Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR IPS

“Keterampilan Proses IPS”

Dosen Pembimbing:
Dr. Adisel, M. Pd.

Disusun Oleh
Kelompok 2
Ketua Kelompok:
 Yolanda Oktavia (1811240098)
Anggota:
 Netti Asnaini (1811240093)
 Nia Trisna Lovya (1811240083)
 Scadila (18112400
 Shinta Afriani (1811240088)
 Vidia Ramadhan As’adiyah (1811240070)
 Yemi Agusti (1811240076)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
2019
A. Pengertian Keterampilan Proses
Proses dapat didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks
yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses
merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen
yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian. Keterampilan
berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien
dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas.
Keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang
terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk
menemukan suatu konsep, prinsip, atau teori untuk mengembangkan konsep
yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap
suatu penemuan.
Keterampilan proses digunakan oleh para ilmuwan (saintis) dalam
memecahkan masalah. Aspek-aspek keterampilan proses dalam pendidikan
dan yang harus dikuasai oleh siswa ialah: pengamatan, pengklasifikasian,
pengukuran, pengidentifikasian, dan pengendalian variabel, perumusan
hipotesa, perancangan dan pelaksanaan eksperimen, penyimpulan hasil
eksperimen, serta pengkomunikasian hasil eksperimen.

B. Pembelajaran Keterampilan Proses IPS


Pendidikan IPS sangat memerhatikan dimensi keterampilan disamping
pemahaman dalam dimensi pengetahuan. Kecakapan mengolah dan
menerapkan informasi merupakan keterampilan yang sangat penting untuk
mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mampu berpartisipasi
secara cerdas dalam masyarakat demokratis. Oleh karena itu, berikut diuraikan
sejumlah keterampilan yang diperlukan sehingga menjadi unsur dalam
dimensi IPS dalam proses pembelajaran.1

1
Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2017), hlm. 51-53.

2
a. Keterampilan Meneliti
Keterampilan ini diperlukan untuk mengumpulkan dan mengolah data.
Tentu banyak definisi atau pengertian penelitian. Namun, secara umum
penelitian mencakup sejumlah aktivitas sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan mengungkapkan masalah atau isu.
2) Mengumpulkan dan mengolah data.
3) Menafsirkan data.
4) Menganalisis data.
5) Menilai bukti-bukti yang ditemukan.
6) Menyimpulkan.
7) Menerapkan hasil temuan dalam konteks yang berbeda.
8) Membuat pertimbangan nilai.
b. Keterampilan Berpikir
Sejumlah keterampilan berpikir banyak berkontribusi terhadap
pemecahan masalah dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat secara
efektif. Untuk mengembangkan keterampilan berpikir pada diri siswa,
perlu ada penguasaan terhadap bagian-bagian yang lebih khusus dari
keterampilan berpikir tersebut serta melatihnya di kelas. keterampilan
berfikir ini dapat membantu para siswa dalam proses pembelajaran aktif di
kelas. Beberapa keterampilan berpikir yang perlu dikembangkan oleh guru
di kelas untuk para siswa meliputi:
1) Mengkaji dan menilai data secara kritis.
2) Merencanakan.
3) Merumuskan faktor sebab dan akibat.
4) Memprediksi hasil dari sesuatu kegiatan atau peristiwa.
5) Menyarankan apa yang akan ditimbulkan dari suatu pertistiwa atau
perbuatan.
6) Curah pendapat (brainstorming).
7) Berspekulasi tentang masa depan.
8) Menyarankan berbagai solusi alternative
9) Mengajukan pendapat dari perspektif yang berbeda .

3
c. Keterampilan Partisipasi Sosial
Dalam belajar IPS, siswa perlu dibelajarkan bagaimana berinteraksi
dan bekerja sama dengan orang lain. Keahlian bekerja dalam kelompok
sangat penting karena dalam kehidupan bermasyarakat begitu banyak
orang menggantungkan hidup melalui kelompok. Beberapa keterampilan
partisipasi sosial yang perlu dibelajarkan oleh guru meliputi:
1) Mengidentifikasi akibat dari perbuatan dan pengaruh ucapan terhadap
orang lain.
2) Menunjukkan rasa hormat dan perhatian kepada orang lain.
3) Berbagi tugas dan pekerjaan dengan orang lain.
4) Berbuat efektif sebagai anggota kelompok.
5) Mengambil berbagai peran kelompok.
6) Menerima kritik dan saran.
7) Menyesuaikan kemampuan dengan tugas yang harus diselesaikan.
d. Keterampilan berkomunikasi
Pembelajaran merupakan upaya untuk mendewasakan seorang anak
manusia. Salah satu ciri seorang yang dewasa adalah mereka yang mampu
berkomunikasi dengan orang lain dengan baik. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan berkomunikasi merupakan aspek yang
penting dari pendekatan pembelajaran IPS khususnya dalam inkuiri sosial.
Setiap siswa perlu diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemahaman
dan perasaannya secara jelas, efektif, dan kreatif.
Walaupun bahasa tulis dan lisan telah menjadi alat berkomunikasi
yang paling biasa, guru hendaknya selalu mendorong para siswa untuk
mengungkapkan gagasannya dalam bentuk lain, seperti dalam film, drama,
seni (suara, tari, lukis), pertunjukan, foto, bahkan dalam bentuk peta. Para
siswa hendaknya dimotivasi agar menjadi pembicara dan pendengar yang
baik.

Agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran, yaitu memperoleh


pengetahuan, keterampilan, dan sikap hendaknya guru memikirkan dan
merumuskan aktivitas-aktivitas apa sana yang harus dilakukan selama proses

4
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran tersebut dapat digunakan
pendekatan saintifik yang pada dasarnya merupakan pendekatan pembelajaran
yang memfasilitasi siswa melakukan serangkaian sebagaimana layaknya
seseorang melakukan penelitian.
Pendekatan saintifik jangan dipandang sebagai suatu pendekatan baru
dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Sejak paradigma pembelajaran
berubah dari proses pembelajaran berpusat pada guru (teacher center) menjadi
proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center), dengan
diperkenalkannya konsep Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), active learning,
sampai istilah eksplorasi-elaborasi-konfirmasi yang harus dirumuskan pada
kegiatan inti pembelajaran pada era KTSP sesungguhnya tanpa terasa
pendekatan saintifik sudah dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Hanya
saja pada Kurikulum 2013, aktivitas belajar siswa yang mencerminkan
penerapan pendekatan saintifik mulai dari proses mengamati, menanya,
mencoba/mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan
mengomunikasikan dalam komponen kegiatan inti pemnbelajaran harus ditulis
atau dirumuskan dengan jelas.2
Kurikulum 2013 menggunakan modus pembelajaran langsung (direct
instructional) dan tidak langsung (indirect instructional). Pembelajaran
langsung adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan,
kemampuan berpikir, dan keterampilan menggunakan pengetahuan peserta
didik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam
silabus dan RPP. Dalam pembelajaran langsung, peserta didik melakukan
kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,
menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Pembelajaran langsung
menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung, yang disebut dengan
dampak pembelajaran (instructional effect).
Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadi selama
proses pembelajaran langsung yang dikondisikan menghasilkan dampak
pengiring (nurturant effect). Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan

2
Wahidmurni, Metodologi Pembelajaran IPS, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2017), hlm. 146-147.

5
pengembangan nilai dan sikap. Pengembangan nilai dan sikap sebagai proses
pengembangan moral dan perilaku, dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan
dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh
karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler baik yang terjadi di kelas,
sekolah, dan masyarakat (luar sekolah) dalam rangka mengembangkan moral
dan perilaku yang terkait dengan nilai dan sikap.3
Berikut penjelasan masing-masing konsep dalam langkah-langkah
pendekatan saintifik:4
a. Mengamati
Mengamati dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan secara sadar
dengan menggunakan indra (satu atau lebih indra yang mencakup melihat
dengan mata, mendengar dengan telinga, meraba dengan kulit, merasa
dengan lidah, dan membaui dengan hidung) fakta atau peristiwa tertentu.
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah
membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).
Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian,
dan mencari informasi.
b. Menanya
Bertanya berarti meminta keterangan (penjelasan dan sebagainya) atau
meminta supaya diberi tahu tentang sesuatu". Dalam melakukan aktivitas
menanya, siswa dapat bertanya kepada siswa lainnya atau kepada guru
Dalam aktivitas menanya, guru dapat memotivasi siswa untuk berani
bertanya. Caranya dapat dimulai dengan guru memberikan pertanyaan
kepada siswa. Selanjutnya melempar jawaban siswa untuk ditanggapi oleh
siswa lainnya sehingga terjadi tanya jawab yang dikelola oleh guru. Tanya
jawab antarsiswa juga dapat terjadi dalam aktivitas menanya ketika para
siswa bekerja kelompok untuk menyelesaikan tugas dikelola oleh guru.

3
Wahidmurni, Metodologi Pembelajaran IPS..., hlm. 148.
4
Wahidmurni, Metodologi Pembelajaran IPS..., hlm. 152.

6
Menanya merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan
cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari
yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan
adalah mengembangkan kreaktivitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk
hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
c. Mengumpulkan Informasi/Eksperimen/Mencoba
Mengumpulkan informasi/eksperimen merupakan kegiatan
pembelajaran yang berupa eksperimen, membaca sumber lain selain buku
teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, dan wawaneara dengan
narasumber. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses
mengumpulkan informasi/eksperimen adalah mengembangkan sikan teliti,
jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan herkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara
yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang
hayat.
Di samping eksperimen/mencoba, aktivitas yang disetarakan dengan
kegiatan ini adalah mengumpulkan informasi. Informasi diartikan sebagai
pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri dari order
sekuens dari simbol atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau
kumpulan pesan. Informasi dapat direkam atau ditransmisikan. Informasi
adalah data yang telah diberi makna melalui konteks.
Kegiatan mengumpulkan informasi yang dilakukan siswa bertujuan
memperoleh data yang akan digunakan untuk diolah atau dianalisis pada
tahap menalar. Informasi yang dikumpulkan dapat diperoleh dengan cara
membaca sumber belajar lainnya di luar buku teks, misalnya dengan
mencari artikel dalam internet atau jurnal, membaca berita atau artikel
dalam surat kabar. Di samping itu, dapat melakukan kegiatan
mengumpulkan data sebagaimana yang umumnya dilakukan dalam

7
kegiatan penelitian, misalnya melakukan wawancara dengan informan
(narasumber), memberikan angket kepada responden, mengamati peristiwa
dengan menggunakan daftar cek, mencermati dokumen dengan daftar
isian, dan sebagainya.
d. Menalar/Mengasosiasikan/Mengolah Informasi
Penalaran diartikan sebagai proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indra atau yang disebut pengamatan empirik yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan
yang sejenis juga akan terbentuk proposisi yang sejenis. Selanjutnya,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Proses inilah yang disebut menalar.
Mengasosiasikan/mengolah informasi merupakan kegiatan
pembelajaran yang berupa pengolahan informasi yang sudah dikumpulkan,
baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil
dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi/mengolah
informasi adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan,
kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur, dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Dengan demikian, dalam tahapan menalar/mengasosiasikan/ mengolah
informasi, aktivitas yang dilakukan oleh para siswa adalah mengolah dan
menganalisis data yang berhasil dikumpulkan. Selanjutnya, mengaitkan
atau menghubungkan informasi (hasil olahan data) dengan informasi yang
terkait untuk menemukan pola dan menyimpulkannya.
e. Mengomunikasikan
Mengomunikasikan merupakan kegiatan pembelajaran berupa
menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetesi yang dikembangkan
dalam tahapan mengomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur,
teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat

8
dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa
yang baik dan benar.
Keterampilan berkomunikasi menjadi bagian penting dalam proses
pembelajaran. Di sini siswa dituntut dapat mengomunikasikan perolehan
belajarnya dari proses mengamati sampai dengan menalar secara lisan di
muka teman-temannya. Di samping kemampuan mengomunikasikan
secara tertulis yang selama ini umum dilaksanakan, bisa juga dengan
mengomunikasikannya melalui media lainnya. Kemampuan
berkomunikasi secara lisan dapat dipupuk selama berlangsung, mulai dari
proses mengamati sampai dengan menalar proses pembelajaran dengan
cara berdiskusi. Tugas guru adalah merangsang siswa untuk berani
mengemukakan pendapat dengan cara bertanya atau menanggapi
pertanyaan teman selama proses pembelajaran berlangsung. Sebab, tanpa
melalui proses seperti ini kemampuan siswa untuk mengomunikasikan
gagasan atau hasil kerja sulit berkembang.

C. Bentuk-Bentuk Keterampilan Proses


Dalam Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah pada
Kurikulum 2013 dinyatakan bahwa dalam kegiatan inti menggunakan model
pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar
yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik
dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/ atau pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning)
disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.5
Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik
sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/ inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan
karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan

5
Wahidmurni, Metodologi Pembelajaran IPS..., hlm. 176.

9
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).6
a. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Solving)
PBM adalah suatu pendekatan pembelajaran, yang mana siswa belajar
dengan memecahkan masalah terbuka dan menantang. Masalah yang
ditugaskan untuk dipecahkan adalah diselesaikan secara berkelompok atau
dalam tim yang berbasis sosial yang autentik dan dan kontekstual. Siswa
mengandalkan pengetahuan mereka tentang masalah, mengidentifikasi
"informasi yang mereka butuhkan untuk memecahkan masalah dan strategi
yang akan mereka gunakan untuk memecahkan masalah.7
Problem Based Learning memiliki ciri-ciri, seperti "pembelajaran
dimulai dengan pemberian 'masalah', biasanya 'masalah' memiliki konteks
dengan dunia nyata, siswa secara berkelompok aktif merumuskan
'masalah' dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka,
mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan ‘masalah’,
dan melaporkan solusi dari ‘masalah’. Sementara pendidik lebih banyak
memfasilitasi ketimbang memberikan kuliah.
Di dalam PBM, guru bukanlah tempat untuk mencari jawaban atas
masalah yang diberikan. Mereka hanya bertindak sebagai fasilitator dan
mentor di dalam kegiatan pembelajaran. PBM memberikan peluang pada
siswa untuk:
1) Menguji dan mencoba sesuatu.
2) Mengungkap apa yang dibutuhkan dalam belajar.
3) Mengembangkan keterampilan untuk mencapai kinerja terbaik dalam
kerja kelompok.
4) Memperbaiki keterampilan berkomunikasi.
5) Menyatakan dan mempertahankan pendapat berdasarkan bukti yang
diperoleh melalui kajian yang dilakukan.

6
Wahidmurni, Metodologi Pembelajaran IPS..., hlm. 177.
7
Wahidmurni, Metodologi Pembelajaran IPS..., hlm. 185.

10
6) Menjadi lebih fleksibel dalam mengolah informasi dan meeting
obligations.
7) Mendapatkan keterampilan praktis yang dibutuhkan setelah
menyelesaikan pendidikan.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan PBM adalah sebagai berikut:


1) Siswa diberi permasalahan oleh guru (atau permasalahan diungkap dari
pengalaman siswa).
2) Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil dan melakukan hal-
hal berikut:
a) Mengklarifikasi kasus permasalahan yang diberikan.
b) Mendefinisikan masalah.
c) Melakukan tukar pikiran berdasarkan pengetahuan yang mereka
miliki.
d) Menetapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah.
e) Menetapkan hal-hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan
masalah.
3) Siswa melakukan kajian secara independen berkaitan dengan masalah
yang harus diselesaikan. Mereka dapat melakukannya dengan cara
mencari sumber di perpustakaan, database, internet, sumber personal,
atau melakukan observasi.
4) Siswa kembali kepada kelompok PBM semula untuk melakukan tukar
informasi,, pembelajaran teman sejawat, dan bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah.
5) Siswa menyajikan solusi yang mereka temukan.
6) Siswa dibantu oleh guru melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh
kegiatan pembelajaran. Hal ini meliputi sejauh mana pengetahuan
yang sudah diperoleh oleh siswa dan bagaimana peran masing-masing
siswa dalam kelompok.

11
b. Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Proses berpikir itu biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan
siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga disebut strategi heuristic, yang
berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya
menemukan.8
Pembelajaran inkuiri menerapkan metoda ilmiah untuk masalah-
masalah belajar dan umumnya digunakan dalam mata pelajaran IPS di
Sekolah Dasar. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri sebagai berikut:9
1) Menggambarkan indikator-indikator masalah atau situasi.
2) Memberikan kemungkinan jawaban atau penjelasan.
3) Mengumpulkan bukti-bukti yang dapat digunakan untuk menguji
kebenaran jawaban atau penjelasan.
4) Menguji kebenaran jawaban sesuai dengan bukti-bukti yang
terkumpul.
5) Merumuskan kesimpulan yang didukung oleh bukti yang terbaik.

Pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat


diterapkan pada semua jenjang dan kelas. Untuk siswa Sekolah Dasar pada
kelas-kelas rendah dapat juga menggunakan pendekatan inkuiri ini melalui
pembelajaran-pembelajaran yang sederhana, misalnya siswa mengawali
dengan belajar bagaimana belajar dan bekerja dengan menggunakan peta
dan globe.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran
inkuiri. Pertama, strategi ini menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri ini
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran
siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan

8
Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia, 2016), hlm. 179.
9
Sapriya, Pendidikan IPS..., hlm. 81.

12
guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti
dari materi pelajaran itu sendiri.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan
demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Ketiga, tujuan dari penggunaaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis,
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental. Dengan demikain, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tidak
hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana
mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Pembelajaran inkuiri merupakan bentuk pendekatan pembelajaran
yang berorientasi pada siswa (Student Centered Approach). Dikatakan
demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat
dominan dalam proses pembelajaran.10

D. Kesimpulan
Keterampilan proses ialah keseluruhan keterampilan baik keterampilan di
bidang kognitif maupun psikomotor yang dapat digunakan untuk menemukan
suatu konsep, prinsip, atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada
sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu
penemuan.
Selain pemahaman dan pengetahuan, Pendidikan IPS sangat memerlukan
keterampilan. Adapun keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan yaitu
meliputi keterampilan meneliti, keterampilan berpikir, keterampilan partisipasi
sosial, dan keterampilan berkomunikasi. Keterampilan tersebut dapat dimiliki
oleh siswa jika proses pembelajaran berjalan dengan baik dan guru mampu
membawa suasana kelas menjadi menyenangkan.

10
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran,....... hlm. 196-197.

13
Dalam proses pembelajaran IPS, pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran inkuiri sangat baik untuk digunakan. Dari penjelasan diatas,
dapat diketahui bahwa pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran
inkuiri dianggap cukup ampuh untuk mengatasi masalah kebosanan siswa
dalam belajar di kelas. Selain itu, sekarang ini kemampuan siswa dalam
mengemukakan pendapat, mempertanyakan sesuatu yang belum atau tidak
dimengerti, serta menanggapi pertanyaan baik dari guru maupun siswa lainnya
masih lemah. Dengan digunakannya konsep pembelajaran Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA), Active Learning (LA), atau konsep-konsep yang menempatkan
siswa sebagai subjek belajar siswa akan menjadi lebih aktif dan akan
meningkatkan kualitas dan kuantitas (frekuensi) keterlibatan siswa dalam
kegiatan pembelajaran.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sapriya. 2017. Pendidikan IPS. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.


Wahidmurni. 2017. Metodologi Pembelajaran IPS. Yogyakarta: AR-RUZZ
MEDIA.
Wina Sanjaya. 2016. Strategi pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia.

Anda mungkin juga menyukai