skor kemampuan berpikir beda degan bantuan Microsoft excel 2007, hasil
kritis peserta didik kemudian dianalisi untuk analisis dapat disajikan secara ringkas pada
menguji hipotesis dengan menggunakan uji T Tabel 3.

Tabel 3 Hasil uji hipotesis kemampuan berpikir kritis peserta didik

Berdasarkan Tabel 2 di atas hasil maka Ho ditolak dengan demikian Ha


perhitungan diperoleh thitung = 2.977 dan diterima, karena hasil perhitungan diperoleh
harga ttabel pada taraf signifikan 0.05 nilai (2.977>2.026) thitung> ttabel maka Ha
diperoleh ttabel = 2.026. Apabila thitung< diterima dan Ho ditolak artinya ada
ttabeldengan taraf signifikan 0.05 maka Ho perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta
diterima, sebaliknya apabila thitung> ttabel didik dengan menggunakan model inkuiri

245
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (ISBN: 978-602-61265-2-8), Juni 2018

terbimbing dan Problem Based Learning diselesaikan dan bagaimana upaya dalam
(PBL)pada peserta didik kelas X SMAN 2 menyelesaikannya. Kegiatan pembelajaran
Gerung tahun ajaran 2016/2017. seperti itu akan memberikan kesempatan
Berdasarkan hasil uji hipotesis kepada peserta didik untuk mengembangkan
menunjukan adanya perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi serta memberikan
berpikir kritis yang signifikan antara peserta kesempatan kepada peserta didik untuk
didik yang belajar menggunakan model membuat keputusan dan menjelaskan
Problem Based Learning dengan peserta keputusan mereka sendiri dengan
didik yang belajar menggunakan model menggunakan kemampuan kritis yang
Inkuiri Terbimbing. Hal ini dikarenakan mereka miliki.
pada model Problem Based Learning proses Pembelajaran yang melatih
pembelajaran berpusat pada peserta didik kemampuan peserta didik dalam
sehingga peserta didik menjadi lebih aktif memecahkan masalah mempunyai beberapa
dalam proses pembelajaran. Hal tersebut keuntungan seperti berikut. 1) Langkah-
diungkapkan oleh Amir (2010) bahwa model langkah pemecahan masalah membantu
PBL memiliki keefektifan, yaitu peserta mempercepat peserta didik dalam
didik lebih aktif dalam berpikir dan mencari memahami masalah dan menyusun
informasi dan memahami materi dari persamaan matematis yang dibutuhkan. 2)
permasalahan yang nyata disekitarnya Dapat meningkatkan kesadaran peserta didik
sehingga mereka mendapatkan kesan yang akan pengetahuan dan keterampilan
mendalam dan lebih bermakna tentang apa memecahkan masalah. 3) Dapat
yang mereka pelajari.. meningkatkan kemampuan memecahkan
Proses pembelajaran menggunakan masalah .4) dan Dapat meningkatkan
model Problem Based Learning membahas kemampuan berpikir kritis (Sadia, 2008).
masalah-masalah yang autentik. Peserta Langkah investigasi dalam
didik selalu dilatih berpikir bagaimana pembelajaran Problem Based Learning juga
menemukan jalan keluar terhadap suatu menuntut pemikiran kritis peserta didik,
masalah-masalah tersebut.Latihan-latihan karena pada tahap tersebut mengharuskan
memecahkan masalah autentik ini peserta didik menemukan solusi untuk
menjadikan peserta didik selalu memecahkan permasalahan yang ditemukan.
memberdayakan kemampuan berpikir kritis Kegiatan investigasi bertujuan untuk
dan menjadikan peserta didik mempunyai menemukan solusi dari permasalahan yang
kemampuan berpikir lebih tinggi sehingga ditemukan.Dimana dalam kegiatan tersebut
mampu memecahkan masalah riil dan peserta didik dapat memunculkan ide-ide
mengkaitkannya dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan. Kegiatan
pembelajaran yang ingin dicapai. investigasi melatih peserta didik untuk dapat
Pembelajaran dengan menerapkan memecahkan masalah dalam kehidupan
model Problem Based Learning peserta dimasa yang akan datang. Hal tersebut
didik menjadi lebih aktif dalam proses sejalan dengan hal yang disampaikan oleh
pembelajaran dan mandiri untuk Johnson (2002) menyatakan bahwa pemikir
membangun pengetahuan melalui tahapan- kritis akan melakukan pertimbangan-
tahapan dalam model Problem Baed pertimbangan untuk meningkatkan
Learning. Hal tersebut juga diungkapkan pengetahuan dan mendapatkan pemahaman.
oleh Irianto (2014) bahwa karateristik model Pemikir kritis akan menganalisis dan
Problem Based Learning memberikan menginvestigasi setiap yang disampaikan
keunggulan dibandingkan dengan model oleh orang lain. Pemikir kitis akan
pembelajaran yang lain, salah satunya adalah mengidentifikasi alasan dan bertanya apakah
melibatkan secara aktif dalam pemecahan alasan–alasan yang dikemukan sesuai
masalah dan menuntut keterampilan berpikir dengan konteksnya dan didasarkan pada
peserta didik lebih tinggi. informasi yang dipercaya dan relevan.
Langkah awal dari model Problem Proses pembelajaran menggunakan
Based Learning yaitu orientasi maslah. model Problem Based Learning, aktivitas
Tahap tersebut peserta didik dirangsang kerja sama dalam kelompok akan menuntun
untuk berpikir tentang bagaimana peserta didik untuk mengaktualisasikan
mengidentifikasi masalah, apa yang akan potensi diri dalam meningkatkan

246
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (ISBN: 978-602-61265-2-8), Juni 2018

kemampuan berpikir kritis, dalam satu menyebabkan peserta didik kurang dalam
kelompok harus bekerja bersama-sama, menguasai materi yang disampaikan.
apabila ada anggota kelompok yang tidak Sehingga meyebabkan kemampuan berpikir
mengerti maka teman yang sudah menguasai kritis peserta didik lebih rendah.
materi menjelaskan kepada anggota Berdasarkan uraian di atas maka
kelompok yang tidak mengerti. Setiap dapat dikatakan bahwa penerapan model
kelompok memastikan anggota Problem Based Larning lebih baik dalam
kelompoknya menguasai materi yang telah meningkatkan kemampuan berpikir kritis
diberikan. peserta didik jika dibandingkan dengan
Sedangkan Kegiatan dalam proses penerapan model pembelajaran Inkuiri
pembelajaran dengan menggunakan model Terbimbing. Karena proses pembelajaran
Inkuiri Terbimbing peserta didik tidak menggunakan model Problem Based
dilepas begitu saja seperti pada Learning melatih peserta didik menemukan
pembelajaran Problem Based Learning. sendiri jawaban atas permasalahan yang
Guru memberikan bimbingan-bimbingan diberikan dengan cara mengkaji,
dan pengarahan selama kegiatan menganalisis, memverifikasi, merumuskan
pembelajaran. Sebagian perencanaan dalam dan membuat kesimpulan. Sedangkan pada
kegiatan pembelajaran dibuat oleh guru, model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
sedangkan peserta didik melakukan kegiatan guru masih mendominasi proses
pembelajran sesuai bimbingan yang pembelajran, peserta didik tidak dilepas
diberikan oleh guru, sehingga peserta didik langsung seperti pada Problem Based
tidak terlalu aktif dalam proses Learning. Peserta didik masih dibimbing dan
pembelajaran. Dengan kegiatan pembelajran diarahkan dalam mengidentifikai masalah,
seperti itu peserta didik tidak terlatih utuk membuat hipotesis, merancang percobaan,
memecahkan masalah dan memunculkan mengumpulkan data dan membuat
ide-ide serta berargumen sesuai dengan kesimpulan. Sehingga peserta didik tidak
indikator berpikir kritis. Hal tersebut juga mandiri memecahkan masalah dan
diungkapkan oleh Yamin (2007) mengeksplorasi kemampuan berpikir kritis
bahwakeaktifan peserta didik dalam proses yang dimilikinya.
pembelajaran dapat merangsang dan
mengembangkan bakat yang dimilikinya, KESIMPULAN
berpikir kritis dan memecahkan Berdasarkan hasil penelitian yang
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. telah dilakukan, dapat diperoleh
Kelas yang menggunakan model kesimpulan bahwa “Terdapat perbedaan
pembelajaran Inkuiri terbimbing saat kemampuan berpikir kritis peserta didik
melakukan diskusi kelompok beberapa menggunakan model inkuiri terbimbing dan
peserta didik terlihat mengobrol dengan PBL pada peserta didik kelas X SMAN 2
anggota kelompoknya, sehingga Gerung tahun ajaran 2016/2017, yaitu PBL
mengakibatkan tujuan diskusi kelompok lebih meningkatkan kemampuan berpikir
tidak maksimal. Peaerta didik yang lebih kritis peserta didik dibandingkan dengan
pintar mendominasi diskusi kelompok dan model inkuiri terbimbing.
dalam pengerjaan LKS yang diberikan.
Peserta didik yang kemampuannya rendah DAFTAR PUSTAKA
lebih banyak diam dalam diskusi, peserta Amir, M. T. (2010). Inovasi Pendidikan
didik tersebut tidak mencoba untuk bertanya Melalui Problem Based Learning:
kepada anggota kelompoknya yang lebih Bagaimana Pendidikan
banyak menguasai materi. Selain itu ketika Memberdayakan Pembelajaran Di
persentasi kelompok banyak peserta didik Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana
yang tidak memperhatikan kelompok yang Prenada Media Group.
mempersentasikan hasil disk di depan kelas. Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian
Sehingga saat peserta didik diminta memberi Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
tanggapan, banyak peserta didik yang diam Rineka Cipta.
dan takut menyampaikan pendapatnya. Irianto, S. Y. & Wasis. (2014). Ilmu
Partisipasi peserta didik yang masih kurang Pengetahuan Alam SMP dan MTs
dan masih banyak peserta didik yang pasif

247
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (ISBN: 978-602-61265-2-8), Juni 2018

Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Sadia, I. W. (2008). Model Pembelajaran


Departemen Pendidikan Nasional. Yang Efektif Untuk Meningkatkan
Johnson, E. B. (2002). CTL (Contextual Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal
Teaching and Learning) Menjadikan Pendidikan dan Pengajaran
Kegiatan Belajar – mengajar UNDIKSHA, 4(1), 219-237.
Mengasyikan dan Bermakna. Ibnu Sanjaya. (2013). Strategi Pembelajaran
Setiawan (Penerjemah). 2009. Berorientasi Standar Proses
Bandung: Penerbit Kaifa. Pendidikan. Jakarta: Media Group.
Jufri, A. W. (2010). Belajar dan Yamin, M. (2007). Kiat-Kiat
Pembelajaran Sains. Mataram: Membelajarkan Siswa. Jakarta:
Penerbit Arga Puji Press. Gaung Persada Press.
Murti, B. (2013). Berpikir Kritis (Critical Yatim, R. (2009). Paradigma Baru
Thinking). Seri Kuliah Blok Budaya Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Ilmiah. Institute For Health Prenada.
Economic And Policy Studies
(IHEPS) (1), 1-5.

248

Anda mungkin juga menyukai