Anda di halaman 1dari 7

PENDIPA Journal of Science Education, 2018: 2(2), 163-169 ISSN 2086-9363

Pembelajaran probing prompting untuk meningkatkan


berpikir kritis siswa anggota kelompok
ilmiah remaja

Megasari*, Agus Sundaryono, M. Lutfi Firdaus


Pascasarjana Pendidikan IPA FKIP Universitas Bengkulu, Bengkulu
*Email: megasari259@gmail.com

ABSTRAK

Kegiatan ilmiah mahasiswa dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah
Remaja (KIR). Anggota KIR diharuskan memiliki keterampilan berpikir kritis dalam mencari topik untuk
menulis makalah ilmiah. Salah satu metode pembelajaran yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pemikiran kritis siswa KIR adalah dengan mempelajari instruksi yang dibantu oleh video-assisted. Sebuah
eksperimen semu dengan desain desain one pretest-posttest dilakukan untuk mengukur tingkat berpikir
kritis anggota KIR dengan memberikan pretest sebelum mempelajari probing yang mendorong tes video-
aided dan post setelah belajar dorongan video-assisted probing. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan uji efektivitas dan uji Wilcoxon. Hasil data dengan efek pengukuran nilai efek diperoleh
E> 0,8 yang berarti ada peningkatan berpikir kritis sebelum dan sesudah belajar. Uji Wilcoxon diperoleh
nilai p (Z) = 0,0344. Nilai p (Z) <0,05 yang berarti kemampuan berpikir kritis siswa meningkat dari
pretest ke posttest.

Kata kunci: Probing prompting; berpikir kritis; kelompok ilmiah remaja.

PENDAHULUAN Ekstrakurikuler adalah kegiatan


pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik di
Sekolah merupakan lingkungan yang luar jam belajar kurikulum standar sebagai
sengaja dibentuk untuk mendidik generasi muda perluasan dari kegiatan kurikulum dan dilakukan
ke arah tujuan tertentu, terutama untuk di bawah bimbingan sekolah dengan tujuan
membekali dengan pengetahuan dan kecakapan untuk mengembangkan kepribadian, bakat,
hidup yang dibutuhkan di kemudian hari. minat, dan kemampuan peserta didik yang lebih
Sebagai lembaga yang sengaja di bentuk untuk luas atau di luar minat yang dikembangkan oleh
mendidik generasi muda, sekolah mempunyai kurikulum.
tanggung jawab untuk menghasilkan lulusan Salah satu kegiatan ekstrakurikuler
yang berkualitas dan mempunyai kontribusi yang berbentuk karya ilmiah; meliputi Kegiatan Ilmiah
besar bagi kemajuan bangsa melalui proses Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan
pendidikan yang dijalankan. Pasal 3 Undang- dan kemampuan akademik, penelitian, dan
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem lainnya. Serangkaian kegiatan KIR untuk
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa menghasilkan karya ilmiah (Santoso, 2017).
pendidikan nasional bertujuan untuk Penyusunan karya ilmiah sebagai kegiatan
berkembangnya potensi peserta didik agar penuangan gagasan, ide, pengetahuan tidak serta
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa merta menjadi karya sesuai kategori
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak keilmuannya. Karya yang dituangkan
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, memerlukan proses tertentu (Ambarwati, 2012).
dan menjadi warga negara yang demokratis Proses penulisan karya ilmiah
serta bertanggung jawab. Pengembangan potensi sebagaimana menulis pada umumnya
peserta didik sebagaimana dimaksud dalam membutuhkan perencanaan agar jalan pikiran
tujuan pendidikan nasional tersebut dapat terarah. Perencanaan karya ilmiah disebut juga
diwujudkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. dengan tahap pramenulis (Ambarwati, 2012).

Website: https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 163


PENDIPA Journal of Science Education, 2018: 2(2), 163-169 ISSN 2086-9363

Lebih dari 70% waktu dalam menulis terletak keterampilan, yaitu: a) memberikan penjelasan
pada tahap pramenulis (Sukino, 2010). sederhana, b) membangun keterampilan dasar,
Pada tahap pramenulis yang harus c) menyimpulkan, d) memberikan penjelasan
dilakukan adalah menentukan topik, menetapkan lebih lanjut, e) mengatur strategi dan taktik.
tujuan, mengumpulkan bahan dan membuat KIR SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah
kerangka karangan. Pada tahap ini anggota adalah wadah bagi para siswa yang memiliki
kelompok ilmiah dituntut untuk memiliki perhatian besar pada pengembangan sikap
kemampuan berpikir kritis dalam melihat ilmiah, kejujuran dalam menuangkan ide–ide
fenomena alam dan fenomena sosial yang terjadi hasil pengamatan terhadap fenomena alam dan
disekitarnya. Mampu berpikir untuk melihat fenomena sosial yang ditemui dengan metode
pengaruh fenomena alam dan fenomena sosial yang sistematis, obyektif, rasional dan
tersebut bagi kehidupan manusia, serta mampu berprosedur. Oleh karena itu perlu diupayakan
menemukan ide – ide sebagai hasil dari berpikir suatu strategi pembelajaran KIR yang dapat
kritis untuk dituangkan kedalam karya ilmiah. meningkatkan keterampilan berpikir siswa
Salah satu kontributor terkenal bagi sehingga mampu membudayakan dan
pengembangan budaya berpikir kritis adalah menumbuhkan minat / bakat dalam pengkajian
Robert H. Ennis dalam menyatakan bahwa dan pengembangan ilmu dan pengetahuan. Salah
berpikir kritis adalah berpikir reflektif yang satu metode pembelajaran tersebut adalah
masuk akal yang berfokus untuk memutuskan probing prompting.
apa yang harus diyakini atau dilakukan. Pembelajaran probing prompting adalah
Menurut Ennis (1991: 20), terdapat enam unsur pembelajaran dengan cara guru menyajikan
dasar dalam berpikir kritis yang disingkat serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun
menjadi FRISCO, yaitu: dan menggali sehingga terjadi proses berpikir
 F (Focus), yaitu memfokuskan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan
atau isu yang tersedia untuk membuat sebuah pengalamannya dengan pengetahuan baru yang
keputusan tentang apa yang diyakini sedang dipelajari (Suherman, 2008).
 R (Reason), yaitu mengetahui alasan-alasan Menurut (Fajar dan Wanarti, 2014) sintak
yang mendukung atau melawan putusan- pembelajaran kooperatif tipe probing promting
putusan yang dibuat berdasarkan situasi dan terdiri dari 7 langkah:
fakta yang relevan,  Guru menghadapkan siswa pada situasi baru,
 I (Inference), yaitu membuat kesimpulan misalkan dengan memperhatikan gambar,
yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian rumus atau situasi lainnya yang mengandung
penting dari langkah penyimpulan ini adalah permasalahan.
mengidentifikasi asumsi dan mencari  Menunggu beberapa saat untuk memberikan
pemecahan, pertimbangan dari interpretasi kesempatan kepada siswa untuk merumuskan
akan situasi dan bukti, jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam
 S (Situation), yaitu memahami situasi dan merumuskannya.
selalu menjaga situasi dalam berpikir akan  Guru mengajukan persoalan kepada siswa
membantu memperjelas pertanyaan dan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
mengetahui arti istilah – istilah kunci bagian-  Menunggu beberapa saat untuk memberikan
bagian yang relevan sebagai pendukung, kesempatan kepada siswa untuk merumuskan
 C (Clarity), yaitu menjelaskan arti atau jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam
istilah-istilah yang digunakan, merumuskannya.
 O (Overview), yaitu meninjau kembali dan  Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab
meneliti secara menyeluruh keputusan yang pertanyaan.
diambil.  Jika jawabannya tepat maka guru meminta
tanggapan kepada siswa lain tentang jawaban
Ennis (1991) mengungkapkan untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa
keterampilan berpikir kritis yang terlibat dalam kegiatan yang sedang
dikelompokkan ke dalam lima aspek berlangsung. Namun, jika siswa tersebut

Website: https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 164


PENDIPA Journal of Science Education, 2018: 2(2), 163-169 ISSN 2086-9363

mengalami kemacetan jawab dalam hal ini METODE PENELITIAN


jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak
tepat, atau diam, maka guru mengajukan Jenis penelitian quasi eksperimen
pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya (eksperimen semu) dengan desain One group
merupakan petunjuk jalan penyelesaian Pretest-posttest design menggunakan metode
jawaban. Lalu dilanjutkan dengan pertanyaan probing prompting. Penelitian dilaksanakan pada
yang menuntun siswa berpikir pada tingkat siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
yang lebih tinggi, sampai dapat menjawab KIR di SMAN 1 Bengkulu Tengah Tahun
pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar Pelajaran 2016/2017.
atau indikator. Pertanyaan yang dilakukan Penelitian memiliki variabel terikat yaitu
pada langkah keenam ini sebaiknya diajukan kemampuan berfikir kritis siswa dan variabel
pada beberapa siswa yang berbeda agar bebas yaitu pembelajaran probing prompting
seluruh siswa terlibat dalam seluruh kegiatan berbantuan media video.
probing prompting. Siswa anggota KIR dibagi menjadi dua.
 Guru mengajukan pertanyaan akhir pada Setengah untuk uji coba soal dan setengah lagi
siswa yang berbeda untuk lebih menekankan untuk penelitian. Pengambilan data dilakukan
bahwa indikator tersebut benar- benar telah melalui pretes dan posttes. Soal–soal yang
dipahami seluruh siswa. digunakan dalam pretes dan posttest merupakan
soal–soal berfikir kritis menurut Ennis dengan
Adapun kelebihan model pembelajaran dimensi :
probing prompting antara lain adalah mendorong  Memberikan penjelasan sederhana
siswa aktif berpikir, memberi kesempatan kepada (Elementary Clarification)
siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang  Membangun keterampilan dasar (Basic
jelas sehingga guru dapat menjelaskan kembali, Support)
perbedaan pendapat antara siswa dapat  Menyimpulkan (Inference)
dikompromikan atau diarahkan pada suatu  Memberikan penjelasan lanjut
diskusi, pertanyaan dapat menarik dan  Mengatur strategi dan teknik
memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika itu
siswa sedang ribut, dan mengantuk, dapat Soal–soal yang telah dibuat sebelum
mengulang kembali (review) bahan pelajaran diujicobakan, dilakukan uji validasi terlebih
yang lampau, mengembangkan keberanian dan dahulu oleh dosen pendidikan kimia dan guru
keterampilan siswa dalam menjawab dan kimia senior. Setelah itu soal diujicobakan
mengemukakan pendapat. kepada setengah anggota KIR. Data yang
Salah satu topik penelitian yang gencar diperoleh dianalisis untuk mengetahui validitas
dilakukan yaitu tentang energi meliputi upaya dan reliabilitas soal.
untuk mencari sumber–sumber energi terbarukan Analisis yang dilakukan dalam
yang ramah lingkungan. Hal ini karena energi implementasi pembelajaran ini adalah uji non
sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. parametrik dikarenakan jumlah sampel yang
Upaya mengembangkan sumber energi kecil yaitu sebanyak 4 orang anggota KIR
terbarukan untuk mengatasi kelangkaan sumber SMAN 1 Bengkulu Tengah T.P 2016/2017.
energi juga sepatutnya diketahui generasi muda
terutama siswa. Uji Validitas
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
kemampuan berfikir kritis siswa anggota KIR di Uji validitas untuk mengetahui apakah
SMAN 1 Bengkulu Tengah sebelum dan sesudah instrumen benar-benar mengukur objek yang
pembelajaran probing prompting berbantuan akan diukur. Menurut Yusuf (2014). Uji ini
video. dilakukan dengan menggunakan korelasi biserial
dengan rumus:

Website: https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 165


PENDIPA Journal of Science Education, 2018: 2(2), 163-169 ISSN 2086-9363

Tabel 1.Kriteria realibilitas



Nilai reliabilitas Kriteri
Keterangan: reliabilitas
rpbis = koefisien korelasi biserial R< 0,20 Tidak ada
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab 0,21 – 0,40 Rendah
benar dicari validitasnya. 0,41 – 0.70 Sedang
Mt = rerata total 0,71 – 0,90 Tinggi
SDt = standar deviasi dari skor total 0,91 – 1,00 Sempurna
p = Proporsi responden yang menjawab (Kinkin, 2010:13).
benar butir soal yang di cari
q = proporsi responden yang menjawab salah Setelah soal valid maka dilakukan
butir soal yang dicari (q=1-p) penelitian kepada setengah anggota kIR yang
lain. Data yang diperoleh dianalisis
Jika harga rpbis > r tabel dengan α= 5 % maka soal menggunakan Effek Size dan Uji Wilcoxon
dianggap valid. Analisa uji validitas juga dapat untuk melihat apakah terdapat peningkatan
dilakukan menggunakan SPSS 16.0. berfikir kritis siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran probing prompting berbantuan
Uji Reliabilitas media video.

Reliabilitas adalah taraf sampai dimana Effect Size


suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil ̅ ̅
(Naga, 2008)
pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf
ketepatan dan ketelitian hasil. Instrumen diukur Keterangan :
dengan menggunakan persamaan Gutmann dan ̅ = Rata-rata nilai pretest
Kuder Richardson, formula KR20 sebagai ̅ = Rata-rata nilai post test
berikut: = standar deviasi dari post test

[ ] Kriteria pengujian,
Keterangan: 0 < E = Efek peningkatan dari pretest
rtt = koefisien reabilitas keseluruhan <0,2 ke postest kecil
instrumen 0,2 < E = Efek peningkatan dari pretest
n = jumlah butir dalam keseluruhan < 0,8 ke postest sedang
instrumen E >0.8 = Efek peningkatan dari pretest
SD2t = Varian keseluruhan instrumen ke postest besar
p = proporsi jumlah responden (dalam
persen) yang menjawab tiap butir Uji Wilcoxon
( ))
dengan benar (Santoso, 2010)
q = proporsi jumlah responden (dalam ( )( )

persen yang gagal menjawab tiap
Keterangan:
instrument) N = Banyak data yang berubah setelah
∑pq = jumlah perkalian p dan q untuk
diberi perlakuan berbeda
semua butir
T = jumlah renking dari nilai selisih
yng negatif (apabila banyaknya
Analisis reliabilitas juga dapat menggunakan selisih yang positif lebih banyak
rumus Alpha. Data diolah menggunakan SPSS dari banyaknya selisih negatif)
16.0
= jumlah ranking dari nilai selisih
yang positif (apabila banyaknya
selisih yang negatif > banyaknya
selisih yang positif)

Website: https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 166


PENDIPA Journal of Science Education, 2018: 2(2), 163-169 ISSN 2086-9363

Pertanyaan – pertanyaan tersebut ada yang bisa


Signifikansi, nilai Z dibandingkan dengan tabel dijawab beberapa siswa secara garis besar saja
kurva normal, dan ada juga pertanyaan yang tidak bisa dijawab
Ho ditolak bila Zhitung ≥ Z tabel, Ho diterima siswa.
bila Z hitung < Z tabel
Tabel 3. Nilai Pretes dan Posttes
HASIL DAN PEMBAHASAN
Inisial Nama Nilai pretest Nilai posttes
Anggota KIR berjumlah 8 orang yang
dibagi dua, setengahnya untuk tes uji coba soal
AP 31 44
dan setengah lagi untuk dijadikan subjek
penelitian. Kedelapan siswa KIR tersebut berasal CR 18 25
dari kelas dengan jurusan berbeda yaitu kelas LN 24 35
peminatan IPA, IPS dan Bahasa. AZ 10 14
Sebelum digunakan dalam penelitian, Rata-rata 20,75 29,50
soal–soal tersebut terlebih dahulu di ujicobakan
kepada setengah anggota KIR sebanyak 4 orang
untuk melihat validitas dan realibilitasnya. Data Selanjutnya penanyangan video
yang diperoleh diuji menggunakan SPSS 16.0 pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.
(Lampiran 27 dan 28). Dari 10 soal yang di Semua siswa terfokus melihat video. Sesaat
ujicobakan ternyata sebanyak 6 soal yang valid setelah video selesai ditayangkan banyak yang
dan nilai realibilitas sebagai berikut: mengajukan pertanyaan sebagai tanda
ketertarikan siswa KIR terhadap materi energi
Tabel 2. Uji reliabilitas Instrumen terbarukan.
Selanjutnya melakukan proses
Instrumen Alpha Keterangan pembelajaran dengan teknik prompting.
Pertanyaan pada teknik prompting bertujuan
Tes 0,990 Reliabilitas tinggi
mengarahkan atau menuntut yakni pertanyaan
yang melibatkan penggunaan petunjuk / isyarat
Koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,990
untuk membantu siswa menjawab dengan benar
menunjukkan bahwa instrument dinyatakan
(David dkk, 2009). Guru berusaha mengajukan
reliable untuk mengukur berfikir kritis siswa dari
pertanyaan- pertanyaan sederhana yang dapat
aspek kognitif.
menuntun dan mengarahkan siswa agar dapat
Tahap selanjutnya adalah melakukan
menjelaskan tentang energi terbarukan. Lalu
penelitian terhadap setengah lagi dari anggota
guru mereview informasi tentang energi
KIR yaitu berjumlah 4 orang. Pembelajaran yang
terbarukan yang telah diketahui siswa. Setelah
dilakukan menggunakan metode probing
diskusi selesai dilakukan proses postest kepada
prompting berbantuan media video. Penelitian
siswa untuk mengetahui perbedaan tingkat
dimulai dengan memberikan soal pretest kepada
berfikir kritis siswa sebelum dan sesudah
siswa. Pretest ini dimaksudkan untuk mengetahui
pembelajaran. Nilai pretest dan posttest dapat di
tingkat berfikir kritis awal siswa KIR tentang
lihat pada tabel berikut.
energi terbarukan.
Hasil postest yang dibandingkan dengan
Setelah lembar jawaban dikumpul,
hasil pretest menunjukkan bahwa terjadi
dilanjutkan dengan melakukan pembelajaran
peningkatan berfikir kritis. Nilai rata-rata pretest
dengan teknik probing yaitu dengan mengajukan
pada penelitian ini adalah 20,75 sedangkan nilai
pertanyaan – pertanyaan mengenai energi yang
rata-rata postest adalah 29,5.
dipakai sehari- hari, asal-usulnya, dampaknya,
dan perlukah mencari sumber – sumber energi
lain. Pertanyaan dalam proses probing bertujuan
untuk menggali dan melacak pengetahuan awal
yang telah dimiliki siswa (David dkk, 2009)

Website: https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 167


PENDIPA Journal of Science Education, 2018: 2(2), 163-169 ISSN 2086-9363

35 posttes KESIMPULAN
30 t
25 pretest
Terdapat peningkatan kemampuan berfikir
20
kritis siswa anggota KIR sesudah pembelajaran
probing prompting dengan bantuan media video.
15
Pembelajaran probing prompting dengan media
10 video dapat digunakan pada materi lain yang
5 bersifat konsep.
0
1 2 DAFTAR PUSTAKA

Gambar 1. Perbandingan nilai rata–rata berfikir Ambarwati, Ririn. (2012) Kemampuan Menulis
kritis siswa sebelum dan sesudah Perencanaan Karya Ilmiah Siswa Kelas
pembelajaran probing prompting XII Jurusan Bahasa di SMA Negeri 1
dengan media video Bantur Tahun Ajaran 2011-2012.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Grafik pada Gambar 1 menunjukkan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra
adanya peningkatan berfikir kritis siswa yang Indonesia dan Daerah.
dilihat dari aspek kognitif setelah menyelesaikan Ennis, Robert. (1991). Critical Thinking: A
soal–soal dengan kriteri berfikir Ennis siswa. Streamlined Conception. University of
Melihat peningkatan berfikir kritis siswa KIR Illinios: Artikel Teaching Philosophy;
sebelum dan sesudah pembelajaran berbantuan David A J. (2009). Methods for Teaching.
video dengan cara menghitung efek size. Dari Terjemahan Achmad Fawaid.
hasil perhitungan diperoleh E=1,13. Nilai E>0,8 Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
yang berarti terdapat peningkatan berfikir kritis Diasputri A, Sri.N, Warlan S. (2013). Pengaruh
sebelum dan sesudah pembelajaran berbantuan Model Pembelajaran Probing Promting
video (Naga, 2008). Berbantuan Lembar kerja Berstruktur
Uji hipotesis dilakukan dengan uji Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Inovasi
Wilcoxon. Diperoleh Z=-1,826. Nilai tersebut Pendidikan Kimia; Vol 7 No1: 1103-
dicocokkan dalam daftar kurva normal dan 1111.
diperoleh p (Z) = 0,0344. Nilai p (Z) < 0,05. Fajar,F dan Winarti,P. (2014). Pengaruh Metode
Maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti Pembelajaran Tanya Jawab Probing-
kemampuan berpikir kritis siswa meningkat dari Prompting Terhadap Hasil Belajar Siswa
pretes ke posttest. Pada Standar Kompetensi Menerapkan
Pembelajaran probing prompting Dasar – Dasar elektronika Kelas X AV
menuntut siswa untuk lebih aktif dalam Di SMKN 2 Surabaya. Jurnal Pendidkan
memperoleh suatu konsep karena siswa akan Teknik Elektro ; Vol.03 No.01. 89-96
berusaha untuk mengembangkan nalarnya dalam Kinkin. (2010). Analisis Tes dan Butir Soal.
menjawab pertanyaan yang diajukan dalam Pontianak: Wanda Putra Persada.
pembelajaran. Pembelajaran probing prompting Naga, DS. (2008) 64 Rumus Terapan
memposisikan guru untuk dapat menyajikan Probabilitas dan Sekor pada Hipotesis
serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun Statistika. Jakarta: Grasindo.
dan menggali sehingga terjadi proses berfikir Santoso, H. (2017) Kontribusi Perpustakaan
siswa terhadap pengetahuan baru yang sedang Sekolah Dalam Menunjang Kegiatan
dipelajari (Diasputri, 2013). Penggunaan media Kelompok Ilmiah Remaja (KIR).
video secara signifikan dapat meningkatkan http://library.um.ac.id
keterampilan mengajukan pertanyaan, dan lebih Santoso,S.(2010). Statistik Non Parametrik.
meningkatkan penguasaan konsep serta Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
keterampilan berpikir kritis siswa SMA (Syukur,
2013.

Website: https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 168


PENDIPA Journal of Science Education, 2018: 2(2), 163-169 ISSN 2086-9363

Suherman, E. (2008). Model Belajar dan


Pembelajaran Berorientasi Kompetensi
Siswa. Jurnal Pendiidikan dan Budaya
Educare. Vol.5 No.5 ISSN: 1412-579X
Sukino.(2010). Menulis Itu Mudah. Yogyakarta :
Pustaka Populer.
Syukur A. (2013). Penggunaan Video Dalam
Pembelajaran Materi Metabolisme
Untuk Mengungkap Keterampilan
Mengajukan Pertanyaan Dan
Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa SMA Kelas XII IPA. [Tesis].
Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Yusuf M. (2014) Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan Penelitian Gabungan.
Jakarta:Kencana.

Website: https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 169

Anda mungkin juga menyukai