Anda di halaman 1dari 20

ROPOSAL PTK

Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dengan Model


Pembelajaran Problem Based Learning pada Materi Keluhuran
Manusia Sebagai Citra Allah Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti Fase E
SMK Negeri 1 Sanggau Ledo

DISUSUN OLEH

Nama : Heleria Eksia, S.Ag


NIP : 198401272010012016

SMK Negeri 1 Sanggau Ledo


2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan PTK yang
berjudul “Peningkatan Motivasi Belajar siswa dengan Model Pembelajaran
Problem Based Learning pada Materi Keluhuran Manusia Sebagai Citra Allah
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Fase E SMK Negeri 1 Sanggau
Ledo”.
Tujuan Penulisan Penelitian Tindakan kelas ini adalah untuk memenuhi
tugas PPG Guru Agama Katolik pada Modul 11.
Dalam Pelitian tindakan kelas ini penulis banyak memperoleh motivasi dan
dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dengan segala ketulusan hati penulis menyampaikan rasa terimakasih
kepada kepada:
1. Ibu Peni Kurnianingtyas, S.Pd selaku Kepala SMK Negeri 1 Sanggau Ledo.
2. Ibu Nerita selaku Dosen Pembimbing dan Bpk Damianus Nursih Martadi
selaku Guru Pamong di kelas XV.
3. Rekan-rekan kelas XV dan semua pihak yang telah membantu memberikan
motivasi, ide-ide, gagasan dan dukungan kepada Penulis.
Penulis menyadari keterbatasan ilmu yang dimiliki, sehingga mungkin
terdapat kekurangan dalam penulisan tindakan kelas ini. Oleh karena itu Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Sanggau Ledo , 12 Juli 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................1
Kata Pengantar ...................................................................................................... 2
Daftar Isi................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................4
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ....................................................6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................6
D. Manfaat Penelitian ..............................................................................7
BAB II KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori .....................................................................................8
1. Motivasi Belajar ..............................................................................8
2. Model Pembelajaran Problem Based Learning............................... 9
3. Materi Keluhuran manusia sebagai Citra Allah...............................10
4. Kurikulum Merdeka (Fase E)...........................................................11
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................12
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................14
B. Variabel Penelitian .......................................................................14
C. Jenis, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data ............................14
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tujuan bangsa Indonesia seperti yang tertuang dalam
pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan Bangsa. Oleh karena itu,
Pendidikan menjadi salah satu pilar penting yang perlu diupayakan dan didorong
guna tercapainya tujuan tersebut. Sistem pendidikan Nasional Indonesia diatur
dalam Undang-Undang No 20 th 2003 tentang sistem pendidikan Nasional,
disebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara”
berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan pribadi yang cerdas secara sikap
spiritual dan social, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat dan Negara.
Peningkatan mutu pendidikan terus diupayakan pemerintah dengan
beberapa perubahan dan penyempurnaan pada kurikulum, dan terakhir adalah
mengimplementasikan Kurikulum merdeka. Konsep pendidikan kurikulum
merdeka adalah mengintegrasikan kemampuan literasi, numerasi, kecakapan
Kognitif, Afektif dan psikomotorik serta penguasaan teknologi. Dalam hal ini
peserta didik diberikan kebebasan dalam berpikir untuk memaksimalkan
pengetahuan yang harus ditempuh (Ariga, S. 2022) selain hal tersebut, penekanan
dalam kurikulum merdeka adalah adanya proyek penguatan profil pelajar
pancasila yang bertujuan agar peserta didik memiliki karakater berdasarkan nilai-
nilai luhur pancasila. Dalam kurikulum merdeka setiap tingkat kompetensi
peserta didik dikelompokkan menjadi fase. Untuk tingkat SMK sendiri ada 2 fase
yang terdiri dari Fase E (umumnya untuk kls X) dan fase F (umumnya untuk kls
XI dan XII).
4
Pendidikan agama katolik dan budi pekerti merupakan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam
rangka mengembangkan kompetensi Peserta didik, memperteguh iman dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran iman Katolik.
Pendidikan agama Katolik dan budi pekerti bertujuan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap membangun
hidup yang semakin beriman. Kemampuan Pengetahuan dimiliki melalui
aktivitas-aktivitas: memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.
Kemampuan keterampilan diperoleh melalui aktivitas-aktivitas, antara lain:,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Kemampuan Sikap dibentuk melalui
pembiasaan: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan.Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan agama Katolik dan
budi pekerti dilaksanakan melalui proses pembelajaran, di mana siswa sebagai
pribadi dan pembelajar menjadi sentral yang secara aktif dikondisikan sebagai
subyek yang membangun kesadaran dan pembelajarannya sendiri dalam
berinteraksi antar siswa, interaksi dengan pendamping (guru), dan refleksi serta
aksi mengikutinya atas kondisi real lingkungan pembelajaran. Siswa didorong
untuk memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggi, kritis, kreatif, aktif
berkomunikasi, ber-eksplorasi, terampil berefleksi, dan berani menyatakan sikap
dan pendapatnya. Demikian proses belajar mengajar ini dikembangkan dan
diharapkan pada akhirnya memperoleh nilai hasil belajar yang maksimal.
Gambaran tentang proses pembelajaran Pendidikan agama katolik dan
budi pekerti di atas, pada kenyataan di lapangan sulit untuk dilaksanakan. Hal ini
dikarenakan beberapa faktor. berdasarkan hasil pengamatan diidentifikasi
masalah motivasi dan hasil belajar peserta didik di Fase E SMKN 1 Sanggau
Ledo dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti masih
tergolong rendah. Rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di Fase E SMKN 1 Sanggau Ledo,
dapat diketahui dari masih banyak dijumpai siswa yang pasif dalam pembelajaran
di kelas, kurang fokus dalam belajar, kebanyakan siswa hanya mencatat dan
mendengarkan materi dari guru, siswa tidak berusaha bertanya tentang materi atau
5
hal-hal yang belum diketahui kepada guru, rasa percaya diri yang rendah karena
jika ada pertanyaan secara lisan siswa hanya berani menjawab pertanyaan secara
bersama karena siswa tidak berani kalau menjawab pertanyaan secara individu.
Kurangnya motivasi belajar siswa ini tentunya akan berpengaruh pada hasil
belajar siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Oleh
karena itu, model pembelajaran yang digunakan mesti cocok dan sesuai agar
peserta didik dapat lebih tertarik dan termotivasi dalam belajar, sehingga peneliti
mengambil model pembelajaran Problem based learning dengan harapan bahwa
dapat terciptanya peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
a) Motivasi Belajar pada siswa kelas X Fase E SMK Negeri 1 Sanggau
Ledo.
b) Model Pembelajaran Problem Based Learning yang digunakan Guru.
2. Rumusan Masalah
a) Bagaimana meningkatkan motivasi belajar peserta didik Fase E pada
Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik materi Keluhuran manusia
sebagai citra Allah.
b) Apakah penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa Fase E SMKN 1 Sanggau Ledo pada materi
Keluhuran manusia sebagai citra Allah?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik Fase E SMKN 1 Sanggau
Ledo pada materi Keluhuran manusia sebagai citra Allah
b) Mengetahui apakah ada peningkatan motivasi dan keaktifan siswa
dalam pembelajaran dengan bantuan model Problem Based Learning
pada materi Keluhuran manusia sebagai citra Allah Fase E

6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
a. Bagi Pendidik.
1) Memperbaiki proses dan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik di kelas.
2) Memperbaiki pola mengajar guru melalui metode pembelajaran yang
tepat.
3) Meningkatkan kreatifitas guru sehingga memperbaiki mutu
pembelajaran.
b. Bagi Peserta didik.
1) Meningkatkan motivasi belajar siswa, menumbuh kembangkan rasa
percaya diri siswa bahwa mereka adalah insan yang pada dasarnya
memiliki kemampuan akademis dan berfikir sistematis serta dapat
menerapkannya secara kritis.
2) Memudahkan siswa dalam memahami materi dan mengikuti proses
pembelajaran.
3) Mendapatkan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
c. Bagi Sekolah
Sekolah sebagai suatu wadah formal penyelenggara pendidikan yang
senantiasa mampu berbenah diri dalam rangka mencapai tujuan selaras visi dan
misinya.

7
BAB II KERANGKA TEORI

A. LANDASAN TEORI
1. Motivasi Belajar
Motivasi merupakan daya dorong yang menggerakkan seseorang untuk
melakukan sesuatu. Seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi akan
melakukan sesuatu dengan gairah, tekun dan pantang menyerah. Menurut John
W. Santrock dalam Maulimul Huda (2017) mengatakan, motivasi merupakan
suatu proses yang memberikan kekuatan/semangat, arah dan gigihnya suatu
perilaku. Menurut Maulimul Huda (2017)Peserta didik yang memiliki motivasi
tinggi dalam belajar terlihat dari tingkah lakunya yang menunjukkan minat,
focus, perhatian dan ketekunan. Sementara peserta didik dengan motivasi rendah
dapat dilihat dari tingkah laku tidak menunjukkan minat, serta berusaha
menghidar dari kegiatan belajar. Menurut Sardiman dalam suharni (2021)
sesorang yang memiliki motivasi belajar tercermin dalam beberapa indicator
antara lain (1) tekun dalam mengerjakan tugas (2) ulet (3) menunjukkan minat
terhadap suatu permasalahan (4) senang bekerja secara mandiri (5) bosan pada
tugas yang sifatnya rutin (6) dapat mempertahankan pendapatnya dari beberapa
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan daya
dorong yang membuat seseorang penuh minat melakukan sesuatu dengan tekun,
tidak putus asa dan mampu bekerja secara mandiri.
Motivasi belajar sangat erat hubungannya dengan prilaku siswa
disekolah. Motivasi belajar dapat membangkitkan dan mengarahkan siswa untuk
mempelajari sesuatu yang baru. Menurut K. T Aritonang (2018) Beberapa
factor yang mempengaruhi minat belajar siswa antara lain: cara guru mengajar,
karakter guru, suasana kelas, dan fasilitas yang digunakan, dengan demikian
dapat dikatakan bila pendidik membangkitkan motivasi belajar siswa dengan
model pembelajaran yang tepat, menarik didukung fasilitas yang memadai, maka
siswa akan memperkuat respon terhadap materi yang dipelajari. Motivasi belajar
yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai
sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan. Motivasi yang ada pada diri

8
siswa sangat penting dalam kegiatan belajar. Ada tidaknya motivasi seseorang
individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam proses aktivitas belajar itu
sendiri. pada dasarnya fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai pendorong
dan pengarah seseorang atau siswa pada aktifitas mereka dalam pencapaian
tujuan belajar.
Motivasi Belajar Pendidikan Agama Katolik merupakan sesuatu yang
mendorong, menggerakan dan mengarahkan siswa katolik dalam belajar.
Motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik mempengaruhi prilaku siswa katolik
di sekolah, di rumah dan di masyarrakat. Motivasi belajar dapat membangkitkan
dan mengarahkan siswa untuk lebih tekun, mandiri, penuh dorongan dan minat
dalam belajar. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak
mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan.

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning


Sebagai pendidik, guru memiliki peran penting sebagai fasilitator agar
proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Salah
satu tujuan pembelajaran yakni siswa dapat terlibat aktif dan menguasai materi
yang telah ditetapkan pada rencana pembelajaran yang telah disusun. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan oleh guru agar tujuan tersebut dapat tercapai adalah
menentukan model pembelajaran yang tepat.
Model pembelajaran adalah kerangka/langkah-langkah kegiatan
pembelajaran yang dibuat oleh guru secara sistematis supaya proses pembelajaran
di kelas dapat berjalan secara dengan baik. Model pembelajaran yang digunakan
oleh guru hendaknya sistematis, disusun secara rinci tentang langkah-langkah
kegiatan yang akan dilakukan oleh guru maupun siswa, pemilihan model
pembelajaran juga memperhatikan karakteristik siswa dan materi serta sarana
pendukung.
Ada banyak model yang bisa digunakan dalam pembelajaran, salah
satunya adalah model pembelajaran berbasis masalah atau Problem based
learning (PBL). Menurut Legiman (2015) Pembelajaran Berbasis Masalah adalah
model pembelajaran yang dirancang agar peserta pendidikan mendapat
9
pengetahuan dan mampu memecahkan masalah, dan menentukan model belajar
sendiri dan memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya
menggunakan pendekatan sistemik untuk memecahkan masalah dan siap
menghadapi tantangan dalam kehidupannya. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar dan memecahkan masalah. (Kemdikbud :
2015) Problem based learning dilakukan melalui tahapan memberikan masalah
kontekstual, merumuskan dan mengidentifikasi masalah dalam kelompok, serta
mencari materi dan solusi yang melatih kemampuan berpikir kritis Yulianti dan
Gunawan 2019 dalam Wulandari, R. (2023) dari beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem based learning adalah model
pembelajaran yang merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk
menyelesaikan masalah kontekstual, dalam model pembelajaran ini siswa
dirangsang untuk aktif mencari dan menganalisis materi yang diberikan, belajar
dengan gayanya sendiri, bekerja dalam kelompok maupun mandiri, dan mampu
mengungkapkan/mengkomunikasikan gagasan maupun hasil analisisnya.

3. Materi Keluhuran manusia sebagai citra Allah


Manusia adalah ciptaan yang paling indah dan istimewa, manusia
dianugerahi martabat yang luhur melebihi ciptaan yang lain. Dalam Kitab Kej 1:
26-27 diceritakan manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah sendiri,
artinya diciptakan penuh kebaikan serupa dengan Allah yang penuh kebaikan,
keagungan dan kemuliaan. Manusia yang serupa dan segambar dengan Allah itu
diberi kuasa atas segala ciptaan yang lain (Kej 1 : 28), oleh karena itu manusia
memiliki martabat yang melebihi ciptaan lain diatas bumi ini. Mazmur 8:1-10
juga menggambarkan bagaimana Allah menciptakan manusia dan
menempatkan manusia secara istimewa di antara semua ciptaan dan
merefleksikan kemuliaan manusia. dalam Luk 12 : 7 “ Bahkan rambut di
kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih
berharga daripada banyak burung pipit”. Dari beberapa teks diatas kita dapat
melihat bahwa setiap pribadi bernilai, berharga, dan luhur. Karena keistimewaan
10
dan keluhurannya inilah setiap orang harus mencintai, menghormati dan
mensyukuri dirinya dan memperlakukan sesamanya juga sebagai mahkluk yang
bermartabat. Tidak ada seorang manusiapun yang tidak bernilai, nilai seseorang
bukan dilihat dari kekayaan, status, ras, agama atau kedudukannya tetapi karena
nilai-nilai ilahi yang ada pada dirinya.
Setiap orang hendaknya menyadari dan menghormati luhurnya martabat
pribadi manusia. Oleh karena itu segala bentuk perendahan martabat menjadi hal
yang harus dijauhi dan dikecam. Manusia harus menyadari bahwa Allah sendiri
telah mengangkat derajat dan martabat manusia yang hina dihadapan Allah
menjadi mahkluk yang mulia yang serupa denganNya, maka manusia mesti
menjaga dan memberi penghormatan terhadap luhurnya martabat sesama sebagai
bentuk ungkapan syukur dan pujian kepada Allah.

4. Kurikulum Merdeka (Fase E)


Peningkatan mutu pendidikan terus diupayakan pemerintah dengan
beberapa perubahan dan penyempurnaan pada kurikulum, dan terakhir adalah
mengimplementasikan Kurikulum merdeka. Konsep pendidikan kurikulum
merdeka adalah mengintegrasikan kemampuan literasi, numerasi, kecakapan
Kognitif, Afektif dan psikomotorik serta penguasaan teknologi. Dalam hal ini
peserta didik diberikan kebebasan dalam berpikir untuk memaksimalkan
pengetahuan yang harus ditempuh (Ariga, S. 2022) selain hal tersebut, penekanan
dalam kurikulum merdeka adalah adanya proyek penguatan profil pelajar
pancasila yang bertujuan agar peserta didik memiliki karakater berdasarkan nilai-
nilai luhur pancasila.
Dalam kurikulum merdeka setiap tingkat kompetensi peserta didik
dikelompokkan menjadi fase. Untuk tingkat SMK sendiri ada 2 fase yang terdiri
dari Fase E dan fase F. Fase E dalam kurikulum merdeka adalah fase tingkat
kompetensi yang umumnya diperuntukan untuk kelas X tingkat menengah
(SMA/SMK atau sederajat) di fase E peserta didik dituntuk untuk mampu
mengenali potensi diri, memiliki kemampuan berpikir yang tinggi sebelum masuk
pada fase berikutnya yaitu fase F.
11
B. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian terdahulu adalah upaya Peneliti mencari perbandingan dan
menemukan inspirasi baru untuk penelitian berikutnya. Penelitian terdahulu juga
akan membantu peneliti dalam mencari referensi, menemukan gagasan dan untuk
menampilkan tingkat keaslian dari penelitian ini. Berikut penelitian terdahulu
yang terkait dengan model pembelajaran yang digunakan
Penelitian dilakukan oleh Kerans (2023) dalam tulisanya dengan judul
Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBP) untuk
meningkatkan motivasi belajar Peserta didk Pada Pelajaran Fisika , Materi
Dinamika Partikel di kelas X MIPA SMAS Santo Darius Larantuka Tahun Ajaran
2019/2020. Jenis penelitian ini menggunakan metode observasi dengan
pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa penerapan
model pembelajaran PBL dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Penelitian dilakukan dalam 2 siklus secara daring, dan data dikumpulkan melalui
lembar observasi. Pada siklus 1 terdapat beberapa hal yang direfleksikan antara
lain guru belum menyediakan media pembelajaran sehingga peserta didik kurang
mengerti materi yang disampaikan akibatnya kurang aktif dalam pembelajaran,
hasil refleksi tersebut akhirnya diperbaiki pada siklus ke 2 sehingga hasil dari
pengamatan siklus 2 terjadi peningkatan pada motivasi belajar peserta didik.
Persamaan sebelumnya dengan penelitian ini adalah:
1. Menggunakan model pembelajaran PBL untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa
2. Jenis dan metode pendekatan yang sama yaitu kualitatif melalui lembar
observasi.
3. Subjek penelitian kelas X (Fase E)

12
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran pada penelitian sebelumnya dilaksanakan secara daring
sedangkan dalam penelitian ini pembelajaran tatap muka
2. Pemebelajaran sebelumnya dilaksanakan dengan alokasi waktu 45 menit
(1xpertemuan) sedangkan penelitian sekarang selama 3x45 menit (1 x
pertemuan)
3. Mata pelajaran pada penelitian sebelumnya adalah pelajaran fisika.
4. Penelitian sebelumnya dilakukan di Sekolah Swasta katolik sedangkan
penelitian saat ini dilakukan di Sekolah Negeri.

13
BAB III. METODE

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian
kualitiatif merupakan penelitian yang berfokus pembuktian nonangka. Bersifat
deskriftif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi sebagai data dan
hasil pembuktian penelitian.

B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah (1) Motivasi belajar siswa
(2) Model pembelajaran PBL.

C. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data


Untuk memecahkan masalah, diperlukan teknik dan alat pengumpul data
yang tepat, agar pemecahaan masalah dapat mencapai tingkat validitas yang
memungkinkan diperoleh hasil yang objektif Arikunto ( 2013 : 265-274)
mengungkapkan bahwa data meliputi : Tes, Kuesioner atau angket, Interview,
Observasi, Dokumentasi. Handari nawawi (2012;100-101) mengemukakan teknik
pengumpulan data yang dipakai dalam tindakan adalah sebagai berikut : Tenik
observasi langsung, Teknik observasi tidak langsung, Teknik komunikasi
langsung, Teknik komunikasi tidak langsung, Teknik studi documenter.
Berdasarkan teknik pengumpulan data diatas, maka teknik pengumpul data
yang digunakan dalam tindakan ini adalah teknik observasi langsung. Observasi
langsung adalah salah satu metode pengumpulan data dengan cara mengamati
atau meninjau secara cermat dan langsung di lokasi penelitian untuk mengetahui
kondisi yang terjadi atau membuktikan kebenaran dari sebuah desain penelitian
yang sedang dilakukan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ariga, S (2022). Implementasi kurikulum merdeka pasca pandemi covid-19. Edu


Society: Jurnal Pendidikan, Ilmu Sosial …, jurnal.permapendis-sumut.org,

Huda, M (2017). Kompetensi kepribadian guru dan motivasi belajar siswa. Jurnal
penelitian,

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Kemendikbud, RI (2015). Model Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based


Learning. Jakarta: Kemen-trian Pendidikan Dan Kebudayaan RI

Konferensi Wali Gereja Indonesia, ALKITAB, Lembaga Alkitab Indonesia;Jakarta

Kerans, HL (2023). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM


BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
PESERTA DIDIK PADA MATA …. Journal of Innovation Research and
Knowledge, bajangjournal.com,

K.T Aritonang (2018) MINAT DAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN


HASIL BELAJAR SISWA. Jurnal pendidikan penabur, 7(10), 11-21.Oleh K.T
Aritonang (2018).

Legiman, MP, & Widyaiswara, L PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN


BERBASIS MASALAH/PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Suharni, S (2021). Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. G-


Couns: Jurnal Bimbingan Dan Konseling,

Wulandari, R. (2023). EFEKTIVITAS BENTUK MODEL PEMBELAJARAN:


Problem Based Learning (PBL).

15
Tugas LK 11b. Penyusunan instrumen PTK

LEMBAR PENGAMATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA


PENILAIAN OBSERVASI

SatuanPendidikan : SMK Negeri 1 Sanggau Ledo


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Fase/Semester : X/1
Tahun Pelajaran : 2023/2024
Waktu Pengamatan : Pada saat Pelaksanaan siklus 1 dan 2
Materi : Keluhuran Manusia Sebagai Citra Allah
Tujuan Pembelajaran : Peserta didik dapat menganalisis keluhuran manusia sebagai citra
Allah dengan benar, bersyukur atas martabatnya sebagai citra
Allah, menghormati , menghargai dan tanggung jawab terhadap
keluruhan manusia sebagai citra Allah.
Indikator :
1. Peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan guru
2. Peserta didik bertanya kepada guru/teman apabila menemukan kesulitan
3. Peserta didik menunjukkan rasa ingin tau dengan bertanya pada saat diskusi
4. Peserta didik menjawab pertanyaan yang diberikan guru
5. Peserta didik memberikan ide, gagasan saat diskusi atau dalam kegiatan
pembelajaran
Prosentase keberhasilan = skor yang ingin dicapai X 100%
Skor maksimal
Nilai dengan Angka Prosentase Keberhasilan Taraf
Keberhasilan
5 81% - 100% Sangat baik
4 61% - 80% Baik
3 41 - 60% Cukup
2 21% - 40% Kurang
1 0% - 20% Sangat kurang

Rubrik::

1. Sangat Kurang jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam
pembelajaran (prosentase 0%-20%)
2. Kurang jika menunjukkan ada sedikit usaha ambil bagian dalam pembelajaran tetapi
belum konsisten (21%-40%)
3. Cukup jika menunjukkan sudah ada usaha ambil bagian dalam pembelajaran tetapi
belum konsisten (41%-60%)
4. Baik Jika mengambil bagian dalam pembelajaran dan konsisten melaksanakan tugas
(61%-80%)
5. Sangat baik jika menunjukkan sudah ambil bagian dalam menyelesaikan tugas
kelompok secara terus menerus konsisten, memberikan ide/gagasan dalam
pembelajaran (80%-100%)

16
DAFTAR CHECK LIST MOTIVASI BELAJAR SISWA
PENILAIAN OBSERVASI

Fase :X
Materi : Keluhuran manusia sebagai citra Allah
Tanggal Pengamatan :

Bubuhkan tanda( √) pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No Nama Siswa Aspek Aspek Aspek Aspe Aspe Aspe Σ % Nilai


1 2 3 k4 k5 k6

10

11

12

13

14

Σ indikator yang muncul


Prosentase keberhasilan tindakan (%)

Nilai masing-masing indikator


17
Keterangan aspek yang diamati/indikator:
Aspek 1 : Peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
Aspek 2 : Peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru atau teman jika ada materi
yang belum dimengerti
Aspek 3 : Peserta didik menunjukkan rasa ingin tahu dengan cara mengajukan pertanyaan
saat diskusi
Aspek 4 : Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru
Aspek 5 : Peserta didik memberi jawaban, ide/gagasan saat diskusi kelompok

Prosentase keberhasilan = skor yang ingin dicapai X 100%


Skor maksimal

Nilai dengan Angka Prosentase Keberhasilan Taraf


Keberhasilan
5 81% - 100% Sangat baik
4 61% - 80% Baik
3 41 - 60% Cukup
2 21% - 40% Kurang
1 0% - 20% Sangat kurang

18
DAFTAR CHECK LIST KEGIATAN GURU BELAJAR SISWA
PENILAIAN OBSERVASI
No Aspek Yang Nilai Rata- Ket
Dinilai rata
Skor
I. Pra Pembelajaran
1. 1. Kesiapan ruangan, alat dan media pembelajaran
2. Memeriksa kesiapan peserta didik
II. Membuka Pelajaran
1. Melakukan Kegiatan pembukaan, salam ,doa, Apersepsi
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan
rencana kegiatan
III. Kegiatan Inti
a. 2.Penguasaan Pembelajaran
1. Menunjukan materi pembelajaran
2. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang
relevan
3. Menyampaikan materi sesuai dengan tujuan
pembelajaran
4. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
b. 3.Pendekatan/Strategi Pembelajaran
1. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran
2. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan peserta didik
3. Melaksanakan pembelajaran sesuai sintaks PBL
4. Menguasai kelas
5. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
6. Melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan waktu
yang telah dialokasikan
c. 4. Pemanfaatan Media Pembelajaran/sumber belajar
1. Menunjukan keterampilan dalam menggunakan media
2. Menggunakan media secara efektif dan efisien
3. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media
d. 5.Pembelajaran yang memicu dan memelihara
ketertiban peserta didik
1. Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik
dalam pembelajaran
2. Merespon positif partisipasi peserta didik
3. Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, peserta didik
dan sumber belajar
4. Menunjukan sifat terbuka terhadap respon peserta
didik
5. Menunjukkan keceriaan dan antusiasme peserta didik
dalam belajar
19
e. Kemampuan khusus Pembelajaran di fase E
1. Mengembangkan konsep materi ajar
2. Mengembangkan sikap peka, tanggap, dan adaptif
tetapi kritis terhadap materi pembelajaran
f. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1. Memantau kemajuan belajar
2. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan
pembelajaran
g. 6. Penggunaan Bahasa
1. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar
2. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar
IV. Penutup
1. Melaksanakan refleksi pembelajaran dengan
melibatkan peserta didik
2. Menyusun rangkuman dengan melibatkan peserta
didik
3. Melaksanakan tindak lanjut
Jumlah
Skor rata-rata

Nilai:
4 : Baik Sekali
3 : Baik
2 : cukup
1 : Kurang

20

Anda mungkin juga menyukai