Kartimi 1 , Liliasari 2
1) Mahasiswa Pascasarjana UPI
2) Dosen Pascasarjana UPI
kartimisuherman@yahoo.com
ABSTRAK
Tujuan utama dari pendidikan sains adalah menyiapkan siswa memahami konsep dan
meningkatkan keterampilan berpikirnya. Pendidikan sains harus banyak berbuat untuk
mengembangkan cara berpikir tingkat tinggi yang salah satunya adalah berpikir kritis.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengembangkan berpikir kritis,
diperlukan suatu alat evaluasi yang dapat mengukur kemampuan tersebut. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hasil implementasi pengembangan
alat ukur keterampilan berpikir kritis pada konsep kesetimbangan kimia di SMA?
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji hasil implementasi pengembangan
alat ukur berpikir kritis pada konsep kesetimbangan kimia untuk siswa SMA.Desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah ”Research and Development (R&D)” dari
model Borg (1989). Lokasi penelitian di SMA yang berada di wilayah kabupaten
Kuningan (daerah pegunungan), Kota Cirebon (daerah pantai), dan Kabupaten
Majalengka (daerah pertanian). Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas II
IPA yang ditentukan secara random berjumlah 96 orang (Cirebon), 90 orang
(Kuningan) dan 106 orang (Majalengka). Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini berupa butir-butir soal tes pilihan ganda. Teknik pengumpulan data dilakukan
melalui tes tertulis. Data kuantitatif berupa data skor penguasaan keterampilan
berpikir kritis siswa diolah secara statistik. Perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa
SMA di masing-masing Kabupaten/ Kota dilakukam uji statistik dengan menggunakan
uji LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada
konsep kesetimbangan kimia sekolah peringkat atas di Cirebon lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang berasal dari sekolah sedang dan bawah dan kemampuan berpikir
kritis siswa sekolah peringkat menengah di Majalengka lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang berasal dari sekolah sedang dan tinggi. Secara keseluruhan
kemampuan berpikir kritis siswa yang berasal dari wilayah Cirebon lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang berasal dari wilayah Kuningan dan Majalengka pada
konsep kesetimbangan kimia
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan sains dan juga menimbulkan berbagai
teknologi yang begitu pesat tidak permasalahan yang pelik, kompleks,
hanya membuahkan kemajuan, namun dan multidimensi. Permasalahan-
[November 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
B. TINJAUAN TEORI
Sejarah mengenai berpikir berpikir kritis merupakan proses
kritis dimulai dari John Dewey yang berpikir secara aktif, dimana kita
menyatakan pendapatnya bahwa berpikir mengenai segala sesuatu
[November 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
C. METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah ditentukan secara random
”Research and Development (R&D)” berdasarkan passing grade Nilai Ujian
dari model Borg (1989). Tahap-tahap Akhir Nasional (UAN) di tiap
penelitian terdiri dari tiga langkah, Kabupaten/Kota dan diambil satu
yaitu: tahap penelitian, tahap sekolah kategori peringkat atas,
pengembangan alat ukur, dan tahap menengah dan bawah di tiap
pengujian alat ukur. Kabupaten/Kota.
atas, 39 orang kelas tengah, 33 orang soal tes pilihan ganda. Teknik
kelas bawah), 2) Kuningan : 90 orang pengumpulan data dilakukan melalui
(28 orang kelas atas, 37 orang kelas tes tertulis. Data kuantitatif berupa
tengah, 25 orang kelas bawah) dan 3) data skor penguasaan keterampilan
Majalengka : 106 orang (28 orang kelas berpikir kritis siswa diolah secara
atas, 37 orang kelas tengah, 41 orang statistik. Untuk mengetahui perbedaan
kelas bawah). kemampuan berpikir kritis siswa SMA
di masing-masing Kabupaten/ Kota
Instrumen yang digunakan
dilakukam uji statistik dengan
dalam penelitian ini berupa butir-butir
menggunakan uji LSD.
D. HASIL PENELITIAN
Gambar 1.
Grafik perbandingan hasil tes keterampilan berpikir kritis
pada konsep kesetimbangan kimia antar tingkatan sekolah di wilayah Cirebon
[November 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 464.307 2 232.154 13.088 .000
Within Groups 1649.586 93 17.737
Total 2113.893 95
Berdasarkan uji Anova pada tabel berpikir kritis siswa pada konsep
1 diperoleh nilai signifikansi 0.000. Jika kesetimbangan kimia diantara
diambil nilai α = 0.5, maka berarti tingkatan sekolah di wilayah Cirebon.
terdapat perbedaan kemampuan
Tabel 2
Multiple Comparisons Uji LSD Kesetimbangan Kimia
Antar Tingkatan Sekolah di Cirebon
95% Confidence
(I) Mean Interval
Wilayah (J) Wilayah Difference Std. Lower Upper
Cirebon Cirebon (I-J) Error Sig. Bound Bound
Sekolah Sekolah -5.522* 1.093 .000 -7.69 -3.35
Tinggi Sedang
Sekolah -4.141* 1.130 .000 -6.38 -1.90
Rendah
Sekolah Sekolah 5.522* 1.093 .000 3.35 7.69
Sedang Tinggi
Sekolah 1.381 .996 .169 -.60 3.36
Rendah
Sekolah Sekolah 4.141* 1.130 .000 1.90 6.38
Rendah Tinggi
Sekolah -1.381 .996 .169 -3.36 .60
Sedang
[November 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
Tabel 2
Multiple Comparisons Uji LSD Kesetimbangan Kimia
Antar Tingkatan Sekolah di Cirebon
95% Confidence
(I) Mean Interval
Wilayah (J) Wilayah Difference Std. Lower Upper
Cirebon Cirebon (I-J) Error Sig. Bound Bound
Sekolah Sekolah -5.522* 1.093 .000 -7.69 -3.35
Tinggi Sedang
Sekolah -4.141* 1.130 .000 -6.38 -1.90
Rendah
Sekolah Sekolah 5.522* 1.093 .000 3.35 7.69
Sedang Tinggi
Sekolah 1.381 .996 .169 -.60 3.36
Rendah
Sekolah Sekolah 4.141* 1.130 .000 1.90 6.38
Rendah Tinggi
Sekolah -1.381 .996 .169 -3.36 .60
Sedang
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
2. Kabupaten Kuningan
Perbandingan hasil tes ukur yang dikembangkan dapat dilihat
keterampilan berpikir kritis siswa gambar 2 berikut :
pada konsep termokimia di wilayah
Kuningan dengan menggunakan alat
[November 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
Gambar 2
Grafik perbandingan hasil tes keterampilan berpikir kritis pada
konsep kesetimbangan kimia antar tingkatan sekolah di wilayah Kuningan
Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
Between 1.503 2 .752 .049 .952
Groups
Within 1493.217 97 15.394
Groups
Total 1494.720 99
3. Kabupaten Majalengka
Perbandingan hasil tes pada konsep kesetimbangan kimia di
keterampilan berpikir kritis siswa wilayah Majalengka dengan
[November 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
Gambar 3.
Grafik perbandingan hasil tes keterampilan berpikir kritis pada konsep
kesetimbangan kimia antar tingkatan sekolah di wilayah Majalengka
Tabel 4
Uji Anova Kesetimbangan Kimia Antar Tingkatan Sekolah
Di Majalengka
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between 420.368 2 210.184 18.428 .000
Groups
Within 1186.179 104 11.406
Groups
Total 1606.547 106
Berdasarkan tabel anova untuk tes kemampuan berpikir kritis siswa pada
kesetimbangan kimia diatas diperoleh konsep kesetimbangan kimia diantara
nilai signifikansi 0.000. Jika diambil tingkatan sekolah di wilayah
nilai α = 0.5, maka Ho ditolak. Hal ini Majalengka.
berarti terdapat perbedaan
Tabel 5
Multiple Comparisons Uji LSD Kesetimbanagan kimia di Majalengka
Antar Tingkatan sekolah
Tabel 5
Multiple Comparisons Uji LSD Kesetimbanagan kimia di Majalengka
Antar Tingkatan sekolah
Gambar 4
Grafik perbandingan hasil tes keterampilan berpikir kritis pada konsep
kesetimbangan kimia antar tingkatan sekolah antar wilayah Cirebon, Kuningan, dan
Majalengka
Gambar 5.
Grafik perbandingan hasil tes keterampilan berpikir kritis pada konsep
kesetimbangan kimia antar wilayah Cirebon, Kuningan, dan Majalengka
[November 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
Tabel 6
Uji Anova Kesetimbangan Kimia Antar wilayah
Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
Between 478.658 2 239.329 13.770 .000
Groups
Within 5214.081 300 17.380
Groups
Total 5692.739 302
Tabel 7
Multiple Comparisons Uji LSD Kesetimbangan Kimia Antar Wilayah
95% Confidence
Mean Interval
(I) (J) Difference Std. Lower Upper
Wilayah Wilayah (I-J) Error Sig. Bound Bound
Cirebon Kuningan 3.00917* .59569 .000 1.8369 4.1814
Majalengk 2.24786* .58607 .000 1.0945 3.4012
a
Kuninga Cirebon -3.00917* .59569 .000 -4.1814 -1.8369
n Majalengk -.76131 .57986 .190 -1.9024 .3798
a
Majalen Cirebon -2.24786* .58607 .000 -3.4012 -1.0945
gka Kuningan .76131 .57986 .190 -.3798 1.9024
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Dari tabel 7 dapat diambil dijelaskan dengan siswa yang berasal dari
bahwa kemampuan berpikir kritis wilayah lainnya pada konsep
siswa yang berasal dari wilayah kesetimbangan kimia
Cirebon lebih baik dibandingkan
E. PEMBAHASAN
logis. Yang terpenting adalah jalan atau Keterampilan berpikir kritis siswa
proses berpikirnya dan bukan hal yang pada konsep kesetimbangan kimia di
dipikirkan”. Dalam mengembangkan Kota Cirebon (daerah pantai) paling
keterampilan berpikir kritis, seperti tinggi dibandingkan Kabupaten
halnya mengembangkan keterampilan Kuningan ( daerah pertanian) dan
motorik, keduanya memerlukan Kabupaten Majalengka ( daerah
latihan-latihan (Penner, 1995). industri). Keadaan ini sejalan dengan
pandangan umum dalam sosiologi
Implementasi pengembangan
kemasyarakatan bahwa kondisi
alat ukur keterampilan berpikir kritis
geografis /budaya setempat
pada konsep kesetimbangan kimia
mempengaruhi cara pandang dan pola
berbeda secara signifikan diantara
pikir/keterampilan berpikir
Kota Cirebon, Kabupaten Kuningan,
masyarakatnya.
dan Kabupaten majalengka.
F. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1997). Dasar-dasar Lawson, A.E. (1979). Science Education
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Information Report, 1980
Bumi Aksara. AETS Yearbook The Psychology
of Teaching for Thinking and
Carin, A.A. & Sund, R.B. (1980).
Creativity. Ohio :
Teaching Science through
Clearinghouse.
Discovery, Fourth Edition,
Ohio : Charles E. Merril Liliasari. (1999). Pengembangan Model
Publishing Co. Pembelajaran Komputer
Berdasarkan Konstruktivisme
Costa, A.L. dan Presseisen, B.Z. (1985).
Untuk Meningkatkan
Glossary of thinking skills, in
Keterampilan Berpikir Tingkat
A.L. Costa (ed). Developing
Tinggi. Makalah Dibacakan
Minds : A Resource Book For
Dalam Seminar Mutu
Teaching Thinking, Alexandria
Pendidikan dalam Rangka
: ASCD. 303-312.
Dies Natalis 45 dan Lustrum
Herron, J.D. et al. (1977).” Evaluation of IX IKIP Bandung,Pusat Studi
the Longeot test of cognitive Komputer Sains, IKIP
development”. Journal of Bandung.
Research in Science Taeching,
Sund, R.B. dan Trobridge. (1973).
18 (2). 123 –130
Leislie W., Teaching Science By
Joyce, et al. (1992). Models of Teaching, Inquiry In The Secondary
New Jersey: Prentice Hall, Inc. School, Columbus : Charles E.
Merill Publishing Company.