Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PEMBELAJARAN FISIKA DI

KELAS XI MIA 3 SMA NEGERI 11 KOTA JAMBI

Puspa Armandita, Eko Wijayanto, Lintang Rofiatus, Anisma Susanti,


dan Samanta Rumiana
Universitas Jambi
E-mail: puspaarmandita@ymail.com

Abstrak
Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta
didik, karena kemampuan ini sangat penting untuk menunjang proses pembelajaran
terkhusus dalam pembelajaran fisika. Kemudian dilakukan suatu survei yaitu pada kelas XI
MIA 3 SMA Negeri 11 Kota Jambi untuk melihat dan mengetahui bagaimana kemampuan
berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam pembelajaran fisika.
Survei dilakukan dengan menggunakan metode cross-sectional yaitu survei yang dilakukan
satu kali dan pada satu waktu. Pengumpulan data melalui observasi dan angket dan data yang
diperoleh berupa data kuantitatif kemudian dianalisis secara dekriptif. Hasil menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran Fisika dibagi menjadi tiga kategori
yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MIA 3 SMA
Negeri 11 Kota Jambi yang dominan adalah dalam kategori sedang. Persentase karakteristik
kemampuan berpikir kreatif yang tertinggi yaitu evaluatif dan yang terendah yaitu originality
dan luwes.

Kata Kunci: Berpikir Kreatif, Pembelajaran Fisika

ANALYSIS THE CREATIVE THINKING SKILL OF PHYSICS LEARNING IN


CLASS XI MIA 3 SMAN 11 JAMBI CITY

Abstract
Creative thinking skill is a competency that should be able of the student, because that
is very important to support the process of learning especially learning of physics. Then
conducted a survey in class XI MIA 3 SMAN 11 Jambi City to see and know about
competence of creative thinking skill of the student in solving problems in learning of
physics. The survey conducted with using cross-sectional method where that is conducted
in one time at a time. Data collection through observation and questionnaire and data
obtained form of quantitative data and then analyzed descriptively. The result show
competence of creative thinking skill in learning of physics is divided into three categories
that is high, medium and low. Competence of creative thinking skill of the student in class
XI MIA 3 SMAN 11 Jambi City the dominant is in medium category. The characterization
percentage of creative thinking skill from higher is evaluative thinking and lower is
originality thinking and flexibility thinking.

Keywords: Creative Thinking, Learning of physics

PENDAHULUAN keagamaan, pengendalian diri,


Pendidikan dalam UU No. 23 Tahun kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
2003 adalah usaha sadar dana terencana serta keterampilan yang diperlukan
untuk mewujudkan suasana belajar dan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
proses pembelajaran agar peserta didik (Depdiknas, 2003:23). Pendidikan
secara aktif mengembangkan potensi merupakan salah satu komponen penting
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual masa depan, karena selalu diprioritaskan

129
130

untuk persiapan peran peserta didik dimasa Menurut (Prasetiyo et al., 2014:66),
yang akan datang. Sekolah sebagai untuk menilai kemampuan berpikir kreatif
pendidikan formal merupakan sarana menggunakan acuan yang dibuat,
dalam mencapai tujuan tersebut. Untuk itu sedangkan (Munandar, 2009:87) yang
di dalam pendidikan terjadi proses mengemukakan bahwa kemampuan
pembelajaran yang melibatkan antara berpikir kreatif dirumuskan sebagai
pendidik dan peserta didik di dalam suatu kemampuan yang mencerminkan aspek –
ruangan kelas sebagai pokoknya. aspek sebagai berikut:
Pembelajaran merupakan proses a. Berpikir lancar (Fluent thinking) atau
membantu siswa untuk memperoleh kelancaran yang menyebabkan
informasi, ide, keterampilan, nilai, cara seseorang mampu mencetuskan
berpikir, dan cara-cara belajar bagaimana banyak gagasan, jawaban,
belajar (Suparman & Husen, 2015:45). penyelesaian masalah atau pertanyaan.
Untuk mengembangkan keterampilan dan b. Berpikir luwes (Flexible thinking) atau
potensi dalam dirinya, peserta didik kelenturan yang menyebabkan
memiliki kemampuan yang berbeda-beda seseorang mampu menghasilkan
tergantung dengan tingkat kreatifitas gagasan, jawaban atau pertanyaan
masing-masing. Tingkat berpikir kreatif yang bervariasi.
menurut (Mursidik, Samsiyah, & c. Berpikir Orisinil (Original thinking)
Rudyanto, 2015:63) tergolong kompetensi yang menyebabkan seseorang mampu
tingkat tinggi (high order competencies) melahirkan ungkapan-ungkapan yang
dan dapat dipandang sebagai kelanjutan baru dan unik atau mampu
dari kompetensi dasar. menemukan kombinasi-kombinasi
Menurut (Nur, 2016:43), salah satu yang tidak biasa dari unsur-unsur yang
tujuan dari pendidikan adalah mampu biasa.
menjadikan anak berpikir kreatif baik d. Keterampilan mengelaborasi
dalam hal menyelesaikan atau (Elaboration ability) yang
memecahkan permasalahan maupun menyebabkan seseorang mampu
kemampuan mengkomunikasikan atau memperkaya dan mengembangkan
menyampaikan pikirannnya. Menurut suatu gagasan.
Siswono (Prasetiyo, et. al, 2014:52), Menurut (Mursidik, Samsiyah, &
berpikir kreatif merupakan suatu kebiasaan Rudyanto, 2015:98), kompetensi berpikir
dari pemikiran yang tajam dengan intuisi, kreatif bagi peserta didik merupakan hal
menggerakkan imajinasi, mengungkapkan yang sangat penting dalam era persaingan
(to reveal) kemungkinan-kemungkinan global sebab tingkat kompleksitas
baru, membuka selubung (unveil) ide-ide permasalahan dalam segala aspek
yang menakjubkan dan inspirasi ide-ide kehidupan modern semakin tinggi.
yang tidak diharapkan. Menurut Career Center Maine Departmen
Kemampuan berpikir kreatif of Labor USA (Mahmudi, 2010:22),
merupakah hasil interaksi anatara peserta kemampuan berpikir kreatif memang
didik, pendidik serta lingkungannya. penting karena kemampuan ini merupakan
Berpikir kreatif identik dengan salah satu kemampuan yang dikehendaki
mengungkapkan suatu gagasan baru atau dunia kerja.
menyelesaikan sebuah permasalahan Berpikir kreatif dalam pembelajaran
dalam pembelajaran berbeda dari yang fisika merupakan tujuan utama dalam
lainnya. Dalam pengertian ini gagasan proses pendidikan. Pembelajaran Fisika
yang dituangkan berdasarkan akal adalah bagian dari pelajaran ilmu alam.
pemikiran sehat dan logis serta tidak Ilmu alam secara klasikal dibagi menjadi
menyinggung ataupun menyalahkan dua bagian, yaitu (1) ilmu-ilmu
gagasan orang lain. fisik (physical sciences) yang objeknya
zat, energi, dan transformasi zat dan energi,

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 10, Nomor 2, September 2017


131

(2) ilmu-ilmu biologi (biological sciences) diperlukan adalah data pada waktu
yang objeknya adalah makhluk hidup dan sekarang dan subjek yang dibutuhkan
lingkungannya (Kemble, 1966:97). Dalam hanya siswa SMAN 11 Kota Jambi
belajar fisika, yang pertama dituntut adalah sehingga dapat dilakukan hanya sekali.
kemampuan untuk memahami konsep, Subjek dari survei ini adalah SMAN
prinsip maupun hukum-hukum, kemudian 11 Kota Jambi. Teknik sampling yang
diharapkan siswa mampu menyusun digunakan adalah sampling aksidental
kembali dalam bahasanya sendiri sesuai yaitu kelas apa saja yang bisa dilakukan
dengan tingkat kematangan dan survei pada waktu itu dapat dijadikan
perkembangan intelektualnya. sampel sehingga sampel sampel yang
Belajar fisika yang dikembangkan digunakan adalah siswa kelas XI 3 MIA
adalah kemampuan berpikir analitis, yang berjumlah 30 orang yaitu terdiri dari
induktif dan deduktif dalam menyelesaikan 11 orang laki-laki dan 19 orang
masalah yang berkaitan dengan peristiwa perempuan.
alam sekitar, baik secara kualitatif maupun Tahap-tahap pada pelaksanaan
kuantitatif dengan menggunakan survei adalah sebagai beikut: (1) Tahap
Matematika, serta dapat mengembangkan persiapan, berupa survei ke sekolah yang
pengetahuan, keterampilan dan sikap akan dilakukan survei, permohonan izin
percaya diri (Depdiknas, 2013:32). Pada survei, menyusun instrumen penilaian
hakikatnya hasil belajar Fisika merupakan seperti lembar wawancara dan angket (2)
kesadaran murid untuk memperoleh Tahap pelaksanaan, berupa semua kegiatan
konsep dan jaringan konsep Fisika melalui yang dilakukan di lapangan, seperti
eksplorasi dan eksperimentasi, serta pelaksanaan penelitian dan pengambilan
kesadaran murid untuk menerapkan data, (3) Tahap penyelesaian, berupa
pengetahuannya untuk memecahkan analisis data dan menyusun laporan hasil
masalah yang dihadapi dalam survei.
kehidupannya sehari-hari. Hasil belajar Teknik pengumpulan data atau
setiap peserta didik akan lebih bermakna instrumen penilaian yang digunakan dalam
dan bermanfaat bagi peserta didik itu penelitian ini berupa angket. Data yang
sendiri, untuk itu sangatlah penting bagi diperoleh berupa data kuantitatif dari
seorang pendidik untuk mengembangkan observasi dan pemberian angket yang
kemampuan berpikir kreatif peserta didik. dilakukan dengan beberapa siswa. Analisis
Berdasarkan uraian di atas dikatakan data dalam penelitian ini diperoleh dari
bahwa kemampuan berpikir kreatif data-data di lapangan yang kemudian
sangatlah penting dalam kegiatan dianalisis dalam kuantitatif yaitu berupa
pembelajaran untuk meningkatkan analisis satistik deskiptif dari hasil angket
kemampuan pola pikir yang lebih tinggi siswa dan observasi.
dalam menyelesaikan soal dalam
pembelajaran fisika. Maka dari itu peneliti HASIL DAN PEMBAHASAN
merasa sangat perlu untuk mengetahui Hasil
ketrampilan berpikir kreatif peserta didik Subjek dalam survei adalah siswa
pada pembelajaran fisika, sehingga kelas XI MIA 3 yang berjumlah 30 orang.
dilakukanlah suatu survei kemampuan Kemudian peneliti melakukan observasi
berpikir kreatif siswa di SMAN 11 Kota kegiatan pembelajaran fisika yang sedang
Jambi. berlangsung saat itu. Dari hasil observasi
yang dilakukan didapatkan:
METODE 1. Ketika siswa diberikan soal oleh
Survei ini menggunakan metode gurunya, rata-rata siswa tidak
cross-sectional yaitu survei yang langsung bergegas untuk berinisiatif
dilakukan satu kali dan pada satu waktu. mengerjakan soalnya secara langsung
Metode ini dipakai karena data yang namun saat diberi sebuah hadiah (nilai

Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Pembelajaran Fisika


132

tambahan) jika mengerjakan barulah Tabel 1. Rekapitulasi Persentase


mereka bergegas saling berkompetensi Jumlah Siswa Tiap Kategori
untuk mengerjakannya Kemampuan Berpikir Kreatif
2. Rata-rata siswa perempuan yang
berani maju kedepan untuk Jumlah
Ketentuan Kategori Persentase
mengerjakan soal, siswa laki-laki yang Siswa
berani hanya satu orang Skor ≥ 77 Tinggi 5 17%
3. Dari beberapa soal yang sudah 58 ≤ Skor Sedang 20 66%
dikerjakan, mereka mengerjakannya < 77
persis dengan langkah-langkah yang Skor < 58 Rendah 5 17%
diberikan oleh guru tersebut
4. Saat pembelajaran berlangsung, ada Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa
beberapa siswa yang sama sekali tidak siswa yang memiliki tingkat kreatifitas
mengerjakan soalnya, mereka hanya tinggi hanya 5 orang, tingkat kreatifitas
menunggu jawaban dari teman yang rendah juga 5 orang dengan persentase
mengerjakannya didepan masing-masing yaitu 17% selebihnya
Selanjutnya siswa diberi angket berada pada tingkat sedang sebanyak 66%.
mengenai kemampuan berfikir kreatif Dari 30 siswa skor tertinggi yaitu 88
dalam pembelajaran fisika. Hasil dari sedangkan skor terendah 49. Dapat dilihat
pemberian angket yang diperoleh siswa bahwa tidak ada siswa yang memiliki skor
kemudian dikelompokkan untuk 0. Ini berarti tidak ada siswa yang tidak
mengetahui profil kemampuan berpikir memiliki kreatifitas. Pernyataan ini sesuai
kreatif siswa secara keseluruhan. Data dengan pernyataan Treffinger dalam
yang diperoleh dikelompokkan menjadi (Supriadi, 1994:43) yang mengemukakan
tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan bahwa “tidak ada seorangpun manusia
rendah. Perbandingannya dapat dilihat yang intelegesinya nol”. Seperti halnya
pada gambar 1 berikut. pemikiran kreatif, tidak ada orang yang
sama sekali tidak mempunyai pemikiran
kreatif.
Rendah Tinggi Kemudian ditinjau berdasarkan
17 17
aspek ciri-ciri kemampuan berfikir kreatif
di kategorikan menjadi 5 yaitu Berfikir
Sedang lancar, Berfikir Luwes, Berfikir Orisinal,
66 Berfikir Elaboratif, dan Berfikir Evaluatif.
Persentase tiap ciri tersebut dapat dilihat
pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase Rata-rata Tiap Ciri


Gambar 1. Perbandingan Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Berpikir Kreatif Siswa kelas XI Ciri-Ciri Rata-rata
MIA 3 SMAN 11 Kota Jambi Kemampuan (%)
Berpikir Kreatif
Dari gambar 1 dapat terlihat bahwa Berfikir Lancar 71
siswa di kelas XI MIA 3 SMA Negeri 11 Berfikir Luwes 64
Kota Jambi rata-rata memiliki tingkat Berfikir Orisinil 54
kemampuan berfikir kreatif yang sedang. Berfikir Elaboratif 68
Rekapitulasi jumlah siswa yang memenuhi Berfikir Evaluatif 79
kategori tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Berdasarkan tabel 2, didapatkan
bahwa untuk ciri-ciri kemampuan berfikir
kreatif yang tinggi yaitu berifikir evaluatif

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 10, Nomor 2, September 2017


133

dengan nilai persentase sebesar 79% dan harus membuka buku catatannya lagi dan
yang paling rendah yaitu pada kemampuan langsung melihat yang mereka tulis
berfikir orisinil yang persentasenya hanya sebelumnya, kemudian menyelesaikan soal
54%. Untuk kemampuan berfikir lacar dengan berdiskusi bersama teman yang
diperoleh nilai sebesar 71%, kemampuan lain. Namun ini merupakan hal yang sangat
berfikir luwes 64% dan kemampuan bagus, karena dengan berdiskusi mereka
berfikir elaboratif sebesar 68%. dapat mengungkapkan ide-ide mereka
Perbandingan tiap ciri-ciri dapat dilihat untuk menyelesaikan soalnya dengan
pada Gambar 2. mudah dan mereka pahami.
Hal ini dapat terlihat bahwa siswa
Berfikir
terbiasa dalam mengerjakan soal-soal
Lancar terutama soal yang diberikan oleh gurunya.
Berfikir
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
Luwes siswa memiliki kemampuan berfikir kreatif
79% 71%
64% Berfikir lancar dengan menyelesaikan soal yang
68%
Orsisinil ada dengan tepat.

54% 2. Kemampuan Berfikir Luwes


Menurut (Prasetiyo et al., 2014:40),
berpikir luwes (Flexible thinking) adalah
ketika seseorang mampu memikirkan lebih
dari satu ide dalam menyelesaikan sebuah
Gambar 1. Perbandingan Kategori
permasalahan. Dari tabel 2 didapatkan
Berpikir Kreatif Siswa kelas XI
hasil bahwa siswa memiliki kemampuan
MIA 3 SMAN 11 Kota Jambi
berfikir Luwes dengan presentase sebesar
64%. Melihat persentase sebesar 64%
Pembahasan
terlihat berdasarkan analisis hasil jawaban
Berdasarkan hasil yang didapat,
dalam mengerjakan soal fisika bahwa
berikut analisis deskriptif untuk masing-
siswa kelas XI MIA 3 SMA Negeri 11 Kota
masing kemampuan berpikir kreatif
Jambi hanya sebagian besar yang dapat
1. Kemampuan Berfikir Lancar
menghasilkan gagasan atau jawaban yang
Kelancaran (fluency) menurut
berebeda.
Torrance (Susanto, 2014:31) yaitu
kemampuan menghasilkan sejumlah ide,
3. Kemampuan Berfikir Orisinil
ciri-ciri fluency di antaranya adalah:
Torrance mengemukakan bahwa
(1) Mencetuskan banyak ide, banyak
Originality (Keaslian), yaitu memiliki ide-
jawaban, banyak penyelesaian
ide baru untuk memecahkan persoalan
masalah, banyak pertanyaan dengan
(Munandar dalam (Susanto, 2014:33).
lancar;
Berfikir orisinal merupakan kemampuan
(2) Memberikan banyak cara atau saran
dalam mengungkapkan gagasan atau
untuk melakukan berbagai hal;
menyelesaikan masalah dengan cara yang
(3) Selalu memikirkan lebih dari satu
tidak pernah terpikirkan oleh orang lain.
jawaban.
Menurut Woolfolk (Melinda, 2008:54)
mengungkapkan bahwa pengetahuan yang
Berdasarkan data yang ada pada
luas adalah dasar bagi kreativitas. Semakin
tabel bahwa persentase kemampuan
luas pengetahuan, semakin besar
berfikir lancar sebesar 71%. Ketika siswa
kemungkinan memunculkan ide baru,
diberi soal fisika mereka langsung
sehingga dapat mempengaruhi
mengerjakannya. Ini dSikarenakan mereka
kemampuan berpikir asli seseorang.
sebelumnya pernah mengerjakan soal yang
Berdasarkan tabel 2, hasil analisis
sama sehingga mereka ingat materinya
data didapatkan bahawa rata-rata
meskipun masih ada beberapa siswa yang

Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Pembelajaran Fisika


134

persentase untuk kemampuan berfikir berpikir evaluatif siswa kelas XI MIA 3


orisinal adalah 54%. Rendahnya persentase SMA Negeri 11 Kota Jambi termasuk
rata-rata tersebut mengidentifikasikan kategori tinggi yaitu berada pada
bahwa kurang ada kepekaan siswa dalam persentase 79%. Hal ini terlihat ketika
menjawab soal yang diberikan. Pada siswa bersama guru sedang membahas
dasarnya, kepekaan terhadap soal yang jawaban yang benar dan tepat ada
telah diberikan merupakan salah satu kekeliruan rumus yang digunakan dari
faktor yang diperlukan dalam mewujudkan peserta didik yang mengerjakan soal
kemampuan berpikir kreatif sehingga didepan, para siswa mengomentari
dapat memunculkan ide ataupun gagasan jawaban tersebut.
baru yang belum pernah terpikirkan oleh
orang lain. PENUTUP
Kemampuan berpikir kreatif siswa
4. Kemampuan Berfikir Elaboratif kelas XI MIA 3 SMA Negeri 11 Kota
Kemampuan mengelaborasi Jambi dapat dikatakan rata-rata berada
(Elaboration ability) merupakan pada kategori sedang dan cukup baik,
kemampuan mengelaborasi adalah meskipun ada beberapa siswa yang tingkat
kemampuan seseorang untuk menjabarkan kemampuan berpikir kreatifnya rendah
sebuah hal sederhana ke definisi yang lebih namun bukan berarti siswa tidak kreatif
luas (Prasetiyo et al., 2014:129). karena kreativitas bisa didapatkan dari
Berdasarkan tabel 2 hasil analisis kegiatan yang lain. Ciri kemampuan
pengolahan data bahwa kemampuan berpikir kreatif yang paling tinggi rata-rata
berfikir persentase rata-rata sebesar 68%. persentasenya adalah keterampilan
Dari persentase terihat bahwa kemampuan berpikir evaluatif dan yang paling rendah
berfikir elaborative siswa sudah cukup rata-rata persentasenya adalah
bagus. Sedangkan selebihnya masih keterampilan berpikir orisinil dan
kurang bagus dalam menyelesaikan soal keterampilan berfikir luwes.
dengan baik dan benar.
Sebelumnya, mereka memang DAFTAR PUSTAKA
merasa kesulitan dalam memaparkan Depdiknas. (2003). Undang-undang
langkah-langkah menyelesaikan soal dan republik Indonesia nomor 20 tahun
bingung harus memulai dari mana 2003. Jakarta, Depertemen
kemudian siswa memperhatikan detail- Pendidikan Nasional Republik
detail dari langkah penyelesaian soal yang Indonesia.
diajarkan oleh gurunya. Setelah itu terlihat Depdiknas. (2013). Definisi Ilmu
ketika mereka diberikan soal fisika dan Pengetahuan Alam (IPA). Jakarta:
kemudian menyelesaikannya dimulai dari Depdiknas.
data yang ditunjukkan dalam soal, Kemble, E. C. (1966). Physical Science, Its
pertanyaan yang ada pada soal serta Structure and Development: From
menjawab pertanyaan dengan Geometric Astronomy to the
menggunakan data yang diketahui tiap Mechanical Theory of Heat.
langkah per-langkah. Messachusetts The M.I.T Press.
Mahmudi, A. (2010). Pengaruh
5. Kemampuan Berfikir Evaluatif pembelajaran dengan strategi MHM
Berpikir evaluatif adalah dengan berbasis masalah Terhadap
menilai baik-buruknya atau tepat-tidaknya kemampuan berpikir kreatif,
suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, Kemampuan pemecahan masalah,
seseorang tidak menambah atau dan disposisi matematis, serta
mengurangi gagasan, tetapi menilainya persepsi terhadap kreativitas.
berdasarkan kriteria tertentu. Dari analisis Universitas Pendidikan Indonesia.
hasil survei didapat bahwa kemampuan

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 10, Nomor 2, September 2017


135

Melinda, D. A. (2008). Kemampuan


Berpikir Kreatif Siswa Kelas IX pada
Konsep Bioteknologi dengan
Pendekatan CTL dan STM. UPI,
Bandung.
Munandar, U. (2009). Pengembangan
kreativitas anak berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Mursidik, E. s. M., Samsiyah, N., &
Rudyanto, H. E. (2015). Kemampuan
Berpikir Kreatif Dalam
Memecahkan Masalah Matematika
Open-Ended Ditinjau Dari Tingkat
Kemampuan Matematika Siswa
Sekolah Dasar. PEDAGOGIA, 4(1),
23-33.
Nur, I. R. D. (2016). Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Dan Kemandirian Belajar
Siswa Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Brain Based Learning.
JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN
UNSIKA), 4(1).
Prasetiyo, A. D., Mubarokah, L., Pos, J. J.
K., & Sidoarjo, K. (2014). Berpikir
Kreatif Siswa Dalam Penerapan
Model Pembelajaran Berdasar
Masalah Matematika (Student’s
Creative Thinking In The
Application Of Mathematical
Problems Based Learning). Jurnal
Pendidikan Matematika STKIP
PGRI Sidoarjo, 2(1).
Suparman, & Husen, D. N. (2015).
Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa Melalui Penerapan
Model Problem Based Learning.
BIOEDUKASI, 3(2).
Supriadi, D. (1994). Kreativitas,
Kebudayaan dan Perkembangan
IPTEK. Bandung: Alfabeta.
Susanto, A. (2014). Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Teori Belajar
dan Pembelajaran.

Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Pembelajaran Fisika

Anda mungkin juga menyukai