Anda di halaman 1dari 11

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI SYAJA’AH


MELALUI PENERAPAN MODEL DISCOVERY
LEARNING KELAS XI SMA NEGERI I
TAMIANG LAYANG

ERWAN EFENDI
Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya
Email : efendierwan0184@gmail.com

ABSTRAK

Faktor utama belum tercapainya keberhasilan belajar mengajar dengan


metode ceramah, maka dengan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
pemahaman meteri syaja’ah pada siswa kelas XI, penelitian ini menggunakan
model Discovery Learning, Penelitian ini melibatkan 7 siswa diposisikan
sebagai subjek penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan rubrick
pengetahuan tes pilhan ganda Data yang terkumpul dianalisis mengunakan
diskriptif dan kualitatif

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI SMA Negeri 1


Tamiang Layang. Cara meningkatkan pemahaman materi syaja’ah belajar siswa
dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning sebagai salah
satu alternative dalam pemecahan maslah. Metode Penelitian ini menggunakan
metode saintifik(PTK). Penelitian Tindakan Kelas ini terdiriatas 2 siklus, dengan
tahapan sebagai berikut

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I kategori


pemahaman belajar siswa mencapai 14.28% lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebasar 85%. dan pada siklus II mencapai
88,88% dengan kategori “memuaskan”. Kesimpulan bahwa diperolehdari
penelitian ini adalah, penggunaan model pembelajaran discovery learning

Dengan begitu, penerapan model pembelajaran discovery learning dapat


digunakan sebagai salah satu model pembelajaran yang akan diterapkan
padamata pelaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti.

TahapanKata Kunci : discovery learning, model pembelajaran, pemahaman

968
Vol. 3, No 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema:
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

PENDAHULUAN

Metode pembelajaran yang statis dan kaku, sikap dan mental pendidik
yang kurang relevan menyebabkan proses pembelajaran meteri Syaja’ah
kurang menarik. Adanya kelemahan-kelamahan metode yang digunakan
karena metode yang digunakan masih cendrung menggukan metode ceramah.
metode yang biasa dipakai untuk pendidikan agama menyebabkan
pelaksanaan pembelajaran cendrung mononton. Sedangkan dalam proses
pembelajaran peran guru sangat menentukan keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Adapun tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Pada pembelejaran meteri syaja’ah pada siswa kelas XI SMA Negeri
1 Tamiang Layang masih dominan menggunakan metode ceramah sehingga
siswa hanya pasif mendengarkan ceramah guru saja. Karena hanya
mendengarkan ceramah guru, ada sebagian siswa yang kurang konsentrasi.
Akibatnya siswa tidak memahami materi yang disampaikan.

Menurut seorang ahli bernama Adi S, (2003: 67) peningkatan berasal dari
kata tingkat. Yang berarti lapis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian
membentuk susunan. Tingkat juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas.
Sedangkan peningkatan berarti kemajuan. Secara umum, peningkatan
merupakan upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun
kuantitas. Peningkatan juga dapat berarti penambahan keterampilan dan
kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain itu, peningkatan juga berarti
pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan sebagainya.

Kata peningkatan juga dapat menggambarkan perubahan dari keadaan


atau sifat yang negatif berubah menjadi positif. Sedangkan hasil dari sebuah
peningkatan dapat berupa kuantitas dan kualitas. Kuantitas adalah jumlah
hasil dari sebuah proses atau dengan tujuan peningkatan. Sedangkan kualitas
menggambarkan nilai dari suatu objek karena terjadinya proses yang memiliki
tujuan berupa peningkatan. Hasil dari suatu peningkatan juga ditandai dengan
tercapainya tujuan pada suatu titik tertentu. Dimana saat suatu usaha atau
proses telah sampai pada titik tersebut maka akan timbul perasaan puas dan
bangga atas pencapaian yang telah diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan


adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik (guru) untuk membantu
pelajar (siswa) dalam meningkatakan proses pembelajaran sehingga dapat lebih
mudah mempelajarinya. Pembelajaran dikatakan meningkat apabila terdapat
perubahan dalam proses pembelajaran.

Pengertian Pemahaman adalah Pemahaman berasal dari kata paham


yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan
969
Vol. 3, No 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema:
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

proses pembuatan cara memahami (Em Zul, Fajri & Ratu Aprilia Senja, 2008:
607-608).

Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti


dari bahan yang dipelajari (W.S. Winkel, 1996: 245). W.S Winkel

Pengertian materi, Syaiful Bahri Djamarah, dkk (2006: 43) menerangkan


materi pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses
belajar mengajar. Tanpa materi pembelajaran proses belajar mengajar tidak
akan berjalan. Materi pembelajaran disusun secara sistematis dengan mengikuti
prinsip psikologi.

Syaja’ah menurut Bahasa artinaya berani.sedangkan menurut istilah


syaja’ah adalah keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela dan
mempertahankan kebenaran secara jantan dan terpuji. Jadi syaja’ah dapat
diartikan kebenaran yang berlandaska kebenaran, dilakukan dengan penuh
pertimbangan dan perhitungan untuk mengharapkan keridaan Allah Swt.

Pengertian discovery learning Adalah rangkaian kegiatan pembelajaran


yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk
belajar mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis, sehingga
mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan
sebagai wujud.

Menurut Sund (2014). Discovery Learning adalah proses mental dimana


peserta didik mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang
dimaksud dengan proses mental antara lain adalah mengamati, mencerna,
mengerti, menggolongkan-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya

a. Kelebihan Discovery Learning

Model pembelajaran yang beragam tentunya memiliki kelebihan dan


kekurang yang berdeda pula, kelebihan discovery learning yakni:
1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilanketerampilan dan proses-proses kognitif.
2. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan
ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
4. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannya sendiri.

970
Vol. 3, No 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema:
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri


dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya,
karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya
7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak
sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi
8. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena
mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
9. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi
proses belajar yang baru.
b. Kelemahan Discovery Learning
Disamping kelebihan dalam menggunakan model pembelajaran, tentunya
akan memiliki kekurangan pula dalam aspek yang lain, berikut kekurangan
model pembelajaran discovery learning.
1. Model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk
belajar bagi siswa yang kurang pandai akan mengalami kesulitan
abstrak atau berpikir, mengungkapkan hubungan antara konsep-
konsep yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
2. Model ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak,
karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka
menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
3. Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini akan kacau jika
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-
cara belajar yang lama
4. Lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.

METODOLOGI PENELITIAN

971
Vol. 3, No 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema:
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

Penilitian ini merupakan Penilitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu bersifat


praktis berdasarkan permasalahan riil dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dengan materi syaja’ah pada kelas XI SMA Negeri Tamiang Layang.
Menurut (Kusuma, 2011: 60) dalam Muhammad Abduh (2021) Penelitian
Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan ketika sekelompok orang
(siswa) diidentifikasikan dengan masalah, kemudian peneliti (guru)
menentukan suatu tindakan untuk mengatasinya. Sedangkan menurut
Muchlisin Riadi (2019) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk
penelitian yang terjadi di dalam kelas berupa tindakan-tindakan tertentu yang
dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar guna meningkatkan
hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan PTK adalah untuk
mengidentifikasi masalah, mengubah perilaku cara guru mengajar di kelas,
memperbaiki praktik pembelajaran sehingga menghasilkan pembelajaran yang
lebih baik dari sebelumnya.
Untuk mengetahui pencapaian keberhasilan diperlukan evaluasi secara
menyeluruh. Kriterian yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dan
kegagalan pembelajaran dapat dicermati melalui keaktifan peserta didik dalam
proses pembelajaran dan evaluasi kegiatan. Dalam kriteria keberhasilan
berdasarkan hasil presentasi. Kriteria presentase kesesuaian menurut
Suharsimi Arikunto yaitu sebagai berikut ( Arikunto et al, 2021, p.46)
a. Kesesuaian (%) : 0-20 = sangat kurang
b. Kesesuaian (%) : 21-40 = kurang
c. Kesesuaian (%) : 41-60 = cukup
d. Kesesuaian (%) : 61-80 = baik
e. Kesesuaian (%) : 81-100 = sangat baik
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila terjadi peningkatan
sebanyak 80% berhasil mencapai kategori memiliki kriteria baik dalam
pemahaman Materi Syaja’ah, dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan
analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses
pembelajaran. Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase
keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan
dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir
putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu
972
Vol. 3, No 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema:
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif


Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut
sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

X =
X
N
Dengan : = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

ΣN = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

P=
 Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
 Siswa
HASIL PENELITIAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data
observasi berupa pengamatan pengelolaan metode pemberian tugas belajar dan
resitasi dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan
data tes formatif siswa pada setiap siklus.
Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang
betul-betul mewakili apa yang diinginkan, Data ini selanjutnya dianalisis
tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data
pengamatan penglolaan metode pemberian tugas belajar dan resitasi yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode metode pemberian
tugas belajar dan resitasi dalam meningkatkan prestasi
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
setelah diterapkan metode pemberian tugas belajar dan resitasi.
Pada awal belajar mengajar siswa diberi Pre Test I dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang
telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai
berikut:
Tabel 1 Hasil Pre Test Siswa Pada Siklus I
No Nilai Keterangan

973
Vol. 3, No 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema:
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

T TT
1 60 √
2 60 √
3 0 √
4 90 √
5 20 √
6 60 √
7 50 √
Jumlah 340 1 orang 6 orang
Jumlah Skor = 340
Rata-rata Skor Tercapai = 48,57
Dari tabel di atas dapat di jelaskan bahwa dengan pemberian tes awal
sebelum memulai aktivitas proses belajar dan mengajar dengan tujuan untuk
mengatahui sampai sejauh mana pengatahuan dan pemahaman siswa tentang
materi syaja’ah, diperoleh nilai rata-rata prestasi siswa adalah 46.57 dan
ketuntasan belajar mencapai 14,28% pada 1 siswa dari 7 siswa. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pres test awal pada siklus I secara klasikal siswa belum
tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai hanya sebasar 14.28% lebih
kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebasar 85%. Hal ini
disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang
dimaksudkan dan digunakan guru dengan pemberian masalah yang berkaitan
materi syaja’ah.

Setelah siswa diberikan asupan meteri syaja’ah dengan diberikan tayangan


vedio dan melihat youtube untuk menambah wawasan mereka serta diberikan
materi untuk bahan badingan didalam memahami materi syaja’ah pada
pendekatan saintifik serta model pembelajaran Discovery Learning.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi Post Test dengan tujuan untuk
mengetahui seberapa paham dan pengetahun yang didapat pada proses belajar
mengajar. Adapun data hasil Post Tes

Keterangan
No Nilai

1 100 √
2 90 √
3 90 √
4 100 √
5 100 √
6 90 √
7 50 √

974
Vol. 3, No 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema:
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

Jumlah 620 6 orang 1 orang


Jumlah Skor = 620
Rata-rata Skor Tercapai = 88,75
Dari tabel di atas dapat di jelaskan bahwa dengan pemberian post test
setelah aktivitas proses belajar dan mengajar dengan tujuan untuk mengatahui
sampai sejauh mana pengatahuan dan pemahaman siswa tentang materi
syaja’ah, diperoleh nilai rata-rata prestasi siswa adalah 88.57 dan ketuntasan
belajar mencapai 85,71% pada 6 siswa dari 7 siswa. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa post test pada siklus I secara klasikal siswa tuntas belajar, karena siswa
yang memperoleh nilai hanya 85,71% lebih besar dari persentase ketuntasan
yang dikehendaki yaitu sebasar 85%. Hal ini disebabkan peningkatan
kemampuan guru dalam menerapkan model dan metode pembelajaran
Discovery Learning sehingga siswa menjadi lebih memahami pembelajaran
seperti ini Pada siklus I ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai.
Pada siklus dua peniliti kembali melakukan pengujian diberikan tes
akhir pada akhir pembelajaran sebagai penguatan sampai jauhmana peserta
didik memahami kembali mata pelajaran yang telah disampaikan pada
pembelajaran yang telah lewat, namun pada pada siklus dua ini ada perubahan
jumlah siswa didalam mengikuti sebagai subjek penilitain sebagaiman dalam
tebel siklus II berikut :
Keterangan
No Nilai

1 80 √
2 100 √
3 95 √
4 100 √
5 100 √
6 60 √
7 100 √
8 90 √
9 100 √
Jumlah = 825
Jumlah Skor = 825
Rata-Rata Tercapai = 91,66
Bedasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata post Test sebasar 91,66
dan dari 8 siswa yang telah tuntas. Maka secara klasikal ketuntasan belajar
yang telah tercapai sebasar 88,88% termasuk kategori tuntas. Hal pada siklus II
ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil
belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan
guru dalam dalam menerapkan model Discovery Learning sehingga siswa

975
Vol. 3, No 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema:
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih
mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus II ini
ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penilitian ini hanya sampai
pada siklus II.
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran
Discovey Learning memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pemhaman siswa terhadap
meteri syaja’ah yang disampaikan guru ketuntasan belajar meningkat dari
siklus I sampai Siklus II yaitu masing masing 85,71%, 88,88% pada siklus II
ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai.
Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis
data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar model
Pembelajaran Discovery Learning dalam setiap siklus mengalami peningkatan.
Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang
terus mengalami peningkatan.
Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis
data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran agama islam pada
pokok bahasan meteri syaja’ah yang paling dominan adalah bekerja dengan
menggunakan alat/media, melihat tayangan vedio, mendengarkan/
memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan
guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langah-langkah model pembelajaran Discovery Learning dengan
baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan
LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi
umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas
cukup besar.

KESIMPULAN

976
Vol. 3, No 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema:
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua


siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran Discovery Learning memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (85,71%), Siklus
II (88,88%)
2. Penerapan Model Pembelajaran Discovey Learning mempunyai pengaruh
positif, yaitu dapat meningkatkan pemahaman meteri syaja’ah ditunjukan
dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa
menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan model-model
pembelajaran Discovery Learning sehingga mereka menjadi termotivasi
untuk belajar.
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar agama islam lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang
optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
Untuk melaksanakan Peningkatan Pemahaman materi syaja’ah model
pembelajaran Discory Learninng memerlukan persiapan yang cukup matang,
sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar
bisa diterapkan dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang
optimal.
Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya
lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode dan model pembelajaran,
walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya

DAFTAR PUSTAKA

977
Vol. 3, No 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema:
e-ISSN: 2807-8632
Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi agama islam dan Remidi Salatiga: Universitas
Kristen Satya Wacana.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn
dan Bacon.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan
Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.

Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa
Universitas Press.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa


Cipta.

Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri


Surabaya.

978
Vol. 3, No 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
Tema:

Anda mungkin juga menyukai