Anda di halaman 1dari 5

Kemajuan dalam Ilmu Sosial, Pendidikan dan Penelitian Humaniora, volume 214

Konferensi Internasional ke-2 tentang Ilmu Pendidikan (ICES 2018)

Model Pembelajaran Terpadu Tipe Bersarang Melalui


Motivasi Belajar menuju Kritis Siswa
Kemampuan berpikir

Yeyen Suryani, Tina Ayu Liani


Universitas Kuningan
Kuningan, Indonesia
yeyensuryani1982@yahoo.co.id

Abstrak —Masalah dalam penelitian ini adalah siswa rendah 1) Berpikir kritis, 2) berpikir kreatif, 3) komunikatif, 4) inovatif, dan 5) pemecahan
Kemampuan berpikir, ditunjukkan dengan kurangnya partisipasi aktif masalah. Seseorang yang berpikir kritis dapat menyimpulkan dari apa yang
siswa dalam proses pembelajaran dan kurangnya kemampuan untuk diketahuinya dan menemukan cara menggunakan informasi tersebut untuk
mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya, terutama pada masalah memecahkan masalah. Dalam taksonomi Bloom, keterampilan berpikir tingkat tinggi
yang memerlukan kemampuan menganalisis. Hal ini disebabkan oleh meliputi menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan menciptakan (C6).
peran guru yang berperan sebagai satu-satunya sumber belajar, serta
guru yang berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga
kurang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam mencari dan Pemikiran kritis menurut Beyer dalam Muspita adalah “sekelompok operasi
menemukan sendiri pengetahuannya. Dalam menciptakan proses tertentu yang memungkinkan untuk digunakan satu per satu dalam berbagai
pembelajaran yang baik, seorang guru harus memperhatikan karakteristik kombinasi atau urutan, dan setiap operasi mencakup analisis dan evaluasi” [1].
setiap siswa termasuk motivasi siswa dalam belajar. Penelitian ini Sedangkan menurut Murti, bahwa: “berpikir kritis adalah proses berfikir
bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan kemampuan berpikir kritis intelektual dimana pemikir menggunakan pemikiran yang reflektif, mandiri, jelas
antara mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran terpadu tipe dan rasional” [2]. Menurut Ennis, indikator keterampilan berpikir kritis adalah: 1)
nested dan mahasiswa yang diajar dengan metode ceramah. (2) klarifikasi dasar, 2) membangun keterampilan dasar, 3) kesimpulan, 4) klarifikasi
perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang memiliki lebih lanjut, dan 5) strategi dan taktik [3].
motivasi belajar tinggi dan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah,
(3) interaksi antara model pembelajaran terintegrasi tipe nested dengan
motivasi belajar siswa dalam mempengaruhi kemampuan berpikir
kritisnya. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa,
desain pretest-posttest control group design. Subjek penelitian ini adalah antara lain motivasi belajar siswa yang rendah, kemajuan lingkungan dan
siswa kelas VIII SMP Nasional 1 Kuningan, Indonesia tahun pelajaran teknologi, serta guru yang monoton dalam proses pembelajaran. Ketika
2017-2018. Sampel dari penelitian ini adalah kelas VIII E sebagai kelas seorang siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi yang didukung dengan
kontrol dan kelas VIII F sebagai kelas eksperimen dimana jumlah siswa fasilitas yang memadai, nampaknya siswa akan senang untuk terus belajar.
dari kedua kelas tersebut adalah 69 siswa. Hasil penelitian ini
Apalagi jika guru terampil menggunakan berbagai model pembelajaran maka
menunjukkan bahwa:
motivasi belajar siswa cenderung meningkat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPS dan


observasi di SMP Nasional 1 Kuningan, diketahui bahwa kemampuan berpikir
kritis siswa hampir setengahnya untuk memenuhi kriteria dimana siswa
mengalami kesulitan untuk menjawab soal yang diajukan. Hal ini terlihat dari
proses pembelajaran ketika guru memberikan pertanyaan hanya sedikit siswa
yang mampu menjawab, dan siswa hanya mengerti ketika guru menjelaskan
Kata kunci — model terintegrasi tipe bersarang; motivasi belajar; kemampuan
materi dan contoh soal, tetapi ketika diminta untuk menganalisis pertanyaan
berpikir kritis
terkait. Untuk berpikir luas dan konteksnya diubah dengan materi yang
diajarkan, siswa sulit menjawab dengan pemikirannya sendiri.
I. Saya PENDAHULUAN

Pendidikan menempati posisi sentral sebagai kebutuhan primer manusia karena


dengan pendidikan manusia dapat menghadapi tantangan yang akan terjadi. Selain
itu dengan pendidikan manusia juga dapat mengenal dan mengembangkan segala
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti dengan
potensi yang dimilikinya sehingga dapat menjadi manusia seutuhnya. Ciri-ciri yang
sampel kelas VIII E yang berjumlah 36 siswa, keterampilan berpikir kritis rendah
ditekankan pada pendidikan abad ke-21 ini terdiri dari 5 hal pokok, yaitu:
masih mendominasi, terlihat pada tabel di bawah ini:

Hak Cipta © 2019, Penulis. Diterbitkan oleh Atlantis Press.


Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-NC (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/). 213
Kemajuan dalam Ilmu Sosial, Pendidikan dan Penelitian Humaniora, volume 214

TABEL I. P. ERSENTASE BERPIKIR KRITIS selama proses pembelajaran juga. Oleh karena itu guru harus menguasai
Persentase Jumlah Siswa ketrampilan mengkolaborasikan bahan ajar dan seni atau guru juga dapat
Tidak
> 75 <75 > 75 <75 mengemasnya dalam model pembelajaran yang menarik dan mampu
1 33,3% 66,7% 12 24
meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.
total 100% 36

Model pembelajaran yang digunakan harus dapat membantu siswa dalam mengembangkan
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa serta menciptakan
kemampuan berpikir kritisnya, dan salah satu model pembelajaran tersebut adalah model
suasana yang aktif, kreatif dan interaktif, diperlukan suatu model pembelajaran
pembelajaran terintegrasi. Model pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam
yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta memperhatikan lingkungan
pembelajaran yang secara sengaja menghubungkan beberapa aspek baik antar mata pelajaran
yang digunakan selama proses pembelajaran. Model pembelajaran terpadu pada
maupun intra mata pelajaran. Dengan penggabungan tersebut siswa akan memperoleh pengetahuan
hakikatnya merupakan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik
dan keterampilan secara menyeluruh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Menurut
secara individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan
Atkinson, pembelajaran terintegrasi merupakan “penerapan salah satu strategi pembelajaran
konsep dan prinsip secara holistik dan otentik. Melalui model pembelajaran
berdasarkan pendekatan kurikulum terintegrasi yang bertujuan untuk menciptakan atau menjadikan
terintegrasi, siswa dapat menemukan sendiri segala sesuatu yang berhubungan
proses pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi siswa” [7].
dengan materi pembelajaran sehingga mereka dapat dilatih untuk secara mandiri
menemukan konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna dan otentik.

Dalam kegiatan meningkatkan kemampuan berpikir, penerapan model


pembelajaran terintegrasi yang tepat adalah dengan menerapkan tipe nested.
A. Pertanyaan Penelitian Pembelajaran terpadu berjenis nested merupakan integrasi kurikulum dalam
suatu cabang ilmu yang secara spesifik mengedepankan keterpaduan fokus
• Adakah perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa dengan
pada sejumlah keterampilan belajar yang akan diajarkan oleh seorang guru
model pembelajaran terpadu tipe nested dan metode ceramah pada
kepada siswanya dalam suatu satuan pembelajaran untuk pencapaian materi
siswa kelas VIII SMP Nasional 1 Kuningan?
pembelajaran (konten ). Keterampilan tersebut meliputi keterampilan berpikir,
keterampilan sosial, dan keterampilan berorganisasi. Gagasan ini sejalan
• Adakah perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang dengan apa yang dikemukakan oleh Fogarty dalam Maharani yang
memiliki motivasi belajar tinggi dan siswa yang memiliki motivasi menyatakan bahwa “Pembelajaran terpadu tipe bersarang merupakan
belajar rendah pada siswa kelas VIII SMP Nasional 1 Kuningan? pembelajaran yang menggabungkan antara keterampilan berpikir, keterampilan
sosial, dan keterampilan berorganisasi. Karakteristik subjek menjadi pedal dari
aktivitas awal [8].
• Adakah interaksi antara model pembelajaran terpadu tipe nested dan
motivasi belajar siswa dalam mempengaruhi keterampilan berpikir
kritis pada siswa kelas VIII SMP Nasional 1 Kuningan?
Menurut Woodwort di Sanjaya “motif adalah seperangkat yang memungkinkan
individu melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan” [5]. Sedangkan
menurut Sardiman, menyatakan bahwa “motivasi belajar adalah faktor mental yang
II. T HEORETIS B ACKGROUND
non intelektual dan tipikal perannya adalah jika ada keinginan tumbuh, perasaan
Berpikir adalah proses menemukan jawaban atas apa yang ingin diketahui menyenangkan, dan motivasi belajar” [9].
orang. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mehra dalam
Suharsaputra yang menyatakan bahwa: “berpikir (berpikir) adalah menemukan
apa yang belum diketahui berdasarkan sesuatu yang telah diketahui” [4].
AKU AKU AKU. R ESEARCH M ETODOLOGI
Sedangkan menurut Nalar dalam Sanjaya, disebutkan bahwa: “berpikir adalah
proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat dan memahami” [5]. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu. Penelitian ini
Menurut Krulik dan Rudnik “proses berfikir dimulai dari recall, basic thinking, critical menggunakan satu kelompok sebagai kelompok eksperimen dengan model pembelajaran
thinking, dan creative thinking” [6]. terpadu tipe nested dan satu kelompok lagi sebagai kelas kontrol dengan metode
konvensional / ceramah. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan faktorial
dengan dua variabel bebas “dua faktor antar subyek”.
Berpikir kritis menuntut kita untuk dapat menganalisis dan mengevaluasi setiap
tindakan. Menurut Murti, berpikir kritis adalah “proses berpikir secara intelektual
dimana pemikir menghargai kualitas berpikirnya dengan sengaja [2]. Pemikir
menggunakan pemikiran yang reflektif, mandiri, jernih dan rasional ”. Sedangkan TABEL II. R DESAIN ESEARCH

menurut Jhon Dewey dalam Muspita menyatakan bahwa berpikir kritis adalah Belajar Gaya belajar (B)
“pertimbangan yang aktif, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang suatu Metode (A) Visual (1) Auditori (2) Kinestetik (3)
Kuliah A1B1 A1B2 A1B3
keyakinan atau suatu bentuk pengetahuan yang diterima dari sudut alasan yang
Bersarang A2B1 A2B2 A2B3
mendukungnya dan kesimpulan lebih lanjut yang menjadi kecenderungannya”. [1].
Sumber: Ghozali [10]

Deskripsi:
A1B1: Metode ceramah dan gaya belajar visual A1B2: Metode
ceramah dan gaya belajar auditori A1B3: Metode ceramah dan
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa serta menciptakan gaya belajar kinestetik A2B1: Metode bersarang dan gaya belajar
suasana yang aktif, kreatif dan interaktif diperlukan model pembelajaran yang visual A2B2: Metode bersarang dan gaya belajar auditori A2B3:

sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta memperhatikan lingkungan yang Metode bersarang dan gaya belajar kinestetik

digunakan.

214
Kemajuan dalam Ilmu Sosial, Pendidikan dan Penelitian Humaniora, volume 214

IV. F INDING DAN D ISKUSI Berdasarkan tabel hasil di atas diperoleh hasil sebagai berikut:

Pembelajaran yang dilakukan menggunakan pendekatan Pembelajaran


Terpadu tipe Nested. Untuk melihat hubungan motivasi belajar dengan • Model pembelajaran terintegrasi ternyata dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa, pembelajaran dilakukan dalam tiga kali kemampuan berpikir kritis siswa, hal ini terlihat dari nilai F sebesar
pertemuan. 10,039 dengan nilai signifikansi 0,012 <0,05. Artinya, tingkat berpikir
kritis siswa antara yang diajar dengan model pembelajaran terpadu
Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah menyebarkan angket
tipe nested memiliki perbedaan secara statistik dengan yang diajar
gaya belajar sebanyak 20 item pertanyaan. Data hasil pengisian angket siswa
menggunakan metode ceramah.
kelas kontrol dan kelas eksperimen disajikan sebagai berikut:

• Motivasi belajar mempengaruhi keterampilan berpikir kritis, auditori,


TABEL III. D ATA MAHASISWA ' GAYA BELAJAR DI KELAS KONTROL dan kinestetik yang secara statistik berbeda-beda. Hal tersebut dapat
DAN KELAS EKSPERIMENTAL dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,007 <0,05. Artinya keterampilan
Kelas kontrol (Kuliah) Kelas eksperimen (Bersarang)
berpikir kritis siswa dengan motivasi belajar tinggi, motivasi belajar
Motivasi Tinggi 8 std Motivasi Tinggi 20 std sedang dan motivasi belajar rendah mempunyai perbedaan secara
Motivasi Sedang 9 std Motivasi Sedang 6 std statistik.
Motivasi Rendah 18 std Motivasi Rendah 8 std

• Terdapat interaksi antara model dan motivasi belajar siswa dalam


Selanjutnya tahap tes kemampuan berpikir kritis mahasiswa (pretest),
mempengaruhi berpikir kritis siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai
pelaksanaan perlakuan menggunakan model pembelajaran terpadu tipe nested
signifikansi
dan metode ceramah, hingga tahap posttest untuk melihat keefektifan
0,020 <0,05.
penggunaan model nested dibandingkan dengan metode ceramah dalam
meningkatkan kemampuan mahasiswa. keterampilan berpikir kritis di SMP Dari data di atas maka semua hipotesis diterima maka dilakukan post hoc
Nasional 1 Kuningan. test untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat berpikir kreatif siswa dari
ketiga gaya belajar siswa yang penulis sajikan pada tabel anova berikut:

TABEL IV. T HASIL POSTEST DESCRIPTIVE PADA KELAS KONTROL


DAN KELAS EKSPERIMENTAL

Statistik deskriptif TABEL VI. R ESULT OF ANOVA TEST


N Min Max Berarti Pengabdian std
Kritis berpikir g keterampilan
Kontrol posttest 35 4.70 10.00 7.4468 1.39104
Jumlah dari Df Berarti F Sig.
Posttest eksperimental 34 4.00 10.00 7.9441 1.45648
kotak aquares
Antar kelompok 4700.5366 5 940.107 48.16 . 000
Dalam kelompok 1229.667 63 19.519
Dari data skor keterampilan berpikir kritis di atas, terlihat jelas bahwa penggunaan Total 5930.203 68
model pembelajaran terpadu tipe nested di kelas eksperimen lebih meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Dalam menggunakan model pembelajaran terpadu tipe
nested, proses pembelajaran menekankan pada tiga keterampilan, yaitu keterampilan Dari tabel ANOVA di atas, di sig. kolom diperoleh sig. nilai 0,000 yang
berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan berorganisasi. Sehingga model berarti sig. <0,005 (0,000 <
pembelajaran terpadu tipe nested ini layak diterapkan dalam proses pembelajaran. 0,05). Kesimpulan yang diambil adalah terdapat perbedaan yang signifikan
(interaksi) antara tingkat berpikir kritis berdasarkan motivasi belajar ketiga
siswa dengan penerapan model pembelajaran terpadu tipe nested.

Kemudian dengan menggunakan uji anova dua arah menunjukkan adanya keterkaitan
antara tipe nested mengintegrasikan model pembelajaran, motivasi belajar dan kemampuan Kemudian, jika hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan yang signifikan
berpikir kritis siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan uji anova dua jalur menggunakan SPSS 21.0 maka pengujian selanjutnya untuk melihat kelompok mana yang berbeda dengan
sebagai berikut: melakukan uji post hoc scheffe. Berikut adalah data tabel post hoc test yang telah
dilakukan peneliti:

TABEL V. R ESULT OF DUA WAY ANOVA TEST • Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara mahasiswa
dengan metode ceramah dan motivasi belajar sedang dengan nilai
Uji Efek Antar Subjek
Sumber Tipe III Jumlah Df Berarti F signifikansi 0,000
kotak Kotak
Model yang dikoreksi 6,184 * 5 1.237 . 586 • Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara mahasiswa yang
Mencegat 3327.025 1 3327.025 1577.121 menggunakan metode ceramah dan motivasi belajar rendah dengan nilai
Model pembelajaran 2.592 1 2.592 10.039
signifikansi 0,000
Motivasi belajar 2.194 1 2.194 5.318
Model pembelajaran* 155.637 2 77.818 7.388
• Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara mahasiswa yang
Motivasi belajar menggunakan metode ceramah dan motivasi belajar tinggi dengan nilai
Kesalahan 152.902 63 20.110 signifikansi 0,000
Total 420212.400 69
Total yang Dikoreksi 1309.086 68

Variabel terikat: berpikir kritis

215
Kemajuan dalam Ilmu Sosial, Pendidikan dan Penelitian Humaniora, volume 214

• Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang berbagai konsep dengan sendirinya yang dipelajari secara menyeluruh, otentik,
memiliki model pembelajaran nested dan motivasi belajar sedang bermakna dan aktif [12].
dengan nilai signifikansi 0,011
Dengan demikian, model pembelajaran terpadu berjenis nested dengan menitikberatkan pada

• Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang sejumlah keterampilan memungkinkan siswa untuk berpikir aktif dan meningkatkan keterampilan

memiliki model pembelajaran nested dan motivasi belajar tinggi dengan berpikir kritisnya.

nilai signifikansi 0,013


Selanjutnya, unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar siswa
• Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang memiliki dalam berpikir kritis menurut Dimyanti dan Mudjiono adalah: “(1) impian atau
model pembelajaran nested dan motivasi belajar rendah dengan nilai cita-cita siswa, (2) kemampuan siswa, (3) kondisi siswa, (4) kondisi siswa.
signifikansi 0,034 lingkungan, (5) elemen dinamis dalam proses belajar mengajar, (6) upaya guru
dalam mendidik siswa ”[13]. Menumbuhkan motivasi belajar siswa merupakan
tanggung jawab guru. Karena guru yang pandai mengajar akan selalu
V. D ISKUSI
mendorong siswa untuk mencapai tujuan.
Perolehan skor keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran terpadu tipe nested lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan berpikir
Meskipun dalam pengujian ditemukan pengaruh yang signifikan namun dalam
kritis siswa yang diajar dengan metode ceramah. Hal ini dikarenakan model pembelajaran
melakukan proses penelitian terdapat beberapa kendala yang ditemukan oleh peneliti
terpadu berjenis nested merupakan integrasi kurikulum dalam suatu cabang ilmu yang
dalam jangkauan tersebut. Terdapat: (1) siswa masih belum terbiasa dengan model
secara khusus mengedepankan keterpaduan pada sejumlah keterampilan belajar yang
pembelajaran yang mengharuskan mereka menguasai tiga keterampilan dimana salah
akan diajarkan oleh seorang guru kepada siswanya dalam suatu unit pembelajaran untuk
satunya adalah keterampilan berpikir, (2) selama proses pembelajaran siswa kurang
pencapaian pembelajaran. bahan. Ketiga keterampilan tersebut antara lain keterampilan
mempersiapkan materi yang akan dibahas, (3) ada siswa yang tidak dapat berpartisipasi
berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan berorganisasi.
aktif dalam proses pembelajaran, (4) motivasi yang diberikan oleh guru kurang.

Selain itu, pembelajaran terintegrasi berbasis pendekatan inkuiri yang


melibatkan siswa mulai dari perencanaan, eksplorasi, dan brainstorming dari
VI. C KESIMPULAN
siswa. Model tipe nested merupakan salah satu model terintegrasi yang
diimplementasikan untuk mendorong siswa agar berani bekerja dalam kelompok Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara mahasiswa dengan
dan belajar dari pengalamannya sendiri. Selain itu, siswa dapat lebih aktif model pembelajaran terpadu tipe nested dan metode ceramah. Artinya hasil
menuangkan ide dan didorong untuk berpikir lebih kreatif dalam menghadapi kemampuan berpikir kritis siswa dengan model pembelajaran terpadu tipe
setiap permasalahan dalam mata pelajaran IPS. nested lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan metode
ceramah hal ini dibuktikan dengan hasil posttest kelas eksperimen yang lebih
tinggi daripada kelas kontrol.
Dengan kata lain dalam pembelajaran siswa tidak hanya mendapatkan
pembelajaran dari guru, tetapi siswa juga diarahkan untuk memecahkan masalah
(thinking skills), bekerja sama dalam kelompok untuk mendiskusikan jawaban dari Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa dengan
berbagai sumber untuk menyelesaikan masalah ( keterampilan sosial), dan meringkas motivasi belajar tinggi, siswa dengan motivasi belajar sedang dan siswa
analisis jawaban untuk masalah yang telah mereka kumpulkan (keterampilan dengan motivasi belajar rendah. Dari hasil penelitian diperoleh siswa dengan
mengorganisasi). Berbeda dengan pelaksanaan pembelajaran kelas kontrol yang motivasi belajar tinggi memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi
hanya mendapat materi dari guru sebagai fasilitator, maka tingkat berpikir kritis siswa daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan siswa dengan motivasi
di kelas kontrol mendapat predikat rendah. belajar rendah.

Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ekawati di Sekolah Terdapat interaksi antara model pembelajaran terpadu tipe nested dan
Menengah Pertama Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) 1 Ciputat yang menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dalam mempengaruhi berpikir kritis siswa. Kedua
penggunaan model pembelajaran terpadu tipe nested memberikan pengaruh yang signifikan variabel independen ini sama-sama berpengaruh terhadap keterampilan
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa [11] . Hal ini dikarenakan siswa berpikir kritis siswa.
dituntut untuk menyelesaikan sendiri setiap masalah sehingga membuat siswa berpikir secara aktif
dan menggunakan berbagai macam keterampilan dan prosedur untuk menyelesaikannya. Tambahan, R EFERENSI
Penelitian yang dilakukan oleh Maharani di Sekolah Menengah Atas Nasional Negeri 5 Cirebon
membuktikan bahwa penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran
[1] Z. Muspita dan W. Lasmawan, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah
terpadu tipe nested untuk meningkatkan literasi sains siswa pada konsep ekosistem siswa kelas X Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis, Motivasi Belajar, dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas
dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran Pembelajaran terpadu tipe bersarang VII SMPN 1 Aikmel,” PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, vol. 3 (1), 2013.
termasuk dalam kriteria yang kuat [8]. Kajian di atas sejalan dengan pendapat Trianto yang
menyatakan bahwa: Melalui pembelajaran terintegrasi, siswa dapat memperoleh pengalaman secara [2] B. Murti, Berpikir Kritis (Berpikir Kritis). Seri Kuliah Budaya Ilmiah. Fakultas Kedokteran
langsung sehingga mampu memperoleh daya untuk menerima, menyimpan, dan Universitas Sebelas Maret. 2009 (online) diambil dari http: // researchenggenis. com.

mengimplementasikan konsep yang telah dipelajari. Sehingga para siswa dilatih untuk mencari dan
[3] RH Ennis, Berpikir kritis. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall,
menerapkan konsep yang telah mereka pelajari. Sehingga para siswa dilatih untuk mencari dan
1996.
menerapkan konsep yang telah mereka pelajari. Sehingga para siswa dilatih untuk mencari
[4] U. Suharsaputra, Metode kuantitatif, kualitatif, dan tindakan. Bandung: PT Refika
Aditama, 2012.
[5] W. Sanjaya, Strategi pembelajaran (Berorientasi standar proses pendidikan). Jakarta:
Kencana Pernanda Media Grup, 2010.

216
Kemajuan dalam Ilmu Sosial, Pendidikan dan Penelitian Humaniora, volume 214

[6] S. Krulik dan JA Rudnick, Problem Solving: Buku Panduan untuk Guru Sekolah [9] Sardima, Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: Rajawali,
Menengah Atas. Divisi Allyn & Bacon / Logwood, 160 Gould Street, Needham Heights, 2014.
MA 02194-2310, 1989. [10] I. Ghozali, I, Desain penelitian eksperimental: teori, konsep dan analisis data dengan SPSS
[7] C. Atkinson, "Perbaikan berkelanjutan: bahan-bahan perubahan," Jurnal 16. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2008.
Internasional Manajemen Perhotelan Kontemporer, vol. 6, hlm. 6–8, 1994. [11] L. Ekawati, Pengaruh pembelajaran model terpadu terhadap kemampuan masalah
matematika siswa: penelitian eksperimen eksperimen di SMP PGRI I Cipiutat,
[8] RM Kusuma, W. Wahidin, dan RY Gloria, “Penerapan Pembelajaran Terpadu Tipe 2010.
Nested (Tersarang) Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Pada Konsep [12] IB Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual.
Ekosistem di Kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon,” Scientiae Educatia: Jurnal Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.
Pendidikan Sains, vol. 4 (2), 2015.
[13] Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

217

Anda mungkin juga menyukai