Anda di halaman 1dari 8

ISSN Cetak: 1858-330X dan

Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF)


ISSN Online: 2548-6373
Jilid 13, Nomor 1. April 2017 Website:http://ojs.unm.ac.id
Nurmayani J Said, Peranan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses... 255
Hal: 255-262

PERANAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING


TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PESERTA DIDIK
KELAS X SMA NEGERI 2 POLEWALI

THE ROLE OF GUIDED INQUIRY LEARNING MODEL TOWARDS SCIENCE


PROCESS SKILL ON STUDENTS CLASS X SMA NEGERI 2 POLEWALI
1)
Nurmayani J.Said, 2)A.J. Patandean dan 3)Muhammad Aqil Rusli
1,2,3)
Universitas Negeri Makassar
Kampus UNM Parangtambung Jln. Daeng Tata Raya, Makassar, 90224
1)
e-mail : nurmayanijs@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian true eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui
keterampilan proses sains peserta didik dalam pembelajaran fisika peserta didik yang diajar melalui
model pembelajaran inkuiri terbimbing dan yang diajar dengan model pembelajaran konvensional,
serta untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap keterampilan proses
sains dalam pembelajaran fisika antara peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dan peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Polewali
Kabupaten Polewali Mandar tahun ajaran 2015/2016 dan sampel penelitian terdiri terdiri dari dua
kelas dipilih secara acak. Berdasarkan analisis deskriptif diperoleh bahwa keterampilan proses sains
pada kelas eksperimen berada pada kategori tinggi sedangkan pada kelas kontrol pada kategori
rendah. Hasil analisis uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan proses
sains yang signifikan antara peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dan peserta didik yang diajar dengan menggunakan model konvensional pada taraf nyata
α = 0,05.

Kata kunci : Inkuiri terbimbing, keterampilan proses sains.

Abstract. This study is a true experiment study which is aim to know the science process skills of
students in physics learning process taught by guided inquiry learning model and conventional
learning model, and as well as to know any significant difference between science process skill of
students taught by guided inquiry learning model and conventional learning model. The population
of this study is the whole of students class X SMA Negeri 2 Polewali, Polewali Mandar regency
academic year 2015/2016 and the sample of this study is consist of two classes chosen randomly.
Based on descriptive analysis shows that the science process skills of the experimental class is in
high category while the control class is in low category. The hypotheses test analysis shows that
there is significant difference between science process skill of students taught by guided inquiry
learning model and students taught by conventional learning model with real standard α = 0,05.

Keywords : Guided inquiry, science process skills.


PENDAHULUAN pembelajaran, maka diperlukan kemampuan
Pendidikan merupakan salah satu hal pendidik dalam mengembangkan model
penting yang dapat mewujudkan sumber daya pembelajaran yang efektif.
manusia berkualitas dan diperlukan oleh suatu Model pembelajaran yang tepat yaitu model
bangsa agar mampu bersaing serta berkompetensi yang digunakan pendidik demi menciptakan
dengan bangsa lain. Oleh sebab itu, untuk kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi
mewujudkan suatu pendidikan yang berkualitas, peserta didik dan memungkinkan peserta didik
pendidikan tidak hanya dipandang sebagai terlibat secara langsung dalam proses
pemberian informasi saja tetapi ditekankan pada pembelajaran sehingga peserta didik memperoleh
pemprosesan informasi sehingga tidak hanya peningkatan pengetahuan pada ranah kognitif,
penguasaan materi yang tercapai tetapi aspek efektif dan psikomotorik. Namun, realitas dari
keterampilan individu juga dapat tercapai. Untuk proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh
dapat menunjang keberhasilan proses pendidik lebih banyak berpusat pada kegiatan
256 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 13, Nomor 3, Desember 2017, hal. 255 – 262

mendengarkan dan meghafal serta menekankan pelajaran fisika yang menyebabkan keterampilan
pada aspek pengetahuan saja, sedangkan aspek proses sains peserta didik rendah.
aplikasi, analisis, dan evaluasi hanya sebagian Seperti yang diketahui bersama
kecil dari pembelajaran yang dilakukan. keterampilan proses sains adalah suatu
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pendekatan yang didasarkan pada suatu anggapan
pada tanggal 3 September 2015 diperoleh bahwa sains terbentuk dan berkembang melalui
informasi bahwa model pembelajaran yang suatu proses ilmiah. Menurut Tawil dan Liliasari
digunakan oleh guru mata pelajaran fisika pada (2014) keterampilan proses sains dalam
SMA Negeri 2 Polewali yaitu model pembelajaran pembelajaran sangat perlu diimplementasikan
langsung yang meliputi tahapan penyampaian mengingat bahwa perkembangan ilmu
materi atau informasi, pemberian contoh soal, pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga
latihan dan tugas. Dimana kegiatan pembelajaran tak mungkin lagi diajarkan semua fakta dan
yang dilakukan tersebut hanya berpusat pada guru konsep kepada peserta didik. Apabila fakta dan
bukan pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran konsep diinformasikan secara verbal, akibatnya
ini menuntut peserta didik hanya sebagai penerima para peserta didik memiliki banyak
informasi saja. Selain itu, pembelajaran fisika pengetahuan, tetapi tidak dilatih untuk
disekolah tersebut lebih banyak ditekankan pada menemukan pengetahuan, mengembangkan ilmu,
perumusan matematis saja. Kegiatan menemukan konsep, atau sesuatu prinsip.
pembelajaran yang digunakan oleh guru mata Keterampilan proses terdiri dari
pelajaran fisika pada sekolah SMA Negeri 2 keterampilan-keterampilan yang saling
Polewali tersebut dalam hal ini disebut sebagai berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Ada
pembelajaran konvensional. penekanan khusus dalam masing–masing
Belajar fisika berarti belajar konsep, keterampilan proses tersebut. Rustaman dalam
struktur suatu konsep dan menghubungkan antara Nopitasari, dkk. (2012) menjelaskan keterampilan
konsep tersebut, yang membahas tentang alam dan proses meliputi keterampilan mengamati dengan
gejalanya, dari yang bersifat riil (terlihat secara seluruh indera. Mengajukan hipotesis,
nyata) hingga yang bersifat abstrak atau bahkan menggunakan alat dan bahan secara benar juga
hanya berbentuk teori. Di mana pembahasannya termasuk keterampilan proses sains.
melibatkan kemampuan analisis kompleks untuk Keterampilan proses sains lainnya adalah
diselesaikan. Oleh sebab itu, pembelajaran fisika mengajukan pertanyaan, menafsirkan data dan
pada dasarnya membutuhkan konsentrasi penuh mengkomunikasikan hasil temuan secara
untuk dipahami sehingga mampu memberikan beragam, menggali dan memilah informasi yang
makna bagi para peserta didik tentang konsep dan relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau
aplikasi dari fisika itu sendiri. memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
Berdasarkan hasil observasi berupa hari.
wawancara yang dilakukan pada tanggal 3 Hal ini juga didukung oleh Rustaman
september 2015 terhadap pihak pendidik dan (dalam Listyaningrum dkk, 2012) bahwa
peserta didik diperoleh informasi bahwa disekolah keterampilan proses sains melibatkan
tersebut jarang dilakukan praktikum dan hanya keterampilan-keterampilan kognitif atau
dominan pada pembelajaran langsung yang belum intelektual, manual, dan sosial. Seperti pada
mampu membimbing peserta didik untuk pemaparan Listyaningrum, dkk. (2012) bahwa
memahami lebih jauh pokok pembahasan tentang pembelajaran fisika berbasis keterampilan proses
sains ini mengembangkan berbagai keterampilan
Nurmayani J Said, Peranan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses... 257

seperti: mengamati (observation), mendapatkan hal yang telah diketahui dari bukti-
mengelompokkan (classification), meramalkan bukti hasil percobaan sederhana, menggunakan
(prediction), mengajukan pertanyaan (question), perangkat-perangkat untuk mengumpulkan,
berhipotesis (hipothesis), melakukan percobaan menganalisis dan mnginterpretasi data, pengajuan
(experiment), mengkomunikasikan hasil jawaban, penjelasan dan perkiraan serta
percobaan (communication), sehingga peserta mengkomunikasikan hasil. Inkuiri memerlukan
didik dapat memiliki pengalaman beraktivitas identifikasi asumsi yang digunakan, penggunaan
yang melibatkan keterampilan kognitif (minds pemikiran logis dan kritis, serta pertimbangan
on), keterampilan manual atau psikomotor (hands mengenai suatu hal (National Research Council,
on) dan keterampilan sosial (hearts on). 2001).
Menurut Tawil & Liliasari (2014), indikator Salah satu alternatif model pembelajaran
keterampilan proses sains meliputi:mengamati, yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran
mengelompokkan, menafsirkan atau interpretasi, fisika adalah model inkuiri terbimbing. Materi
meramalkan, melakukan percobaan, mengajukan yang disajikan guru bukan begitu saja diberikan
pertanyaan, mengajukan hipotesis, dan diterima oleh siswa, tapi siswa diusahakan
merencanankan percobaan, menggunakan alat/ sedemikan rupa sehingga mereka memperoleh
bahan/ sumber, menerapkan konsep dan berbagai pengalaman dalam rangka menemukan
melaksanakan percobaan. sendiri konsep-konsep yang direncanakan oleh
Dari permasalahan yang dipaparkan di atas, guru (Ahmadi dalam Wahyudin & Sutikno, 2010).
menurut penulis peserta didik sebaiknya Sedangkan tujuan utama model inkuiri adalah
diajarkan menggunakan model pembelajaran yang mengembangkan keterampilan intelektual,
menekankan pada pengalaman langsung bagi berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah
peserta didik sehingga mereka dapat memiliki secara ilmiah (Dimyati dan Mujiono dalam
keterampilan proses sains melalui Wahyudin & Sutikno, 2010).
kegiatan menyelidiki, menganalisis, menyim- Pada pembelajaran inkuiri terbimbing, guru
pulkan dan mengkomunikasikan. Salah satu mengajukan masalah dan siswa menentukan
alternative model pembelajaran yang dapat proses dan solusinya. Pembelajaran inkuiri
diterapkan dalam proses pembelajaran fisika terbimbing sangat penting diterapkan karena:
adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. 1) menginginkan siswa menjadi seorang yang
Menurut Borich (2006), pembelajaran literasi sains/teknologi dan dapat memecahkan
berbasis inkuiri adalah jenis pembelajaran masalah, sehingga siswa harus berpartisipasi
yang dicapai melalui proses mencari secara aktif pada jenjang yang sesuai dalam
informasi, pengetahuan dan suatu kebenaran aktivitas sains dengan bantuan dan bimbingan
dengan mengajukan sebuah pertanyaan. Hal ini guru, 2) pembalajaran ini sangat penting bagi
dapat digunakan dalam disiplin ilmu apapun, dan siswa yang masih muda (siswa kelas rendah),
dapat digunakan untuk memecahkan masalah karena mereka membutuhkan pengalaman belajar
otentik dan menantang menggunakan kombinasi secara konkret (Redhana dalam Neka, 2015).
dari ceramah/ presentasi, studi independen, Tahapan pembelajaran inkuiri yang di
praktikum, kelompok kecil kegiatan kolaboratif kemukakan oleh Eggen & Kauchak (Dalam
dan diskusi kelompok besar. Trianto, 2007) yaitu: (1) menyajikan pertanyaan
Inkuiri adalah berbagai bentuk aktivitas atau masalah, (2) membuat hipotesis,
melibatkan pengamatan, pengajuan pertanyaan, (3) merancang percobaan, (4) melakukan
merujuk pada buku dan sumber-sumber lain untuk percobaan untuk mengumpulkan informasi, (5),
258 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 13, Nomor 3, Desember 2017, hal. 255 – 262

mengumpulkan dan menganalisis data, dan (6) Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa
membuat kesimpulan. Langkah-langkah peneliti tentang model pembelajaran inkuiri
pembelajaran inkuiri terbimbing menurut terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar
Ambarsari, dkk. (2013) yaitu Langkah pertama kognitif peserta didik sudah cukup efektif. Dilihat
yaitu merumuskan masalah, guru membimbing dari hasil penelitian I Made Tangkas yang
siswa menentukan suatu masalah yang terkait dilaksanakan di kabupaten Karangasem Bali
dengan pelajaran yang disampaikan, kemudian dengan judul (2012) pengaruh implementasi
siswa memikirkan sendiri jawabannya. Langkah model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap
kedua yaitu mengajukan hipotesis, guru kemampuan pemahaman konsep dan keterampilan
membimbing siswa menemukan jawaban proses sains siswa kelas X SMAN 3 Amlapura
sementara atas masalah yang ditemukan. Langkah yaitu terdapat perbedaan pemahaman konsep dan
ketiga yaitu mengumpulkan data, siswa keterampilan proses sains antara siswa yang
melakukan eksperimen sederhana. Langkah mengikuti pembelajaran model inquiri terbimbing
keempat menguji data berdasarkan data yang dengan siswa yang mengikuti model
ditemukan, siswa menguji hasil eksperimen pembelajaran langsung di mana pemahaman
dengan fakta-fakta dan teori yang terkait. Langkah konsep dan keterampilan proses sains antara siswa
kelima membuat kesimpulan siswa yang mengikuti pembelajaran model inkuiri
mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas terbimbing lebih baik daripada siswa yang
dan membuat kesimpulan. mengikuti model pembelajaran langsung.
Secara umum proses inkuiri menurut Begitu juga hasil penelitian Wiwin
Sanjaya dalam Ambarsari, dkk. (2013) dapat Ambarsari, Slamet Santosa, Maridi (2013) yang
dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: dilakukan di SMP Negeri 7 Surakarta dengan
1. Merumuskan masalah menerapkan pembelajaran pembelajaran inkuiri
2. Mengajukan hipotesis terbimbing memberikan pengaruh yang signifikan
3. Mengumpulkan data terhadap keterampilan proses sains.
4. Menguji data berdasarkan data yang
ditemukan dan METODE
5. Membuat kesimpulan. Penelitian ini merupakan penelitian
Inkuiri terbimbing merupakan salah satu eksperimen sesungguhnya (true eksperimental)
model pembelajaran berbasis inkuiri yang dengan desain post test only control group design.
penyajian masalah, materi serta alat dan bahan Adapun desain penelitiannya dapat digambarkan
penunjang ditentukan oleh guru. Masalah yang sebagai berikut.
disajikan guru yang dapat mendorong peserta R X O1
didik melakukan suatu percobaan atau R -- O2
penyelidikan untuk menentukan jawabannya. Keterangan:
Kegiatan peserta didik dalam pembelajaran inkuiri R : Menyatakan pengambilan secara random
terbimbing yaitu adalah merumuskan masalah, X : Menyatakan perlakuan
membuat hipotesis, merangkai alat untuk -- : Menyatakan tanpa perlakuan
penyelidikan, melakukan penyelidikan dan O1 : Hasil posttest kelas eksperimen
mengumpulkan data berdasarkan masalah yang O2 : Hasil posttest kelas kontrol
ditentukan guru, menganalisis hasil, membuat (Sugiyono, 2011: 76)
kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil Penelitian dilaksanakan selama satu bulan
penyelidikan di SMA Negeri 2 Polewali, Kabupaten Polewali
Nurmayani J Said, Peranan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses... 259

Mandar, Propinsi Sulawesi Barat pada tahun didik pada kelas X SMA Negeri 2 Polewali yang
ajaran 205/2016 tepatnya pada tanggal 01 maret terdiri dari sebelas kelas sebanyak 418 orang pada
sampai 30 Mei tahun 2016. Variabel bebas dalam tahun pelajaran 2015/2016.
penelitian ini yaitu model pembelajaran inkuiri Teknik pengambilan sampel dilakukan
terbimbing dan model pembelajaran secara simple random sampling. Dari proses
konvensional. Adapun model pembelajaran sampling, terpilih dua kelas yang terdiri atas kelas
inkuiri terbimbing yang dimaksud yaitu suatu X1 sebanyak 27 orang sebagai kelas eksperimen
proses pembelajaran yang melibatkan peserta dan kelas X3 sebanyak 30 orang sebagai kelas
didik secara aktif dalam proses pembelajaran kontrol dengan menganggap bahwa populasi
untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan homogen.
dengan cara menemukan sendiri melalui Data yang diperoleh dalam penelitian
merumuskan masalah, menyusun hipotesis, semuanya diolah dan dianalisis dengan
merangkai alat, mengumpulkan data dalam menggunakan statistik deskriptif dan non
kegiatan, menganalisis data, menyimpulkan dan parametrik. Pengujian hipotesis dengan
melaporkan hasil dan model pembelajaran menggunakan metode non-parametrik dengan
konvensonal merupakan proses pembelajaran menggunakan uji Mann-Whitney disebut juga
yang digunakan oleh guru mata pelajaran fisika pengujian U. Pengujian U digunakan untuk
pada SMA Negeri 2 Polewali, yang meliputi menguji rata-rata dari dua sampel berukuran tidak
tahapan pemberian atau penyampaian materi, sama dan dua buah sampel yang bebas berasal dari
pemberian contoh soal, latihan dan pemberian populasi sama. Untuk pengambilan keputusan
tugas. atau membuktikan hipotesis dengan
Sedangkan variabel tak bebas dalam membandingkan angka z hitung dengan z tabel
penelitian ini adalah keterampilan proses sains (Siegel dkk, 2004).
fisika. Keterampilan proses sains merupakan skor
yang diperoleh peserta didik setelah HASIL DAN PEMBAHASAN
menyelesaikan tes keterampilan proses sains Analisis statistik deskriftif
dengan indikator yang meliputi merumuskan mendeskripsikan skor keterampilan proses fisika
masalah, merumuskan hipotesis, menentukan peserta didik dari masing-masing kelompok
variabel, interpretasi data, inferensi penelitian. Gambaran skor keterampilan proses
(menyimpulkan), dan mengkomunikasikan. sains pada peserta didik kelas eksperimen dan
Subyek populasi dalam penelitian yang kelas kontrol adalah sebagai berikut.
dilaksanakan oleh peneliti adalah seluruh peserta
Tabel 1. Skor Statistik Deskriptif Keterampilan Proses Sains Fisika Peserta Didik Kelas
Eksperimen Dan Kelas Kontrol Kelas X SMA Negeri 2 Polewali
Keterampilan Proses Sains
Statistik
Kontrol Eksperimen
Jumlah Sampel 30 27
Skor tertinggi 39 58
Skor terendah 16 29
Skor rata-rata 24 47
standar deviasi 5,49 6,91
Varians 30,16 47,72
Tabel 1, merupakan rangkuman hasil kontrol hanya 24. Tabel di atas juga menunjukkan
analisis statistik deskriptif dari skor peserta didik bahwa standar deviasi kelas eksperimen 6,91
yang diperoleh dari 16 nomor soal post test sedangkan kelas kontrol 5,49.
keterampilan proses sains berupa tes uraian. Skor Berdasarkan hal-hal di atas dapat
keterampilan proses sains kelas eksperimen disimpulkan bahwa keterampilan proses sains
menunjukkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas
kelas eksperimen adalah 58 atau lebih tinggi 19 kontrol. Pembelajaran yang dilakukan di kelas
poin dibandingkan kelas kontrol yang hanya 39 eksperimen juga sangat memungkinkan dapat
dari skor ideal sebesar 64. Skor rata-rata yang meningkatkan keterampilan proses sains seluruh
diperoleh dari kelas eksperimen juga populasi dengan skor yang mirip dengan skor
menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki individu kelas eksperimen.
keterampilan proses sains yang lebih baik dari Berikut tabel distribusi frekuensi dan
pada kelas kontrol. Hal tersebut ditunjukkan persentase hasil tes keterampilan proses sains
dengan rata-rata skor keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen adalah 47 sementara kelas eksperimen SMA Negeri 2 Polewali.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Keterampilan Proses Sains Fisika Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol SMA Negeri 2 Polewali
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Interval kelas Kategori Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(%) (%)
52-64 Sangat Tinggi 8 29,6 0 0
39-51 Tinggi 16 59,3 1 3,3
26-38 Sedang 3 11,1 6 20,0
13-25 Rendah 0 0 23 76,7
0-12 Sangat Rendah 0 0 0 0
Jumlah 27 100 30 100

Tabel 2 di atas distribusi frekuensi


keterampilan proses sains pada kelas eksperimen
berkumpul di kategori tinggi dengan persentase
59,3% sedangkan untuk kelas kontrol berkumpul
dikategori rendah dengan persentase 76,7%. Skor
rerata keterampilam proses sains fisika kelas
eksperimen adalah 47. Berdasarkan tabel 1 dengan
rerata skor 47 keterampilan proses sains fisika
peserta didik berada pada kategori tinggi. Untuk Gambar 1. Diagram Skor Keterampilan Proses Sains
keterampilan proses sains fisika kelas kontrol Fisika Peserta Didik Kelas Eksperimen
dan kelas kontrol berdasarkan Distribusi
diperoleh skor rerata 24. Berdasarkan tabel 1 Frekuensi
dengan rerata skor 24 keterampilan proses sains
fisika peserta didik kelas kontrol berada pada Berdasarkan pengujian statistic non
kategori rendah parametric menggunakan uji Mann-Whitney (Uji
Adapun skor keterampilan proses sains U) diperoleh hasil perhitungan untuk keterampilan
fisika peserta didik pada kelas eksperimen dan proses sains diperoleh nilai U1 dan U2 untuk
kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 1. keterampilan proses sains yaitu 806,5 dan 8,5.
Untuk melanjutkan ke nilai Z maka diambil angka
Nurmayani J Said, Peranan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses... 261

U terkecil yaitu 8,5 sehingga diperoleh -6,337. kelas X SMA Negeri 2 Polewali tahun ajaran
Karena Z hitung terletak di daerah Ho ditolak 2015/2016.
maka keputusan adalah menolak Ho. Hasil ini
sesuai dengan hasil analisis dengan menggunakan DAFTAR RUJUKAN
software SPSS tipe 22 dimana diperoleh nilai Ambarsari, Wiwin., Santosa, Slamet., Maridi.
2013. Penerapan Pembelajaran Inkuiri
Mann-Whitney sebesar 8,500 dan nilai Asymp. Terbimbing Terhadap Keterampilan
Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 dimana karena P Proses Sains Dasar Pada Pelajaran
value yang diperoleh sebesar 0,000< α =5 % yang Biologi Siswa Kelas Viii SMP Negeri 7
Surakarta. Jurnal Pendidikan Biologi,
artinya Ho di tolak.
Vol. 5, No. 1.
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian,
Listyaningrum, Rahmawati Ika., Sajidan., suciati.
diperoleh bahwa model pembelajaran inkuiri 2012. Penerapan Model Pembelajaran
terbimbing berpengaruh terhadap keterampilan Inductive Thinking Berbasis
proses sains fisika peserta didik. Hasil penelitian Keterampilan Proses Sains Untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
ini menunjukkan adanya perbedaan yang Biologi Siswa Kelas X.7 SMA Negeri 2
signifikan keterampilan proses sains antara Karanganyar Tahun Pelajaran
peserta didik yang difasilitasi model pembelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi,
Vol.4, No.1
inkuiri terbimbing dengan model pembelajaran
konvensional Berdasarkan uraian di atas, maka National Research Council. 2001. Inquiry and the
National Science Education Standards.
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika Washington, D.C : National Academy of
dengan menggunakan model pembelajaran Science.
inkuiri terbimbing lebih baik daripada Neka, I Ketut., Marhaeni, A.A.I.N., Suastra, I
pembelajaran dengan menggunakan model Wayan. 2015. Pengaruh Model
pembelajaran konvensional. Dengan demikian Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Berbasis Lingkungan Terhadap
proses pembelajaran dengan menggunakan model Keterampilan Berpikir Kreatif Dan
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat berperan Penguasaan Konsep IPA Kelas V SD
dalam pencapaian keterampilan proses sains Gugus VIII Kecamatan Abang. e- Journal
Program Pascasarjana Universitas
untuk materi listrik dinamis pada peserta didik
Pendidikan Ganesha, Vol.5.
kelas X SMA Negeri 2 Polewali.
Nopitasari, Anggun., Indrowati, Meti., & Santosa,
Slamet. 2012. Pengaruh Metode Student
SIMPULAN Created Case Studies Disertai Media
Berdasarkan hasil penelitian dan Gambar Terhadap Keterampilan Proses
Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1
pembahasan dapat disimpulkan bahwa
Mojolaban Sukoharjo. Jurnal Pendidikan
keterampilan proses sains fisika peserta didik Biologi., Vol.4, No.3.
kelas X SMA Negeri 2 Polewali yang diajar Ong Ai-Choo & Gary D.Borich. 2006. Teaching
menggunakan model pembelajaran inkuiri Strategies That promote Thinking:
terbimbing berada pada kategori tinggi dan yang Models and Curiculum Approaches. Asia
: McGraw-Hill Education.
diajar dengan model pembelajaran konvensional
berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan Spiegel, Murray R.,Schiller, John., Srinivasan, R
Alu. 2004. Probability dan Statistik.
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan Jakarta Erlangga.
keterampilan proses sains fisika antara peserta
Santoso, Singgih. 2010. Statistik NonParametrik.
didik yang diajar dengan model pembelajaran Jakarta: PT. Gramedia.
inkuiri terbimbing dengan peserta didik yang Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif,
diajar dengan model pembelajaran konvensional Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
262 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 13, Nomor 3, Desember 2017, hal. 255 – 262

Tawil, M & Liliasari. 2014. Keterampilan- Wahyudin, & Sutikno. 2010. Keefektifan
keterampilan sains dan implementasinya Pembelajaran Berbantuan Multimedia
dalam pembelajaran IPA. Makassar: Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing
Badan penerbit UNM. Untuk Meningkatkan Minat Dan
Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran
Fisika Indonesia. ISSN: 1693-124
Inovatf Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai