Anda di halaman 1dari 10

e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Palangka Raya.

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM


MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SURAH AT-TIIN DI
SDN PUAIN KIWA

Marni
Program Studi Pendidikan Agama Islam, IAIN Palangka Raya, Indonesia
E-mail: marnisdnpk@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas guru dan aktivitas peserta didik
dalam penerapan model discovery learning dalam pembelajaran membaca surah ‘At-Tiin
dan untuk mengetahui penggunaan model discovery learning dapat meningkatkan
kemampuan membaca surah ‘At-Tiin Pada peserta didik Kelas V SDN Puain Kiwa. Jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus.
Penelitian ini menyatakan bahwa (1) Hasil observasi aktivitas guru siklus I diperoleh
skor 75 (Baik). Siklus II diperoleh skor 87,5 (Sangat Baik). (2) Hasil observasi aktivitas
siswa siklus I diperoleh nilai 67,5% (Aktif). Siklus II diperoleh nilai 86% (Sangat Aktif).
(3) Hasil belajar siswa siklus I pada aspek keterampilan diperoleh rata-rata nilai 68,90
dengan ketuntasan klasikal 50%. Pada siklus II rata-rata 74,00 dengan ketuntasan
klasikal 100%.
Kata kunci : Model Pembelajaran Discovery Learning, Kemampuan Membaca, Surah
At-Tiin

PENDAHULUAN
Pendidikan Agama Islam adalah suatu pelajaran yang sangat penting
bagi peserta didiknya pada tiap sekolah. Karena Pendidikan Agama Islam
merupakan mata pelajaran yang biasa menjadi pemandu dalam upaya
meningkatkan hasil belajar. Hal ini menunjukkan bahwa mata pelajaran tersebut
memiliki manfaat dalam mengembangkan sikap spiritual peserta didik,
sehingga menjadikan sebagai mata pelajaran yang harus diperhitungkan
keberadaannya.
Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan
keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia
dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan
manusia dengan alam sekitar. Pendidikan agama Islam di SD memiliki ruang
lingkup antara lain : Al-Qur’an dan hadist, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh dan
kebudayaan Islam. Pendidikan Agama Islam di sekolah yang sedang
berlangsung belum semuanya memenuhi harapan kita sebagai umat Islam
mengingat kondisi dan kendala yang dihadapi. Pendidikan Agama Islam
dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk peserta

1267
Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Palangka Raya.

didik sekolah agar menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Materi pendidikan agama Islam kelas V semester pertama (ganjil) dalam
kurikulum 2013, dengan kompetensi dasar keterampilan yaitu membaca Q.S.
‘At-Tiin dengan baik dan benar. Dilihat pada nilai ulangan harian (formatif)
materi Q.S. ‘At-Tiin pada tahun pelajaran sebelumnya masih belum memuaskan.
Dari 8 orang siswa kelas V tahun pelajaran 2020/2021, rata-rata kelas diperoleh
60,00 dengan ketuntasan klasikal hanya mencapai 37,8%. Hal ini menunjukkan
hasil belajar masih dibawah KKM yang ditetapkan SDN Puain Kiwa untuk mata
pelajaran pendidikan agama Islam yaitu 65.
Rendahnya hasil belajar di atas disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya adalah yang berhubungan langsung dengan proses pembelajaran
yaitu faktor guru dan faktor siswa. Faktor guru meliputi pengembangan metode
pembelajaran pendidikan agama Islam, sedangkan faktor siswa meliputi
aktivitas belajar siswa serta kemampuan memahami materi yang diberikan.
Selama ini guru terlalu dominan menggunakan metode ceramah, tanya jawab
dan penugasan yang mengakibatkan siswa menjadi pasif dalam proses
pembelajaran yang keduanya berimplikasi kepada rendahnya hasil belajar siswa
seperti dikemukakan di atas.
Kenyataan ini kalau tidak dilakukan perbaikan maka akan berdampak
pada rendahnya hasil belajar siswa kelas V dan PAI secara keseluruhan.
Dampak lebih jauh yaitu siswa tidak memiliki bekal keterampilan membaca dan
memahami makna surah-surah pendek sebagai salah satu bagian penting
melakspeserta didikan ibadah sholat dalam kehidupan sehari-hari jika siswa
telah aqil baligh (dikenakan wajib sholat).
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa proses pembelajaran Pendidikan
Agama Islam materi membaca surah ‘At-Tiin di kelas V masih menggunakan
pembelajaran tradisional (konvensional), yaitu guru hanya menggunakan
metode ceramah, tanya jawab, dan metode demonstrasi. Pada proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam masih banyak peserta didik yang tidak
aktif dalam proses pembelajaran di kelas, hanya sebagian kecil yang cukup
pintar dan aktif di kelas. Selain itu, masih sedikit peserta didik yang berani
bertanya kepada guru perihal pelajaran yang belum dipahaminya.
Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara
aktif adalah model pembelajaran discovery learning. Menurut Suprijono (2010: 69)
discovery learning merupakan pembelajaran beraksentuasi ada masalah-masalah
kontekstual. Proses belajar model ini meliputi proses informasi, transformasi,
dan evaluasi. Proses informasi, pada tahap ini siswa memperoleh informasi
mengenai materi yang sedang dipelajari. Pada tahap ini siswa melakukan
penyandian atau encoding atas informasi yang diterimanya. Berbagai respon
diberikan siswa atas informasi yang diperolehnya. Ada yang menganggap

1268
Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Palangka Raya.

informasi yang diterimanya sebagai sesuatu yang baru. Ada pula yang
menyikapi informasi yang diperolehnya lebih mendalam dan luas dari
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan suatu
penelitian dengan judul “Penerapan Model Discovery Learning
Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Surah ‘At-Tiin Kelas V di SDN
Puain Kiwa”.

METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan
investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap
muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (Mc.
Millan & Schumacher).
Penelitian tindakan menuntut adanya perkembangan. Menurut
Arikunto (2006: 18), penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang
terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat
dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan. Karakteristik utama penelitian
ini adalah partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota sasaran.
Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif
yang ”dicoba sambil jalan” dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penenlitian Tindakan Kelas atau
PTK. Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian yang dilakukan oleh
guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek
(Igak W. dan Kuswaya, 2007: 3).
Pada penelitian ini, yang dilakukan tahap perencanaan adalah: 1)
Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan
disampaikan kepada peserta didik (menetukan pokok bahasan,mengembangkan
skenario pembelajaran); 2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP);
3) Membuat lembar kerja siswa (LKS); 4) Membuat instrument yang digunakan
dalam PTK; 5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
Pelaksanaan ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan
tahap perencanaan di atas. Pelaksaan terdiri dari kegiatan pembukaan dan
kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat, dan kegiatan akhir disertai penutup. Nilai-
nilai praktis dari penggunaan model discovery learning adalah memahami konsep,
arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan (Budiningsih, 2005: 43). Discovery terjadi apabila individu terlibat,
terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa

1269
Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Palangka Raya.

konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi,


pengukuran, prediksi, penentuan. Proses tersebut disebut cognitive process
sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and
principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik 2001: 219).
Model discovery-inquiry atau discovery learning menurut Suryosubroto
(2002) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan
pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai
kepada generalisasi. Discovery adalah proses mental yang membuat siswa
mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut
misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Kegiatan inti merupakan penerapan dari langkah-langkah
menggunakan model discovery learning, yaitu: 1) Stimulation (Pemberian
Rangsangan); 2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah); 3) Data
Collection (Pengumpulan Data); 4) Data Processing (Pengolahan Data); 5)
Verification (Pembuktian); 6) Generalization (Menarik Kesimpulan).
Pengamatan atau observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan
dengan mengobservasi atau mengamati aktivitas guru selama kegiatan
pembelajaran dengan dibantu teman sejawat untuk mengamati tahapan-tahapan
belajar mengajar menggunakan model discovery learning. Selain aktivitas guru
yang diamati oleh teman sejawat, guru sendiri juga mengamati aktivitas peserta
didik dan hasil belajar berupa kemampuan membaca surah At-Tiin. Peneliti
bersama observer mengamati dan mencatat hasil atau dampak tindakan serta
kekurangan/kelemahan peneliti dalam melakspeserta didikan tindakan untuk
dijadikan bahan acuan dalam kegiatan refleksi.
Refleksi adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan peserta
didik dalam perkembangan menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif.
Dalam hal ini, refleksi merupakan hasil pengamatan dan evaluasi terhadap
tahapan-tahapan pembelajaran guru dan aktivitas belajar peserta didik dalam
pembelajaran melalui penggunaan model discovery learning. Setiap pertemuan
harus direfleksi. Tahap ini sebagai kajian untuk perbaikan proses pembelajaran
dalam tindakan kelas untuk pertemuan berikutnya.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada peserta didik kelas V
SDN Puain Kiwa Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong. Peserta didik yang
menjadi subyek penelitian berjumlah 10 orang terdiri dari 3 orang peserta didik
laki-laki dan 7 orang peserta didik perempuan.
Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru sekaligus pengumpul
dan penafsir data. Instrumen observasi berupa lembar aktivitas peserta didik dan
lembar hasil pengembangan peserta didik beserta dengan rubriknya. Kemudian,
setelah didapat data aktivitas peserta didik, maka akan diperoleh data aktivitas
peserta didik secara keseluruhan. Sedangkan data aktivitas guru diobservasi

1270
Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Palangka Raya.

oleh teman sejawat (observer) yang dimintai bantuannya oleh peneliti sendiri
karena sudah memenuhi syarat. Instrumen observasi berupa lembar aktivitas
guru berserta dengan rubriknya.
Analisis data merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mengolah
dan menyusun data. Data yang telah diambil dan terkumpul dapat
menghasilkan suatu kesimpulan dan dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.
Data yang diperoleh dianalisis menjadi analisis kualitatif (data kualitatif). Data
kualitatif diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas peserta didik
yang diolah secara naratif atau digambarkan berupa kata-kata.
Adapun indikator penelitian ini dilihat dari tiga aspek, yakni aktivitas
guru, aktivitas peserta didik, dan kemampuan membaca surah At-Tiin.
Penelitian dinyatakan berhasil jika aktivitas guru dalam melakspeserta didikan
proses pengembangan secara keseluruhan mencapai rentang skor 81-100%
dengan kategori sangat baik. Aktivitas peserta didik dengan jumlah persentase
yang telah dicapai minimal 81-100% dengan kategori sangat aktif. Secara
individu ialah peserta didik dapat dikatakan berhasil apabila mencapai KKM
yang telah ditetapkan yaitu 65. Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal
apabila jumlah peserta didik yang mendapatkan di atas KKM telah mencapai 80%
dari jumlah keseluruhan peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran
tersebut.

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil observasi observasi terhadap aktivitas guru dalam
melaksanakan pembelajaran PAI materi Q. S ‘At-Tiin melalui model
pembelajaran discovery learning, diperoleh adanya perbaikan pada aktivitas guru
dari setiap pertemuan. Berikut adalah perbandingan hasil observasi aktivitas
guru.
Dilihat dari peningkatan aktivitas guru berdasarkan perolehan skor dari
lembar observasi dapat dijelaskan yaitu siklus I, aktivitas guru hanya 75
dikaitkan dengan kriteria yang telah ditetapkan masuk dalam rentang 61 - 80
dengan kategori “Baik”. Berdasarkan rekomendasi yang dilakukan bersama
observer pada kegiatan refleksi, guru berusaha meningkatkan aktivitasnya pada
siklus II dan diperoleh hasilnya sebesar 87,5 dikaitkan dengan kriteria yang telah
ditetapkan masuk dalam rentang 81-100 dengan kategori “Sangat Baik”. Hasil
ini telah mencapai indikator keberhasilan aktivitas guru dalam penelitian ini.
Aktivitas peserta didik mulai dari pertemuan pertama hingga
pertemuan kedua meningkat. Aktivitas peserta didik pada siklus I dengan
peserta didik yang memperoleh kriteria Aktif dengan nilai hanya mencapai
67,5%, meningkat pada siklus II menjadi 86%.
Hasil kemampuan membaca surah At-Tiin peserta didik melalui
kegiatan pembelajaran menggunakan model discovery learning berkembang

1271
Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Palangka Raya.

sesuai yang diharapkan. pada siklus I rata-rata nilai aspek keterampilan didapat
68,90 dengan ketuntasan klasikal hanya 50%. Hasil ini meningkat pada silklus II
dengan rata-rata 74,00 dengan ketuntasan klasikal 100%.
Berikut ini adalah grafik perbandingan hasil aktivitas guru, aktivitas
peserta didik, dan kemampuan membaca surah At-Tiin menggunakan model
pembelajaran discovery learning pada peserta didik kelas V SDN Puain Kiwa
Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong.

120
100 Aktivitas Guru
80
60
Aktivitas Siswa
40
20
0
Siklus I Siklus II

Gambar 1. Grafik Perbandingan Peningkatan Hasil Aktivitas Guru, Aktivitas Peserta


didik, dan Kemampuan Membaca Surah At-Tiin

Menurut grafik di atas, hasil observasi aktivitas guru, aktivitas peserta


didik, dan kemampuan membaca surah At-Tiin peserta didik melalui kegiatan
pembelajaran menggunakan model discovery learning dari setiap pertemuannya
semakin meningkat dan berhasil sesuai harapan.
Tercapainya hasil yang diharapkan dari tiap-tiap faktor yang diamati
saling berkaitan satu sama lain. Aktivitas guru adalah faktor paling mendukung
penentu keberhasilan aktivitas peserta didik dan perkembangan motorik peserta
didik. Oleh karena itu, seiring dengan meningkatkan aktivitas guru, maka
berkembang pulalah aktivitas peserta didik beserta kemampuan membaca surah
At-Tiin.

1272
Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Palangka Raya.
Berdasarkan penilaian kegiatan guru tersebut, terjadi peningkatan
penilaian aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran PAI materi Q. S At-
Tiin melalui model pembelajaran discovery learning. Dilihat dari peningkatan
aktivitas guru berdasarkan perolehan skor dari lembar observasi dapat
dijelaskan yaitu siklus I, aktivitas guru hanya 75 dikaitkan dengan kriteria yang
telah ditetapkan masuk dalam rentang 61 - 80 dengan kategori “Baik”.
Berdasarkan rekomendasi yang dilakukan bersama observer pada kegiatan
refleksi, guru berusaha meningkatkan aktivitasnya pada siklus II dan diperoleh
hasilnya sebesar 87,5 dikaitkan dengan kriteria yang telah ditetapkan masuk
dalam rentang 81-100 dengan kategori “Sangat Baik”. Hasil ini telah mencapai
indikator keberhasilan aktivitas guru dalam penelitian ini.
Parameter yang mengalami peningkatan aktivitas guru secara signifikan
antara lain aspek 1) Pemberian rangsangan (stimulation); 2) Pengumpulan data
(data collection); dan 3) Menarik simpulan/generalisasi (generalization). Hanya
pada aspek pembuktian (verification), guru tidak menunjukkan peningkatan
aktivitasnya, hal ini karena guru lebih mendominasi dan hanya sebagian kecil
besar yang terlibat. Meskipun demikian, hal ini menunjukkan bahwa guru telah
dapat mengorganisasikan kegiatan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran discovery learning dengan sangat baik.
Selama pelaksanaan penelitian Siklus I guru masih mengalami kendala
dalam pelaksanaannya disebabkan siswa sebagian tidak bersedia berkelompok
(berkumpul) dengan perbedaan jenis kelamin, sehingga terkesan bekerja sendiri-
sendiri. Namun pada pertemuan berikutnya kekurangan dapat diperbaiki, guru
memberikan penghargaan bagi kelompok yang dapat melaksanakan aspek
aktivitas belajar anak dengan baik, sehingga anak dalam kelompok berkompetisi
secara positif melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Aspek yang menjadi fokus pengamatan pada aktivitas siswa melalui
model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media visual ini meliputi:
mengorganisasikan tugas, Mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
relevan, Mengolah data dan informasi yang telah diperoleh, Melakukan
pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis,
Membuat kesimpulan.
Kemajuan aktivitas siswa terlihat dalam mengorganisasikan tugas, siswa
pada awalnya belum mampu membagi tugas dalam kegiatan kelompok
sehingga hanya beberapa orang dalam kelompok yang aktif mengerjakan tugas,
sedangkan yang lainnya pasif dan menunggu hasilnya saja. Pada kegiatan
berikutnya sudah mampu mengorganisasikan tugas dalam masing-masing
kelompok. Sehingga masing-masing anggota kelompok mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang harus diselesaikannya.

1273
Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Palangka Raya.
Pada aspek mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
relevan kemajuan pada antusiasnya siswa untuk mencari informasi dari berbagai
sumber, meskipun pada awalnya masih banyak siswa yang bingung karena
berhubungan dengan pengorganisasian tugas pada aspek sebelumnya tidak
terlaksana dengan baik. Pada siklus II, siswa telah dapat memahami dan
menyelesaikan tugas masing-masing yang menjadi tanggung jawabnya dengan
mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, bertanya dengan
orang di sekitar, termasuk mencari di internet.
Sedangkan pada aspek mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh terlihat pada siswa yang terlibat secara aktif baik dalam membantu
temannya maupun secara aktif mencari informasi dari berbagai sumber.
Hasilnya mereka rangkum dalam bentuk satu laporan sederhana melalui
panduan pada LKPD sesuai dengan pemecahan masalah yang diberikan.
Aspek melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis terlihat pada ketuntasan siswa menyelesaikan
tugas-tugas secara kelompok maupun secara individual. Hasilnya
dipresentasekan melalui LKPD. Hasil kerja kelompok dalam menyusun laporan
sederhana berdasarkan masalah yang diberikan terjadi saling diskusi diantara
mereka sebelum merangkumnya dalam bentuk laporan sederhana. Aktivitas
inipun terkait dengan pelaksanaan aktivitas pada aspek sebelumnya yang telah
dilaksanakan dengan sangat baik.
Aspek membuat kesimpulan kemajuan terlihat dari kesimpulan yang
mereka buat dalam laporan sederhana dengan melibatkan anggota kelompok.
Hasilnya terlihat adanya sinkronisasi antara masalah dan pemecahan masalah
yang mereka temukan dari berbagai sumber.
Aktivitas siswa pada siklus I ada yang memiliki kriteria cukup aktif dan
aktif. Sedangkan pada siklus II menjadi sangat aktif. Peningkatan aktivitas siswa
pada kegiatan pembelajaran disebabkan siswa mendapatkan pengalaman dari
belajar. Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran ini disebabkan siswa
tampak senang dan bersemangat dalam belajar.
Peningkatan hasil perkembangan terjadi pada setiap pertemuan baik
dari siklus I sampai dengan hasil pelaksanaan siklus II. Peningkatan ini
dipengaruhi oleh pengetahuan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat,
tetapi dari pengalaman yang didapat dalam proses pembelajaran. Siklus I
ketuntasan klasikal hanya mencapai 50%, hal ini disebabkan adanya siswa yang
kurang aktif dan tidak tepat dalam pemecahan masalah yang diberikan. Siswa
terkesan hanya sekedar menyelesaikan tugas tanpa memperhatikan ketepatan
antara permasalahan dan penyelesaian masalah. Hal ini berimbas pada
penilaian keterampilan yang dilaksanakan di akhir pembelajaran. Setelah
dilaksanakan perbaikan melalui pemahaman kegiatan pembelajaran

1274
Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Palangka Raya.
berdasarkan hasil siklus I, maka terjadi peningkatan pada siklus II yaitu
ketuntasan klasikal mencapai 100%, sehingga indikator keberhasilan minimal 80%
siswa mencapai KKM telah tercapai dengan baik. Hasil ini menunjukkan bahwa
melalui penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan kemampuan membaca
surah ‘At-Tiin Pada peserta didik Kelas V SDN Puain Kiwa Kabupaten Tabalong.
Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian sebagai berikut: (1)Hasil observasi
aktivitas guru siklus I diperoleh skor 75 (Baik). Siklus II diperoleh skor 87,5
(Sangat Baik). (2) Hasil observasi aktivitas siswa siklus I diperoleh nilai 67,5%
(Aktif). Siklus II diperoleh nilai 86% (Sangat Aktif). (3) Hasil belajar siswa
siklus I pada aspek keterampilan diperoleh rata-rata nilai 68,90 dengan
ketuntasan klasikal 50%. Pada siklus II rata-rata 74,00 dengan ketuntasan
klasikal 100%.
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka peneliti menyampaikan
saran-saran sebagai berikut: Guru yang mengajar di kelas V, khususnya muatan
pelajaran PAI, agar dapat menggunakan model-model pembelajaran kreatif dan
inovatif yang berpusat pada siswa dan media pembelajaran yang sesuai untuk
meningkatkan hasil belajar, salah satunya melalui penggunaan model
pembelajaran discovery learning, Siswa diharapkan agar selalu aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran, karena hasil belajar didapat lebih dipengaruhi
pengalaman belajar dengan melakukan sendiri, bukan hapalan-hapalan, Kepada
kepala sekolah hendaknya dapat memberikan masukan atau saran kepada guru-
guru untuk dapat menggunakan berbagai model.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H. Abu. 1998. Psikologi Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta
Brown, Douglas. 2000. Principles of Language Learning and Teaching, Fourth
Edition. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hanafiah Nanang dan Cucu Suhada. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: Refika Aditama.
Muhammad Nurdin. 2004. Kiat Menjadi Guru Profesional,Jogjakarta, Prismasophie
Cet. I,
Moedjiono, Dimyati. 1993. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depatemen
Pendidikan dan Kebudayaan Nasional.

1275
Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam
e-ISSN: 2807-8632

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Palangka Raya.
Sund, R.B. & Trowbridge, L.W. 1973. Teaching Science by Inquiry in the Secondary
School, 3rd Ed. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutrisno, Joko. 2008. Pengaruh Metode Pembelajaran Inquiry dalam Belajar Sains
terhadap Motivasi Belajar Siswa. http://www.erlangga.co.id. (Diunduh
pada Tanggal 4 Agustus 2021).
Syah, Muhibin. 2004. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

1276
Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Anda mungkin juga menyukai