Anda di halaman 1dari 14

PRPOSAL SKRIPSI PKn (UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR

SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN PKn MELALUI KETERAMPILAN


GURU DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI
KELAS IV SD NEGERI 102 SELUMA)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan wahana untuk mengembangkan
dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan
dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu
maupun sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, warga negara, dan makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa.
Perilaku-perilaku yang dimaksud di atas seperti yang tercantum di dalam penjelasan
Undang-Undang tentang sistem Pendidikan Nasional, Pasal 39 ayat 2, yaitu perilaku yang
memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari
berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang
bersifat persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam
kepentingan. Perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat, atau kepentingan di
atas melalui musyawarah dan mufakat serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan
keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai suatu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum sekolah, PKn memiliki misi
yang harus diemban. Di antara misi yang harus diemban adalah sebagai pendidikan dasar untuk
mendidik warga negara agar mampu berpikir kritis dan kreatif, mengkritisi, mengembangkan pikiran.
Untuk itu siswa perlu memiliki kemampuan belajar tepat, menyatakan dan mengeluarkan pendapat,
mengenal dan melakukan telaah terhadap permasalahan yang timbul di lingkungannya agar tercapai
perilaku yang diharapkan.
Namun dalam kenyataan di lapangan, banyak ditemukan berbagai kendala dalam
proses belajar PKN sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak tercapai dengan baik. Salah
satu kendala itu antara lain tidak berani mengungkapkan pendapat. Salah satu sumber kritik yang
dilontarkan masyarakat adalah PKn telah digunakan sebagai alat indroktinasi dari suatu sistem
kekuasaan untuk kepentingan pemerintahan yang ber kuasa. Eksesnya para siswa atau lulusan
pendidikan semakin telah dikondisikan untuk tidak berani mengemukakan pendapat dan koreksi
terhadap kesalahan penguasa. Nilai dan tindakan kreatif semakin terabaikan karena masyarakat
termasuk peserta didik hanya dituntut untuk menjadi penurut dan peminta petunjuk.
Dengan situasi seperti ini guru harus dapat mengambil suatu tindakan guna menyiasati
apa yang terjadi di kelas. Guru harus dapat mengubah strategi agar kemampuan siswa dalam
mengeluarkan pendapat semakin meningkat.
Salah satu cara yang dapat ditempuh berkaitan dengan inovasi tugas mengajar guru
adalah guru hendaknya mempunyai kemampuan dalam mengembangkan metode mengajarnya.
Metode mengajar diartikan sebagai suatu cara atau teknik yang dipakai oleh guru dalam menyajikan
bahan ajar kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Khususnya dalam hal ini adalah metode
untuk menunjang proses belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Pemilihan metode mengajar ini juga perlu diperhatikan karena tidak semua materi
dapat diajarkan dengan hanya satu metode mengajar. Guru hendaknya dapat memilih metode
mengajar yang dianggap sesuai dengan materi yang hendak diajarkan. Hal ini dimaksudkan agar
pengajaran khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat berlangsung secara
efektif, efisien dan tidak membosankan.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang diwajibkan untuk
kurikulum di jenjang pendidikan dasar, menengah, dan mata kuliah wajib untuk kurikulum
pendidikan tinggi, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas pasal 37. Berdasarkan hal tersebut PKn tidak bisa dianggap remeh karena
merupakan mata pelajaran yang diwajibkan, sehingga upaya-upaya untuk memperbaiki proses
pembelajaran PKn di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi harus terus ditingkatkan. Kenyataan
di lapangan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) masih dianggap sebagai pelajaran nomor
dua atau dianggap sepele oleh sebagian besar siswa. Kenyataan ini semakin diperburuk dengan
metode mengajar yang dipakai oleh sebagian besar guru PKn masih memakai metode konvensional
atau tradisional. Metode konvensional merupakan metode dimana guru memegang peranan utama
dalam menentukan isi dan langkah-langkah dalam menyampaikan materi kepada siswa. Sehingga
keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengajar berkurang dan hanya bergantung pada
guru.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti dengan mengadakan
tes kemampuan awal dan wawancara dengan guru PKn kelas IV, maka penelitian ini akan
dilaksanakan di kelas IV SDN 102 Seluma. Oleh karena itu untuk meningkatkan hasil belajar siswa
khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), peneliti bermaksud mencobakan
metode diskusi kelompok bagi kelas IV SDN 102 Seluma. Metode ini diterapkan agar dapat
membantu guru khusunya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu agar penyajian bahan
ajar PKn tidak lagi terbatas hanya ceramah dan membaca isi buku, sehingga diharapkan siswa tidak
lagi merasa bosan dan jenuh dengan materi pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian dengan
judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Terhadap Pembelajaran PKn Melalui
Keterampilan Diskusi Kelompok Kelas IV SDN 102 Seluma Tahun Ajaran 2011/2012.

B. Permasalahan
Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan pokok adalah: Apakah melalui proses
pembelajaran PKn sebelum menggunakan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan minat
belajara siswa dalam pembelajaran PKn?
1. Bagaimana hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn sebelum menggunakan metode
diskusi kelompok?
2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn setelah menggunakan diskusi
kelompok ?
3. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa sebelum menggunakan keterampilan menjelaskan dan
metode diskusi kelompok serta sesudahnya dalam proses pembelajaran PKn?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn sebelum menggunakan metode diskusi
kelompok.
2. Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn setelah menggunakan metode diskusi
kelompok.
3. Peningkatan hasil belajar siswa sebelum menggunakan keterampilan metode diskusi kelompok
serta sesudahnya dalam proses pembelajaran PKn

D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan, agar penulis dapat berpartisipasi aktif secara langsung di dalam
kegiatan proses pembelajaran serta memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKN
di Sekolah Dasar.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru-guru PKN di SD tentang
penggunaan metode diskusi kelompok, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar.

E. Penjelasan Istilah
1. Upaya meningkatkan
Yang dimaksud dengan upaya peningkatan dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan
untuk menaikkan atau untuk mempertinggi.
2. Hasil Belajar
Yang dimaksud dengan Hasil belajar disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru).
Yang penulis maksudkan dengan proses pembelajaran dalam penelitian ini adalah proses
interaksi atau hubungan timbalbalik antara siswa dengan guru dan antar sesama siswa dalam kegiatan
belajar mengajar.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Metode Diskusi Kelompok


a. Pengertian Metode Diskusi Kelompok
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang
sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga
disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).
Metode diskusi dapat pula diartikan sebagai siasat penyampaian bahan ajar yang melibatkan peserta
didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat
problematis. Guru, peserta didik atau kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap
topik yang dibicarakan dalam diskusi.
Yang dimaksud dengan metode diskusi kelompok adalah cara pembelajaran melalui penyelidikan
terhadap suatu kasus, kemudian diminta kepada siswa untuk mencari jawaban serta kesimpulannya.
Adapun penyelidikan tersebut dilakukan secara kritis-analitis dan logis sehingga kesimpulan yang
didapat akan diyakini kebenarannya.
Adapun yang dimaksud dengan upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran
PKn melalui metode diskusi adalah: Usaha, yang dilakukan guna untuk menaikkan atau mempertinggi
kecenderungan/ keterkaitan siswa dalam belajar pada waktu terjadinya proses interaksi antara siswa
dengan guru dan antar sesama siswa, saat kegiatan belajar mengajar melalui cara pembelajaran.
Kemudian, kepada siswa ditugaskan untuk mencari jawaban serta kesimpulannya secara kritis dan
logis, sehingga kesimpulan yang didapat akan diyakini kebenarannya.
b. Tujuan
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai guru dalam menggunakan diskusi kelompok di
dalam kelas, yaitu:
1. Untuk membimbing siswa memahami dengan jelas jawaban pertanyaan Mengapa yang mereka
ajukan atau yang dikemukakan ole guru.
2. Menolong siswa mendapatkan dan memahami dengan jelas jawaban pertanyaan, hukum, dalil dan
prinsip-prinsip umum secara objektif dan bernalar.
3. Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
4. Untuk mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat pemahaman dan untuk mengatasi
kesalahan pengertian mereka.
5. Menolong siswa untuk menghayati dengan pendapat, meningkatkan penalaran, membantu siswa
untuk menggunakan bukti dalam menyelesaikan keadaan yang meragukan.
Disamping itu ada pula beberapa alasan yang dapat dikemukakan mengenai perlunya
keterampilan metode diskusi kelompok dikuasai dengan baik yaitu sebagai berikut:
a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah
berdsarkan pertimbangan yang seksama.
a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan secara
bersama-sama.
b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara
konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan
pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
c. Diskusi Kelompok Dalam Penelitian
Yang dimaksud dengan diskusi kelompok dalam penelitian ini adalah suatu kelompok dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil, masing-masing terdiri dari 3-6 orang. Metode ini digunakan untuk
mendiskusikan suatu topik atau memecahkan masalah. Seorang juru bicara ditunjuk untuk
melaporkan hasil diskusi masing-masing kepada sidang lengkap dengan semua kelompok-kelompok.
Tujuan diskusi ini adalah untuk memperoleh informasi, untuk memecahkan masalah atau
mendiskusikan suatu isu.
Tugas pemimpin kelompok:
1. Membantu dalam menentukan isu atau masalah
2. Memberikan penjelasan kepada kelompok-kelompok kecil:
a. Tentang tugasnya
b. Tentang batas waktu 5-15 menit untuk menyelesaikan tugas-tugas
c. Menyarankan agar tiap kelompok kecil memilih pemimpin siding dan penulisnya.
3. Meminta saran-saran untuk memecahkan masalah, penjelasan isu atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan
4. Merangkum hasil diskusi kelompok itu atau menugaskan salah seorang untuk melakukannya
5. Mengajukan tindakan dan studi tambahan
6. Mengevaluasi manfaat dan kekurangan situasi belajar.
Tugas anggota
1. Membantu dan merumuskan isu atau masalah yang dihadapi
2. Ikut memilih pemimpin dan penulis dalam kelmpok
3. Memperjelas dan merumuskan isu atau masalah yang dihadapi mereka.
4. Ikut melaksanakan evaluasi efektifitas pengalaman belajar
Tugas juru tulis
1. Mencatat seluruh pendapat anggota-anggota kelompok
2. Merangkum pendapat kelompok
3. Melaporkan kepada siding lengkap
Metode ini dipertimbangkan efektif untuk meningkatkan minat belajar siswa, karena dapat
mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam pembahasan diskusi kelompok tersebut, aspek-aspek yang harus diperhatikan oleh guru
adalah:
1. Pembagian kelompok
2. Penyusunan kelompok
3. Penentuan dan penjelasan topik
4. Memotivasi peserta diskusi
5. Peran guru saat diskusi berlangsung
6. Penerapan demokratisasi
7. Pemberian kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa dalam proses pembelajaran dengan
menerapkan diskusi kelompok siswa dituntut untuk aktif dan menjawab beberapa pertanyaan yang
diberikan oleh guru dengan membentuk kelompok kecil. Apabila menghadapi kesulitan, siswa dapat
mendiskusikan dengan siswa lain atau bertanya kepada guru.
d. Langkah-langkah Melaksanakan Diskusi
Agar penggunan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Langkah Persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya:
1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai..
3) Menetapkan masalah yang akan dibahas.
4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya
ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim
perumus, manakala diperlukan.
b. Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:
1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi.
2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin
dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.
3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan
diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak
tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.
4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan
dan ide-idenya.
5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat
penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.
c. Menutup Diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakuan hal-hal
sebagai berikut:
1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
2) Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik
untuk perbaikan selanjutnya.

B. Konsep Tentang Hasil Belajar


a. Pengertian Belajar
Istilah belajar sebenarnya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan pada era sekarang ini,
hampir semua orang mengenal istilah belajar. Lebihlebih setelah dicanangkannya wajib belajar.
Namun, apa sebenarnya belajar itu, rasanya masingmasing orang mempunyai pendapat yang tidak
sama. Sejak manusia ada, sebenarnya ia telah melaksanakan aktivitas belajar. Oleh karena itu, kiranya
tidak berlebihan jika dikatakan bahwa akitivitas belajar itu telah ada sejak adanya manusia.
Mengapa manusia melaksanakan aktivitas belajar? Jawabannya adalah karena belajar itu salah satu
kebutuhan manusia. Bahkan ada ahli yang menyatakan bahwa manusia adalah makhluk belajar. Oleh
karena manusia adalah makhluk belajar, maka sebenarnya di dalam dirinya terdapat potensi untuk
diajar. Pada masa sekarang ini, belajar menjadi sesuatu yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan
manusia. Hampir di sepanjang waktunya, manusia banyak melaksanakan ritualritual belajar.
Apa sebenarnya belajar itu, banyak ahli yang memberikan batasan. Belajar mempunyai sejumlah ciri
yang dapat dibedakan dengan kegiatan kegiatan lain yang bukan belajar. Oleh karena itu, tidak
semua kegiatan yang meskipun mirip belajar dapat disebut dengan belajar.
Dalam pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut
diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru. Orang yang
banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara orang yang
sedikit pengetahuannya didentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar, dan orang yang tidak
berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar.
Pengertian belajar demikian, secara konseptual tampaknya sudah mulai ditinggalkan orang. Guru
tidak dipandang sebagai satu satunya sumber informasi yang dapat memberikan informasi apa saja
kepada para pembelajar.
Para penulis buku psikologi belajar, umumnya mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan
tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Selain
itu, ahliahli psikologi mempunyai pandangan yang berbeda mengenai apa belajar itu. Dalam
pandangan psikologis, menurut Ali Imron (1996:2 14), ada 4 pandangan mengenai belajar, yaitu :
1. Pandangan Psikologi Behavioristik.
Menurut psikologi behavioristik, belajar adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari
lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung kepada faktorfaktor kondisional yang diberikan
oleh lingkungan. Tokohtokoh psikologi behavioristik mengenai belajar ini antara lain : Pavlov,
Watson, Gutrie dan Skinner.
Teori kondisioning ini lebih lanjut dikembangkan oleh Watson. Setelah mengadakan eksperimentasi,
Watson menyimpulkan bahwa pengubahan tingkah laku dan atau diri sendiri seseorang dapat
dilakukan melalui latihan/membiasakan mereaksi atas stimulus stimulus yang dialami.
Menurut Thorndike, belajar dapat dilakukan dengan mencoba coba (trial and error). Mencoba coba
ini dilakukan, manakala seseorang tidak tahu bagaimana harus memberikan respon atas sesuatu.
Dalam mencoba coba ini seseorang mungkin akan menemukan respons yang tepat berkaitan dengan
persoalan yang dihadapinya.
2. Pandangan Psikologi Kognitif
Menurut psikologi kognitif, belajar adalah suatu usaha untuk mengerti tentang sesuatu. Usaha untuk
mengerti tentang sesuatu tersebut, dilakukan secara aktif oleh pembelajar. Keaktifan tersebut dapat
berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan,
mempraktekkan, mengabaikan dan respon respon lainnya guna mencapai tujuan.
3. Pandangan Psikologi Humanistik
Pandangan psikologi humanistik merupakan anti tesa dari pandangan psikologi behavioristik.
Menurut pandangan psikologi humanistik, belajar dilakukan dengan cara memberikan kebebasan yang
sebesar besarnya kepada individu.
Salah seorang tokoh psikologi humanistic Carl Rogers, seorang ahli psikoterapi. Ia mempunyai
pandangan bahwa siswa yang belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas.
Siswa juga diharapkan dapat membebaskan dirinya hingga ia dapat mengambil keputusan sendiri dan
berani bertanggung jawab atas keputusan keputusan yang ia ambil atau pilih.
4. Pandangan Psikologi Gestalt
Tokoh psikologi Gestalt adalah Kohler, Koffkar dan Wertheimer. Menurut pandangan psikologi
Gestalt, belajar adalah terdiri atas hubungan stimulus respon yang sederhana tanpa adanya
pengulangan ide atau proses berpikir. Dalam belajar ditanamkan pengertian siswa mengenai sesuatu
yang harus dipelajari.
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya pengalaman.Belajar selalu melibatkan perubahan pada dirinya dan melalui pengalaman yang
dilaluinya oleh interaksi antar dirinya dan lingkungannya baik sengaja maupun tidak disengaja.
Perubahan yang sematamata karena kematangan seperti anak kecil mulai tumbuh dan berjalan tidak
termasuk perubahan akibat belajar, karena biasanya perubahan yang terjadi akibat belajar adanya
perubahan tingkah laku.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 729) menyebutkan belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan
tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik hasil itu bagi orang bersangkutan.
Howard L Kingsly yang dikutip oleh Wasty Sumanto (1998:104) menyatakan bahwa belajar adalah
proses dimana tingkah laku dalam arti luas ditumbuhkan atau diubah melalui praktek atau latihan-
latihan. Dengan demikian belajar memang erat hubungannya dengan perubahan tingkah laku
seseorang, karena adanya perubahan dalam tingkah laku seseorang, karena adanya perubahan dalam
tingkah laku seseorang menandakan telah terjadi belajar dalam diri orang tersebut.
Sementara itu, Slameto (2003:2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Lisnawaty Simanjuntak (1998: 38) juga memiliki pendapat bahwa belajar adalah perubahan yang
relatif menetap dalam potensi tigkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan penguatan
yang tidak termasuk perubahan-perubahan karena kematangan, kelelahan, dan kerasukan pada
susunan syaraf atau dengan kata lain mengetahui dan memahami sesuatu sehingga terjadi perubahan
dalam diri seseorang yang belajar.
Dalam proses belajar mengajar perlu diperhatikan faktor-faktor seperti kemauan dan minat siswa turut
menentukan keberhasilan belajarnya. Perbedaan kemampuan siswa mengakibatkan perbedaan waktu
untuk menguasai materi pembelajaran.
Sementara itu Sedangkan menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2008) mengemukakan
bahwa apabila waktu yang disediakan cukup dan pelayanan terhadap faktor ketahuan, kesempatan
belajar, kualitas pengajaran dan kemampuan memahami pelajaran maka setiap siswa akan mampu
menguasai materi pelajaran yang diberikan.
Dari teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian dan tingkah laku manusia dalam bentuk kebiasaan, penguasaan pengetahuan atau
ketrampilan, dan sikap berdasarkan latihan dan pengalaman dalam mencari informasi, memecahkan
masalah, mencermati lingkungan untuk mengumpulkan pengetahuanpengetahuan melalui
pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali di waktu yang akan datang. Belajar
berlangsung terusmenerus dan tidak boleh dipaksakan tetapi dibiarkan belajar bebas dalam
mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil Belajar Siswa - Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar
merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar
merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.
Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan.
Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses
belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa
adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.
Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh
Sudjana.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 250-251), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang
dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Menurut Oemar Hamalik (2006: 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana
membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan
pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap
dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru
sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan
faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor
dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981
: 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan
30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang
paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2004 : 39).
"Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya". Perubahan
perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya
berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan
dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak
dikatakan berhasil.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran
yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di
bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam
individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni
lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat
adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan
dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri
indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam
berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara
kuantitatif.

C. Ruang Lingkup Pembelajaran Bidang Studi PKn


a. Latar Belakang
PKn dijelaskan dalam penjelasan pasal 39 ayat 2 UU RI No. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Menyatakan bahwa:
Pendidikan Pancasila mengarahkan pada moral yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Selanjutnya juga dijelaskan bahwa:
Pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan
kemapuan dasar berkenaan dengan hubungan antar Negara dengan Negara serta pendidikan bela
Negara-negara agar menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara

Berdasarkan pengertian di atas maka PKn memiliki arti penting dalam rangka pembinaan
dan pembentukkan manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila, khususnya bagi generasi muda
penerus bangsa dari pendidikan dasar sampai pendidikan dijenjang tinggi.mereka mengemban tugas
membina dan melestarikan nilai dan moral Pancasila dengan demikian melaui PKn diharapkan siswa
menjadi manusia terdidik dan warganegara yang baik serta berperilaku sesuai dengan norma
Pancasila.
b. Pengertian
Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan
nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan
dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa. Baik secara individu maupun anggota
masyarakat, warga Negara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (Kurikulum PKn SLTP.
1996:1).

Dari pengertian tersebut di atas maka PKn memiliki arti penting dalam melestarikan nilai
luhur dan moral yang bersumber dari budaya bangsa, dan diharapkan siswa dapat menerapkan dalam
tingkah laku dalam kehidupan di lingkungannya, bangsa dan Negara.
c. Fungsi
Berdasarkan pengertian PKn dalam kurikulum pendidikan dasar maka PKn adalah
1. Melestarikan dan mengembangkan nilai moral-moral Pancasila yang dikembangkan itu mampu
menjawab tantangan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, tanpa kehilangan jati diri
sebagai bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu dan berdaulat.
2. Mengembangkan dan membina siswa menuju manusia Indonesia seutuhnya yang sedikit politik,
hokum dan konstitusi Negara kesatuan Republik Indonesia berlandaskan Pancasila.
3. Membina pemahaman dan kesadaran tentang hubungan antar warga Negara dengan sesama
warga Negara dan pendidikan pendahuluan bela Negara agar mengetahui dan mampu melaksanakan
dengan baik hak dan kewajiban sebagai warga Negara.
4. Membekali siswa dengan sikap perilaku yang berdasarkan nilai-nilai moral Pancasila dan UUD
1945 dalam kehidupan sehari-hari.
d. Tujuan
Berdasarkan pengertian PKn maka diambil kesimpulan bahwa tujuan PKn adalah
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila
dalam rangka pembentukkan sikap dan perilaku sebgai pribadi, anggota masyarakat dan kemampuan
untuk mengikuti pendidikan dijenjang pendidikan menengah.
e. Ruang Lingkup
Sedangkan ruang lingkup PKn ,menurut kurikulum Pendidikan Dasar yaitu:
1. Nilai, moral dan norma serta nilai-nilai spiritual bangsa Indonesia dan perilaku yang diharapkan
terwujud dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagaimana dimaksud dalam
Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila
2. Kehidupan Idiologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum PKn, 1996:2).
Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan selain sebagai pendidikan nilai, moral juga
merupakan pendidikan politik. Adapun sasaran kedua arah pendidikan tersebut adalah menghendaki
terciptanya pribadi-pribadi manusia Indonesia yang akan tumbuh menjadi warga yang tau akan
posisinya di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga mampu menjadi warga
Negara yang memilki kesadaran dan kewajibannya dalam ikut menyumbangkan peran sertanya dalam
pembangunan nasional.

D. Keterkaitan Antara Hasil Belajar Siswa Dengan Keterampilan Diskusi Kelompok


Dalam proses pembelajaran pada prinsipnya siswa telah memiliki minat belajar yang merupakan
minat pembawaan. Sehingga baik siswa itu sendiri maupun guru di sekolah bertugas mengembangkan
atau meningkatkan minat-minat yang telah dimiliki.
Adapun cara membangkitkan minat tersebut menurut Sardiman AM (1986: 93) adalah:
1. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
2. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
3. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
4. Menggunakan berbagai bentuk mengajar
Sejalan dengan pendapat di atas disini penulis berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa
terhadap mata pelajaran PKn melalu keterampilan guru dengan menggunakan diskusi kelompok.
Keterampilan menjelaskan dengan menggunakan diskusi kelompok yang dimiliki oleh seorang guru
berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Melalui metode diskusi kelompok diharapkan siswa
mengalami suasana yang bebas dalam mengungkap suatu masalah sesuai dengan minat yang ada pada
dirinya. Mata pelajaran PKn lebih menekankan pada aspek afektif disaming kognitif dan psikomotor,
yaitu aspek nilai, sikap dan moral.
Dengan keterampilan diskusi kelompok diharapkan akan membuat siswa lebih tertarik atau berminat
dalam belajar, karena penanaman dan pengembangan konsep nilai dan moral dapat dicapai bila mana
siswa secara langsung berinteraksi satu sama lainnya dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu
metode ini dapat memberikan pengalaman dan keterampilan dalam mengemukakan keinginan yang
ada dalam diri siswa.
Keterampilan diskusi kelompok dalam pengajaran PKn juga merupakan salah satu variasi agar siswa
tidak menjadi bosan, maksudnya dengan pengajaran tersebut siswa akan tertarik dan termotivasi
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2011/2012 selama kurun
waktu satu bulan yaitu dari tanggal 3-27 Oktober 2011.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di kelas IV SDN 102 Seluma yang terletak di desa Air Petai.
3. Observator Penelitian
Peneliti adalah guru kelas yang berpengalaman mengajar selama 4 tahun. Dalam penelitian ini
peneliti, kalbolator berjumlah satu orang yang bertugas untuk mengamati tindakan kelas.

B. Subyek Penelitian
Yang menjadi subyek penelitian ini adalah penelitian terhadap siswa kelas IV SD Negeri 102 Seluma
yang berjumlah 38 orang siswa.

C. Metode Penelitian
24

Penelitian ini adalah penelitian tindakan latar kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan
merupakan suatu tindakan yang dilakukan sendiri oleh pelaksana/guru untuk memperbaiki pengajaran
dengan cara melakukan perubahan-perubahan dan mempelajari akibat-akibat perubahan itu (Oja dan
Smulyan, 1989). Untuk melakukan perubahan itu, dilakukan kerjasama antara peneliti dengan guru
lainnya agar hasil belajar siswa terhadap pelajaran PKn meningkat dan diharapkan terjadi perubahan
sikap dan tingkah laku yang akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar.

D. Cara Melaksanakan Tindakan


Proses penelitian tindakan latar kelas ini mengikuti langkah-langkah sebagaimana yang dikemukakan
oleh MC. Togart (1993) yaitu:
1. Planning
2. Action
3. Reflektion
4. Observation
Secara rinci proses penelitian adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan awal
Pada kegiatan awal ini peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Melihat hasil belajar siswa
2. Merumuskan rencana pembelajaran
3. Mempersiapkan alat dan media
4. Menentukan waktu
b. Pelaksana tindakan
Setelah kegiatan awal dilakukan, peneliti melaksanakan segala sesuatu yang telah direncanakan pada
tahap awal.
c. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi kemudian dilakukan refleksi dianalisis pencapaian tingkat
minat belajar siswa dengan kekurangan-kekurangan guru dalam penyampaian materi sebagai salah
satu masukan untuk perbaikan pada tindakan berikutnya.
d. Replaning
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama peneliti menyusun rencana untuk melakukan tindakan
berikutnya yaitu:
1. Menyusun rencana pembelajaran
2. Menyiapkan alat dan media
e. Pelaksanaan dan observasi
Pada tahap ini kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan replaning kemudian diamati dan
dievaluasi kembali hingga penerapan keterampilan menjelaskan dan diskusi kelompok dapat berhasil.

E. Sumber Data Penelitian


Sumber data untuk mengamati variabel yang diteliti terdiri dari lembar penilaian hasil belajar
siswa (data primer) dan lembar observasi kegiatan guru dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran (data skunder). Adapun format dari kedua instrument tersebut adalah sebagai berikut:
a) Lembar Pengamatan I :adalah data primer yang digunakan untuk menilai kerjasama kelompok
pada siklus. Adapun format lembar pengamatan I adalah sebagai berikut:

LEMBAR OBSERVASI KERJASAMA KELOMPOK


Siklus :.

Tabel I
Skor Jml
No Aspek yang dinilai 1 2 3 4 skor Kriteria
1 Efektivitas pembagian kerja
a) Adanya ketua kelompok yang
mempunyai wewenang membagi
tugas
b) Ketua kelompok dipilih
berdasarkan musyawarah kelompok
c) Ketua kelompok melakukan
pembagian kerja
d) Anggota kelompok patuh
terhadap pembagian kerja yang
ditetapkan

2 Ketergnatungan antar anggota


kelompok
a) Tugas antar anggota kelompok
saling berhubungan
b) Adanya perbedaan tugas antar
anggota
c) Tugas kelompok dapat selesai
jika seluruh anggota kelompok dapat
selesai melaksanakan tugasnya
masing-masing
3 Tanggung jawab perorangan
a) Anggota kelompok memahami
tugasnya masing-masing
b) Setiap anggota kelompok
mempunyai alat dan sumber belajar
untuk menggali informasi yang
dibutuhkan
c) Seluruh anggota kelompok
terlibat aktif melaksanakan tugasnya
masing-masing
d) Setiap anggota kelompok selesai
mengerjakan tugas tepat waktu
4 Komunikasi antar anggota
kelompok
a) Setiap anggota kelompok terlibat
aktif dalam pemilihan ketua
kelompok atau pembagian tugas
b) Setiap anggota terlibat
komunikasi aktif (saling bertanya,
mengungkapkan ide dan memberi
penjelasan)
Keterangan:
(1) Kurang (2) Cukup (3) Baik (4) Baik

b) Format 2: Lembar pengamatan kinerja guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
(Data skunder).
Tabel II
PENILAIAN KETERANGAN
NO ASPEK YANG DINILAI 0 1 2 3 4
Perencanaan
1 Membuat RPP
2 Menyusun bahan ajar
3 Merumuskan tujuan (indikator)
4 Mengorganisasi materi
5 Memilih media yang tepat
6 Memilih sumber belajar
7 Menyusun alat ukur
Jumlah
Kriteria

Tabel III
PENILAIAN KETERANGAN
NO ASPEK YANG DINILAI 0 1 2 3 4
Perencanaan
1 Membuka menutup pelajaran
2 Memotivasi
3 Membentuk kelompok diskusi
4 Memberi informasi/menjelaskan
5 Membantu siswa yang mengalami
kesulitan
6 Variasi mengajar
7 Memberi evaluasi
Jumlah
Kriteria
F. Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data-data yang diperoleh dari penelitian tindakan ini, penulis menggunakan
tekhnik sebagai berikut:
a. Teknik pengumpulan data primer
Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan mengisi format lembar pengamatan 1
oleh peniliti untuk mengamati hasil belajar siswa dalam pemecahan masalah setiap siklus.
b. Teknik pengumpulan data skunder
Teknik pengumpulan data skunder dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan kinerja guru
dalam pelaksanaan pembelajaran. Pengisian lembar pengamatan guru dilakukan oleh kalobolator.

G. Teknik Analisis Data


a) Lembar pengamatan 1: dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Teknik ini
digunakan untuk menganailisis kerjasama kelompok pada setiap siklus dengan teknik analisis data
sebagai berikut:

Keterangan :
% AS : Persentase tingkat kerjasama kelompok
FK : Frekuensi kelompok
JSK : Jumlah seluruh kelompok
b) Lembar pengamatan 2: dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Teknik ini
digunakan untuk menganailisis tingkat parsitisipasi siswa dalam diskusi kelompok pada setiap siklus
dengan teknik analisis data sebagai berikut:

Keterangan :
% PS : Persentase parstisipasi siswa
FS : Frekuensi siswa
JSK : Jumlah seluruh siswa
c) Analisis data format 3 dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Teknik ini
digunakan untuk menganalisis sejauh mana tingkat kinerja guru dalam pelaksanaan proses
pembelajaran pada setiap siklus. Selanjutnya indikator kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran
yaitu:
Tabel 4

No Rentang Skor Kriteria Kerja Guru


1 <10 Kurang
2 10-16 Sedang
3 17-22 Baik

H. Indikator Kinerja
Untuk mengetahui efektifitas tindakan, maka ditetapkan indicator kinerja. Indicator
tersebut berguna sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan tindakan pada siklus dalam
penelitian. Indicator kerja dalam penelitian ini adalah:
1. Jika sekurang-kurangnya 75% dari seluruh kelompok kerjasama kelompoknya masuk dalam
criteria Baik
2. Jika sekurang-kurangnya 75% siswa tingkat partisipasi kerja kelompoknya tergolong Baik
Diposting oleh Aisyah Sakiah Iskandar di 23.45
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
5 komentar:

1.
genic pito21 Juni 2013 19.34
thanks you,,,bisa menambah inspirasi
Balas

2.
MA. Yulianto15 April 2014 16.36
bisa sebagai literatur nih,

articleplong.blogspot.com
Balas

3.
Aisyah Sakiah Iskandar16 Agustus 2015 10.53
@ genic pito and @ MA. Yulianto : thanks atas kunjungannya.semoga bermanfaat.
Balas

4.
mochbuchorimuslim buchorimuslim9 Mei 2016 04.32
minta izin telaah ya non
Balas

5.
Gabriel Mangkar12 Agustus 2017 14.38
tolong terlihatkan foto rumusnya pak. tabe
Balas

Anda mungkin juga menyukai