Anda di halaman 1dari 11

MERANCANG PROFIL BERNALAR KRITIS

Siti Rozikah email : rozikah18@gmail.com

IAIN Syekh Nurjati

Anwar Ibrahim Fauz email : anwarfauz4@gmail.com

IAIN Syekh Nurjati

Tamsik Udin email : tamsik@syekhnurjati.ac.id

IAIN Syekh Nurjati

ABSTRAK
Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang mengoptimalkan
konten agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi
(Kemendikbudristek, 2022). Melalui proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila peserta didik akan
belajar menelaah tema-tema tertentu yang menjadi prioritas setiap tahunnya baik dalam pembelajaran
formal atau diluar pembelajaran tersebut. Terdapat 6 (enam) dimensi yang menjadi pertimbangan agar
terciptanya pelajar dengan nilai-nilai Pancasila. Satu diantaranya adalah dimensi bernalar kritis.
Bernalar kritis merupakan kemampuan memecahkan masalah dan mengolah informasi, dengan
melatih keterampilan bernalar kritis, peserta didik dapat membentuk kepribadian mereka agar tidak
mudah terpengaruh oleh situasi tertentu dan melakukan analisis terlebih dahulu saat menerima
informasi atau saat mengambil sebuah keputusan. bernalar kritis mendorong individu menghasilkan
ide-ide baru dan pemikiran yang inovatif terkait dengan suatu masalah.
The independent curriculum is a curriculum with intracurricular learning that optimizes content so that
students have enough time to explore concepts and strengthen competencies (Kemendikbudristek, 2022).
Through the Pancasila Student Profile strengthening project, students will learn to study certain themes
that are priorities every year, both in formal learning and outside the learning. There are 6 (six)
dimensions that are taken into consideration in order to create students with Pancasila values. One of
them is the dimension of critical reasoning. Critical reasoning is the ability to solve problems and
process information, by practicing critical reasoning skills, students can shape their personalities so that
they are not easily affected by certain situations and analyze first when receiving information or when
making a decision. Critical reasoning encourages individuals to generate new ideas and innovative
thinking related to a problem.

Kata kunci : Merancang, Profil pelajar, Bernalar Kritis


PENDAHULUAN
Pendidikan adalah bagian dari usaha suatu bangsa untuk terus meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, oleh karena itu tak heran bila pendidikan menjadi salah satu tolak ukur
kemajuan suatu bangsa. Kemajuan zaman secara tidak langsung menjadi salah satu penyebab
perlunya inovasi dalam dunia pendidikan. Tuntutan zaman mengharuskan sumber daya
manusianya perlu menyiapkan diri agar mampu bertahan dan bersaing dalam kehidupan. Kualitas
manusia yang dimaksud bukan hanya menyasar daya pikir semata namun tentu saja karakter yang
kemudian menjadi jati diri bagi bangsa itu sendiri.
Tujuan pendidikan yang tertera dalam amanat pembukaan UUD 1945 adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kata mencerdaskan pada kalimat tersebut tidak hanya terkait
kecerdasan kognitif saja melainkan kecerdasaan mental, spiritual, dan teraplikasi pada kecakapan
diri atau keterampilan. Pemerintah telah menetapkan bahwa profil pelajar pancasila sebagai arah
tujuan (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024). Dengan profil pelajar
pancasila diharapkan pendidikan di Indonesia dapat melahirkan generasi bangsa dengan
karakteristik beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, bernalar kritis, kreatif,
gotong royong, dan berkebhinekaan global. Bernalar kritis merupakan kemampuan memecahkan
masalah dan mengolah informasi dengan baik, dengan melatih keterampilan bernalar kritis,
peserta didik dapat membentuk kepribadian mereka agar tidak mudah terpengaruh oleh situasi
tertentu dan melakukan analisis terlebih dahulu saat menerima informasi atau saat mengambil
sebuah keputusan.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis dan desain penelitian kualitatif deskriptif yang hasilnya
berupa deskripsi mengenai hasil penelitian. Dengan menggunakan desain tersebut, penelitian ini
akan menghasilkan deskripsi atau memberikan gambaran mengenai hasil analisis bernalar kritis.
Penulis melakukan studi literatur yang baik dan relevan dengan menggunakan sumber yang baik
dan relevan seperti jurnal, buku, dan artikel.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Profil Bernalar Kritis
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan penalaran sebagai 1) pemikiran atau
cara berpikir logis; 2) hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan
dengan perasaan atau pengalaman; dan 3) proses mental dalam mengembangkan pikiran dari
beberapa fakta atau prinsip. Sejalan dengan pendapat Suherman dan Winataputra, penalaran
adalah proses berpikir yang dilakukan dengan suatu cara untuk menarik kesimpulan.
Kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan dari hasil berpikir tersebut kemudian merujuk pada
data- data yang ada sebelumnya dan telah teruji kebenarannya.
Profil Pelajar pancasila memiliki enam karakter, salah satunya karakternya adalah Bernalar
Kritis. Harapannya peserta didik Indonesia mampu menganalisis masalah yang dihadapi
menggunakan kaidah berpikir saintifik, mengaplikasikan pemikiran saintifik tersebut pada solusi
alternatif yang inovatif. Bernalar kritis merupakan kemampuan memecahkan masalah dan
mengolah informasi dengan baik, dengan melatih keterampilan bernalar kritis, peserta didik
dapat membentuk kepribadian mereka agar tidak mudah terpengaruh oleh situasi tertentu dan
melakukan analisis terlebih dahulu saat menerima informasi atau saat mengambil sebuah
keputusan. Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi
dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses
berpikir, dan mengambil keputusan. Dengan demikian, perserta didik dapat memproses sekaligus
mencerna informasi, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, secara objektif.
Bernalar kritis merupakan sebuah tujuan yang sangat penting dalam pendidikan.
Kemampuan bernalar kritis mendorong individu menghasilkan ide-ide baru dan pemikiran yang
inovatif terkait dengan suatu masalah. Melalui pelatihan ini, seseorang akan dapat mengemukakan
pendapat atau ide secara logis dan relevan. Bernalar kritis juga mengajarkan siswa untuk dapat
mempertimbangkan berbagai pendapat yang ada, sehingga mereka dapat membedakan mana yang
relevan dan mana yang tidak relevan, serta mana yang benar dan mana tang salah. Kemampuan
ini, akan membantu siswa dalam membuat kesimpulan yang berdasarkan data dan fakta yang ada
di lapangan. Dalam mengukur kemampuan bernalar, aspek yang digunakan adalah kemampuan
menganalisis dan mengevaluasi dalam ranah kognitif. (Anggitasari et al., 2021) Menurut Arofah,
kemampuan bernalar kritis memungkinkan peserta didik untuk lebih mudah beradaptasi dengan
perubahanperubahan yang terjadi pada era society 5.0. Dalam era ini diharapkan pelajar mampu
memanfaatkan teknologi dengan baik dan bijaksana melalui kemampuan bernalar kristis, pelajar
akan dapat menghadapi tantangan tersebut dengan baik. Secara keseluruhan, pandangan-
pandangan tersebut menegaskan bahwa kemampuan bernalar kritis memiliki peranan yang penting
dalam menghadapi perubahanperubahan dalam era society 5.0. Penting bagi pelajar Pancasila
dalam memiliki kemampuan bernalar kritis karena sebagai pelajar sepanjang hayat, kita harus
mampu secara aktif mencari solusi untuk setiap masalah yang dihadapi. Ada beberapa faktor utama
yang menjadi penting dalam menunjukkan kemampuan bernalar kritis, yaitu kemampuan untuk
memperoleh dan memproses informasi dan ide-ide, menganalisis dan mengevaluasi argumen,
merefleksikan pemikiran dan proses berpikir kita, serta mengambil keputusan berdasarkan
penilaian rasional.
Elemen Berpikir Kritis
Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan
gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir,
dan mengambil keputusan. Dengan demikian, perserta didik dapat memproses sekaligus
mencerna informasi, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, secara objektif.
Selain itu, melalui karakter bernalar kritis, peserta didik Indonesia diharapkan memiliki
kemampuan dalam membangun keterkaitan dari beragam informasi, kemudian menganalisis dan
mengevaluasi informasi tersebut sebelum menyimpulkan hasilnya.
Berikut adalah 4 elemen kunci karakter bernalar kritis dalam Profil Pelajar Pancasila :
1. Memperoleh dan memproses informasi dan gagasan
Elemen kunci karakter bernalar kritis yang pertama adalah memperoleh dan memproses
informasi dan gagasan. Maksudnya, peserta didik dapat memiliki rasa keingintahuan yang tinggi,
aktif dalam mengajukan pertanyaan yang relevan, serta mampu mengidentifikasi, mengklarifikasi,
dan mengolah informasi yang diperoleh.
2. Menganalisis dan mengevaluasi penalaran
Selanjutnya, menganalisis dan mengevaluasi penalaran merupakan elemen kunci
karakter bernalar kritis. Peserta didik Indonesia diharapkan dapat mengambil keputusan, kemudian
melakukan tindakan dari hasil analisis dan evaluasi pada informasi yang telah didapatkan.
3. Merefleksi pemikiran dan proses berpikir
Merefleksi pemikiran dan proses berpikir merupakan elemen kunci karakter bernalar
kritis selanjutnya. Peserta didik Indonesia dapat melakukan refleksi berpikir (metakognisi) serta
berfikir perihal bagaimana jalannya proses pemikiran tersebut sebelum sampai pada satu
kesimpulan tertentu.
4. Mengambil keputusan
Elemen kunci dari karakter bernalar kritis kemudian adalah pengambilan keputusan.
Peserta didik Indonesia diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat dari informasi yang
relevan berbagai sumber, informasi yang bersifat faktual, juga data-data yang mendukung.
Penerapan Bernalar Kritis
Bernalar kritis bisa diterapkan oleh para pelajar Indonesia agar mereka memiliki pemikiran
yang rasional, dapat mandiri dalam berpikir, dan menjadi pribadi yang berpikiran terbuka serta
yakin dalam mengambil keputusan. Dengan diterapkannya bernalar kritis pada para pelajar
Indonesia, mereka akan menjadi pribadi yang lebih baik dan maju dari sebelumnya. Contohnya
dalam kasus penyebaran hoaks yang kerap kali meresahkan karena informasi yang diberikannya
tidak akurat dan faktual. Rata-rata pelajar Indonesia masih menerima berita atau informasi tanpa
memeriksa kebenarannya terlebih dahulu. Hal ini membuat mereka mudah untuk dimanipulasi dan
diadu domba oleh pihak-pihak tertentu. Dengan penerapan bernalar kritis, hal tersebut dapat
dihindari. Jika para pelajar Indonesia menggunakan kemampuan bernalar kritis, mereka akan
menyaring informasi yang mereka terima dan memastikan kebenarannya. Bila hal ini terus
menerus diterapkan oleh para pelajar Indonesia, bisa dipastikan penyebaran hoaks akan berkurang
dan menghilang dengan sendirinya karena para pelajar Indonesia sudah bisa menentukan mana
informasi yang benar dan mana informasi yang salah menurut akal sehat mereka.
Penerapan bernalar kritis dapat dimulai dari kegiatan yang sangat sederhana yaitu
meningkatkan minat membaca para pelajar Indonesia. Karena dari setiap bacaan yang mereka
baca, akan ada informasi-informasi baru yang mereka terima. Dengan memanfaatkan kemampuan
bernalar kritis, informasi-informasi ini tidak akan langsung mereka terima secara cuma-cuma
melainkan informasi ini akan mereka saring terlebih dahulu. Setelah menyaring informasi ini
mereka akan melakukan riset dan mencari data faktual terkait dengan apa yang mereka baca.
Alasan lain mengapa kita harus meningkatkan minat baca mereka sebab membaca adalah salah
satu cara untuk memicu otak agar mau berpikir.
Bernalar kritis bisa diterapkan pada saat proses pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran berbasis masalah atau pembuatan proyek sehingga melatih daya pikir
peserta didik untuk dapat menganalisis dan memecahkan sebuah permasalahan. Keenam,
kemandirian bias dilatih kepada peserta didik dengan membiasakan mereka untuk bertanggung
jawab terhadap tugasnya, belajar atas dorongan dari diri sendiri, dan memilih apa yang menjadi
keinginan dan kemampuan mereka.
Selanjutnya pada kegiatan pembelajaran untuk penyampaian materi, guru tidak hanya
menggunakan metode ceramah, melainkan menggunakan media pembelajaran berupa video
interaktif. Penggunaan video pembelajaran interaktif dalam proses pembelajaran membuat peserta
didik lebih mudah memahami isi materi melalui gabungan suara dan visual yang menarik
(Suminar, 2022). Setiap penyampaian materi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan diskusi dan bertanya serta menganalisis dan menyimpulkan materi dalam video
pembelajaran. Menurut Wijayanti (2015) terdapat lima indikator untuk menganalisis kemampuan
berpikir kritis siswa, adalah sebagai berikut: 1) kemampuan merumuskan masalah, 2) kemampuan
memberikan/menyampikan argumen, 3) kemampuan melakukan deduksi, 4) kemampuan
melakukan deduksi, dan 5) kemampuan memutuskan.

KESIMPULAN
Bernalar kritis merupakan kemampuan memecahkan masalah dan mengolah informasi dengan
baik, dengan melatih keterampilan bernalar kritis, peserta didik dapat membentuk kepribadian
mereka agar tidak mudah terpengaruh oleh situasi tertentu dan melakukan analisis terlebih
dahulu saat menerima informasi atau saat mengambil sebuah keputusan. Elemen-elemen dari
bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan
mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil keputusan.
Dengan demikian, perserta didik dapat memproses sekaligus mencerna informasi, baik yang
bersifat kualitatif maupun kuantitatif, secara objektif. Dengan diterapkannya bernalar kritis pada
para pelajar Indonesia, mereka akan menjadi pribadi yang lebih baik dan maju dari sebelumnya.
Contohnya dalam kasus penyebaran hoaks yang kerap kali meresahkan karena informasi yang
diberikannya tidak akurat dan faktual. Rata-rata pelajar Indonesia masih menerima berita atau
informasi tanpa memeriksa kebenarannya terlebih dahulu. Hal ini membuat mereka mudah untuk
dimanipulasi dan diadu domba oleh pihak-pihak tertentu. Dengan penerapan bernalar kritis, hal
tersebut dapat dihindari. Jika para pelajar Indonesia menggunakan kemampuan bernalar kritis,
mereka akan menyaring informasi yang mereka terima dan memastikan kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA

KISKA, Nurul Delima, et al. Peran profil pelajar pancasila untuk membentuk karakter peserta
didik sekolah dasar. Journal on Education, 2023, 5.2: 4179-4188.
LIA, Anastasia, et al. Penguatan Profil Pelajar Pancasila Bernalar Kritis Melalui Karya Tulis
Ilmiah. DIDAXEI, 2023, 4.1: 551-564.
UKTOLSEJA, Novita Freshka, et al. Penanaman nilai-nilai profil pelajar pancasila melalui
pembelajaran tematik berbasis project based learning di sekolah dasar. In: Prosiding
Seminar Nasional PGSD UST. 2022. p. 151-158.
IRAWATI, Dini, et al. Profil pelajar Pancasila sebagai upaya mewujudkan karakter bangsa.
Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 2022, 6.1: 1224-1238.
ERNAWATI, Yurike; RAHMAWATI, Fitri Puji. Analisis profil pelajar pancasila elemen bernalar
kritis dalam modul belajar siswa literasi dan numerasi jenjang sekolah dasar. Jurnal
Basicedu, 2022, 6.4: 6132-6144.
LAPORAN OBSERVASI KURIKULUM MERDEKA

A. Pelaksanaan Observasi
Tempat Observasi : SDN Sukapura 1 Kota Cirebon. Jawa Barat
Waktu Observasi : Kamis, 21 September 2023
Alamat Observasi : Jl. Pilang Raya No. 27 Sukapura. Kec. Kejaksan. Kota Cirebon
Narasumber : Terdiri dari beberapa narasumber, diantaranya yaitu :
1. Guru Kelas : Tri Haruyati S.Pd.SD
2. Waka Kurikulum : Ana Hasanah S.Pd.SD

B. Metode Observasi
Metode yang dugunakan pada observasi kali ini menggunakan metode kualitatif yang berupa
wawancara. Penggunanan metode ini bertujuan agar dapat menghasilkan hasil deskriptif yang
akan dibahas mengenai Kurikulum. Observasi kali ini bertempat di SDN Sukapura 1.

C. Hasil dan Pembahasan


1. Pandangan Guru Mengenai Kurikulum Merdeka
Kurikulum merujuk pada rencana dan susunan materi pembelajaran yang dirancang untuk
mencapai tujuan pendidikan. Ini mencakup semua mata pelajaran, kegiatan, dan pengalaman
belajar yang diorganisir untuk membentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa.
Kurikulum dapat bersifat formal, yang disusun oleh lembaga pendidikan, atau informal, yang
muncul dari pengalaman sehari-hari dan lingkungan sekitar
Kurikulum Merdeka adalah konsep pendidikan di Indonesia yang menekankan pada
pembelajaran yang lebih mandiri, kreatif, dan inovatif. Tujuannya adalah memberikan
kebebasan lebih kepada sekolah dan guru untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan lokal dan karakteristik siswa. Hal ini bertujuan untuk menciptakan pembelajaran
yang relevan, responsif, dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Pandangan guru terhadap Kurikulum Merdeka secara luas dapat bervariasi. Beberapa guru
mungkin melihatnya sebagai peluang untuk meningkatkan kreativitas dan fleksibilitas dalam
pengajaran, memungkinkan mereka lebih terlibat dalam proses perancangan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan siswa dan lingkungan sekolah. Namun, ada juga yang mungkin
menghadapi tantangan, seperti kebutuhan untuk lebih mandiri dalam merancang kurikulum
dan memastikan pemenuhan standar pendidikan. Namun, pandangan kurikulium merdeka
menurut Ibu Tri ini tidak jauh beda dengan kurikulum KTSP, yang membedakan salah satunya
pada penilaiannya. Menurut Ibu Tri Haruyati mengenai kurikulum merdeka ini masih dibilang
cukup bagu dan terbilang efektif, dari segi pembelajaran bisa menjadikan karakteristik si
peserta didik menjadi terbentuk lebih baik lagi.
2. Komponen-Komponen Dalam Kurikulum Merdeka
a. Dari Tema ke Mapel
b. Silabus ke RPP
c. Capaian Pembelajaran (CP)
d. Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)
e. Media Pembelajaran
f. Modul Ajar
3. Kelas Yang Sudah Menerapkan dan Berapa Lama Penerapan Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka ini memang masih terbilang kurikulum baru pada dunia Pendidikan
ini, namun sudah banyak sekolah-sekolah yang sudah mulai menerapkan kurikulum
merdeka ini. Salah satu dari sekolah yang sudah menerapkan kurikulum merdeka yaitu
SDN Sukapura 1 yang mana sudah menerapkan selama kurang lebih 1 tahun, dan
disekolah ini ada beberapa kelas yang sudah menerapkan diantaranya kelas 1, 2, dan kelas
4.
4. Perbedaan Kurikulum 13 dan Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka adalah inisiatif pemerintah Indonesia untuk memberikan kebebasan
kepada sekolah dalam mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan lokal.
Sementara itu, Kurikulum 2013 (K-13) adalah kurikulum nasional yang diperkenalkan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan pendekatan yang lebih kontekstual dan
relevan. Perbedaannya terletak pada fleksibilitas Kurikulum Merdeka yang lebih besar
dalam pengembangan kurikulum lokal, sedangkan K-13 memiliki struktur kurikulum
nasional yang lebih terpusat. Tidak hanya pada itu saja perbedaanya, terdapat pula
perbedaan pada komponennya, seperti Tema/Mapel, KI KD, Silabus/RPP dan masih
banyak lagi. Dalam proses pembelajarannya pun tentu berbeda seperti pada proses belajar
mengajar pada keterlibatan siswa yakni pada kurikulum merdeka Memungkinkan
pendekatan yang lebih berbasis pada minat dan pengalaman siswa, meningkatkan
keterlibatan mereka dalam proses belajar. Sedangkan kurikulum 13 lebih pada
mengintegrasikan elemen-elemen kontekstual untuk meningkatkan motivasi siswa,
meskipun mungkin tidak sefleksibel Kurikulum Merdeka.
5. Kendala Penerapan Kurikulum Merdeka
Dari kendala pada penerapan kurikulum merdeka ini salah satunya ada pada kesiapan guru
itu sendiri, karena sejatinya seorang guru juga harus mempersiapkan dengan baik dari
peralihan kurikulum sebelumnya ke kurikulum merdeka, disamping itu juga seorang guru
juga harus melakukan pelatihan-pelatihan tambahan atau dukungan untuk dapat
mengimplementasikan Kurikulum merdeka ini agar lebih efektif dan sesuai dengan
harapan pada capaian kurikulum itu sendiri. Selain factor itu juga, ada factor lain yaitu
Perubahan Mindset, perubahan besar dalam pendekatan pembelajaran memerlukan
penyesuaian mindset, baik dari guru, siswa, maupun orang tua. Adopsi pola pikir baru
dapat memerlukan waktu.
6. Tahapan Guru Pada Penerapan Kurikulum Merdeka
Sebelum menerapkan kurikulum merdeka ini, maka seorang guru juga harus memahami
mengenai kurikulum merdeka ini, proses pembelajarannya seperti apa dan penilaiannya
bagaimana. Maka dari itu sebelum mengambil langkah untuk menerapkan kurikulum
merdeka ini, guru harus memahami konsep dan tujuan dari kurikulum merdeka itu sendiri
seperti apa dan bagaimana termasuk pada pendekatan, metode yang akan diterapkan, lalu
menyesuaikan materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

D. KESIMPULAN
Kurikulum Merdeka adalah konsep pendidikan di Indonesia yang menekankan pada
pembelajaran yang lebih mandiri, kreatif, dan inovatif. Tujuannya adalah memberikan
kebebasan lebih kepada sekolah dan guru untuk mengembangkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan lokal dan karakteristik siswa. Hal ini bertujuan untuk menciptakan
pembelajaran yang relevan, responsif, dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Dibandingkan dengan kurikulum 13 dan kurikulum merdeka ini juga terdapat perbedaan
yakni dalam proses pembelajarannya pun tentu berbeda seperti pada proses belajar
mengajar pada keterlibatan siswa yakni pada kurikulum merdeka Memungkinkan
pendekatan yang lebih berbasis pada minat dan pengalaman siswa, meningkatkan
keterlibatan mereka dalam proses belajar. Sedangkan kurikulum 13 lebih pada
mengintegrasikan elemen-elemen kontekstual untuk meningkatkan motivasi siswa,
meskipun mungkin tidak sefleksibel Kurikulum Merdeka. Sebelum mengambil langkah
untuk menerapkan kurikulum merdeka ini, guru harus memahami konsep dan tujuan dari
kurikulum merdeka itu sendiri seperti apa dan bagaimana termasuk pada pendekatan,
metode yang akan diterapkan, lalu menyesuaikan materi pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
LAMPIRAN DOKUMENTASI OBSERVASI

Anda mungkin juga menyukai