Tahun : 2020
B. FAKTOR EKSTERNAL
1. Kesehatan dan Nutrisi
Salah satu dari faktor eksternal ini adalah pola asuh dalam keluarga yang
dilakukan orang tua. Seperti perbedaan dalam penerapan pola asuh dalam
membesarkan dan mendidik anak. Pola asuh yang diberikan kepada anak dalam
usia sekolah tentunya tidak bisa disamakan dengan remaja. Bagaimanapun
pemahaman mereka berbeda dalam penerapan pengasuhan. Namun untuk hal yang
mendasar bisa sama, seperti penerapan disiplin sejak dini sehingga menjadi pola
kebiasaan yang nantinya membentuk karakternya. Pemberian kesehatan dalam
peserta didik tidak seimbang maka produktivitasnya akan menurun dan
menghambatnya perkembangan pada peserta didik.
2. Peran keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dan berpengaruh terhadap
pembentukan karakter anggota keluarga khususnya anak yang masih sekolah.
Aktivitas di keluarga atau stimulus yang digunakan sesuai dengan tahap
perkembangan anak sangat berdampak. Misalnya, seringkah orang tua membaca
buku, mencerikan pengalaman orangtua dalam bersosialisasi, memperkenalkan
kepada dunia religious sesuai dengan keyakinananya atau memperkenalkan
lingkungan yang heterogen termasuk suka, agama, warna kulit dan lainnya.
Aktivitas kehidupan yang terjadi di dalam keluarga merupakan gambaran kecil
dari kehidupan yang akan berpengaruh terhadap kehidupan anak selanjutnya.
Keluarga atau dimana anak di bina sejak dini adalah laboratorium
kehidupan.mungkin saja ada atau terjadi konflik dan bagaimana penyelesaiannya.
Untuk itu ada baiknya orangtua memperhatikan pola pendidikan yang
memberikan peluang bagi anak-anaknya untuk bisa berkembang, yaitu
memberikan wadah untuk mengekspresikan dirinya, orangtua juga berperan untuk
melindungi dan mengaawasi, serta ada ruang gerak kebebasan untuk berfikir dan
berkarya sesuai dengan usianya
C. FAKTOR LINGKUNGAN
Sekolah sebagai salah satu faktor lingkungan yang memberikan kontribusi terhadap
perkembangan peserta didik . Seperti relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, relasi orang tua dan guru. Tersediakah wadah yang memberikan peluang bagi
guru-guru maupun orang tua dan siswa untuk melakuka aktivitas bersama. Ini 39
memang tidak mudah dilakukan, tetapi dapat dikondisikan sesuai kebutuhan.
Termasuk aktivitas ekstra kurikuler juga dapat sebagai salah satu wadah bagi siswa
untuk mampu mengembangkan kapasitas dirinya. Para orang tua, berusaha untuk
memanfatkan ruang guru untuk Pendidikan anak-anaknya dengan harga terjangkau.
Ini menunjukkan perngaruh ekternal/lingkungan yang positif.
Tahun : 2015
Dalam buku yang ditulis oleh Dr. Meriyati, M.Pd, memahami kepribadian anak
atau yang disebut dengan karakteristik pada peserta didik. Dalam bukunya mengatakan
bahwa:
Guru harus mengenal karakteristik peserta didik, karena denganmengenal
karakteristik peserta didik membantu guru dalammengantarkan mereka untuk
mengejar cita-cita yang diinginkan. Selanjutnya guru harus mampu memahami
karakter peserta didik. Memahami karakter peserta didik butuh kesungguhan dan
keterlibatanhati dan pikiran guru sehingga dia dapat memahami karakternyadengan
baik dan benar. Karakteristik peserta didikadalah totalitas kemampuan dan perilaku
yang ada pada pribadi merekasebagai hasil dari interaksi antara pembawaan dengan
lingkungansosialnya, sehingga menentukan pola aktivitasnya dalam mewujudkan
harapan dan meraih cita-cita. Karena itu, upaya memahami 2 perkembangan peserta
didik harus dikaitkan atau disesuaikan dengankarakteristik siswa itu sendiri. Guru
bukan hanya memahami karakteristik anak secara individu, ia perlu memahami
karakteristik anaksecara klompok.
Orangtua memang berperan penting dalam penanaman karakter anak, tetapi tidak
hanya orangtua dan keluarga yang berpengaruh dalam karakter anak, tetapi lingkungan
sekitarpun ikut berpengaruh.Anak tidak selamanya diam di rumah, separuh waktu anak-
anak lakukan diluar rumah dengan teman-temannya.oleh karena itu tidak sedikit
karakter anak terpengaruhi oleh teman-teman sepermainannya. Begitupun sebaliknya,
jika orang tersebut berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah moral maka disebut
dengan orang yang berkarakter mulia (N. A. Aeni, 2014, p. 50).
Karakter pertama kali terbentuk di dalam lingkungan keluarga, dimana manusia
dididik dan diajarkan berbagai nilai-nilai untuk pertama kalinya. Indonesia sangat
membutuhkan generasi penerus yang unggul dalam segala hal yang nantinya dapat
memajukan dan menaikkan derajat bangsa serta menyelaraskan dengan perkembangan
zaman. Salah satu usaha yang dapat dilakukan yakni dengan adanya pendidikan
karakter (Maemunah, 2018, p. 5).
a. Guru mengenal emosi anak yang heterogen
American Academy of Padiatrics 2012 dalam Maria dan Amalia (2016)
menjelaskan perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah kemampuan
anak dalam mengelola dan mengekspresikan emosi secara lengkap baik emosi
positif maupun negatif. Anak mampu berienteraksi dengan teman sebayanya atau
orang dewasa disekitarnya secara aktif belajar dengan mengeksplorasi
lingkungannya. Perkembangan sosial emosional adalah proses belajar anak dalam
menyesuaikan diri untuk memahami keadaan serta perasaan ketika berinteraksi
dengan orang-orang di lingkungannya yang diperoleh dengan cara mendengar,
mengamati dan meniru hal-hal yang dilihatnya.
Peran guru dalam pembentukan karakter bagi siswa adalah sangat penting. Karena
selain guru menjadi pengajar, guru merupakan pendidik untuk anak-anak. (Wiyani,
2012:80) dalam UU Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005, disebutkan bahwa
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru memiliki peran yang sangat strategis dalam pembentukan karakter
siswa. Sebab, guru merupakan model bagi muridnya.
3.