Abstrak —Masalah dalam penelitian ini adalah siswa rendah 1) Berpikir kritis, 2) berpikir kreatif, 3) komunikatif, 4) inovatif, dan 5) pemecahan
Kemampuan berpikir, ditunjukkan dengan kurangnya partisipasi aktif masalah. Seseorang yang berpikir kritis dapat menyimpulkan dari apa yang
siswa dalam proses pembelajaran dan kurangnya kemampuan untuk diketahuinya dan menemukan cara menggunakan informasi tersebut untuk
mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya, terutama pada masalah memecahkan masalah. Dalam taksonomi Bloom, keterampilan berpikir tingkat tinggi
yang memerlukan kemampuan menganalisis. Hal ini disebabkan oleh meliputi menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan menciptakan (C6).
peran guru yang berperan sebagai satu-satunya sumber belajar, serta
guru yang berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga
kurang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam mencari dan Pemikiran kritis menurut Beyer dalam Muspita adalah “sekelompok operasi
menemukan sendiri pengetahuannya. Dalam menciptakan proses tertentu yang memungkinkan untuk digunakan satu per satu dalam berbagai
pembelajaran yang baik, seorang guru harus memperhatikan karakteristik kombinasi atau urutan, dan setiap operasi mencakup analisis dan evaluasi” [1].
setiap siswa termasuk motivasi siswa dalam belajar. Penelitian ini Sedangkan menurut Murti, bahwa: “berpikir kritis adalah proses berfikir
bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan kemampuan berpikir kritis intelektual dimana pemikir menggunakan pemikiran yang reflektif, mandiri, jelas
antara mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran terpadu tipe dan rasional” [2]. Menurut Ennis, indikator keterampilan berpikir kritis adalah: 1)
nested dan mahasiswa yang diajar dengan metode ceramah. (2) klarifikasi dasar, 2) membangun keterampilan dasar, 3) kesimpulan, 4) klarifikasi
perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang memiliki lebih lanjut, dan 5) strategi dan taktik [3].
motivasi belajar tinggi dan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah,
(3) interaksi antara model pembelajaran terintegrasi tipe nested dengan
motivasi belajar siswa dalam mempengaruhi kemampuan berpikir
kritisnya. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa,
desain pretest-posttest control group design. Subjek penelitian ini adalah antara lain motivasi belajar siswa yang rendah, kemajuan lingkungan dan
siswa kelas VIII SMP Nasional 1 Kuningan, Indonesia tahun pelajaran teknologi, serta guru yang monoton dalam proses pembelajaran. Ketika
2017-2018. Sampel dari penelitian ini adalah kelas VIII E sebagai kelas seorang siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi yang didukung dengan
kontrol dan kelas VIII F sebagai kelas eksperimen dimana jumlah siswa fasilitas yang memadai, nampaknya siswa akan senang untuk terus belajar.
dari kedua kelas tersebut adalah 69 siswa. Hasil penelitian ini
Apalagi jika guru terampil menggunakan berbagai model pembelajaran maka
menunjukkan bahwa:
motivasi belajar siswa cenderung meningkat.
TABEL I. P. ERSENTASE BERPIKIR KRITIS selama proses pembelajaran juga. Oleh karena itu guru harus menguasai
Persentase Jumlah Siswa ketrampilan mengkolaborasikan bahan ajar dan seni atau guru juga dapat
Tidak
> 75 <75 > 75 <75 mengemasnya dalam model pembelajaran yang menarik dan mampu
1 33,3% 66,7% 12 24
meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.
total 100% 36
Model pembelajaran yang digunakan harus dapat membantu siswa dalam mengembangkan
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa serta menciptakan
kemampuan berpikir kritisnya, dan salah satu model pembelajaran tersebut adalah model
suasana yang aktif, kreatif dan interaktif, diperlukan suatu model pembelajaran
pembelajaran terintegrasi. Model pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam
yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta memperhatikan lingkungan
pembelajaran yang secara sengaja menghubungkan beberapa aspek baik antar mata pelajaran
yang digunakan selama proses pembelajaran. Model pembelajaran terpadu pada
maupun intra mata pelajaran. Dengan penggabungan tersebut siswa akan memperoleh pengetahuan
hakikatnya merupakan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik
dan keterampilan secara menyeluruh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Menurut
secara individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan
Atkinson, pembelajaran terintegrasi merupakan “penerapan salah satu strategi pembelajaran
konsep dan prinsip secara holistik dan otentik. Melalui model pembelajaran
berdasarkan pendekatan kurikulum terintegrasi yang bertujuan untuk menciptakan atau menjadikan
terintegrasi, siswa dapat menemukan sendiri segala sesuatu yang berhubungan
proses pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi siswa” [7].
dengan materi pembelajaran sehingga mereka dapat dilatih untuk secara mandiri
menemukan konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna dan otentik.
menurut Jhon Dewey dalam Muspita menyatakan bahwa berpikir kritis adalah Belajar Gaya belajar (B)
“pertimbangan yang aktif, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang suatu Metode (A) Visual (1) Auditori (2) Kinestetik (3)
Kuliah A1B1 A1B2 A1B3
keyakinan atau suatu bentuk pengetahuan yang diterima dari sudut alasan yang
Bersarang A2B1 A2B2 A2B3
mendukungnya dan kesimpulan lebih lanjut yang menjadi kecenderungannya”. [1].
Sumber: Ghozali [10]
Deskripsi:
A1B1: Metode ceramah dan gaya belajar visual A1B2: Metode
ceramah dan gaya belajar auditori A1B3: Metode ceramah dan
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa serta menciptakan gaya belajar kinestetik A2B1: Metode bersarang dan gaya belajar
suasana yang aktif, kreatif dan interaktif diperlukan model pembelajaran yang visual A2B2: Metode bersarang dan gaya belajar auditori A2B3:
sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta memperhatikan lingkungan yang Metode bersarang dan gaya belajar kinestetik
digunakan.
214
Kemajuan dalam Ilmu Sosial, Pendidikan dan Penelitian Humaniora, volume 214
IV. F INDING DAN D ISKUSI Berdasarkan tabel hasil di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Kemudian dengan menggunakan uji anova dua arah menunjukkan adanya keterkaitan
antara tipe nested mengintegrasikan model pembelajaran, motivasi belajar dan kemampuan Kemudian, jika hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan yang signifikan
berpikir kritis siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan uji anova dua jalur menggunakan SPSS 21.0 maka pengujian selanjutnya untuk melihat kelompok mana yang berbeda dengan
sebagai berikut: melakukan uji post hoc scheffe. Berikut adalah data tabel post hoc test yang telah
dilakukan peneliti:
TABEL V. R ESULT OF DUA WAY ANOVA TEST • Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara mahasiswa
dengan metode ceramah dan motivasi belajar sedang dengan nilai
Uji Efek Antar Subjek
Sumber Tipe III Jumlah Df Berarti F signifikansi 0,000
kotak Kotak
Model yang dikoreksi 6,184 * 5 1.237 . 586 • Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara mahasiswa yang
Mencegat 3327.025 1 3327.025 1577.121 menggunakan metode ceramah dan motivasi belajar rendah dengan nilai
Model pembelajaran 2.592 1 2.592 10.039
signifikansi 0,000
Motivasi belajar 2.194 1 2.194 5.318
Model pembelajaran* 155.637 2 77.818 7.388
• Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara mahasiswa yang
Motivasi belajar menggunakan metode ceramah dan motivasi belajar tinggi dengan nilai
Kesalahan 152.902 63 20.110 signifikansi 0,000
Total 420212.400 69
Total yang Dikoreksi 1309.086 68
215
Kemajuan dalam Ilmu Sosial, Pendidikan dan Penelitian Humaniora, volume 214
• Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang berbagai konsep dengan sendirinya yang dipelajari secara menyeluruh, otentik,
memiliki model pembelajaran nested dan motivasi belajar sedang bermakna dan aktif [12].
dengan nilai signifikansi 0,011
Dengan demikian, model pembelajaran terpadu berjenis nested dengan menitikberatkan pada
• Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang sejumlah keterampilan memungkinkan siswa untuk berpikir aktif dan meningkatkan keterampilan
memiliki model pembelajaran nested dan motivasi belajar tinggi dengan berpikir kritisnya.
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ekawati di Sekolah Terdapat interaksi antara model pembelajaran terpadu tipe nested dan
Menengah Pertama Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) 1 Ciputat yang menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dalam mempengaruhi berpikir kritis siswa. Kedua
penggunaan model pembelajaran terpadu tipe nested memberikan pengaruh yang signifikan variabel independen ini sama-sama berpengaruh terhadap keterampilan
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa [11] . Hal ini dikarenakan siswa berpikir kritis siswa.
dituntut untuk menyelesaikan sendiri setiap masalah sehingga membuat siswa berpikir secara aktif
dan menggunakan berbagai macam keterampilan dan prosedur untuk menyelesaikannya. Tambahan, R EFERENSI
Penelitian yang dilakukan oleh Maharani di Sekolah Menengah Atas Nasional Negeri 5 Cirebon
membuktikan bahwa penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran
[1] Z. Muspita dan W. Lasmawan, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah
terpadu tipe nested untuk meningkatkan literasi sains siswa pada konsep ekosistem siswa kelas X Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis, Motivasi Belajar, dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas
dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran Pembelajaran terpadu tipe bersarang VII SMPN 1 Aikmel,” PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, vol. 3 (1), 2013.
termasuk dalam kriteria yang kuat [8]. Kajian di atas sejalan dengan pendapat Trianto yang
menyatakan bahwa: Melalui pembelajaran terintegrasi, siswa dapat memperoleh pengalaman secara [2] B. Murti, Berpikir Kritis (Berpikir Kritis). Seri Kuliah Budaya Ilmiah. Fakultas Kedokteran
langsung sehingga mampu memperoleh daya untuk menerima, menyimpan, dan Universitas Sebelas Maret. 2009 (online) diambil dari http: // researchenggenis. com.
mengimplementasikan konsep yang telah dipelajari. Sehingga para siswa dilatih untuk mencari dan
[3] RH Ennis, Berpikir kritis. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall,
menerapkan konsep yang telah mereka pelajari. Sehingga para siswa dilatih untuk mencari dan
1996.
menerapkan konsep yang telah mereka pelajari. Sehingga para siswa dilatih untuk mencari
[4] U. Suharsaputra, Metode kuantitatif, kualitatif, dan tindakan. Bandung: PT Refika
Aditama, 2012.
[5] W. Sanjaya, Strategi pembelajaran (Berorientasi standar proses pendidikan). Jakarta:
Kencana Pernanda Media Grup, 2010.
216
Kemajuan dalam Ilmu Sosial, Pendidikan dan Penelitian Humaniora, volume 214
[6] S. Krulik dan JA Rudnick, Problem Solving: Buku Panduan untuk Guru Sekolah [9] Sardima, Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: Rajawali,
Menengah Atas. Divisi Allyn & Bacon / Logwood, 160 Gould Street, Needham Heights, 2014.
MA 02194-2310, 1989. [10] I. Ghozali, I, Desain penelitian eksperimental: teori, konsep dan analisis data dengan SPSS
[7] C. Atkinson, "Perbaikan berkelanjutan: bahan-bahan perubahan," Jurnal 16. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2008.
Internasional Manajemen Perhotelan Kontemporer, vol. 6, hlm. 6–8, 1994. [11] L. Ekawati, Pengaruh pembelajaran model terpadu terhadap kemampuan masalah
matematika siswa: penelitian eksperimen eksperimen di SMP PGRI I Cipiutat,
[8] RM Kusuma, W. Wahidin, dan RY Gloria, “Penerapan Pembelajaran Terpadu Tipe 2010.
Nested (Tersarang) Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Pada Konsep [12] IB Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual.
Ekosistem di Kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon,” Scientiae Educatia: Jurnal Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.
Pendidikan Sains, vol. 4 (2), 2015.
[13] Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
217