Anda di halaman 1dari 40

PERANAN GURU AGAMA KRISTEN DALAM MENGGUNAKAN METODE

PEMBELAJARAN RESITASI BERDASARKAN 2 TAWARIKH 35:1-3 TERHADAP

PENINGKATAN KEAKTIFAN PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI SMAN 1

CIKARANG UTARA

NIM : 02201715456

Oleh :

Sandi Ari
BAB 1

Pendahuluan

Dalam kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik tidaklah selalu lancar dan sesuai seperti

yang diharapkan, kadang-kadang peserta didik mengalami kesulitan atau hambatan dalam proses

pembelajaran. Tetapi tidak semua peserta didik yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran

secara khusus dalam cara berpikir intelektual peserta didik dalam pembelajaran. Intelektual

yaitu: Cerdas, berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan.1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan

Nasional, bab II pasal 3 menyebutkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional secara luas:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, serta bertanggung jawab 2

Melalui sistem yang pembelajaran yang baik dapat melahirkian masyarakat yang cerdas,

kreatif, dan bermoral. Dalam mendidik peserta didik maka diperlukan ketrampilan khusus bagi

guru untuk dapat menyampaikan materi dan membimbing siswa agar dapat meningkatkan minat

dan prestasi belajar siswa saat melakukan proses pembelajaran, Dengan adanya penggunaan

Model Pembelajaran Resitasi peserta didik lebih seriuslagi dalam kegiatan pembelajaran.

1
KBBI
2
Himpunan Peraturan Perundang-undangan SISDIKNAS (Bandung: Fokus Media,2010)
A. Latar Belakang

Pengaruh pendidikan Agama Kristen dapat dilihat dan dirasakan secara langsung

dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, dalam kehidupan kelompok pemuda

Kristen dan kehidupan setiap individual diri dari pemuda Kristen dalam meneladani

Yesus Kristus sebagai Tuhan. Latar belakang masalah adalah kondisi-kondisi yang

mendasari atau mendukung kelayakan ditentukannya masalah pendidikan3

Proses kegiatan belajar yang dilakukan di Sekolah Menengah Atas I Cikarang Utara,

kegiatan belajar yang terus dilakukan oleh guru dan peserta didik terus menerus

mengalami perkembangan yang baik dalam kegiatan proses pembelajaran meskipun juga

masih ada hal-hal yang menjadi kendala untuk melangsungkan pembelajaran yang

dilakukan guru juga kurang bervariasi dalam pembelajaran pendidikan agama Kristen,

sehingga peserta didik kurang adanya penambahan metode dalam proses pembelajaran

yang meningkatkan secara kognitif peserta didik, peserta didik kurang memahami dalam

pembelajaran dikarenakan tidak adanya pengulangan kembali pembelajaran yang sudah

diajarkan untuk membuat matang dalam pemahaman materi pembelajaran. Dalam proses

kegiatan belajar supaya tentunya tenaga pendidik sangat diperlukan untuk melengkapi

prosedur belajar mengajar supaya pembelajaran yang dilakukan lebih efektif dan efisien

sehingga terjadi kenyamanan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, dengan kurangnya

tenaga pendidik pendidikan agama Kristen. Pembelajaran yang menarik dapat

meningkatkan semangat dan keaktifan belajar peserta didik, dan strategi mengajar sangat

diperlukan dalam meningkatkan keaktifan belajar peserta didik dimana seorang

3
Ester Yunita Dewi, Ditkat Kuliah Metode Menulis Makalah, Semester I, Bogor : Sekolah Tinggi Teologi Kadesi
Bogor, 2015.
Pendidikan mesti dapat mencegah peserta didik pasif dalam kelas. Oleh karena itu perlu

adanya model pembelajaran resitasi untuk meningkatkan keaktifan peserta didik,

sehingga bisa mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik. Metode pembelajaran

resitasi adalah metode penyajian bahan, dimana guru memberikan tugas tertentu agar

siswa melakukan kegiatan belajar yang dapat dilakukan dalam kelas, dihalaman sekolah,

dilaboratorium, di perpustakaan dan pada lingkungan sekolah lainnya yang mendukung4

Dampak negatif dalam meningkatkan keaktifan peserta didik yaitu. Pertama, kurangnya

guru untuk melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Kedua, kurangnya minat

peserta didik dalam pembelajaran. Oleh karena mengangkat judul Peranan Guru Agama Kristen

Dalam Menggunakan Metode Pembelajaran Resitasi Bagi Peningkatan Keaktifan Peserta Didik

di SMAN I CIKARANG UTARA.

B. Identifikasi Masalah

Mencermati dasar pemikiran diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat di

identifikasi sebagai berikut :

Pertama, Guru tidak menerangkan kembali apa yang sudah diajarkan

Kedua, Kurangnya penerapan model pembelajaran dalam menyampaikan materi

pembelajaran.

Ketiga, Peserta didik kurang Aktif dalam pembelajaran terhadap, pengajaran metode

ceramah.

Keempat, kurangnya tenaga pendidik Pendidikan Agama Kristen.

4
Erawan Aidid, M.Pd, Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Metode Resitasi, (CV Bayfa Cendekia Indonesia: 2020)
C. Batasan Masalah

Batasan masalah dapat memudahkan pra peneliti untuk lebih fokus dalam menyelesaikan

masalah-masalah yang telah teridentifikasi. Dengan adanya berbagai masalah yang berkaitan

dengan model pembelajaran resitasi tentu tidak dapat dibahas dalam waktu yang sama. Oleh

karena itu untuk mempermudah jalannya perlu ada pembatasan masalah. Pada nomor satu yaitu

peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran. Terhadap tidak adanya pengulangan kembali

mengenai yang sudah diajarkan untuk meningkatkan keaktifan peserta didik

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas maka dirumuskan

masalah penelitian. Rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan

jawabannya melalui pengumpulan data yang dijelaskan dalam buku metodologi penelitian

kualitatif, kuantitatif dan R&D.5 Oleh sebab itu pra peneliti mengajukan pertanyaan berdasarkan

batasan masalah yang telah ditentukan. Peneliti membuat suatu rumusan masalah, sejauh mana

Peranan Guru Agama Kristen Dalam Menggunakan Metode Pembelajaran Resitasi Bagi

Peningkatan Keaktifan Peserta Didik di SMAN I CIKARANG UTARA.

E. Manfaat Penelitian

Secara karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi-instansi pendidikan baik

sekolah maupun bagi orang yang berminat untuk membacanya.

Adapun dalam pra penelitian ini membawa manfaat yang bersifat teoritis dan praktis

manfaat yang dimaksud sebagai berikut :

5
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D (ALFABETA BANDUNG 2007),35
1. Secara Teoritis

Manfaat secara umum memberikan sumbangan pemikiran berupa pemikiran wacana dalam

bidang pendidikan, khususnya tentang peningkatan intelektual belajar peserta didik melalui

model pembelajaran inquiry ini sehingga dapat menciptakan peserta didik yang cerdas

berintelektual dan takut akan Tuhan.

Pertama, bermanfaat bagi semua lembaga pendidikan, khususnya bagi guru Pendidikan

Agama Kristen di Sekolah Menengah Atas Cikarang Utara. Pertama dalam meningkatkan

kualitas mengajar untuk menghasilkan peserta didik yang bermutu dan berintelektual. Kedua

bermanfaat sebagai literature untuk perpustakaan di STT Kadesi Bogor.

2. Secara Praktis

Bagi peserta didik di SMAN I Cikarang Utara sebagai bahan sumber belajar dalam

meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran.

E. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penyusunan karya ilmiah ini disusun untuk dalam lima bab untuk

mempernudah para pembaca dan pengguna dalam memahami karya ilmiah ini maka

dapat disajikan beberapa bab terdiri dari sebagai berikut:

BAB I, Pendahuluan, berisikan tentang latar belakang masalah, identifikasi

masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan
BAB II, Dalam bab ini terdiri dari pembahasan landasan teori, kerangka berpikir,

dan hipotesis penelitian

BAB III, Penulisan akan menguraikan tentang tujuan penelitian, tempat dan

waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan

pembuatan instrument penelitian.

BAB IV, Membahas tentang pembahasan hasil penelitian yang mencakup:

Deskripsi data, pengujian persyaratan Analisis, Pengujian Hipotesis pembahasan serta

keterbatasan penelitian

BAB V, Pembahasan dalam bab ini adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan

dan saran dari penelitian dan penyusunan karya ilmiah yang telah dilaksanakan.
BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Penulisan karya ilmiah pada bab ini pra peneliti akan menggunakan berbagai sumber

yang dapat mendukung dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penelusuran ini dilakukan oleh pra

peneliti melalui berbagai sumber yaitu buku, ditkat, artikel, media cetak dan google book dengan

maksud untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih jelas benar dan sistematis agar dapat

mendukung pra penelitian tentang model pembelajaran resitasi terhadap peningkatan ranah

kognitif peserta didik Di SMAN 1 Cikarang Utara

A. Landasan Teori

Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk

menjelaskan berbagai fenomena secara sistematis, Amunir Daliman dalam ditkatnya

“Metodologi Penelitian” “menyatakan bahwa” kerangka teori adalah model konseptual atau

model teoritik mengenai hubungan beberapa faktor yang penting yang ada pada permasalahan

yang dirumuskan.6 Peter Senge menyatakan bahwa “Teori adalah perangkat proposisi dasar

tentang bagaimana ini berjalan, yang telah diuji berulang-ulang dimana kita sudah mendapatkan

sesuatu keyakinan.7

6
Munir Daliman, Ditkat Metodologi Penelitian, semester V (Bogor: Sekolah tinggi Teologi Kadesi Bogor,2013),3.
7
Peter Senge, ddk, Disiplin kelima (Batam: Interaksara),37.
Sandjaja & Albertus Heriyato menyatakan bahwa “kajian perpustakaan atau landasan

teori merupakan langkah-langkah yang penting yang penting dalam suatu penelitian karena yang

relevan dengan masalah penelitian dapat ditemukan melalui langkah-langkah dalam penelitian

tersebut”8 Sunardi Subrata, menyatakan bahwa setelah masalah penelitian dirumuskan maka

langkah kedua dalam proses penelitian adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan

generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan

Bedasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teori merupakan dasar dari

penelitian yang berhubungan dari beberapa faktor yang ada pada masalah yang dirumuskan

mengenai, informasi kemudian definisi tersebut disusun sehingga dapat digunakan untuk

merumuskan atau menjelaskan suatu permasalahan yang terjadi pada penelitian tersebut

Dalam pembahasan ini prapeneliti akan mencantumkan teori yang akan mendukung tentang.

Peranan Guru Agama Kristen Dalam Menggunakan Metode Pembelajaran Resitasi Bagi

Peningkatan Keaktifan Peserta Didik di SMAN I CIKARANG UTARA.

Dalam pra penelitian ini, prapeneliti mencantumkan beberapa teori yang berhubungan

dengan judul karya ilmiah ini.

1. Peningkatan Keaktifan Peserta Didik dalam Pembelajaran

Secara sederhana peningkatan merupakan upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan

kualitas maupun kuantitas peningkatan juga dapat berarti penambahan ketrampilan dan

kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain itu, peningkatan juga berarti pencapaian dalam

proses, ukuran, sifat, hubungan dan sebagainya.

Peningkatan berasal dari kata kerja “Tingkat” yang berarti berusaha untuk naik dan mendapat

awalan “Pe” dan akhiran “kan” sehingga memiliki arti menaikkan derajat menaikkan taraf atau

mempertinggi sesuatu. Dengan demikian peningkatan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk
8
Sanjaja & Heriyanto Albertus, Paduan Penelitian (Jakarta: Prestasi Pustaka 2012),69.
menaikan sesuatu dari yang lebih rendah ketingkatan yang lebih tinggi atau upaya

memaksikmalkan sesuatu ketingkatan yang lebih sempurna. Menurut Adi S, peningkatan berasal

dari kata tingkat yaitu menaikkan, mempertinggi, cara, proses, perbuatan meningkatkan kualitas

sesuatu yang kemudian membentuk susunan. Peningkatan ini juga bisa diartikan sebagai

prestassi peserta didik dalam mengikuti setiap proses kegiatan pembelajaran baik di dalam

sekolah maupun diluar sekolah sehingga mencapai tujuan pembelajaran memungkinkan untuk

dapat pembelajaran itu berhasil.

Melalui beberapa uraian pendapat tokoh diatas maka pra peneliti memberi kesimpulan bahwa

peningkatan merupakan suatu cara perbuatan yang dilakukan oleh seseorang secara terus

menerus untuk memberikan perubahan mulai dari hal terendah sampai tertinggi sehingga

mendorong supaya adanya usaha dan keterampilan serta nilai yang berkompetensi dalam

mempertinggi derajat bidang masing-masing.

a. Pengertian KeAktifan Peserta Didik

Dalam pendidik kuno aktivitas peserta didik tidak pernah diperhatikan karena menurut

pandangan mereka peserta didik dilahirkan tidak lain sebagai “orang dewasa dalam bentuk

kecil”. Ia harus diajar menurut kehendak gurunya, karena itu harus menerima dan mendengar

apa-apa yang disampaikan gunanya. Peserta didik laksana gelas kosong, menerima apa saja yang

dituangkan kedalamnya.9

Peserta didik aktif adalah peserta didik yang terlibat secara intelektual dan emosional dalam

kegiatan belajar.10

9
Dr. Samrin, M.Pd.I, Pengelolaan Pengajaran, (Deepublish: 2021)
10
Jurnal Pendidik Konvergensi (Sang Surya Media: 2019)
Keberhasilan pendidik biasanya dilihat dari hasil belajar peserta didik. Pada saat

pembelajaran dikelas maupun di luar kelas, siswa tidak aktif dengan indikator tidak semua

peserta didik mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, tidak semua pertanyaan dijawab,

tidak senang diberi tugas belajar, dan tidak sering bertanya pada guru atau teman lain. Ketika

peserta didik dipaksakan berdiskusi, mereka tidak berdiskusi hanya bermain-main.interaksi

pembelajaran terjadi searah, jawaban peserta didik seragam terbelenggu, merasa takut bila

jawaban tidak sama, ide atau gagasan baru tidak berkembang, takut untuk bertanya, khawatir

pertanyaannya tidak mengena, belum lagi peserta didik merasa sulit untuk menyusun rangkaian

kata-kata dalam mwnjawab dan bertanya dengan kalimat yang bagus. Seringkali peserta didik

tidak menghargai pendapat dan ide temannya.

Pembelajaran yang peneliti gunakan selama ini yaitu menggunakan metode informasi satu

arah, karena beban materi yang cukup banyak, sedang waktu yang diberikan terbatas. Pemberian

tugas tiap kelompok dikelas. Belajar telah membawa peserta didik benar-benar tergantung pada

guru11

a. Tujuan KeAktifan peserta didik

Keaktifan peserta didik adalah hal-hal yang mempengaruhi dan dapat menciptakan

keaktifan peserta didik. Aspek keaktifan peserta didik merupakan pusat perhatian dalam

penelitian. Keaktifan siswa dipengaruhi oleh aktifitas siswa dalam belajar. Dalam pembelajaran.

Aspek-aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran tersebut meliputi : (1) keberanian ; (2)

berpartisipasi; (3) kreativitas belajar; dan (4) kemandirian belajar.

1. Keberanian

11
Afrita Heksa, S.Pd., Dalam Pembelajaran Sistem Gerak dan Pencernaan Manusia, (Deepublish: 2020)
Keberanian dalam peneliti ini berkaitan dengan keadaan mental peserta didik dalam

mengikuti aktivitas belajar. Keberanian ini merujuk kepada keberanian peserta didik dalam

menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahannya dalam proses belajar

2. Berpartisipasi

Partisipasi peserta didik dalam pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.

Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan bisa dicapai semaksimal

mungkin.

3. Kreatifitas belajar

Kreativitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan

situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu. Peserta didik yang aktif mempunyai motivasi

untuk menciptakan cara belajar yang baru untuk mengkreativitaskan belajar mereka inginkan

4. Kemandirian belajar

Dalam pembelajaran merupakan suatu aktivitas dalam pembelajaran yang didorong oleh

kemauan sendiri, pilihan sendiri dan mengatur diri untuk mencapai hasil yang optimal. Siswa

yang aktif dengan sikap mandiri dengan tidak selalu bergantung pada orang lain12

b. Fungsi Keaktifan peserta didik

Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh beberapa hal yakni dapat berasal dari

diri peserta didik sendiri maupun dari guru. Fakto yang berasal dari guru diantaranya

kemampuan dalam merancang pembelajaran yang mampu menumbuhkan motivasi belajar

peserta didik, menciptakan suasana belajar yang menarik, menyenangkan dan pembelajaran

garys lebih diarahkan pada keaktifan peserta didik. Guru dapat memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk membangun sendiri pengetahuan mereka serta guru bukan satu-satunya

12
Jurnal Pendidik Konvergensi, (Sang Surya Media; 2019)
sebagai sumber belajar. Oleh karena itu guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran

yang sesuai dengan materi belajar agar diperoleh hasil belajar peserta didik yang baik dan

mampu melakukan upaya meningkatkan kompetensi peserta didik melalui metode pembelajaran

resitasi13

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan pembelajaran

Pengembangan keaktifan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran merupakan hal

penting, sebab jika keaktifan peserta didik tidak muncul maka proses pembelajaran akan statis

artinya tidak ada interaksi yang baik antara guru dan peserta didik, oleh karena itu

memungkinkan bagi guru supaya bisa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan

belajar peserta didik. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan peserta didik belajar

antara lain:

1. Faktor Internal

Dalam diri peserta didik sendiri yang meliputi dua aspek yaitu aspek fisiologis jasmaniah

dan aspek psikologis rohaniah kesempurnaan fungsi seluruh panca indera terutama otak, karena

otak adalah sumber memori, sehingga manusia dapat belajar dengan cara menyerap, mengelolah,

menyimpan dan memproduksikan pengetahuam dan ketrampilan untuk mempertahankan dan

mengembangkan kehidupannya dalam upaya tujuan belajar secara optimal. Seorang peserta didik

akan berhasil dalam belajar kalu pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, inilah prinsip

dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, kesatuan antara aspek fisiologis

dan aspek psikologin membantu pelajaran.

2. Faktor Eksternal

13
Prof. Dr. Sukarno, M.Si., Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Guru TK dan SD Melalui Penelitian Tindakan Kelas,
(Penerbit Pustaka Rumah; 2020)
Faktor Eksternal peserta didik terdiri dari dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan

faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial, lingkungan sosial sekolah seperti

guru, para staff administrasi, teman-teman sekelas dapat mempengaruhi keaktifan peserta didik.

Para guru yang selalu menunjukkan sikap yang simpatik dan memperlihatkan teladan yang baik

dan rajin khususnya dalam hal belajar misalnya rajin membaca dapat menjadi daya dorong

positif bagi kegiatan belajar siswa lingkungan sosial yang lebih mempengaruhi kegiatan belajar

ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.

Lingkungan non sosial seperti gedung sekolah dan letaknya tempat tinggal keluarga

siswa, alat belajar, waktu belajar pengaruh dalam keaktifan belajar menimbulkan pertanyaan,

mendorong menghasilkan sesuatu tanggung jawab dan kemandirian menekankan inisiatif diri

memungkinkan untuk mengembangkan potensit keaktifan belajar secara lebih luas perhatian dari

orang tua terhadap minat anaknnya, stimuli dari lingkungan sekolah dan motivasi diri14

3. Ciri-ciri keaktifan belajar

Senang mencari pengalaman baru memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas

yang memiliki inisiatif dan memiliki ketekunan yang tinggi cenderung kritis terhadap orang lain.

Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya selalu ingin tahu peka enerjik dan ullet, percaya

pada diri sendiri mempunyai rasa humor, memiliki rasa keindahan berwawasan masa depan yang

penuh imajinasi menurut slameto bahwa ciri-ciri keaktifan adalah individu dengan potensi cara

menanggap dan tanggapan yang melalui pengamatan15

Hasrat keingintahuan yang cukup besar bersikap terbuka terhadap pengalamab yang baru

panjang akal keinginan untuk menemukan dan meneliti cenderung lebih menyukai tugas berat

14
Ali Mohamad, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta; Bumi Aksara; 2015)
15
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta: PT. Rineka Cipta 2014)
dan sulit, cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan memiliki dedikasi yang

bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas berpikir fleksibel menanggapi pertanyaanya yang

diajukan serta cenderung memberikan jawaban yang lebih banyak kemampuan membuat analisis

dan sintesis memiliki semangat bertanya serta meniliti memiliki abstraksisasi yang cukup baik

memiliki latar belakang membaca cukup luas.16

1. Hakikat Metode Pembelajaran Resitasi

Model merupakan interprestasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari

beberapa sistem sedangkan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Menurut toko

Soekamto, dalam Trianto mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah konseptual

yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar17

Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas maupun tutorial. Jadi model pembelajaran di definisikan sebagai kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik

mendapat informasi, ide, ketrampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model

pembelajaran juga berfungsi pula bagi para perancang pembelajaran dan para pendidik dalm

merancang aktifitas belajar mengajar.18 Keberhasilan pelaksanaan model pembelajaran dalam

aktifitas belajar mengajar tidak lepas dari peran seorang pendidik serta keterlibatan peserta didik

16
Ayu Sri, Pengembangan Kreativitas Siswa (Jakarta : Guepedia 2019)
17
Trianto, Model-Model Pembelajaran InovatifnBerorientasi Konstrujtuvustuk (Jakarta: Prestasi Jakarta, 2012)
18
Suprijini Agus, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PALKEM (Yogyakarta; Pustaka Belajar 2010)
secara aktif dan efektif. Model pembelajaran disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori

pengetahuan.

Menurut pemikiran Joyce, model adalah Each model guides us as we design instruction to

help student achieve various objectives. Melalui model pembelajaran pendidik dapat membantu

peserta didik untuk mendapat informasi, ide, ketrampilan, cara berpikir dan mengekspresikan

ide. Model pembelajaran berfungsi juga bagi para perancang pembelajaran yang sesuai dan

efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya19

a. Pengertian Metode Pembelajaran Resitasi

Adapun terdapat berbagau pendapat dari pengertian metode pembelajaran resitasi dalam

menjelaskan apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran resitasi, Bentuk tugas yang dapat

diberikan adalah tugas-tugas dalam bentuk daftar sejumlah pertanyaan mengenai mata pelajaran

tertentu, atau satu perintah yang harus dibahas dengan diskusi atau perlu dicari uraiannya pada

buku pelajaran. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan luar kelas,

misalnya di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, maupun di rumah

siswa asal tugas itu dapat dikerjakan.

Berikut definisi dan pengertian metode pembelajaran resitasi dari beberapa sumber buku: 

 Menurut Majid (2013), resitasi adalah metode belajar yang mengkombinasikan

penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaan atas diri sendiri. 

 Menurut Djamarah dan Zein (2010), resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru

memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar yang bertujuan untuk

merangsang anak agar aktif belajar, baik secara individual ataupun secara kelompok. 
19
Rusman, model-model pembelajaran, (Jakarta; PT Raja Grafindo Pustaka; 2011)
 Menurut Slameto (1991), resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran yang

memberikan tugas

 Menurut Ahmadi dan Prasetya (1997), resitasi adalah metode pengerjaan rumah yaitu

murid diberi tugas di luar jam pelajaran, dimana anak-anak dapat mengerjakan tugasnya tidak

hanya di rumah, tetapi dapat di perpustakaan, di laboratorium, di kebun percobaan dan

sebagainya untuk dibertanggung jawabkan kepada guru. 

 Menurut Syaiful (2008), resitasi adalah cara penyajian bahan dimana guru memberikan

tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian belajar dan harus dipertanggung

jawabkannya.

 Menurut Daradjat (2011), resitasi adalah metode pembelajaran yang menekankan pada

pemberian tugas oleh guru kepada anak didik untuk menyelesaikan sejumlah kecakapan,

keterampilan tertentu.20

b. Langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran resitasi

Agar pelaksanaa metode pembelajaran resitasi ini dapat berjalan dengan baik maka

memungkinkan bagi guru agar bisa mengetahui langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam

melaksanakan metode pembelajaran resitasi, Menurut Djamarah dan Zein (2010), langkah-

langkah metode resitasi dapat dilakukan melalui beberapa langkah atau fase, yaitu sebagai

berikut: 

1. Fase pemberian tugas. Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya

mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai, jenis tugas yang sesuai dengan kemampuan siswa,

20
Majid, Abdul.. Strategi Pembelajaran. (Bandung: Remaja Rosdakarya 2013)
serta adanya petunjuk yang dapat membantu dan disediakan waktu yang cukup untuk

mengerjakan tugas tersebut. 

2. Fase pelaksanaan tugas. Dalam fase ini diberikan bimbingan atau pengawasan oleh

guru, diberikan dorongan sehingga anak mau melaksanakan, diusahakan atau dikerjakan oleh

anak sendiri, mencatat semua hasil yang diperoleh dengan baik dan sistematis. 

3. Fase pertanggung jawaban tugas. Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang

telah dikerjakan, ada tanya jawab dan diskusi, penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes

atau non-tes atau cara lainnya.

Sedangkan menurut Shalahuddin (1987), metode resitasi akan lebih efektif apabila

dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 

1. Tugas yang akan dikerjakan murid harus jelas dan tegas pembatasannya, dengan

demikian murid tidak ragu-ragu dalam mengerjakan tugasnya. 

2. Tugas yang diberikan harus sesuai dengan taraf perkembangan kecerdasan maupun minta

murid. 

3. Waktu untuk mengerjakan tugas harus jelas. 

4. Adakan kontrol yang sistematis, sehingga mendorong anak untuk bekerja dengan

sungguh-sungguh. 

5. Tugas yang diberikan hendaknya dapat memperkaya pengalaman murid baik untuk di

sekolah di rumah maupun di masyarakat. 

6. Tugas yang diberikan hendaknya dapat bermanfaat baik untuk kebutuhan murid pada saat

sekarang maupun yang akan datang.21

21
Djamarah, S.B., dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta 2010)
c. Kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran resitasi

Metode pembelajaran resitasi yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik

tentu ada banyak kelebihan dan kelemahan yang bisa dilihat sesuai dengan materi

pembelajaran maka dari itu peneliti memapaparkan berbagai macam kelebihan

dan kelemahan metode pembelajaran resitasi.

1). Kelebihan Metode Pembelajaran Resitasi

Kelebihan atau keunggulan metode resitasi adalah: 

1. Memupuk rasa percaya diri sendiri. 

2. Memberi kebiasaan siswa untuk mencari, mengelola informasi dan mengkomunikasikan

sendiri.

3. Mendorong belajar, sehingga tidak mudah bosan.

4. Membina tanggung jawab dan disiplin siswa. 

5. Mengembangkan kreativitas siswa. 

6. Mengembangkan pola berpikir dan ketrampilan siswa.

2). Kekurangan Metode Pembelajaran Resitasi

kekurangan atau kelemahan metode resitasi adalah: 

1. Guru tidak dapat mengontrol apakah siswa telah mengerjakan tugas dengan benar. 

2. Guru sulit membedakan siswa yang aktif dan pasif jika tugas diberikan secara

berkelompok. 

3. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan keadaan individu siswa. 
4. Tugas yang diberikan tidak boleh terlalu mudah atau terlalu sukar namun perlu

dimodifikasi agar tidak dianggap memudahkan atau mempersulit siswa dalam mengerjakannya.22

d. Manfaat Metode Pembelajaran Resitasi

Pembelajaran menuntut adanya prinsip efektivitas, baik dari segi proses maupun segi hasil.

Proses pembelajaran yang efektif memungkinkan tercapainya hasil yang optimal, yaitu

tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran yang efektif lebih

banyak melibatkan aktivitas siswa selama belajar.

Untuk mencapai aktivitas siswa secara optimal dalam pembelajaran adalah dengan

menggunakan metode yang tepat, sesuai dengan karakteristik materi pelajaran dan kondisi

lingkungan belajar siswa.

Metode resitasi merupakan cara guru menyampaikan materi pelajaran melalui pemberian tugas

belajar kepada siswa. Tugas belajar yang diberikan kepada siswa tidak sama dengan pekerjaan

rumah (PR) biasa tetapi lebih luas dari itu. 

Siswa dirangsang agar giat dan rajin belajar untuk mengerjakan tugas yang menyangkut

materi pelajaran yang akan dipelajari, melalui penagihan tugas dan pemberian kuis di awal

pembelajaran serta mengimformasikan hasilnya. Dengan tujuan agar siswa bergairah dalam

segala aktivitasnya baik dalam memperoleh maupun dalam mendalami suatu konsep materi

pembelajaran.

Dengan metode pemberian tugas ini, siswa akan belajar mendapatkan, memahami,

menyimpulkan dan mengolah materi pelajaran secara mandiri sebelum pembelajaran

22
Ahmadi, Abu dan Prasetya, J.T. Strategi Belajar Mengajar (SBM). (Bandung: Pustaka Setia 1997)
berlangsung serta dapat mengkomunikasikannya dalam pembelajaran di kelas. 

Siswa dapat mengerjakan tugas di rumah, di sekolah seperti di perpustakaan, dan di

laboratorium, dapat dijadikan sebagai tempat mencari sumber informasi dalam usaha

meyelesaikan tugas- tugas yang diberikan guru.

Dan sumber belajar tidak hanya dari satu buku, tetapi dapat menggunakan buku sumber lain

yang terdapat didalamnya materi pelajaran yang di pelajari. Tugas yang diberikan sesuai dengan

tujuan pembelajaran, bisa saja berupa tugas baca lalu membuat ringkasan, dan membuat laporan

bila materi pelajaran yang akan dipelajari menuntut percobaan. 

Proses selanjutnya dalam resitasi yaitu melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang telah

dikerjakan siswa dalam bentuk presentasi di depan kelas. 

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran resitasi

Faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran resitasi dalam berbagai mata

pelajaran yang dapat dilihat dan diketahui antara lain terdiri dari dua bagian faktor yaitu

internal dan eksternal

1) Faktor Internal

Pendidikan dan ilmu pengetahuan sangatlah penting addanya untuk mencerdaskan suatu

bangsa pendidikan merupakan hal utama dalam memberi peringatan kepada calon generasi

bangsa kedepannya. Khususnya disini pendidikan tentang metode pembelajaran resitasi yang

akan diajarkan seorang guru kepada peserta didik. Adapun hal-hal harus dilakukan oleh guru

untuk mendalami metode pembelajaran resitasi adalah melalui pengalaman belajar praktik-

empirik. Metode pembelajaran ini dapat menuntun siswa kesuatu pemahaman bidang

pendidikan. A) tanggung jawab, B). Partisipasi

2) Faktor eksternal
Biaya sebagai pendukung dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang dilakukan di

sekolah. Jika ada biaya maka segala kegiatan yang ada disekolah tidak akan berjalan dengan baik

dan efisien dan juga lingkungan, siswa-siswa disekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan

yang dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Dalam lingkungan tersebut terjadi pergaulan

seperti hubungan akrab. Kerja sama, bersaing, bila seorang guru tidak bisa mengendalikan

lingkungan ini maka pembelajaran yang berikanpun tidak akan diterima dan terserap oleh peserta

didik. Sebaliknya apabila guru dapat mengendalikan lingkungan sosial peserta didik ini maka

pembelajaran yang diberikan gurupun akan mudah diterima siswa waktu, didalam kesempatan

dan aktivitas yang serba sibuk, guru harus bisa menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya agar

proses pembelajaran tidak terlaksana dengan sia-sia

A. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar

menyusun kerang berpikir yang membuahkan hipotesa.

Kerangka berpikir merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang terjadi pada objek

permasalahan. Menurut “Sugiono menyatakan bahwa kerangka berpikir adalah model konseptual

tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan

sebagai masalah penting.”23 Selanjutnya menurut purwanto, kerangka berpikir adalah rangkuman

atau ringkasan mengenai faktor-faktor yang terlibat, karakteristik masing-masing dan sifat

pengaruhnya terhadap masalah yang ada dilapangan. Dalam lembaran berikutnya menyatakan

bahwa “kerangka berpikir adalah dukungan dasar teoritis dalam rangka memberikan jawaban

terhadap pendekatan pemecahan masalah”24

23
Sugiono, Metode Penelitian pendekatan Kuantitatif, Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2012)
24
Purwanto, Statistik Untuk Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)
Kerangka berpikir yang baik dan benar akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara

variabel yang akan diteliti atau yang digunakan. Jadi, secara teoritis perlu dijelaskan antara

variabel bebas dan terikat. Oleh karena itu, pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus

didasarkan pada kerangka berpikir. Sugiyono mengatakan dalam bukunya metode penelitian

kualitatif mengemukakan bahwa: kerangka. “berdasarkan teori-teori yang dikemukakan, maka

kerangka berpikir dalam penelitian ini jiga penggunaan metode pembelajaran resitasi, maka

sangat berpengaruh positif terhadap peningkatan keaktifan pembelajaran peserta didik dalam

melakukan proses kegian pembelajaran.

Berdasarkan teori-teori yang sudah diuraikan diatas, maka peneliti dalam penelitian ini

membahas Peranan Guru Agama Kristen Dalam Menggunakan Metode Pembelajaran Resitasi

Terhadap Peningkatan Ke Aktifan Peserta Didik dalam Belajar. Peranan guru agama Kristen

dalam menggunakan metode pembelajaran Resitassi sebagai variabel bebas (X), sedangkan

peningkatan keaktifan peserta didik dalam belajar merupakan variabel (Y). Jadi variabel X akan

mempengaruhi variabel Y seperti gambar dibawah ini.

Peniliti akan menguraikan gambaran konsep pemikiran dan penulisan karya ilmiah ini

secara keseluruhan, peneliti menggambarkan Peranan Guru Agama Kristen dalam menggunakan

Metode Pembelajaran Resitasi sebagai Variabel (X) dan peningkatan keaktifan pesertta didik

dalam belajar sebagai variabel (Y).

Metode Pembelajaran Keaktifan Belajar

Resitasi

Keterangan :
X : Metode Pembelajaran Resitasi

Y : Keaktifan Belajar

Keaktifan peserta didik dalam belajar selama proses belajar mengajar merupakan

salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi peserta didik untuk belajar.25 Belajar yang

aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan peserta didik, baik secara

fisik, mental intelektual, maupun emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan

antara aspek kognitif.26

Metode pembelajaran rasitasi memberikan pengalaman secara fisik dan mental kepada

peserta didik. Pengalaman secara kognitif dalam arti memperhatikan informasi awal yang telah

ada pada diri peserta didik, sehingga peserta didik memiliki suatu kebebasan untuk berpikir,

berpendapat, aktif dan kreatif serta menyusun (merekontruksi) sendiri informasi diperolehnya.

Peneliti merumuskan kerangka berpikir sebagai berikut: metode pembelajaran resitasi

merupakan proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk membantu meningkatkan

kreativitas belajar peserta didik lebih bagus dan bermanfaat. Maka terdapat metode pembelajaran

resitasi (variavel X) terhadap peningkatan keaktifan belajar peserta didik di SMAN 1 Cikarang

Utara adalah variabel (variabel Y)

B. Hipotesa Penelitian

Hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan

ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfirik biasa, secara sadar, teliti, dan permasalahan

yang ada tersebut melakukan penelitian lapangan. Menurut Mikha Agus belum final yang
25
Dwija Utama, Jurnal Penelitian, (Sang Surya Media; 2018)
26
Dr. Moh. Toharudin, M.Pd. Buku Ajar Manajemen Kelas, (Penerbit Lakeisha; 2020)
masih harus diuji atau dibuktikan kebenarannya. Hipotesa adalah sebuah tafsiran yang

dirumuskan serta diterima sementara yang dapat menerangkan sebagai petunjuk untuk

langkah penelitian selanjutnya.27 Purwanto memberi penjelasan bahwa “Hipotesis

bersumber dari teori perumusan hipotesis dari teori dilakukan berdasarkan argumentasi

tertentu yang dituangkan peneliti dalam kerangka berpikir.28

Deskripsi Kitab II Tawarikh

Deskripsi adalah sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para peneloti

untuk memberikan perincian-perincian dari obyek yang sedang dibicarakan. Jadi, dalam

menggarap sebuah deskripsi yang baok, ditubtun dua hal: Pertama, kesanggupan

berbahasa dari seorang penulis. Kedua, kecermatan pengamatan penulis

1) Latar belakang Kitab II Tawarikh

II Tawarikh dibahas dengan terinci dalam pendahuluan I Tawarikh. II Tawarikh meliput

kurun sejarah yang sama dengan I dan II raja-raja, yang menuntut sejarah kedua belahan

kerajaan itu, pemerintahan Salomi (971-931 SM) dan kerajaan terpecah (930-586 SM). Berbeda

dengan I dan II Raja-raja, yang merunut sejarah kedua belahan kerajaan itu, II Tawarikh hanya

berfokus pada nasib Yehuda. Penulis memandang kerajaan Yehuda di selatan sebagai aliran

utama dari “sejarah penebusan” Israel karena (1) bait suci di Yerusalem tetap menjadi pusat

penyembahan yang benar kepada Allah, (2) raja-raja Yehuda adalah keturunan kembali untuk

membangun Yerusalem dan bair suci kembali. II Tawarikh ditulis dari perspektif seorang imam

27
Mikha Agus Widiyanto, Statistika Untuk Penelitian Bidang Teologi, Pendidikan Agama Kristen, dan pelayanan
Gereja (Bandung; Kalam Hidup, 2014)
28
Purwanto, Statistika Untuk Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010)
pada kedua abad ke-5 SM ketika bait suci, keimaman, dan perjanjian Daud kembali menjadi hal

yang sanvat penting.

II tawarikh ditulis untuk kaum sisa Yahudi kembali dan berhadapan dengan kebutuhan

mendesak untuk menemukan kembali warisan rohani mereka. Daripada menekankan sisi gelap

dari sejarah Israel, kitab ini menekankan kebangunan rohani, pembaharuan, dan kebangkitan

kembali iman bagi para buangan yang patah semangat, yang mencari masa delan dan

pengharapan penebusan di tanah perjanjian.

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

Peneliti pada bagian ini akan menjelaskan beberapa hal dalam penyusunan pembahasan

ini yang menjadi objek sasaran utamanya peneliti adalah mengetahui sejauh mana Peranan Guru

Agama Kristen dalam Menggunakan Metode Pembelajaran Resitasi Terhadap Peningkatan


Keaktifan Peserta Didik di SMAN 1 Cikarang Utara. Menurut Mohamad mazir, metode

penelitian adalah suatu cara pencarian pengetahuan dan pemberi artian yang terus-menerus

terhadap sesuatu untuk menemukan sesuatu yang baru.29 Sedangkan menurut mukhtar, metode

penelitian adalah suatu cara yang logis, sistematis, objektif untuk menemukan kebenaran secara

keilmuwan.30 Menurut sedarmayanti mengemukakan bahwa metodologi penelitian adalah

pembahasan mengenai konsep teoritik berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya, yang

dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan yang digunakan.31

Berdasarkan pendapat para tokoh diatas maka dapat disimpulkan bahwa Metodologi

adalah sesuatu cara pencarian pengetahuam dan pemberi konsep artian yang terus menerus

terhadap sesuatu untuk dapat menemukan hal-hal yang baru. Metode penelitian pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan tujuan dan kegunaan data tertentu. Secara umum

tujuan metode penelitian ada tiga macam yaitu: yang bersifat penemuan, pembuktian dan

pengembangan. Penemuan berarti data, tindakan dan produk yang diperoleh dari penelitian itu

yang sangat betul-betul baru dan sebelumnya belum pernah ada. Pembuktian berati data yang

diperoleh itu membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu,

dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan, tindakan dan produk

yang telah ada.

Bab ini akan membahas tentang: Tujuan Penelitian, Tempat dan waktu Penelitian, Metode

Penelitian, Populasi dan Sampling, tekni pengumpulan data, dan tekni analisis Data.

Berdasarkan beberapa teori di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa metode adalah cara

atau prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam mengetahui sesuatu dan bertujuan untuk

mendapatkan hasil.

29
Nazir Mohamad, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003)
30
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Refrensi, 2013)
31
Sedarmayanti, Hidayat Syarifudim, Metodologi Penelitian (Bandung: Mandar Maju, 2011)
A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan manifestasi permasalahan diatas maka peneliti ini bertujuan untuk

mendapatkan informasi atau memperoleh data-data yang diperlukan dari objek yang di teliti.

Penelitian adalah suatu usaha menyelidiki sesuatu hipotesa permasalahan sehingga didapatkan

suatu proses yang Panjang dan ada tiga persyaratan penting didalam mengadakan kegiatan

penelitian yaitu: sistematis, berencana, dan mengikuti konsep ilmiah. Pada dasarnya penelitian

dilakukan karena adanya permasalahan yang tidak diketahui untuk memecahkan masalahnya

dengan segera atau segala yang muncul dalam kehidupan yang tidak diketahui sebab akibatnya.

Dalam melaksanakan suatu penelitian tentunya tidak terlepas dari suatu tujuan yang ingin

dicapai oleh peneliti. Pertama, peneliti hendaknya menguraikan tentang pentingnya Peranan

Guru Agama Kristen Dalam Menggunakan Metode Pembelajaran Resitasi Berdasarkan 2

Tawarikh 35:1-3 Terhadap Peningkatan Keaktifan Peserta Didik di SMAN 1 Cikarang Utara.

Kedua, peneliti akan membuktikan pengaruh Peranan Guru Agama Kristen Dalam Menggunakan

Metode Pembelajaran Resitasi Terhadap Peningkatan Keaktifan Peserta didik di SMAN 1

Cikarang Utara.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu di SMAN 1 Cikarang Utara. Jl. Ki

Hajar Dewantara No.23, Karang Asih, Kec. Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat

17530. Proses penelitian ini dilaksanakan selama satu semester (enam bulan) yang dimulai dari

bulan juli 2022 sampai dengan desember 2022. Peneliti melaksanakan penelitian bersamaan

dengan praktek pelayanan selama satu semester.


C. Metode Penelitian

Metode Penelitian merupakan salah satu yang dapat menunjang dalam mengukur tingkat

keakuratan sebuah informasi yang didapatkan. Karya ilmiah yang disusun oleh seorang peneliti

akan memilih yang akan digunakan dalam melaksanakan penelitian. Metode yang dipilih

berhubungan erat dengan prosedur, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Menurut

sugiyono “Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan

dengan kegunaan tertentu.32 Sedangkan saifuddin Azwar mengatakan “bahwa penelitian research

merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu masalah.33

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa metode adalah cara yang telah

diatur dan telah dipikirkan secara baik-baik, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan yang teliti,

penyelidikan, penelitian keseksamaan, kecermatan 34 Mahi. M.Hikmat menyatakan bahwa

“Metode penelitian merupakan upaya sistematis dan objek untuk mempelajarai suatu masalah

yang ditemukan dan bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang suatu hal yang baru.35 Jadi

dapat diberi kesimpulan bahwa metode penelitian merupakan cara yang mudah untuk

memecahkan suatu masalah dan berbagai informasi yang diperoleh. Jadi di dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan metode penelitian secara kuantitatif yang didukung dengan wawancara,

observasi, angket, studi kata, studi eksposisi, dan studi pustaka.

Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu.

Peneliti memilih menggunakan metode kualitatif dalam peneliti ini dengan alasan sebagai

32
Ibid.,
33
Saifudin Aswar, Metode Penelitian (Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2010)
34
Soeharto dan Ana Retnoningsih “Metode dan Penelitian” Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Semarang: Widya Karya, 2011), 29.

35
Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), 29.
berikut: pertama, masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas. Kedua, peniliti

memahami manfaat menggunakan metode resitasi dalam pembelajaran.

D. Populasi dan Wawancara

Populasi dan sampel merupakan objek dari sebuah penelitian. Penentuan populasi dan

sampel dapat dilakukan dengan menggunakan teori-teori dari para pakar. Populasi adalah

totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan tepat

yang akan diteliti. Sedangkan Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara

tertentu dan memiliki juga karakteristik tertentu, jelas dan tepat yang mewakili populasi.

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang ada di tempat penelitian. Suharni Arikanto

mengatakan bahwa populasi keseluruhan objek penelitian,36 Menurut Harinaldi populasi adalah

kumpulan dari keseluruhan pengukuran objek atau individu yang sedang dikaji.37 Menurut Sulis

Sutrisna populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti dan memiliki karakter ristik yang

sama.38

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek dan objek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

diberikan kesimpulannya untuk memperoleh hasil yang ingin dicapai.

Dengan demikian yang menjadi objek dalam populasi sesuai wawancara di SMAN 1

Cikarang utara.

36
Suharni Arikanto, Prosedur Penelitian Pendidikan Pendekatan Praktik (Bandung: Afabeta, 2013), 23
37
Harinadil, Prinsip-Prinsip Statistic Untuk Tekni dan Sains (Jakata: Erlangga, 2008), 2

38
Sulis Sustrina, Aku Ingin Menjadi Ahli Matematika (Jakarta: Agro Media Pustaka, 2008), 74.
Tabel 1. Populasi sesuai wawancara

NO Kelas Jumlah Peserta didik

1 10 (Sepuluh) 25

2 11 (Sebelas) 23

3 12 (Dua belas) 20

Catatan: Sumber data hasil wawancara

2. Wawancara

Wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan

tertentu.39 Wawancara yang dilakukan dengan lebih dari satu partisipan disebut sebagai focus

grup. Dengan wawancara peneliti dapat memperoleh banyak data yang berguna bagi

penelitiannya.40 Dalam wawancara peneliti dapat mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal

berikut ini (D. Silverman, 1993).

 Fakta (misalnya mengenai data diri, geografis, demografis)

 Kepercayaan dan perspektif seseorang terhadap suatu fakta

 Perasaan

 Perilaku saat ini dan masa lalu

 Standar normative

 Alasan seseorang melakukan sesuatu41

Wawancara memungkinkan peneliti menggali data yang “kaya” dan multidimensi mengenai

suatu hal dari para partisipan42. Wawancara tidak menggali data mengenai fakta (kecuali data diri

39
(Kahn & Cannel, 1957)
40
(Leedy & Ormrod, 2005; Saunders etal, 2016)
41
(D. Silverman, 1993)
42
(Michael D. Myers, 2009)
sang partisipan). Hasil wawancara adalah mengenai persepsi atau ingatan partisipan terhadap

suatu hal.43

Sesuai dengan wawancara yang dilakukan peneliti ambil dalam hasil jumlah populasi

peserta didik kelas 10, 11, 12 dengan jumlah populasi yaitu 68 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik dalam suatu penelitian.44 Ada dua jenis pengumpulan data secara

umum antara lain: 1) data primer adalah yang diperoleh langsung dari lapangan/tempat penelitian

yang datanya diambil langsung menggunakan teknik wawancara atau pengisian kuensioner, 2)

Data sekuler adalah data yang diperoleh tidak langsung dari lapangan melainkan dari dokumen

seperti koran, buku majalah, dan berbagai dokumen lainnya.

Prapenelitian ini, peneliti menggunakan Metode Kualitatif yaitu pertama, biasanya data

bersifat tidak terstruktur menganalisis data yang tidak terstruktur membutuhkan dan alat sendiri.

Kedua, menganalisis data kualitatif tidak terlepas dari subjektivitas sang peneliti dalam artian

metode kualitatif. Mengumpulkan data dari hasil wawancara, informan wawancara, observasi

dan instrumen

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu tanya jawab secara tatap muka yang dilaksanakan oleh

pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Wawancara juga adalah suatu upaya untuk memperoleh data langsung dari responden, dan

43
Samiaji Sarosa. Analisis Data Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: IKAPI, 2021)
44
Djaali dan Pudji Muljiono, Pengukuran dalam bidang pendidikan (Jakarta: Grasindo)
mendengarkan jawaban yang sejujurnya serta menilai kebenaran jawaban yang diberikan dan

juga menjelaskan setiap pertanyaan yang mungkin akan diajukan oleh responden. Dalam metode

penelitian, wawancara digunakan sebagai tekni pengumpulan data apabila peneliti ingin

melekukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit atau kecil. Jadi, dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan suatu

metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung dengan responden untuk

mencari data yang diperlukan dari responden bagi penelitian tersebut.

2. Observasi

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dengan cara

pengamatan (Observasi). secara harfiah Metode Pegamatan adalah metode yang menggunakan

indera penglihatan dalam mengamati keadaan yang ada di sekitar tempat penelitian. Penelitian

yang dimaksud dengan pengamatan tidak hanya sekedar melihat saja melainkan juga perlu

keaktifan untuk meresapi, mencermati, memaknai dan akhirnya mencatat.

Djaali dan Pudji Muljiono. “Menyatakan Bahwa Observasi adalah cara menghipum

bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan terhadap fenomena-

fenomena yang terjadi pada objek pengamatan.45. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu. 1) Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan

istrumen pengamatan, 2) Observasi Sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak

menggunakan instrument pengamatan.

45
Djaali dan Pudji Muljiono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan (Jakarta: Grasindo), 16.
Peneliti telah melakukan observasi dengan kegiatan antara lain, mengamati organisasi

sekolah saat pembelajaran yang sedang berlangsung pada tanggal 03 Mei 2022, mengamati

situasi kegiatan pembelajaran serta melakukan wawancara dengan guru dan kepala sekolah

terkait dengan apa yang terjadi dalam kepribadian peserta didik dalam melakukan prapenelitian.

Peneliti dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati SMAN 1 Cikarang

Utara menggunakan metode observasi sistematis, yaitu pengalaman yang dilakukan dengan

menggunakan pengamatan.

Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah studi

pengamatan terhadap ciri-ciri perilaku sebuah objek yang akan diteliti. Bungin (2007)

mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif,

yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur

a. Observasi partisipasi merupakan metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam

keseharian responden.

b. Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa

menggunakan panduan observasi. Pada observasi ini peneliti atau

pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam

mengamati suatu objek. Informasi yang dihimpun berdasarkan

pengamatan dan senantiasa berkembang di lapangan

c. Observasi kelompok tidak terstruktur adalah observasi yang dilakukan

secara berkelompok terhadap satu atau beberapa objek sekaligus, tidak ada
panduan dan berkembang sejalan dengan apa yang nampak pada saat

observasi berlangsung

3 . Informan Wawancara

Pengertian informan adalah subyek penelitian yang dapat memberikan informasi

mengenai fenomena/permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Dalam penelitian

kualitatif, informan terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Informan kunci

2. Informan utama

3. Informan Pendukung

1. Informan kunci adalah informan yang memiliki informasi secara menyeluruh tentang

permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Informan kunci bukan hanya mengetahui

tentang kondisi/fenomena pada masyarakat secara garis besar, juga memahami informasi tentang

informan utama.

2. Informan utama dalam penelitian kualitatif mirip dengan “aktor utama” dalam sebuah

kisah atau cerita. Dengan demikian informan utama adalah orang yang mengetahui

secara teknis dan detail tentang masalah penelitian yang akan dipelajari

3. Informan pendukung merupakan orang yang dapat memberikan informasi tambahan

sebagai pelengkap analisis dan pembahasan dalam penelitian kualitatif. Informan

tambahan terkadang memberikan informasi yang tidak diberikan oleh informan utama

atau informan kunci.


Kajian di bawah ini peneliti akan memamparkan defenisi konseptual dan defenisi

operasional dari variabel Y yang merupakan Ke Aktifan Peserta Didik, dan Variabel X Peranan

Guru Dalam Menggunakan Model Pembelajaran Resitasi Berdasarkan 2 Tawarikh 35:1-3

F. Istrumen Penelitian

Sesuai dengan yang dipaparkan pada bagian sebelumnya bahwa peneliti akan

menghitung istrumen dengan menggunakan skala Linkert. Skala Linkert adalah suatu teknik

pengukuran data berdasarkan penggunaan kategori yang berurutan (ordinality). Skala linkert

memiliki 5 jenjang penilaian yaitu sangat stuju (stronglsy agree), setuju (anggre), Ragu-ragu

(Netral), Tidak Setuju (Strongly Disagree).

Tabel 2. Skor Nilai Skala Linkert

Skor Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif

1 Sangat setuju Sangat tidak setuju

2 Setuju Tidak setuju

3 Ragu-ragu Ragu-ragu

4 Tidak setuju Setuju

5 Sangat tidak setuju Sangat setuju

Pada suatu pernyataan yang disajikan di dalam angket yang nantinya diisi oleh responden sesuai

dengan resepsinya. Responden mengisi angket sesuai dengan jawaban positif hingga negatif,

sesuai dengan persepsi atau tanggapan pribadi responden terhadap aspek yang akan diberi

penilaian/tanggapan. Bila responden memberikan angka 5 pada pernyataan positif dan nilai 1

pada pernyataan negatif maka responden sangat sesuai persepsinya baik dengan istrumen
variabel X maupun variabel Y, namun apabila sebaliknya responden memberikan nilai 1 pada

istrumen positif dan nilai 5 pada istrumen negatif maka ada kekeliruan atau respoden kurang

memahami maksud dari pernyataan yang diberikan.

Pada bagian ini peneliti akan menentukan defenisi konseptual dan defenisi operasional dari

setiap variabel. Defenisi konseptual adalah pernyataan mengenai ide dalam kata-kata tertentu

atau istilah teoritis yang berkaitan dengan ide-ide atau konsep lain.46 Defenisi operasional adalah

batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan satu kegiatan atau pekerjaan,

misalnya penelitian. Oleh karena itu, defenisi ini juga disebut defenisi kerja karena dijadikan

pedoman untuk melaksanakan suatu penelitian atau pekerjaan tertentu.47

Kajian di bawah ini peneliti akan memamparkan defenisi konseptual dan defenisi operasional

dari variabel Y yang merupakan Ke Aktifan dan Variabel X Peranan Guru Dalam Menggunakan

Model Pembelajaran Resitasi Berdasarkan 2 Tawarikh 35:1-3.

1 . Variabel Ke Aktifan Peserta Didik

Peneliti akan memulai dengan variabel Y yakni Ke Aktifan Peserta Didik. Peneliti akan

menguraikan defenisi konseptual dan operasional:

d. Definisi konseptual Ke Aktifan Peserta Didik

Definisi konseptual Ke Aktifan Peserta Didik adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta

didik untuk belajar secara aktif

e. Defenisi operasional Ke Aktifan Peserta Didik

Keaktifan belajar siswa adalah suatu kondisi, perilaku atau kegiatan yang terjadi pada siswa pada

saat proses belajar yang ditandai dengan keterlibatan siswa seperti bertanya, mengajukan

46
Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif (Jakarta: Prenada Media Group,2015),
47
Widjono Hs, Bahasa Indonesia Mata Kuliah Perkembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi (Jakarta: PT.
Grasindo, 2008)
pendapat, mengerjakan tugas–tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja sama

dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Tabel 3. Indikator variabel (X) Ke Aktifan Peserta Didik

No Indikator Ke Aktifan Peserta Didik

1 Memperhatikan

2 Menjawab

3 Bertanya

4 Mencatat

5 Membuat

2. Variabel Peranan Guru agama Kristen Dalam Menggunakan Model Pembelajaran

Resitasi berdasarkan 2 Tawarikh 35:1-3

Peneliti akan memulai dengan variabel X yakni Peranan Guru Agama Kristen Dalam

Menggunakan Model Pembelajaran Resitasi berdasarkan 2 Tawarikh 35:1-3. Di bawah ini

peneliti akan menguraikan defenisi konseptual dan defenisi operasional yakni:

a. Defenisi Konseptual Peranan Guru Agama Kristen Dalam Menggunakan Model

Pembelajaran Resitasi Berdasarkan 2 Tawarikh 35:1-3

Peranan Guru Agama Kristen Dalam Menggunakan Model Pembelajaran Resitasi

mempunyai peran tersendiri ia harus mampu memberikan sebuah evaluasi untuk peserta didik

agar melihat keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran memahami dari Nats 2
Tawarikh 35:1-3 di SMAN 1 Cikarang Utara yaitu: 1) memimpin, 2) memberikan tugas, 3)

memberikan support, 4) berdiskusi.

Tabel 4. Indikator Peranan Guru Agama Kristen Dalam Menggunakan

Model Pembelajaran Resitasi

NO Indikator Peranan Guru Agama Kristen Dalam Menggunakan Model

Pembelajaran Resitasi Bedasarkan 2 Tawarikh 35:1-3

1 Memimpin

2 Memberikan Tugas

3 Memberikan Support

4 Berdiskusi

F. Kalibrasi Instrumen

Kalibrasi instrument merupakan alat yang digunakan untuk menyaring atau

mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Instrumen penelitian sangat berpengaruh terhadap

hasil penelitian. Setelah instrument disusun langkah selanjutnya yaitu melakukan uji coba

instrument. Instrument yang dibuat oleh peneliti merupakan instrument yang belum baku

sehingga harus diuji kebenarannya dan keandalannya

Berdasarkan hasil populasi 68 peserta didik, maka hasil uji coba informan wawancara

yang dipertanyakan kepada kepala sekolah di SMAN 1 Cikarang Utara adalah sebagai berikut

peserta didik di SMAN 1 Cikarang utara 68 Peserta Didik diantaranya:


Kelas 10 berjumlah 25 peserta didik, kelas 11 berjumlah 23 peserta didik, Kelas 12 berjumlah 20

peserta didik. Uji coba dilakukan dengan sesuai apa yang sudah diwawancarakan di SMAN 1

Cikarang utara, dalam wawancara peneliti melakukan sebuah pertanyaan mengenai sekolah di

SMAN 1 Cikarang Utara terkhususnya dalam kegiatan proses pembelajaran peserta didik di

sekolah

G. Teknik Analisis Wawancara

Kegiatan untuk melakukan penelitian kualitatif. Wawancara terstruktur digunakan

sebagai Teknik pengumpulan data, apabila peneliti atau pengumpulan data telah mengetahui

dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh (informasi sudah jelas). Dalam

praktiknya selain membawa instrument sebagai pedoman wawancara, maka pengumpul data juga

dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, camera, gambar, brosur dan benda lain

yang dapat membantu dalam kegiatan wawancara.

Melakukan identifikasi subjek/partisipan penelitian dan lokasi penelitian, mencari dan

mendapatkan akses menuju subjek/partisipan penelitian dan lokasi penelitian, menemukan jenis

data yang akan dicari, mengembangkan atau menentukan metode pengumpulan data,

pengumpulan data. Dalam pengumpulan data terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam penelitian kualitatif adalah: Pertama, umumnya penelitian dilakukan lebih dari satu kali.

Kedua, dalam melakukan pengumpulan data selalu disesuaikan dengan situasi alamiah, dan

ketiga, lakukan proses eksplorasi lebih dalam terhadap suatu hal yang dirasa perlu untuk

diungkap.

Anda mungkin juga menyukai