Anda di halaman 1dari 17

14

BAB II
KAJIAN TEORITIS

A Kajian Teori
1. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku pada siswa berupa

hasil kongkrit atau nyata setelah melalui proses pembelajaran. Menurut

Nana Sudjana (2004:22) mengemukakan bahwa hasil belajar

adalah“kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya.” Hasil belajar siswa dapat dilihat dari kemampuan

siswa dalam mengingat pelajaran yang telah disampaikan guru selama

proses pembelajaran dan bagaimana siswa tetrsebut dapat menerapkannya

dan mampu memecahkan masalah yang timbul sesuai dengan apa yang

sedang dipelajari siswa tersebut.

Dalam KTSP hasil belajar yang dituntut bukan kognitif saja tetapi

mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah

kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental atau otak. Menurut

Anas Sudijono (2007:49) dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang

proses berfikir yaitu : (a) pengetahuan (knowledge), (b) pemahaman

(comprehension), (c) penerapan (aplication), (d) analisis (analysis), (e)

sintesis (synthesis), dan (f) penilaian (evalution). Ranah afektif adalah

ranah yang berkaitan dengan sikap atau nilai. Menurut Anas Sudijono

(2007:54) ada lima jenjang yang terdapat dalam ranah afektif yaitu (a)

14
14
15

menerima (receiving), (b) menaggapi (responding), (c) menghargai

(valuing), (d) mengatur (organization ), dan (e) karakterisasi.

Menurut Anas Sudijono (2007:57) ranah psikomotor adalah ranah

yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah

seseorang menerima pembelajaran tertentu. Hasil belajar psikomor

merupakan kelanjutandari hasil belajar kognitif dan afektif. Berdasarkan

uraian ketiga ranah (kognitif, Afektif, dan psikomotor ) hasil belajar yang

diharapkan adalah ranah kognitif dan ranah afektif. Karena pada

pembelajaran IPS siswa diharapkan dapat mempraktekkan teori yang

dipelajari disekolah dalam kehidupan sehari–harinya.

Hasil belajar siswa dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam

mengingat pelajaran yang telah disampaikan guru selama proses

pembelajaran dan bagaimana siswa tersebut dapat menerapkannya dalam

kehidupan. Siswa mampu memecahkan masalah yang timbul sesuai

dengan apa yang telah dipelajari.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya ( Nana Sudjana 2004:22)

2. Pembelajaran

Pembelajaran adalah kegiatan yang kompleks untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Hal tersebut dijelaskan dalam teori di bawah ini.

Menurut Malik (dalam Dirman dan Juarsih, 2014:40),


Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi
16

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang


terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari peserta
didik, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga
laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis
dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan vidio
tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan
kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer.
Prosedur, meliputi jadwal dan penyampaian informasi,
praktik, belajar, ujian dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa “pembelajaran

adalah suatu proses kombinatif yang interaktif dari berbagai komponen

yang terlibat dalam pembelajaran yang mencapai tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan. Menurut Dirman dan Juarsih, 2014:40 komponen

peserta didik dalam proses pembelajaran tersebut adalah subjek belajar

yang mempelajari materi atau bahan ajar dengan prosedur, bimbingan dan

arahan dari guru yang didukung oleh fasilitas memadai untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan . Menurut Susanto, 201:19

pembelajaran dapat dikatakan “berupa bantuan yang diberikan pendidik

agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan,

kemahiran, dan tabiat serta pembentukan sikap dan keyakinan peserta

didik.

Sedangkan menurut Warsita (dalam Dirman dan Juarsih, 2014:41),

pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau

suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Hal tersebut sejalan

dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

Pasal 1 Ayat 20 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
17

belajar. Sedangkan menurut Sudjana (dalam Dirman dan Juarsih,

2014:41), pembelajaran adalah setiap upaya yang sistematik dan sengaja

untuk menciptakan kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu

antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang

melakukan kegiatan membelajarkan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran itu adalah upaya yang sistematis dan terprogram untuk

terjadinya proses interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam suatu

lingkungan belajar.

3. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu mata pelajaran yang

mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, dan generalisasi yang berkaitan

dengan isu sosial Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan, KTSP

(2006:575). Depdiknas (2006:575) menyatakan bahwa IPS/mata pelajaran

IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generelisasi yang

berkaitan dengan isu global.

IPS merupakan suatu program pendidikan yang mengkaji

seperangkat peristiwa, fakta, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial

yang terdapat dalam masyarakat atau lingkungan. IPS juga menfokuskan

perhatiannya pada peran manusia dalam masyarakat terutama dalam situasi

global saat ini. Mata pelajaran IPS diharapkan dapat membentuk siswa
18

yang ideal memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi

permasalahan yang di hadapi.

Untuk mendorong munculnya rasa ingin tahu siswa pada jenjang

SD, terlebih dahulu perlu dilakukan eksplorasi terhadap apa yang akan

dipelajari, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari kegiatan

eksplorasi tersebut dapat dijawab dengan percobaan yang dilakukan oleh

siswa sendiri untuk menemukan konsep-konsep baru. Dengan demikian

diharapkan siswa SD lebih mudah memahami IPS sebagai salah satu mata

pelajaran, apalagi jika siswa dapat melakukan kegiatan percobaan sendiri.

Nursid (2006:1.12) “mengatakan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bidang

pendidikan tidak hanya membekali siswa dengan pengetahuan sosial,

melainkan lebih jauh dari pada itu berupaya membina dan

mengembangkan mereka menjadi SDM Indonesia yang berketerampilan

sosial dan intelektual sebagai warga negara yang memiliki perhatian serta

kepedulian sosial yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan

nasional”.

Dengan pengetahuan sosial yang berguna, keterampilan sosial,

intelektual, perhatian serta kepedulian sosial yang tinggi maka tujuan dari

pendidikan akan tercapai dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa dari

pembelajaran IPS siswa akan lebih mengetahui hubungan manusia dengan

manusia lain, dengan lingkungan, dan sang pencipta melalui fakta, konsep,

dan generalisasi yang tampak dalam kehidupannya.


19

b. Tujuan IPS

Sebagai salah satu bidang studi, IPS memiliki tujuan untuk

diajarkan standar isi pada siswa, khususnya siswa SD. Nursid (2006:1.10)

tujuan IPS membina siswa menjadi warga negara yang baik, yang

memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna

bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan Negara. Dalam KTSP

(2006), mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan

sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan


masyarakat dan lingkungan,
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial,
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai -nilai sosial dan
kemanusiaan,
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan
global.

c. Ruang Lingkup IPS

Menurut Depdiknas (2006:575) ruang lingkup pembelajaran IPS

meliputi aspek–aspek:

1. Manusia, tempat, dan lingkungan


2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan
3. Sistem sosial dan budaya
4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar diajarkan

mulai dari kelas satu dengan dua jam pelajaran perminggu.


20

4. Index Card Match (ICM)

a. Pengertian Index card match

Index card match (ICM) atau mencocokkan kartu indek

merupakan jenis pembelajaran yang di rancang untuk mempengaruhi

aktivitas belajar siswa yang menyenangkan, yang bertujuan untuk

meninjau ulang materi pembelajaran, Melsi Berman (1996:232).

Dalam metode ini membolehkan siswa untuk berpasangan dan

memainkan kuis kepada teman sekelas. Menurut Suprijono (2013:

120) menjelaskan index card match (mencari pasangan kartu) adalah

suatu strategi yang cukup menyenangkan digunakan untuk

memantapkan pengetahuan siswa terhadap materi yang dipelajari. 

Index card match merupakan salah satu strategi yang

menyenangkan yang akan mengajak siswa untuk aktif dalam proses

pembelajaran. Index card match adalah salah satu teknik instruksional

dari belajar aktif yang termasuk dalam berbagai reviewing strategis

(strategi pengulangan). Tipe index card match ini berhubungan

dengan cara-cara belajar agar siswa lebih lama mengingat materi

pelajaran yang dipelajari dengan teknik mencari pasangan kartu yang

merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep

atau topik dalam suasana menyenangkan (Silberman, 2006: 250).

Sedangkan menurut Hamruni (2011: 162) menyatakan bahwa index

card match adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau

ulang materi pelajaran. 


21

Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa

tipe index card match adalah strategi untuk mengingat kembali apa

yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan serta

kemampuan mereka dengan teknik mencari pasangan kartu yang

merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep

atau topik dalam suasana menyenangkan. 

b. Langkah-Langkah Dalam Permainan Index Card Match

Silberman (2006:250) mengemukakan langkah-langkah

pembelajaran dengan Index Card Match ini adalah :

1. Pada kartu index yang terpisah, tulislah pertanyaan tentang


apapun yang di ajarkan di kelas. Buatlah kartu pertanyaan
dengan jumlah yang sama dengan setengah jumlah siswa.
2. Pada kartu yang terpisah, tulislah jawaban atau masing-
masing pertanyaan itu.
3. Campurkan dua kumpulan kartu itu kocoklah beberapa kali
agar benar-benar tercampur aduk.
4. Berikan satu kartu untuk setiap siswa, jelaskan bahwa ini
merupakan latihan pencocokan. Sebagian siswa mendapatkan
pertanyan tinjauan dan sebagian lagi mendapatkan kartu
jawaban.
5. Perintah kan siswa untuk mencari kartu pasangan mereka.
Bila sudah terbentuk pasangan, perintahkan siswa yang
berpasangan itu untuk mencari tempat duduk
bersama(katakan pada mereka untuk tidak mengungkapkan
kepada pasangan lain apa yang ada di kartu mereka).
6. Bila pasangan yang cocok telah duduk bersama, guru
memanggil siswa secara acak untuk mambacakan soal tiap
pasangan untuk memberikan kuis kepada siswa lain dengan
membacakan pertanyaan mereka dan menantang siswa lain
untuk memberi jawabannya.

Sedangkan menurut Umi Kayvan (2009:42) mengemukan

langkah-langkah pembelajaran Index Card Match adalah:


22

1. Menyiapkan beberapa kartu yang berisi materi pembelajaran,


sebagian kartu berisi soal dan sebagian lagi berisi jawaban
dari kartu tersebut,
2. Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu,
3. Tiap siswa memikirkan jawaban dan soal kartu yang di
pegang nya,
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang
cocok dengan kartu nya,
5. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas
waktu yang di beri poin,
6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa
mendapat kartu yang berbeda dari sebelum nya.

Menurut Suprijono (2013: 120) mengemukakan langkah-

langkah pembelajarannya sebagai berikut:

a) Buatlah potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada di


dalam kelas dan bagilah kertas-kertas tersebut menjadi dua
bagian yang sama.
b) Pada separuh bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan
di belajarkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
c) Pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari
pertanyaanpertanyaan yang telah dibuat.Kemudian kocoklah
semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.
d) Setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah
aktivitas yang dilakukan yang dilakukan berpasangan. Separuh
siswa akan mendapatkan soal dan separuh yang lain akan
mendapatkan jawaban.
e) Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka.
Jika ada yang sudah menemukan pasangan, mintalah kepada
mereka untuk duduk berdekatan. Jelaskan juga agar mereka
tidak memberi tahu materi yang mereka dapatkan kepada teman
yang lain.
f) Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk
berdekatan, mintalah kepada setiap pasangan secara bergantian
untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada
teman-temannya yang lain. Selanjutnya soal-soal tersebut
dijawab oleh pasangannya.
g) Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan. 

Berdasarkan langkah-langkah diatas maka penulis mengambil

langkah-langkah menurut Silberman sebagai berikut:


23

1. Buat pertanyaan pada kartu yang berkaitan dengan materi pelajaran


yang di ajarkan (sesuai dengan pokok bahasan sebanyak jumlah
siswa). Pada kartu yang lain buatkan jawaban yang cocok dengan
setiap pertanyaan yang telah di siapkan.
2. Sebelum permainan dimulai guru memberikan ulasan tentang materi
yang akan di pelajari.
3. Setelah selesai memberikan penjelasan tentang materi yang diajarkan,
guru minta siswa untuk mengkocok kartu pertanyaan dan kartu
jawaban.
4. Guru memberikan kartu kepada setiap siswa.
5. Siswa diminta untuk mencari kartu pasangannya dan duduk secara
berkelompok.
6. Setelah siswa duduk berkelompok guru menunjuk siswa untuk maju
kedepan kelas dan menyuruh siswa membacakan pertanyaan yang ada
pada kartu dan menantang kelompok lain untuk menjawabnya.
c. Kelebihan Index Card Match

Silberman (2006:245) Index Card Match mempunyai kelebihan:

a) Mengajak siswea bersosialisasi dan bekerja sama dalam

kelompok

b) Memupuk sikap-sikap positif siswa secara adil sehingga

menuntut kerja sama yang baik dalam kelompok

c) Menuntut rasa tanggung jawab, soilidaritas, rajin dan aktif.

Sedangkan Marwan (dalam Sanjaya, 2008: 163) menyatakan

bahwa terdapat kelebihan dari index card match yaitu sebagai berikut :

a) Menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar.

b) Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian

siswa.
24

c) Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan

menyenagkan.

d) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf

ketuntasan belajar.

e) Penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain. 

d. Kekurangan Index Card Match

Marwan (dalam Sanjaya, 2008: 163) menyatakan bahwa

terdapat kekurangan index card match yaitu sebagai berikut:

a. Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa untuk

menyelesaikan tugas dan prestasi.

b. Guru harus meluangkan waktu yang lebih lama untuk

membuat persiapan.

c. Menuntut sifat tertentu dari siswa atau kecenderungan untuk

bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. 

e. Pembelajaran IPS melalui Metode Index Card Match

Pembelajaran metode Index Card Match ini merupakan cara

aktif dan menyenangkan untuk meninjau ulang materi pembelajaran.

Cara ini memungkinkan siswa untuk berpasangan dan memberi

pertanyaan. Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Index

Card Match siswa terlebih dahulu membaca materi yang ada pada

buku sumber, kemudian guru meyiapkan kartu pertanyaan tentang

materi yang diajarkan di kelas sebanyak setengah jumlah siswa,


25

kemudian pada kartu yang terpisah guru menulis jawaban atas

masing-masing pertanyaan itu.

Kemudian guru meletakkan kartu di tengah-tengah siswa setelah

itu siswa di suruh mengocok kartu hingga semua nya tercampur aduk,

selesai mengocok kartu, guru mempersilahkan siswa mengambil

tersebut, setiap siswa mendapat satu kartu kemudian terlihatlah ada

siswa yang mendapat kartu jawaban dan ada siswa yang mendapat

yang berupa pertanyaan. Setelah itu perintahkan siswa untuk mencari

pasangan mereka. Bila sudah terbentuk pasangan, perintahkan siswa

yang berpasangan itu untuk mencari tempat duduk bersama. Katakan

pada mereka untuk tidak mengungkapkan kepada pasangan lain apa

yang ada di kartu mereka. Bila semua pasangan telah duduk bersama,

perintahkan tiap pasangan untuk memberikan kuis kepada siswa yang

lain. Dengan adanya permainan ini maka siswa yang belum mampu

termotivasi untuk memberikan jawaban.

Penggunaan Metode index Card Match pada kelas V akan dapat

meningkatkan efektifitas belajar siswa, karena dengan metode Index

Card Match siswa akan termotivasi untuk membaca, menjelaskan

materi pokok yang ada kemudian berdiskusi dan bertanya jawab baik

dengan guru maupun temannya sendiri. Peningkatan efektifitas siswa

dalam pembelajaran jasa dan peran tokoh di sekitar proklamasi

kemerdekaan ini berdampak terhadap hasil belajar karena siswa akan

berusaha menguasai materi–materi yang di sajikan. Ini berarti dengan


26

menggunakan metode Index Card Match dapat meningkatkan hasil

balajar siswa.

B Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu:

1) Lasiyem (2012) Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui

Model Eksperimen dengan Media Kartu Bilangan Siswa Kelas III

Semester 1 SD Negeri 2 Asemrudung Kecamatan Geyer Kab.

Grobongan Prop Jawa Tengah. Peneliti menggunakan pendekatan

penelitian tindakan kelas (PTK) Dimana menggunakan alat

pengumpulan data berupa instrumen pembelajaran, soal evaluasi,

observasi guru dan siswa saat pembelajaran. Ternyata dengan

penerapan model eksperimen dengan media kartu bilangan dapat

meningkatkan hasil prestasi belajar siswa, terbukti siswa kelas I SD

Negeri 2 Asemrudung Kecamatan Geyer Kab. Grobongan Prop Jawa

Tengah mengalami peningkatan hasil prestasi belajar siswa.

2) Desi Fitri Yanti (2012) Peningkatan Keterampilan dan Hasil Belajar

Bahasa Indonesia Menulis Paragraf Melalui Permainan Kartu pada

Siswa Kelas III Sd Negeri 03 Geragahan Kec. Lubuk Basung, Kab.

Agam Prop. Sumatera Barat semester I. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa melalui permainan kartu dapat meningkatkan ketrampilan dan

hasil belajar bahasa Indonesia tentang menulis paragraf pada siswa

Kelas III SD Negeri Cemani 03 Semester I tahun pelajaran 2010/2011.

Ketrampilan belajar menulis paragraf dari siklus I ke siklus II terdapat


27

peningkatan: aspek pemahaman siswa (nilai rata-rata 3,5 menjadi 4,3,

meningkat 0,8; persentase 69% menjadi 86%, naik 17%; dari kategori

baik menjadi amat baik), aspek pengurutan (nilai rata-rata 3,6 menjadi

4,3, naik 0,7; prosentase 71% menjadi 86%, naik 15%; dari kategori

baik menjadi amat baik); aspek penyusunan (nilai rata-rata 3,5 menjadi

4,3, meningkat 0,8; persentase 69% menjadi 85%, naik 16%; dari

kategori baik menjadi amat baik), dan aspek memperhatikan (nilai rata-

rata 3,2 menjadi 4,2, meningkat 1,0; persentase 63% menjadi 84%, naik

21%; dari kategori baik menjadi amat baik).. Hasil belajar siswa dari

kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 3 siswa

(15%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 20 siswa (100%). Terjadi

peningkatan sebanyak 17 siswa (85%) dan nilai rata-rata kelas dari 58,5

menjadi 87,8, meningkat sebesar 29,3.

Berdasarkan hasil penelitian yang relevan dapat disimpulkan bahwa:

Dari kedua hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa proses belajar mengajar

dengan menggunakan metode permianan kartu atau metode Index Card Mard bisa

menjadi pilihan bagi guru. Metode Index Card Mard memberikan pemahaman

yang nyata pada siswa, sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan, yaitu

mengarahkan siswa belajar tuntas dapat tercapai.

Berdasarkan beberapa penelitian di atas adapun perbedaanya dengan

penelitian ini:

1. Mata pelajaranya, pada penelitian ini mata pelajaran yang digunakan Yaitu

IPS, sedangkan penelitian lain yaitu: Matematika, Bahasa Indonesia.


28

2. Objek penelitian ini siswa kelas V SD Negeri 05 2X11 Kayutanam.

Sedangkan penelitian lain yaitu siswa kelas III.

C Kerangka Berfikir

Pembelajaran dapat terwujud apabila seorang guru telah mampu

menggunakan strategi, pendekatan, model atau metode yang tepat dengan

siswanya. Bidang studi IPS seringkali menjadi pelajaran yang menjenuhkan bagi

siswa, hal ini tentu akan mempengaruhi proses dan hasil belajar. Agar terciptanya

pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa terutama dibidang IPS seorang guru

dapat menggunakan metode Index Card Match.

Metode Index Card Match ini tentunya memiliki keunggulan yang

mengajak siswa untuk bersosialisasi dan bekerjasama dalam kelompok, memupuk

sikap-sikap positif siswa seperti secara adil sehingga menuntut kerjasama yang

baik dalam kelompok, rasa tanggung jawab, solidaritas, rajin, aktif, dan lain

sebagainya. Selain itu, langkah pembelajaran Index Card Match

mengkolaborasikan antara penilaian individu dan kelompok. Agar pembelajaran

Index Card Match pada pembelajaran IPS berjalan dengan baik, guru hendaklah

melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Buat pertanyaan pada kartu yang berkaitan dengan materi pelajaran


yang di ajarkan (sesuai dengan pokok bahasan sebanyak jumlah
siswa). Pada kartu yang lain buatkan jawaban yang cocok dengan
setiap pertanyaan yang telah di siapkan.
2. Sebelum permainan dimulai guru memberikan ulasan tentang materi
yang akan di pelajari.
29

3. Setelah selesai memberikan penjelasan tentang materi yang diajarkan,


guru minta siswa untuk mengkocok kartu pertanyaan dan kartu
jawaban.
4. Guru memberikan kartu kepada setiap siswa.
5. Siswa diminta untuk mencari kartu pasangannya dan duduk secara
berkelompok.
6. Setelah siswa duduk berkelompok guru menunjuk siswa untuk maju
kedepan kelas dan menyuruh siswa membacakan pertanyaan yang ada
pada kartu dan menantang kelompok lain untuk menjawabnya.

Untuk lebih jelasnya peneliti gambarkan kerangka teorinya sebagai berikut:


30

Gambar I
Kerangka Berfikir

Penerapan Metode Index Card Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Dalam Pembelajaran IPS Di Kelas V

Langkah-langkah metode Index Card Match menurut Silberman


(2006:250):
1. Buat pertanyaan pada kartu yang berkaitan dengan materi pelajaran yang di
ajarkan (sesuai dengan pokok bahasan sebanyak jumlah siswa). Pada kartu
yang lain buatkan jawaban yang cocok dengan setiap pertanyaan yang telah
di siapkan.
2. Sebelum permainan dimulai guru memberikan ulasan tentang materi yang
akan di pelajari.
3. Setelah selesai memberikan penjelasan tentang materi yang diajarkan, guru
minta siswa untuk mengkocok kartu pertanyaan dan kartu jawaban.
4. Guru memberikan kartu kepada setiap siswa.
5. Siswa diminta untuk mencari kartu pasangannya dan duduk secara
berkelompok.
6. Setelah siswa duduk berkelompok guru menunjuk siswa untuk maju
kedepan kelas dan menyuruh siswa membacakan pertanyaan yang ada pada
kartu dan menantang kelompok lain untuk menjawabnya.
7. memberi jawabannya.

Meningkat hasil belajar siswa dengan metode Index Card Match

Anda mungkin juga menyukai