Anda di halaman 1dari 9

BAB

3
A. Hakekat Pengetahuan

Pengetahuan dapat diartikan sebagai persepsi manusia atas suatu objek atau
fakta(riel dan gaib). Pengetahuan merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana
penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang
diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi
pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas
Bayesian adalah benar atau berguna. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah
berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi.
Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya
untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau
dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru
dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma
masakan tersebut. Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman
inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori.
Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang
dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat
berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan
menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut.
Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia
yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin
organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen
organisasi. Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui
akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan

“Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam”, Amali Putra, 2014 Hal. 37


pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya
pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan
melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran
logis akal budi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti
segala sesuatu yg diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yg diketahui berkenaan
dengan hal (mata pelajaran). Adapun pengetahuan menurut beberapa ahli adalah:
1. Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas
rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek dengan indera
dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan sebuah objek tertentu.
2. Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-bahan
yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali
sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang
diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai.
3. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan
ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telingan.
Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari
persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya
merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang
menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Menurut Partanto Pius dalam
kamus bahasa Indonesia (2001) pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang
diketahui berkaitan dengan proses belajar.
Ada 2 cara pokok mendapatkan pengetahuan dengan benar: pertama,
mendasarkan diri dengan rasio. Kedua, mendasarkan diri dengan pengalaman. Kaum
rasionalis mengembangkan rasionalisme, dan pengalaman mengembangkan

“Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam”, Amali Putra, 2014 Hal. 38


empirisme. Kaum rasionalis mengembangkan metode deduktif dalam menyusun
pengetahuannya. Premis yang dipakai dari ide yang diangapnya jelas dan dapat
diterima. Ide ini menurut mereka bukan ciptaan pikiran manusia. Prinsip itu sudah ada,
jauh sebelum manusia memikirkannya (idelisme). Di samping rasionalisme dan
pengalaman masih ada cara lain yakni intuisi atau wahyu. Intuisi merupakan
pengetahuan yang didapatkantanpa melalui proses penalaran, bersifat personal dan tak
bisa diramalkan. Sedangkan wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh
Tuhan kepada para nabi dan rasul.

B. Hakekat Ilmu Pengetahuan

Ilmu Pengetahuan diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang telah diuji


kebenarannya disusun dengan sistem dan metode yang tepat untuk menjelaskan
suatu objek atau fenomena yang berlaku universal. Ilmu Pengetahuan merupakan
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar
dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih
jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Contoh Ilmu pengetahuan adalah :
1. Ilmu Pengetahuan Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke
dalam hal yang bahani (materiil saja). Ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan
tentang berapa jarak matahari.
2. Ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pan-
dangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret.Ilmu
psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.

Filsafat, pengetahuan dan ilmu pengetahuan, mencari rumusan yang sebaik-


baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai keakar-akarnya. Ketiganya

“Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam”, Amali Putra, 2014 Hal. 39


memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-
kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukan sebab-sebabnya. Ketiganya hendak
memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan. Ketiganya
mempunyai metode dan sitem. Ketiganya hendak memberikan penjelasan tentang
kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (objektivitas), akan pengetahuan
yang lebih mendasar. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala
sesuatu, dengan mencari sebab-sebab terdalam, berdasarkan kekuatan pikiran manusia
sendiri. Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu
(objek atau lapangannya), yang merupakan kesatuan yang sistematis, dan memberikan
penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal
itu. Jadi berarti ada metode, ada sistem, ada satu pandangan yang dipersatukan
(memberi sintesis), dan yang dicari ialah sebab-sebabnya. Demikian filsafat mempunyai
metode dan sistem sendiri dalam usahanya untuk mencari hakikat dari segala sesuatu,
dan yang dicari ialah sebab-sebab yang terdalam. Ilmu-ilmu pengetahuan dirinci
menurut lapangan atau objek dan sudut pandangan. Objek dan sudut pandangan filsafat
disebut juga dalam definisinya, yaitu “segala sesuatu”. Lapangan filsafat sangat jelas; ia
meliputi segala apa yang ada. Pertanyaan-pertanyaan kita itu mengenai kesemuanya
yang ada, tak ada yang dikecualikan. Hal-hal yang tidak kentara pun (seperti jiwa
manusia, kebaikan, kebenaran, bahkan Tuhan sendiri pun) dipersoalkan. Lapangan
yang sangat luas ini nanti kita bagi-bagi ke dalam beberapa lapangan pokok. Sebab-
sebab yang terdalam Dengan ini ditunjuk sudut pandangan, aspek khusus, sudut khusus
yang dipelajari dalam segala sesuatu itu. Sudut pandangan (juga disebut “object
formal”) ini yang membedakan berbagai ilmu pengetahuan yang mengenai objek atau
lapangan yang sama.
Dapat disimpulkan bahwa Ilmu pengetahuan adalah pengumpulan pengertian
tentang suatu hal yang kita dapat karena “mengetahui”. Tahu berarti diserap dengan
indera, menimbulkan kesan dan mengerti kesan tersebut. Proses penyerapan dengan
indra dapat dilakukan melaui indra penglihat, pendengar, penciuman, perasa, atau
indra pengecap. Pengalaman menunjukkan bahwa Banyak orang mencapai sukses
dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Orang yang memiliki ilmu pengetahuan

“Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam”, Amali Putra, 2014 Hal. 40


bisa mengelola sumber daya alam, dan menciptakan teknologi yang berguna untuk
kehidupan.
Secara umum Filsafat, Pengetahuan, dan Ilmu Pengetahuan memilki kesamaan
dalam hal :
1. mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya
2. memberikan pengertian mengenai hubungan yang ada antara kejadian-kejadian
yang kita alami dan mencoba menunjukan sebab-sebabnya
3. hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
4. mempunyai metode dan sistem
5. hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat
manusia (objektivitas) akan pengetahuan yang lebih mendasar
Filsafat menilai obyek renungan dengan suatu makna, misalkan , religi,
kesusilaan, keadilan dsb. Pengetahuan tidak menilai obyek dari suatu sistem nilai
tertentu. Dan Ilmu pengetahuan adalah definisi eksperimental. Filsafat berkenaan
dengan keseluruhan yang ada. Pengetahuan obyek penelitian yang terbatas. Sedangkan
Ilmu pengetahuan adalah kajian tentang dunia material. Filsafat Mencoba merumuskan
pertanyaan atas jawaban. Mencari prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi
pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara umum dan
keseluruhan. Sedangkan pengtahuan segi-segi yang dipelajari dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti. Dan Ilmu Pengetahuan adalah penguasaan lingkungan
hidup manusia. Filsafat bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu. Pengetahuan bertugas
memberikan jawaban. Dan Ilmu pengetahuan dapat sampai pada kebenaran melalui
kesimpulan logis dari pengamatan empiris. Filsafat menggarap bidang yang luas dan
umum, sedangkan ilmu pengetahuan membahas bidang-bidang yang khusus dan
terbatas. Tujuannya pun lain, filsafat bertujuan mencari pemahaman dan kebijaksanaan
atau kearifan hidup. Sedangkan ilmu pengetahuan bertujuan untuk mengadakan
deskripsi, prediksi, eksperimentasi, dan mengadakan kontrol.
Obyek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala
sesuatu yang ada (realita) sedangkan obyek material ilmu pengetahuan itu bersifat
khusus dan empiris. Artinya ilmu pengetahuan hanya terfokus pada disiplin bidang
masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak
terkotak-kotak dalam disiplin tertentu. Obyek formal (sudut pandangan) filsafat itu
bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu
secara luas, mendalam, dan mendasar. Sedangkan ilmu pengetahuan bersifat

“Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam”, Amali Putra, 2014 Hal. 41


fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal ilmu pengetahuan
bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan
diri dengan realita.
Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya
spekulasi, kritis, dan pengawasan. Sedangkan ilmu pengetahuan haruslah diadakan
riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu pengetahuan terletak
pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainya. Filsafat
memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman
realitas sehari-hari, sedangkan ilmu pengetahuan bersifat diskursif, yaitu menguraikan
secara logis yang di mulai dari tidak tahu menjadi tahu. Filsafat memberikan
penjelasan yang mutlak dan mendalam sampai mendasar (primary cause) sedangkan
ilmu pengetahuan menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih
dekat, dan yang lebih sekunder (secondary cause).
Batas kajian filsafat adalah logika atau daya pikir manusia sedangkan batas
kajian ilmu pengetahuan adalah fakta. Ilmu pengetahuan menjawab pertanyaan why
dan how sedangkan filsafat menjawab pertanyaan why, why, dan why dan seterusnya
sampai jawaban paling akhir yang dapat diberikan oleh pikiran atau budi manusia.
Berdasarkan keterangan tersebut dapat dirangkum beberapa beberapa
perbedaan filsafat, pengetahuan, dan Ilmu Pengetahuan adalah antara lain
Filsafat Pengetahuan Ilmu Pengetahuan
Mencoba merumuskan per- Yang dipelajari terbatas
tanyaan atas jawaban. Men- ka-rena hanya sekedar Cenderung kepada hal yang
cari prinsip-prinsip umum, kemam-puan yang ada dipelajari dari sebuah buku
tidak membatasi segi pan- dalam diri kita untuk panduan.
dangannya bahkan cende- mengetahui se-suatu
rung memandang segala se- hal.
suatu secara umum dan ke-
seluruhan.
Objek penelitian yang Ilmu pengetahuan adalah kajian
Keseluruhan yang ada terbatas tentang dunia ma-terial.
Menilai objek renungan de- Tidak menilai objek Ilmu pengetahuan adalah definisi
ngan suatu makna. Misal- kan dari su-atu sistem nilai eksperimental.
: religi, kesusilaan, kea-dilan, tertentu.
dsb

C. Ilmu Pengetahuan Alam

“Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam”, Amali Putra, 2014 Hal. 42


Ilmu Pengetahuan Alam (natural science) adalah istilah yang digunakan yang
merujuk pada rumpun ilmu dimana objeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-
hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun. Sains (science) diambil
dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge
merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan
Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara
untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk
dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process,
inseparably Joint".
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan
untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala
alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya
menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah
kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas. Menurut Poedjawijatna ilmu
alam adalah ilmu yang berobyek fakta alam, percobaan yang mungkin ditimbulkan
semuanya mempunyai tujuan untuk mencari hokum yang umum dan pasti. Dapat
disimpulkan, bahwa ilmu alam adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam
yang terjadi di alam semesta.
Ilmu-ilmu alam membatasi diri dengan hanya membahas gejala-gejala alam yang
dapat diamati. Tentu saja pengamatan yang dimaksud disini lebih luas dari pada hasil
interaksi langsung dengan panca indera kita, yang memang lingkup kemampuannya
sangat terbatas. Tuntutan lebih lanjut bagi gejala alam yang lazim dibahas dalam ilmu-
ilmu alam adalah bahwa pengamatan gejala itu dapat diulangi dengan orang lain.ilmu-
ilmu alam bukan hanya kumpulan lukisan gejala alam. Ada semacam keyakinan bahwa
masing-masing gejala alam itu tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dalam suatu
pola sebab akibat yang dapat difahami dengan penalaran yang saksama. Ini menjadi
tugas teori ilmu-ilmu alam.
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana
seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada

“Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam”, Amali Putra, 2014 Hal. 43


persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan
ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
Persyaratan suatu ilmu itu adalah :
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah
yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.
Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif;
bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini
adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis
berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis
berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode
ilmiah.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu
objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis
sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu ,
mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan
yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat
ilmu yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang
bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º.
Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu
sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda
dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu
untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks
dan tertentu pula.

D. Soal-soal yang dipecahkan

1. Buatlah mind map dari materi tentang bab ini yaitu “Pengetahuan, Ilmu
Pengetahuan dan IPA ”

“Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam”, Amali Putra, 2014 Hal. 44


2. Jelaskan perbedaan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan
3. Apa yang dimaksud dengan IPA, jelaskan karakteristiknya.

“Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam”, Amali Putra, 2014 Hal. 45

Anda mungkin juga menyukai