Abstrak
Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta
didik, karena kemampuan ini sangat penting untuk menunjang proses pembelajaran
terkhusus dalam pembelajaran fisika. Kemudian dilakukan suatu survei yaitu pada kelas XI
MIA 3 SMA Negeri 11 Kota Jambi untuk melihat dan mengetahui bagaimana kemampuan
berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam pembelajaran fisika.
Survei dilakukan dengan menggunakan metode cross-sectional yaitu survei yang dilakukan
satu kali dan pada satu waktu. Pengumpulan data melalui observasi dan angket dan data yang
diperoleh berupa data kuantitatif kemudian dianalisis secara dekriptif. Hasil menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran Fisika dibagi menjadi tiga kategori
yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MIA 3 SMA
Negeri 11 Kota Jambi yang dominan adalah dalam kategori sedang. Persentase karakteristik
kemampuan berpikir kreatif yang tertinggi yaitu evaluatif dan yang terendah yaitu originality
dan luwes.
Abstract
Creative thinking skill is a competency that should be able of the student, because that
is very important to support the process of learning especially learning of physics. Then
conducted a survey in class XI MIA 3 SMAN 11 Jambi City to see and know about
competence of creative thinking skill of the student in solving problems in learning of
physics. The survey conducted with using cross-sectional method where that is conducted
in one time at a time. Data collection through observation and questionnaire and data
obtained form of quantitative data and then analyzed descriptively. The result show
competence of creative thinking skill in learning of physics is divided into three categories
that is high, medium and low. Competence of creative thinking skill of the student in class
XI MIA 3 SMAN 11 Jambi City the dominant is in medium category. The characterization
percentage of creative thinking skill from higher is evaluative thinking and lower is
originality thinking and flexibility thinking.
129
130
untuk persiapan peran peserta didik dimasa Menurut (Prasetiyo et al., 2014:66),
yang akan datang. Sekolah sebagai untuk menilai kemampuan berpikir kreatif
pendidikan formal merupakan sarana menggunakan acuan yang dibuat,
dalam mencapai tujuan tersebut. Untuk itu sedangkan (Munandar, 2009:87) yang
di dalam pendidikan terjadi proses mengemukakan bahwa kemampuan
pembelajaran yang melibatkan antara berpikir kreatif dirumuskan sebagai
pendidik dan peserta didik di dalam suatu kemampuan yang mencerminkan aspek –
ruangan kelas sebagai pokoknya. aspek sebagai berikut:
Pembelajaran merupakan proses a. Berpikir lancar (Fluent thinking) atau
membantu siswa untuk memperoleh kelancaran yang menyebabkan
informasi, ide, keterampilan, nilai, cara seseorang mampu mencetuskan
berpikir, dan cara-cara belajar bagaimana banyak gagasan, jawaban,
belajar (Suparman & Husen, 2015:45). penyelesaian masalah atau pertanyaan.
Untuk mengembangkan keterampilan dan b. Berpikir luwes (Flexible thinking) atau
potensi dalam dirinya, peserta didik kelenturan yang menyebabkan
memiliki kemampuan yang berbeda-beda seseorang mampu menghasilkan
tergantung dengan tingkat kreatifitas gagasan, jawaban atau pertanyaan
masing-masing. Tingkat berpikir kreatif yang bervariasi.
menurut (Mursidik, Samsiyah, & c. Berpikir Orisinil (Original thinking)
Rudyanto, 2015:63) tergolong kompetensi yang menyebabkan seseorang mampu
tingkat tinggi (high order competencies) melahirkan ungkapan-ungkapan yang
dan dapat dipandang sebagai kelanjutan baru dan unik atau mampu
dari kompetensi dasar. menemukan kombinasi-kombinasi
Menurut (Nur, 2016:43), salah satu yang tidak biasa dari unsur-unsur yang
tujuan dari pendidikan adalah mampu biasa.
menjadikan anak berpikir kreatif baik d. Keterampilan mengelaborasi
dalam hal menyelesaikan atau (Elaboration ability) yang
memecahkan permasalahan maupun menyebabkan seseorang mampu
kemampuan mengkomunikasikan atau memperkaya dan mengembangkan
menyampaikan pikirannnya. Menurut suatu gagasan.
Siswono (Prasetiyo, et. al, 2014:52), Menurut (Mursidik, Samsiyah, &
berpikir kreatif merupakan suatu kebiasaan Rudyanto, 2015:98), kompetensi berpikir
dari pemikiran yang tajam dengan intuisi, kreatif bagi peserta didik merupakan hal
menggerakkan imajinasi, mengungkapkan yang sangat penting dalam era persaingan
(to reveal) kemungkinan-kemungkinan global sebab tingkat kompleksitas
baru, membuka selubung (unveil) ide-ide permasalahan dalam segala aspek
yang menakjubkan dan inspirasi ide-ide kehidupan modern semakin tinggi.
yang tidak diharapkan. Menurut Career Center Maine Departmen
Kemampuan berpikir kreatif of Labor USA (Mahmudi, 2010:22),
merupakah hasil interaksi anatara peserta kemampuan berpikir kreatif memang
didik, pendidik serta lingkungannya. penting karena kemampuan ini merupakan
Berpikir kreatif identik dengan salah satu kemampuan yang dikehendaki
mengungkapkan suatu gagasan baru atau dunia kerja.
menyelesaikan sebuah permasalahan Berpikir kreatif dalam pembelajaran
dalam pembelajaran berbeda dari yang fisika merupakan tujuan utama dalam
lainnya. Dalam pengertian ini gagasan proses pendidikan. Pembelajaran Fisika
yang dituangkan berdasarkan akal adalah bagian dari pelajaran ilmu alam.
pemikiran sehat dan logis serta tidak Ilmu alam secara klasikal dibagi menjadi
menyinggung ataupun menyalahkan dua bagian, yaitu (1) ilmu-ilmu
gagasan orang lain. fisik (physical sciences) yang objeknya
zat, energi, dan transformasi zat dan energi,
(2) ilmu-ilmu biologi (biological sciences) diperlukan adalah data pada waktu
yang objeknya adalah makhluk hidup dan sekarang dan subjek yang dibutuhkan
lingkungannya (Kemble, 1966:97). Dalam hanya siswa SMAN 11 Kota Jambi
belajar fisika, yang pertama dituntut adalah sehingga dapat dilakukan hanya sekali.
kemampuan untuk memahami konsep, Subjek dari survei ini adalah SMAN
prinsip maupun hukum-hukum, kemudian 11 Kota Jambi. Teknik sampling yang
diharapkan siswa mampu menyusun digunakan adalah sampling aksidental
kembali dalam bahasanya sendiri sesuai yaitu kelas apa saja yang bisa dilakukan
dengan tingkat kematangan dan survei pada waktu itu dapat dijadikan
perkembangan intelektualnya. sampel sehingga sampel sampel yang
Belajar fisika yang dikembangkan digunakan adalah siswa kelas XI 3 MIA
adalah kemampuan berpikir analitis, yang berjumlah 30 orang yaitu terdiri dari
induktif dan deduktif dalam menyelesaikan 11 orang laki-laki dan 19 orang
masalah yang berkaitan dengan peristiwa perempuan.
alam sekitar, baik secara kualitatif maupun Tahap-tahap pada pelaksanaan
kuantitatif dengan menggunakan survei adalah sebagai beikut: (1) Tahap
Matematika, serta dapat mengembangkan persiapan, berupa survei ke sekolah yang
pengetahuan, keterampilan dan sikap akan dilakukan survei, permohonan izin
percaya diri (Depdiknas, 2013:32). Pada survei, menyusun instrumen penilaian
hakikatnya hasil belajar Fisika merupakan seperti lembar wawancara dan angket (2)
kesadaran murid untuk memperoleh Tahap pelaksanaan, berupa semua kegiatan
konsep dan jaringan konsep Fisika melalui yang dilakukan di lapangan, seperti
eksplorasi dan eksperimentasi, serta pelaksanaan penelitian dan pengambilan
kesadaran murid untuk menerapkan data, (3) Tahap penyelesaian, berupa
pengetahuannya untuk memecahkan analisis data dan menyusun laporan hasil
masalah yang dihadapi dalam survei.
kehidupannya sehari-hari. Hasil belajar Teknik pengumpulan data atau
setiap peserta didik akan lebih bermakna instrumen penilaian yang digunakan dalam
dan bermanfaat bagi peserta didik itu penelitian ini berupa angket. Data yang
sendiri, untuk itu sangatlah penting bagi diperoleh berupa data kuantitatif dari
seorang pendidik untuk mengembangkan observasi dan pemberian angket yang
kemampuan berpikir kreatif peserta didik. dilakukan dengan beberapa siswa. Analisis
Berdasarkan uraian di atas dikatakan data dalam penelitian ini diperoleh dari
bahwa kemampuan berpikir kreatif data-data di lapangan yang kemudian
sangatlah penting dalam kegiatan dianalisis dalam kuantitatif yaitu berupa
pembelajaran untuk meningkatkan analisis satistik deskiptif dari hasil angket
kemampuan pola pikir yang lebih tinggi siswa dan observasi.
dalam menyelesaikan soal dalam
pembelajaran fisika. Maka dari itu peneliti HASIL DAN PEMBAHASAN
merasa sangat perlu untuk mengetahui Hasil
ketrampilan berpikir kreatif peserta didik Subjek dalam survei adalah siswa
pada pembelajaran fisika, sehingga kelas XI MIA 3 yang berjumlah 30 orang.
dilakukanlah suatu survei kemampuan Kemudian peneliti melakukan observasi
berpikir kreatif siswa di SMAN 11 Kota kegiatan pembelajaran fisika yang sedang
Jambi. berlangsung saat itu. Dari hasil observasi
yang dilakukan didapatkan:
METODE 1. Ketika siswa diberikan soal oleh
Survei ini menggunakan metode gurunya, rata-rata siswa tidak
cross-sectional yaitu survei yang langsung bergegas untuk berinisiatif
dilakukan satu kali dan pada satu waktu. mengerjakan soalnya secara langsung
Metode ini dipakai karena data yang namun saat diberi sebuah hadiah (nilai
dengan nilai persentase sebesar 79% dan harus membuka buku catatannya lagi dan
yang paling rendah yaitu pada kemampuan langsung melihat yang mereka tulis
berfikir orisinil yang persentasenya hanya sebelumnya, kemudian menyelesaikan soal
54%. Untuk kemampuan berfikir lacar dengan berdiskusi bersama teman yang
diperoleh nilai sebesar 71%, kemampuan lain. Namun ini merupakan hal yang sangat
berfikir luwes 64% dan kemampuan bagus, karena dengan berdiskusi mereka
berfikir elaboratif sebesar 68%. dapat mengungkapkan ide-ide mereka
Perbandingan tiap ciri-ciri dapat dilihat untuk menyelesaikan soalnya dengan
pada Gambar 2. mudah dan mereka pahami.
Hal ini dapat terlihat bahwa siswa
Berfikir
terbiasa dalam mengerjakan soal-soal
Lancar terutama soal yang diberikan oleh gurunya.
Berfikir
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
Luwes siswa memiliki kemampuan berfikir kreatif
79% 71%
64% Berfikir lancar dengan menyelesaikan soal yang
68%
Orsisinil ada dengan tepat.