Anda di halaman 1dari 13

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

( PTK )
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI
METODE DISKUSI TENTANG MATERI INDAHNYA MENGAMPUNI
BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 8 WEWEWA TIMUR

OLEH

ROSTIA THEODORA IMANUEL, S.PdK


NIP. 19880117 201402 2 002

SMP NEGERI 8 WEWEWA TIMUR


TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Lembar identitas dan pengesahan penelitian tindakan kelas(PTK)

1. Judul penelitian : Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Metode Diskusi Tentang
Materi Indahnya Mengampuni Bagi Siswa SMP Negeri 8 Wewewa Timur Tahun Pelajaran
2022/2023
2. Peneliti
a. Nama : Rostia Theodora Imanuel,S.PdK
b. NIP : 19880117 201402 2 002
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Jabatan : Guru Agama Kristen
3. Lokasi Penelitian : SMP Negeri 8 Wewewa Timur

Kadi Wone, 02 Agustus 2022

Mengetahui,
Kepala Sekolah Peneliti

Lidia Ngade Lodo, S.Pd Rostia Theodora Imanuel,S.PdK


Nip. 19710517 199903 2 011 Nip. 19880117 201402 2 002
KATA PENGANTAR

Syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kemurahanNya serta hikmatNya penulis
dapat menyelesaikan Laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “ Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Melalui Metode Diskusi dan Tanya Jawab tentang Materi Indahnya
Mengampuni bagi siswa kelas VII-B di SMP Negeri 8 Wewewa Timur” guna memperbaiki tingkat
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dikelas.
Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki, maka dengan kerendahan hati Penulis
sangat mengharapkan usul saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan
tulisan ini. Semoga tulisan yang sangat sederhana ini dapat membawa dampak yang positif bagi
perkembangan Pendidikan khususnya di SMP Negeri 8 Wewewa Timur

Kadi Wone , 02 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................................ii
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................... 3
C. Pemecahan masalah ............................................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 4
E. Kegunaan penelitian.................................................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................... 6


A. Landasan Teori ..........................................................................................................6
B. Pengertian Metode Diskusi............................................... ............................,..........6
C. Langkah-langkah Metode Diskusi......................... .................................................. 7
D. Manfaat Metode Dikusi dalam Proses Pembelajaran .............................................. 8
E. Kelemahan dan Kelebihan Metode Diskusi ............................................................ 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................. 13
A. Penelitian Tindakan Kelas ....................................................................................... 13
B. Proses Tindakan ....................................................................................................... 13
C. Instrument penelitian ............................................................................................... 19
D. Pengolahan data ....................................................................................................... 19
E. Subjek dan lokasi Penelitian ................................................................................... 20
F. Subjek Penelitian ...................................................................................................... 20
G. Lokasi Penelitian ..................................................................................................... 20

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 16


BAB VPENUTUP ........................................................................................................ 25
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 25
B. Saran........................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, dengan pendidikan yang baik
seseorang dapat memberikan manfaat bagi dirinya maupun bagi orang lain. Tidak ada suatu
negara majupun di dunia ini yang tidak menitik beratkan sektor pendidikan dalam
membangun negara dan bangsanya. Peningkatan mutu pendidikan Sekolah Menengah
Pertama merupakan salah satu upaya yang sangat diprioritaskan untuk para pendidik.
Khususnya dalam proses pembelajaran untuk Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan
Budi Pekerti. Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti merupakan salah
satu mata pelajaran dalam kurikulum yang diajarkan dari tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang pendidikan
agama dan pendidikan keagamaan, disebutkan bahwa: pendidikan agama berfungsi
membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan
antar umat beragama (Pasal 2 ayat 1). Selanjutnya disebutkan bahwa pendidikan agama
bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami,menghayati, dan
mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni (Pasal 2 ayat 2)
Rendahnya tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan Proses Belajar Mengajar
merupakan hal yang sering ditemukan dan dialami oleh setiap pendidik dalam melakukan
proses belajar mengajar. Kurangnya minat dan peran aktif siswa berdampak pada rendahnya
pencapaian nilai dan hasil belajar siswa . Hal ini dikarenakan ilmu pengetahuan yang
ditransfer oleh guru kepada siswa kurang mendapat respon atau umpan balik yang tepat
dari pihak siswa. Dengan adanya siswa yang pasif dan tidak aktif selama Proses Belajar
Mengajar dapat mengakibatkan beberapa hal yang memungkinkan dapat merugikan
berbagai pihak. Bagi siswa sendiri, selain kurang terlatihnya pengetahuan dalam
mengemukakan pendapat juga dapat mengakibatkan kejenuhan dan merasa bosan selama
proses pembelajaran, atau bahkan mengakibatkan kurangnya ilmu pengetahuan yang dapat
ditransfer oleh siswa sendiri. Di lain pihak guru juga akan merasakan hal yang kurang baik,
selain merasakan keragu-raguan apakah materi yang diberikannya sudah cukup diterima
atau sebaliknya tidak dapat dimengerti oleh para siswa, juga hal lain, bagi guru yang suka
membutuhkan dorongan – dorongan, motivasi waktu menyampaikan materi akan
terhambat, sebab dorongan dari siswa sendiri tidak ada, misalnya penjelasan guru akan lebih
bagus dan menarik jika dibangkitkan dengan berbagai masalah dari siswa yaitu berupa
pertanyaan–pertanyaan atau pendapat–pendapat.
Dalam mewujudkan kesiapan dan keaktifan siswa, hal utama yang harus dilakukan
oleh pendidik adalah memberikan motivasi untuk minat siswa pada proses pembelajaran,
pendidik dituntut untuk memberikan suasana serta kondisi yang baru agar dapat
melaksanakan proses pembelajaran dan pendidik mampu mengidentifikasi kendala yang
dialami siswa agar pendidik dapat memberikan bimbingan yang tepat untuk kendala yang
dialami tiap-tiap siswa. Proses pembelajaran mempunyai tiga tujuan yaitu tujuan dalam
kognitif, tujuan dalam afektif, serta tujuan dalam psikomotor. Apabila siswa belum
memaksimalkan tiga tujuan pembelajaran tersebut maka guru sebagai pendidik belum
sepenuhnya memberikan acuan tujuan pembelajaran kepada siswa karena faktor atau suatu
hal lainnya. Utamanya penerapan pembelajaran dengan model yang kurang bervariatif,
seharusnya pembelajaran menyesuaikan tingkat progres serta keperluan siswa.
Dengan demikian, pada pola berpikir kritis pada tiap masing-masing siswa menjadi
peran utama yang wajib ada pada siswa, dengan kapabilitas berpikir siswa dapat
memecahkan masalah, bertanggungjawab, bekerja sama, serta berani berargumen,
berpendapat, berdebat dan bertanya. Permasalahan diatas merupakan permasalahan yang
harus segera diatasi dalam proses pembelajaran, menurut Wuryan dan Syaifullah (2008,
hlm.39) bahwa pelajar harus berpartisipasi secara bebas dan dinamis agar pelajar dapat
memecahkan masalah. Maka dari itu, proses belajar dilaksanakan menggunakan metode
yang dapat mendukung untuk meningkatkan tingkat berpikir kritis siswa. Hal utama yang
harus dilakukan adalah dengan penambahan metode pembelajaran atau mengadakan suatu
perubahan metode pembelajaran, misalnya dengan mencoba menggunakan metode diskusi
dan tanya jawab. Dengan menggunakan metode ini sangat dirasakan akan lebih memicu dan
memberikan rangsangan terhadap siswa untuk aktif karena akan adanya keterpaksaan yang
muncul secara otomatis yaitu karena merasa malu oleh siswa lain jika siswa tidak mampu
untuk mempresentasikan materi tersebut, atau siswa tersebut akan dipaksa untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam menghadapi pertanyaan–pertanyaan
yang diberikan oleh siswa lain.
Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 8 Wewewa Timur, Pembelajaran PAK &
Budi Pekerti belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini di sebabkan oleh :
1) Kurangnya minat siswa untuk serius dalam proses pembelajaran
2) Siswa merasa takut dimarahi guru untuk berpendapat dan bertanya
3) siswa merasa malu jika ditertawakan oleh siswa lainnya
4) Tingkat pemahaman siswa yang rendah
5) Siswa banyak yang bermasalah baik itu kehadiran, tingkah laku kepribadian maupun
dalam pengerjaan tugas.
Dengan demikian, hal-hal tersebut dapat menurunkan sifat berpikir dari tiap-tiap siswa,
serta hal yang bisa dilakukan peneliti untuk menumbuhkan rasa keingintahuan siswa di kelas
VII dalam penerapan materi yang disampaikan. Hal yang bisa dilakukan yaitu dengan
menampung keluh kesah siswa ketika pembelajaran, kemudian didapatkan suatu
pemecahan masalah untuk siswa kelas VII tersebut. dalam memilih metode yang tepat
dalam pembelajaran. Materi tentang Indahnya Mengampuni adalah salah satu materi pada
pelajaran PAK & Budi Pekerti kelas VII semester I, tetapi ternyata guru dalam melaksanakan
pembelajaran kebanyakan masih bersifat konvensional, artinya guru masih mendominasi
jalannya pembelajaran secara maksimal sehingga pembelajaran yang dilakukan cenderung
kurang menarik siswa. Untuk mengatasi hal itu perlu diadakan uji coba menggunakan
metode diskusi dan tanya jawab.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang. Rumusan masalahnya pada siswa kelas VII SMP Negeri 8
Wewewa Timur dalam Pembelajaran BAB I Indahnya Mengampuni, yaitu:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran materi Indahnya Mengampuni pada metode
diskusi dan tanya jawab pada kemampuan berpikir kritis siswa?

2. Apakah siswa lebih aktif jika menghadapi pembelajaran yang sudah dikuasainya?

3. Bagaimana hasil peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam penerapan metode
diskusi dan tanya jawab terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
materi Indahnya Mengampuni di kelas VII SMP Negeri 8 Wewewa Timur?
4. Apakah penerapan metode diskusi dan tanya jawab dapat meningkatkan minat belajar
siswa kelas VII khususnya pada materi Indahnya Mengampuni pada mata pelajaran PAK
& Budi Pekerti di SMP Negeri 8 Wewewa Timur
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menemukan metode pembelajaran yang tepat dan dapat merangsang siswa agar
lebih aktif dalam proses pembelajaran.
2. untuk mendapatkan cara–cara lain yang dapat menunjang
keberhasilan jika dipadukan dengan metode pembelajaran yang disajikan.
3. Untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru (peneliti) melalui penggunaan
metode diskusi dan tanya jawab sehingga proses pembelajaran akan lebih baik.
4. Untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran PAK & Budi Pekerti
5. Untuk memotivasi siswa dalam menemukan ide-ide baru dengan kemampuan kritisnya
D. Kegunaan penelitian
1. Bagi guru:
 mampu memilih metode yang dapat membantu mengatasi permasalahan
pembelajaran yang mereka hadapi dan mendapat tambahan wawasan serta
keterampilan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu
pembelajarannya,
 dapat mengidentifikasi kekuatan/kelemahan serta penyebab dari
kekuatan/kelemahan.
 Guru dapat menjadikan penerapan model kooperatif sebagai alternatif guna
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan dapat mengingkatkan inovasi belajar.
2. Bagi siswa :
 Akan mendapat respon balik yang efektif, sehingga aktif mengikuti pembelajaran.
 Melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis sehingga siswa
terbiasa dan mampu untuk memecahkan masalah serta berpendapat di dalam
penerapan model kooperatif, serta mampu meingkatkan motivas belajar yang
mampu untuk menghindari rasa jenuh dan bosan pada kegiatan belajar mengajar
3. Bagi sekolah :
 Akan memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di
sekolah.
 Dapat dijadikan sebagai bahan referensi baru untuk program yang berkenaan
dengan model kooperatif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
 Sebagai bahan masukan agar dapat mengetahui strategi pembelajaran yang
bervariasi dalam memperbaiki dan meningkatkan kreativitas pembelajaran PAK &
Budi Pekerti.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Diskusi
1. Pengertian Metode Diskusi
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran adalah
penggunaan metode pengajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan
diajarkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan dalam
mengimplementasikan rencana belajar yang telah disusun melalui kegiatan tertentu
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Setiap guru memiliki permasalahan
dalam proses pembelajaran,yakni kesulitan dalam menetapkan metode pembelajaran
yang tepat pada peserta didiknya. Terlebih lagi setiap siswa memiliki kepribadian dan
karakteristik yang berbeda. Untuk itulah guru perlu memahami apa yang dimaksud
dengan metode pembelajaran agar tercipta proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien.
Metode diskusi adalah kegiatan yang melibatkan peserta didik untuk aktif
menyampaikan pendapat atau gagasan yang ada untuk bisa memecahkan sebuah
permasalahan. Penerapannya biasanya membagi siswa ke beberapa kelompok untuk
memecahkan sebuah persoalan secara bersama-sama. Tujuannya selain mampu
memecahkan permasalahan, siswa juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
terkait masalah yang dibahas berani mengeluarkan pendapat,serta mengambil
keputusan.
 Metode diskusi kelompok dikembangkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya + 5 orang secara heterogen (prestasi,
jenis kelamin, suku, dll)
2. Guru menyajikan materi pembelajaran
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok
4. Guru memberi petunjuk tentang cara mengerjakan LKS
5. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
6. Memberi evaluasi
7. Kesimpulan
 Metode diskusi kelompok dapat digunakan sebagai berikut:
1. Mengatasi kekurangan alat dan sumber belajar, jika alat peraga terbatas siswa
dapat dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah alat pelajaran
yang tersedia,
2. Mengatasi perbedaan kemampuan belajar siswa. Dalam satu kelas kemampuan
siswa berbeda-beda. Ada yang pandai, sedang ataupun kurang. Maka siswa
dibagi dalam kelompok yang mempunyai taraf kemampuan yang sama. Selain
itu diberi tugas sesuai dengan kemampuan mereka
3. Mengatasi perbedaan minat belajar siswa pada satu kelas. Mungkin minat siswa
tidak sama, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Selain itu guru
membagi bahan pelajaran menjadi beberapa sub materi. Sub materi tersebut
dibagi kepada kelompok siswa sesuai dengan minat masing-masing,
4. Mengatasi tugas pelajaran yang sangat banyak. Jika masalah yang akan dibahas
sangat banyak guru dpat membagi tugas itu menjadi bagian-bagian yang kecil,
bagian-bagian itu diberi kepada kelompok-kelompok siswa untuk dipecahkan.
Menurut Erwin Seagal ( dalam black, 2003 ) menyatakan bahwa untuk menjadi
kreatif seseorang harus mempunyai komitmen tinggi, kerja keras, bersemangat dan
percaya diri. Seseorang tidak akan berkembang secara optimal tanpa memiliki sikap
kerja keras, kemauan, semangat dan percaya diri.
Searah dengan Woolfok 1993 dan Lefrancois 1991 mengatakan, keaktifan dapat
dikembangkan melalui curah pendapat. Yang memberi kesempata kepada siswa untuk
mengungkapka pendapatnya tanpa rasa takut dan mempercayai atau meyakinkan
pendapatnya serta mengajukan pertanyaan terbuka. Kreatifitas dalam bidang akademik
hanya mingkin ditumbuhkan jika guru mampu menempatkan diri sebagai fasilitator
dengan merancang tugas-tugas yang menuntut siswa menghasilkan sesuatu yang baru,
memilih dan merancang atau melakukan ( Torance dan Golf ). Menurut Slavin ( 1995),
hal-hal mengemukakan bahwa seluruh siswa di kelas harus dapat menciptakan suasana
saling membantu, berdiskusi, mengatasi masalah, penguasaan materi satu sama lain.
Selanjutnya Slavin mengemukakan bahwa kesuksesan kelompok, perorangan dan
persaingan sehat merupakan tiga faktor yang diangkat sebagai sumber motifasi belajar.
Dengan demikian interaksi dengan siswa jika terjalin dengan baik, merupakan salah satu
motivasi belajar siswa. Untuk itu kerja sama yang baik perlu dipelihara dalam diri siswa
salah satunya lewat diskusi sehingga dapat menjalin hubungan sosial antar individu.
Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dapat
dikatakan kooperatif jika terdapat saling ketergantungan posistif, tanggung jawab
perseorangan, interaksi promotif, komunikasi antar anggota, dan pemrosesan kelompok.
 Kelemahan dan Kelebihan Metode Diskusi
1.Kelebihan metode ini adalah:
a. Dapat memupuk rasa kerja sama
b. Tugas yang banyak dapat diselesaikan dengan cepat
c. Timbul persaingan yang sehat diantara anggota kelompok
2. Kelemahan metode ini adalah :
a. Adanya sifat-sifat seseorang yang ingin menonjol atau sebaliknya, yang lemah
merasa rendah diri dan selalu tergantung kepada orang lain
b. Orang-orang kurang cakap akan menghambat kelancaran tugas atau didominasi
oleh orang lain
c. Metode ini dapat digunakan secara bersama-sama atau sendiri-sendiri sesuai
standar kompetensi dan indikator serta bahan yang tersedia.
Dalam kaitan dengan tulisan ini maka batasan mengenai metode diskusi kelompok
adalah: kegiatan pembelajaran melalui pengelompokan peserta didik secara acak
dengan mengikuti aturan-aturan kelompok.
BAB III

LANDASAN TEORI

Menurut Rusman (2012: 144) bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang
dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Sementara itu,
Suprihatiningrum (2013: 145) menyebutkan pengertian model pembelajaran yaitu tiruan atau
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur pembelajaran secara sitematis dalam mengelola
pengalaman belajar peserta didik agar tujuan belajar tertentu yang diinginkan dapat tercapai.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan sebagai landasan praktik pembelajaran
guna memberikan petunjuk pada guru tentang prosedur dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Seiring dengan semakin berkembangnya teori pembelajaran, model pembelajaran juga
mengalami perkembangan. Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan oleh
guru termasuk kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Huda (2013: 74) menyatakan bahwa sedikitnya 23 model yang diklasifikasi ke dalam empat
kelompok yang didasarkan pada sifat-sifatnya, karakteristik-karakteristiknya, dan pengaruh-
pengaruhnya. Empat kelompok tersebut adalah sebagai berikut; model-model memproses
informasi, model- model personal, model-model interaksi sosial, dan model-model perubahan
perilaku.

1) Model-model Memproses Informasi

Huda (2013: 76) menyatakan bahwa model-model ini berfokus pada kapasitas intelektual. Model-
model tersebut didasarkan pada kemampuan peserta didik untuk mengobservasi, mengolah data,
memahami informasi, membentuk konsep-konsep, menerapkan simbol-simbol verbal dan non-
verbal, dan memecahkan masalah.

Model-model yang termasuk dalam kategori ini adalah: model berpikir induktif, model pencapaian
konsep, model induktif kata bergambar, model penelitian ilmiah, model latihan penelitian, model
menghafal, model sinektik, dan model advance organizer.

2) Model-model Personal

Model-model yang termasuk dalam kategori model ini umumnya berkaitan dengan individu dan
pengembangan diri sendiri. Model-model ini menekankan pada pengembangan individu untuk
menjadi pribadi yang utuh, percaya diri, dan kompeten. (Huda, 2013: 125). Model-model yang
termasuk dalam kategori ini antara lain: model pengajaran tak terarah, dan model classroom
meeting.

3) Model-model Interaksi Sosial

Huda (2013: 109) dalam bukunya mengemukakan bahwa model-model dalam kategori ini
menekankan relasi individu dengan masyarakat dan orang lain. Sasaran utamanya adalah untuk
membantu peserta didik belajar bekerja sama, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah, baik
yang sifatnya akademik maupun sosial.
Model-model yang termasuk dalam kategori ini antara lain: model kooperatif, model bermain peran,
dan model penelitian yuridis.

4) Model-model Perubahan Perilaku

Semua model dalam kelompok ini memiliki dasar teoritis yang sama, suatu body of knowledge yang
merujuk pada teori behavioral. Model-model ini menekankan pada upayanya untuk mengubah
perilaku yang tampak dari para peserta didik. Beberapa model yang termasuk dalam kategori ini
antara lain: model instruksi langsung, dan model simulasi. (Huda, 2013: 134).

Inovasi dalam pembelajaran di sekolah diperlukan guna meningkatkan mutu pembelajaran yang
dilakukan serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang sedang belangsung.
Salah satu inovasi yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan menerapkan model pembelajaran
diskusi. Penggunaan model pembelajaran bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman masing-
masing siswa. Ada yang dapat memahami materi secara keseluruhan, ada yang sama sekali tidak
dapat memahami materi yang sedang di pelajarinya dan ada pula yang hanya sebatas mengetahui
materi tersebut tapi tidak dapat memahaminya. Untuk itu terdapat tiga tingkatan pemahaman yang
mencakup:

a. Menerjemahkan (translation)

Menerjemahkan dapat diartikan sebagai mengalikan arti dari suatu bahasa kedalam bahasa lain
atau mengartikan ssuatu yang abstrak menjadi suatu yang simbolik atau kongkrit. Misalnya
menerjemahkan tuna rungu menjadi tidak dapat mendengar atau tuli.

b. Menafsirkan (interpretation)

Kemampuan ini lebih luas dari pada menerjemahkan, menafsirkan adalah suatu kemampuan yang
tidak hanya sekedar menerjemahkan namun juga diikuti dengan kemampuan untuk mengenal dan
memahami. Menafsirkan dapat dilakukan dengan cara menghubungkan pengetahuan yang sudah
dimilikinya dengan pengetahuan yang diperoleh berikutnya.

c. Mengekstrapolasi (ekstrapolation)

Ekstrapolasi menuntut kemampuan yang lebih tinggi, karena seseorang dituntut agar dapat melihat
sesuatu dibalik yang tertulis. Pada kemampuan ini siswa diharapkan dapat menjelaskan dan
menguraikan materi yang telah dipelajarinya.

E. Upaya-upaya Guru dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa

Pemahaman sebagai salah satu kemampuan manusia yang bersifat fleksibel. Sehingga pasti ada cara
untuk meningkatkannya. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat digunakan dalam upaya
meningkatkan pemahaman siswa yaitu:

a. Memperbaiki Proses Pengajaran

Langkah ini merupakan langkah awal dalam meningkatkan proses pemahaman siswa dalalm belajar.
Proses pengajaran tersebut meliputi: Memperbaiki tujuan pembelajaran, bahan (materi)
pembelajaran, strategi, metode dan media yang tepat serta pengadaan evaluasi belajar. Evaluasi ini
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
diberikan. Tes ini bisa berupa tes formatif, tes subsumatif dan sumatif.
b. Adanya Kegiatan Bimbingan Belajar

Kegiatan bimbingan belajar merupakan bantuan yang diberikan kepada individu tertentu agar
mencapai taraf perkembangan dan kebahagiaan secara optimal.

Adapun tujuan kegiatan bimbingan belajar adalah:

1) Mencarikan cara-cara belajar yang efektif dan efisien bagi siswa.

2) Menunjukkan cara-cara mempelajari dan menggunakan buku pelajaran.

3) Memberikan informasi dan memilih bidang studi sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan,
cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatannya.

4) Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan atau ujian.

5) Menunjukkan cara-cara mengatasi kesulitan belajar.

c. Pengadaan Umpan Balik (Feedback)dalam Belajar

Umpan balik merupakan respon terhadap akibat perbuatan dari tindakan kita dalam belajar. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa guru harus sering mengadakan umpan balik sebagai pemantapan
belajar. Hal ini dapat memberikan kepastian kepada siswa terhadap hal-hal yang masih dibingungkan
terkait materi yang dibahas dalam pembelajaran. Juga dapat dijadikan tolak ukur guru atas
kekurangan-kekurangan dalam penyampaian materi. Yang paling penting adalah dengan adanya
umpan balik, jika terjadi kesalah pahaman pada siswa, siswa akan segera memperbaiki
kesalahannya.

d. Motivasi Belajar

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan
dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan secara psikologi, motivasi berarti usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai
tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya Sedangkan pengertian
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya
pengggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha
untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu)yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai.
Motivasi mendorong seseorang melakukan sesuatu yang dia inginkan lebih baik. Ketika suatu
pekerjaan dilakukan dengan niatan sendiri, maka motivasi atau dorongan tersebut menjadikan
seseorang lebih bersemangat. Konsekuensinya dalam belajar adalah menjadikan siswa lebih mudah
dalam mencerna apa yang dipelajari. Jika terdapat kesulitan, akan ada usaha yang muncul dari siswa
untuk terus belajar hingga apa yang dia inginkan dapat tercapai.

e. Pengajaran Perbaikan (Remidial Teaching)

Remidial Teaching adalah upaya perbaikan terhadap pembelajaran yang tujuannya belum tercapai
secara maksimal. Pembelajaran kembali ini dilakukan oleh guru terhadap siswanya dalam rangka
mengulang kembali materi pelajaran yang mendapatkan nilai kuran memuaskan, sehingga setelah
dilakukan pengulangan tersebut siswa dapat meningkatkan hasil belajar menjadi lebih baik.
Pengajara perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Mengulang pokok bahasan seluruhnya

2) Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai

3) Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sam

4) Memberikan tugas khusus

f. Keterampilan mengadakan Variasi

Keterampilan mengadakan variasi dalam pembelajaran adala suatu kegiatan dalam proses interaksi
belajar mengajar yan menyenangkan. Ditunjukan untuk mengatasi kebosanan siswa pada strategi
pembelajaran yang monoton. Sehingga dalam situasi belaja mengajar siswa senantiasa aktif dan
berfokus pada materi pelajara yang disampaikan. Keterampilan dalam mengadakan variasi ini
meliputi:

1) Variasi dalam cara mengajar guru

2) Variasi dalam penggunaan strategi belajar dan metode pembelajaran

3) Variasi pola interaksi guru dan siswa

Anda mungkin juga menyukai