Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS PADA ASPEK


PENGETAHUAN DAN KOMPETENSI SAINS SISWA SMA KELAS X SMA
NEGERI 1 TINAMBUNG

OLEH :

WIDYA INDAH LESTARI ACO

H0417017

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan


gelar sarjana pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

202
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses interaktif yang melibatkan guru dan siswa


dalam mengembangkan potensi siswa itu sendiri. Pendidikan juga dapat
dipahami sebagai upaya sadar untuk menumbuhkan kepribadian yang penuh
individualitas. Melalui kekayaan keterampilan untuk menumbuhkembangkan
pengetahuan dasar, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era
Revolusi Industri 4.0 (IPTEK) semakin pesat. Setiap orang harus memiliki lebih
banyak pengetahuan dan pengalaman, karena salah satu faktor pendukung
pengetahuan adalah literasi. Kemampuan literasi juga mejadi peran penting dan
kunci keberhasilan seseorang, karena informasi dan pengetahuan yang diperoleh
tidak dapat lepas dari membaca.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat


mempengaruhi perkembangan dunia pendidikan di Indonesia saat ini khususnya,
Pendidikan sains pada abad ke-21 ini sangat berkonstribusi dalam meningkatkan
pengembangan kemampuan penggunaan teknologi dan ilmu pengetahuan yang
diperoleh secara efektif dalam kehidupan sehari-hari, maka pemahaman mengenai
sains tidak hanya sebatas teori saja tapi juga dari segi implementasinya sehingga
kemampuan yang berhubungan dengan penguasaan sains ini sering dimunculkan
dengan istilah literasi sains.

Menurut PISA (2010), Literasi sains adalah kemampuan menggunakan


pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menggabarkan bukti-bukti
yang berdasarkan kesimpulan untuk dapat memahami dan membantu pembuatan
kesimpulan tentang alam serta perubahan terhadap alam akibat aktivitas manusia.
Literasi sains merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh mata pelajaran
sains, khususnya pada mata pelajaran fisika yaitu konsep dasar sains. Literasi
sains merupakan hal yang penting dikuasai oleh siswa sebab literasi sains
memiliki potensi yang besar dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas untuk menghadapi era industialisasi dan lobalisasi, yakni siswa
yang cakap dalam bidangnya dan berhasil menumbuhkan kemampuan berfikir
logis, kreatif, mampu memecahkan masalah, kritis, menguasai teknologi serta
adaptif terhadap perubahan dan perkembangan zaman Diyan Marlina (2019)

PISA (Programme for Internationa l Student Assessment) merupakan


studi literasi yang dilaksanakan oleh Organization for Economic Co-Operation
and Development (OECD) dan Unesco Institute for Statistics. Program ini
bertujuan untuk menganalisis secara berkala pada tingkat Internasional
kemampuan literasi siswa kelas III SMP dan kelas I SMA pada aspek membaca
(reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains (scientific
literacy). Indonesia merupakan salah satu Negara menjadi peserta yang
mengikuti studi literasi yang diadakan oleh PISA ini (Nisa wulandari & Hayat
Sholihin,2016)

Kondisi literasi sains di Indonesia saat ini masih sangat tertinggal jauh jika
dibandingkan dengan Negara lain. Dilihat dari hasil studi PISA 2018 dapat
dijadikan rujukan untuk mengetahui rendahnya kemampuan sains anak-anak di
Indonesia. Selasa 03 Desember 2019 telah rilis laporan hasil PISA 2018 yakni,
skor membaca Indonesia adalah 371, lalu skor matematika adalah 379, dan skor
sains di Indonesia adalah 396 sehingga Indonesia menempati peringkat ke 72 dari
78 negara peserta PISA yang terlibat dengan kata lain Indonesia berada pada
peringkat keenam terbawah dari seluruh Negara peserta PISA (OECD, 2019)

Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu sains yang mempelajari
tentang alam dan hal-hal yang berkaitan dengannya serta perubahan-perubahan
yang terjadi didalamnya. Tujuan pembelajran fisika adalah membentuk
kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berfikir
kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam
memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang fisika maupun dalam bidang
kehidupan sehari-hari.

Menganalisis kemampuan literasi sains telah dilakukan oleh beberapa


peneliti terdahulu, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh (Nisa
Wulandari & Hayat Sholihin,2016) dengan judul “Analisis kemampuan literasi
sains pada aspek pengetahuan dan kompetensi sains siswa SMP pada materi
kalor” berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kesempulan bahwa rata-rata
kemampuan literasi sains pada aspek pengetahuan dan kompetensi sains secara
keseluruhan adalah 66,45% dengan kateori pencapaian “baik”.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Isladiati pada tahun 2017 dengan


judul “Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas V Pada Pembelajaran
IPA di SD Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar”. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Unggul Lampeuneurut sebanyak 30
siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan dokumentasi dimana
peneliti mengamati proses belajar oleh guru, sedangkan dokumentasinya berupa
sol tes yang diberikan oleh guru kepada siswa. Adapun aspek yang dinilai ialah
aspek konten, konteks, kompetensi dan sikap ilmiah. Hasil peneletian
menunjukkan bahwa siswa belum mampu melaksanakan aspek kompetensi dan
aspek sikap ilmiah dengan baik, namun pada aspek konten dan konteks sudah
terlaksana dengan baik. Pada penelitian ini diperoleh persentase hasil untuk aspek
konten dan konteks dengan katagori sangat baik (88,6%) sedangkan aspek
kompetensi (40,4%) dan aspek sikap ilmiah (47,4%) dengan kategori kurang
baik.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Pandu Jati Laksono pada tahun 2018
dengan judul “ Kemampuan Literasi Kimia Mahasiswa Pendidikan Kimia
Pada Materi Pengelolaan Limbah”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
ketercapaian literasi kimia pada aspek pengetahuan, konteks, kompetensi dan
sikap ilmiah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan
populasi terdiri dari 50 mahasiswa pendidikan kimia Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembang. Teknik pengumpulan datanya berupa wawancara dan
lembar angket. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa
kemampuan literasi sains kimia mahasiswa tersebut pada materi pengelolaan
limbah sebesar 73,33% yang dikategorikan sedang.

Penelitian selanjutnya dari Maulida Imansari, Sudarmin dan Woro


Sumarni pada tahun 2018 dengan judul “Analisis Literasi Kimia Peserta Didik
Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Bermuatan Etnosains". Metode
penelitian yang digunakan studi kasus dengan desain penelitian One Shot Study
Case. Pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling.
Pengumpulan data menggunakan metode tes dan metode angket. Metode tes
digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik pada aspek konteks,
konten dan kompetensi, sedangkan angket untuk mengetahui aspek sikap ilmiah
peserta didik.

Selanjutnya penelitian dari Elsy Tri Yana dengan judul “analisis


kemampuan literasi saintifik pada aspek kompetensi dan pengetahuan calon guru
(mahasiswa) pada materi gelombang bunyi”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan literasi sains mahasiswa pendidikan fisika universitas
islam negeri raden intan lampung, dimana sub fokusnya pada mahasiwa semester
4 yang telah lulus mata kuliah fisika dasar 1, jumlah mahasiswa yang diujikan 30
orang. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan cara
pengamatan secara mendalam berupa wawancara dan tes terstruktur. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa kemampuan literasi sains mahasiswa
pendidikan fisika tahun ajaran 2017/2018 memperoleh kategori cukup dengan
persentase 62,44 %.

Hasil penelitian yang dilakukan dari keempat penelitian mengenai literasi


sains diatas dapat disimpulkan literasi sains dikalangan siswa, mahasiswa
maupun calon guru masih dikategorikan cukup, sehingga diperlukan perbaikan
dan analisis terhadap ketercapaian literasi sains siswa di sekolah- sekolah lainnya,
agar menjadi bahan masukan terhadap sekolah agar dapat melakukan upaya
terhadap peningkatan literasi sains siswa terkhusus pelajaran fisika.

SMA Negeri 1 Tinambung merupakan sekolah menengah yang didirikan


pada tahun 196 dan SMA Negeri 1 Tinambung telah meraih banyak keberhasilan
baik di bidang akademik maupun non-akademik.

Menurut studi pendahuluan wawancara tatap muka dengan guru pada 26


Maret 2021, mengemukakan bahwa SMA Negeri 1 Tinambung sudah memiliki
banyak buku sains. Selain itu juga sudah ada gerakan literasi sekolah walaupun
orientasinya masih pada bidang umum, sehingga literasi sainsnya belum terlihat
jelas. Siswa juga belum mengetahui kemampuan literasi sains yang mereka
miliki, karena sebelumnya belum ada pengukuran tertentu terhadap literasi sains
siswa pada pembelajaran fisika.

Guru fisika SMA Negeri 1 Tinambung juga mengatakan bahwa penerapan


budaya literasi memang sudah ada pada kurikulum 2013, dimana siswa diberi
kesempatan untuk membaca 15 menit sebelum pembelajaran fisika dimulai,
namun belum ada pengukuran tertentu apakah literasi sainsnya tercapai atau
hanya sekedar membaca saja. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Kemampuan
Literasi Sains pada Aspek Pengetahuan dan Kompetensi Sains Siswa SMA
Kelas XI SMAN 1 Tinambung.”
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, disimpulkan bahwa identifikasi dari penelitian


ini adalah:

1. Kurang terlatihnya siswa dalam menyelesaikan soal-soal literasi sains dan


berfikir kritis.
2. Kurangnya Keaktifan guru selama proses pembelajaran saat memberikan
bimbingan kepada peserta didik baik dalam mengerjakan soal-soal sehingga
peserta didik tidak mampu menerapkan konsep atau fakta yang di dapat
disekolah dengan kehidupan sehari-hari karna guru hanya sekedar
menyampaikan materi.
3. Kurangnya minat peserta didik dalam belajar fisika sangat mempengaruhi
kemampuan literasi sains.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
Pembatasan suatu masalah di perlukan agar menghindari adanya
penyimpangan pokok masalah penelitian dan penelitian tersebut akan lebih
terarah. Maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah “Kemampuan Literasi
sains siswa yang diukur adalah hanya kempuan literasi sains dalam aspek
pengetahuan dan kompetensi sains”
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah “Bagaimana kemampuan literasi sains pada aspek pengetahuan dan
kompetensi sains siswa kelas XI SMAN 1 Tinambung”
D. Tujuan Penelitian
Untuk Batasan dan rumusan masalah diatas adapun tujuan dari penelitian
ini adalah:
Untuk mengetahui kemampuan literasi sains pada aspek pengetahuan dan
kompetensi sains siswa kelas XI SMAN 1 Tinambung.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Manfaat Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi motivasi dan
memperluas wawasan tentang literasi sains fisika, serta menambah
pengetahuan tentang pentingnya literasi sains didalam bidang keilmuan
khususnya pelajaran fisika.

b. Manfaat Secara Praktis


1) Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan menjadi bahan informasi bagi sekolah
tentang kemampuan literasi sains peserta didik dan dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk skolah guna meningkatkan kemampuan literasi sains
siswa.
2) Bagi tenaga pendidik atau guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai sumbangan pemikiran agar dapat memotivasi siswanya.
3) Bagi peserta didik, hasil penelitian ini akan menjadikan masukan bagi siswa
guna meninkatkan presstasinya agar dapat menjadi individu yang produktif.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Literasi Sains
1. Penertian Literasi Sains
Literasi atau literasi dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin yaitu
trash (huruf), dan biasanya diartikan sebagai literasi. Meskipun kata science
berasal dari bahasa Inggris science yang berarti pengetahuan. Literasi adalah
kemampuan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, menulis) seseorang
untuk berkomunikasi dengan berbagai cara sesuai dengan tujuannya. Literasi
sangat penting untuk mengembangkan sikap kritis dan kreatif terhadap
berbagai fenomena dalam kehidupan. Ada tiga jenis keterampilan membaca di
bidang pendidikan, yaitu keterampilan berbahasa, keterampilan matematika,
dan keterampilan ilmiah.
Sains adalah seperangkat pengetahuan tentang alam yang diperoleh dari
pemikiran dan penelitian para ilmuwan.Pengetahuan ini memiliki kemampuan
untuk melakukan eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.
Pendidikan sains pertama kali dikemukakan oleh Paul de Hart Hurt dari
Stanford University mengemukakan bahwa literasi sains berarti memahami
sains dan menerapkannya pada kebutuhan sosial.
Menurut PISA, Literasi sains dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi masalah, dan menarik
kesimpulan berbasis bukti untuk memahami alam dan perubahannya yang
disebabkan oleh aktivitas manusia dan membuat keputusan. Literasi sains
adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan sains,
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-
bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan
alam beserta perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas
manusia. Konsep literasi sains mengharapkan siswa dapat memiliki sikap
kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya berlandaskan
pengetahuan sains yang dimilikinya.
Konsep kemampuan akademik yang dikemukakan oleh PISA (International
Student Assessment) melibatkan tidak hanya kemampuan membaca dan
menulis, tetapi juga kemampuan memahami prinsip dan proses dasar serta
bagaimana menerapkan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Dari perspektif memahami pendidikan sains bukan hanya sekedar memahami
sains, pendidikan sains bersifat multidimensi. Individu harus bisa
mendapatkan keuntungan dari konsep ilmiah, kemampuan teknologi, manfaat
lingkungan, dan pemahaman tentang interaksi antara sains, teknologi, dan
masyarakat.
National Teacher Association mengemukakan bahwa seorang literat sains
adalah orang yang menggunakan konsep sains, keterampilan proses dan nilai
dalam membuat keputusan sehari-hari. Pengetahuan yang biasanya
dihubungkan dengan literasi sains adalah :

1. Memahami ilmu pengetahuan alam, norma dan metode sains dan


pengetahuan ilmiah.
2. Memahami kunci konsep ilmiah.
3. Memahami bagaimana sains dan teknologi bekerja bersamaan.
4. Menghargai dan memahami pengaruh sains dan teknologi dalam
masyarakat.
5. Hubungan kompetensi-kompetensi dalam konteks sains,
kemampuan membaca, menulis dan memahami sistem pengetahuan
manusia.
6. Mengaplikasikan beberapa pengetahuan ilmiah dan
kemampuan mempertimbangkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan beberapa pengertian literasi sains di atas dapat disimpulkan


bahwa literasi sains dapat mengembangkan pola pikir dan perilaku siswa serta
membangun karakter manusia yang peduli, bertanggung jawab terhadap
dirinya, masyarakat, alam semesta serta terhadap berbagai permasalahan
yang sedang dihadapi oleh masyarakat modern saat ini. Siswa yang mampu
mengembangkan literasi sains dapat membuat keputusan yang mendasar dan
mampu mengenali sumber solusi yaitu sains dan teknologi. Literasi sains juga
memiliki peranan penting untuk membangun kesejahteraan masyarakat
dimasa sekarang ataupun dimasa yang akan datang.

2. Dimensi dalam Literasi Sains

Konsep literasi sains mengasumsikan bahwa siswa sangat peduli terhadap


diri sendiri dan sekitarnya ketika menghadapi masalah sehari-hari dan
mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan ilmiahnya. Aspek tersebut
meliputi aspek kontekstual, aspek content-related (pengetahuan), aspek
kemampuan dan aspek sikap, yang akan dijelaskan lebih rinci di bawah ini.:
a. Aspek Konteks Sains
Aspek penting dalam penilaian literasi sains PISA adalah keterlibatan
siswa dalam berbagai situasi yang disajikan dalam bentuk isu ilmiah. Aspek
konteks dalam literasi sains melibatkan isu-isu penting yang berhubungan
dengan sains dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian PISA dilakukan secara
meluas dan tidak terbatas pada situasi disekolah saja, melainkan juga
melihat aspek lain dari kehidupan siswa seperti diri individu, keluarga,
kelompok individu (personal), komunitas (social) serta terhadap kehidupan
bernegara. Konteks PISA mencakup bidang-bidang aplikasi sains dalam
seting personal, sosial dan global, yaitu:
1. Kesehatan,

2. Sumber Daya Alam,

3. Mutu Lingkungan,

4. Bahaya Lingkungan,

5. Perkembangan Mutakhir Sains dan Teknologi.

b. Aspek Konten Sains (Pengetahuan)

Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci dari sains yang


diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan
terhadap alam melalui aktivitas manusia. Pada aspek ini PISA tidak memberi
batasan khusus terhadap konten yang akan dikaji, melainkan bersifat terbuka
terhadap pengetahuan yang diperoleh melalui sumber-sumber informasi lain
yang tersedia. Konten literasi sains tidak hanya mencakup kurikulum sekolah
saja, tetapi seluruh aspek dalam kehidupan yang memiliki nilai sains. Terdapat
3 aspek pengetahuan yang dinilai pada kemampuan literasi sains diantaranya:
1. Relevan dengan situasi nyata,
2. Merupakan pengetahuan penting sehinga penggunaannya
berjangka panjang,
3. Sesuai untuk tingkat perkembangan anak usia 15 tahun.

c. Aspek Kompetensi (Keterampilan/Proses)

Aspek kompetensi merupakan salah satu dimensi dalam literasi sains yang
menekankan pada proses sains siswa dalam memecahkan suatu masalah.
Literasi sains diharapkan dapat mengembangkan pemahaman siswa terkait
hakikat sains, prosedur sains, serta kekuatan dan limitasi sains. Siswa perlu
memahami bagaimana ilmuan sains mengambil data dan mengusulkan
eksplanasi–eksplanasi terhadap fenomena alam, mengenal karakteristik utama
penyelidikan ilmiah serta tipe jawaban yang dapat diharapkan dari sains.
Proses kognitif yang terlibat dalam kompetensi sains antara lain penalaran
induktif/desuktif, berpikir kritis dan terpadu, pengubahan representasi,
mengkonstruksi eksplanasi berdasarkan data, berpikir dengan menggunakan
model dan menggunakan matematika.
3. Peranan literasi sains dalam pendidikan
Pendidikan sains merupakan kunci terpenting untuk memecahkan masalah
di era globalisasi. Pendidikan sains dapat membantu siswa memecahkan
masalah sains dan teknologi yang semakin kompleks. Ketika menerapkan
kemampuan ilmiah untuk pendidikan, siswa harus memahami konsep dan
proses ilmiah yang diperlukan untuk mendukung partisipasi siswa dalam
kehidupan publik. Kemampuan ilmiah siswa juga dapat membantu siswa
mengenali dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi sains merupakan prioritas tertinggi bagi pengembangan keilmuan.
Pengembangan evaluasi yang menentukan pencapaian kemampuan ilmiah
berkaitan dengan proses, yaitu proses psikologis menjawab pertanyaan atau
memecahkan suatu permasalahan. PISA menetapkan lima komponen proses
sains dalam penilaian literasi sains, yaitu:
1. Mengenal pertanyaan ilmiah, yaitu pertanyaan yang dapat diselidiki
secara ilmiah, seperti pertanyaan yang dapat dijawab oleh sains.
2. Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah.
proses ini melibatkan identifikasi atau pengajuan bukti yang diperlukan
dalam suatu penyelidikan sains, atau prosedur yang diperlukan untuk
memperoleh bukti tersebut.
3. Menarik atau menyimpulkan, proses ini melibatkan kemampuan dalam
menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang didapatkan sehingga
relevan dengan bukti yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan kesimpulan yang valid, yakni mengemukakan
kesimpulan yang didapatkan berdasarkan bukti yang valid.
5. Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, yakni
kemampuan menggunakan konsep-konsep sains dalam situasi yang
berbeda berdasarkan apa yang telah dipelajarinya.
PISA menetapkan standar pengukuran ketercapaian terhadap literasi sains
menjadi tiga, yakni proses sains, konten sains dan konteks aplikasi sains.
ketiga aspek tersebut menjadi tolak ukur akan ketercapaian literasi sains.
dalam kaitan ini PISA tidak secara khusus membatasi cakupan konten
sains, melainkan sains bersifat terbuka dan dapat diperoleh dari sumber-
sumber lainnya yang sesuai dengan prosedur sains.

4. Faktor yang Mempengaruhi Literasi Sains

Setiap siswa memiliki keterampilan ilmiah yang berbeda-beda, dan


keterampilan tersebut berkaitan dengan keterampilan ilmiah siswa. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan akademik siswa, baik secara
pribadi maupun sosial. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kemampuan ilmiah siswa antar a lain faktor internal dan eksternal, antara lain:
a. Faktor internal
1. Motivasi belajar siswa
Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam diri siswa
untuk melakukan sesuatu. Motivasi sangat berpengaruh terhadap
perkembangan literasi sains siswa. Siswa yang memiliki motivasi
belajar baik maka prestasi belajarnya juga baik sehingga literasinya juga
tercapai.
2. Minat belajar
Minat merupakan dorongan atau keinginan dalam diri seseorang
terhadap suatu objek. Minat belajar adalah dorongan atau keinginan
siswa untuk belajar. Minat sangat berpengaruh terhadap literasi sains
siswa, karena bila bahan pembelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan baik
karena tidak ada dorongan baginya.

3. Persiapan siswa untuk belajar

Persiapan untuk belajar sangat penting dipahami oleh setiap siswa,


karena dengan adanya kesiapan yang matang akan memberikan dampak
positif bagi hasil belajarnya. Siswa dapat belajar dengan mudah dan penuh
semangat dalam proses pembelajaran
4. Kebiasaan belajar
Siswa yang tertarik pada suatu mata pelajaran cenderung tidak terbebani
dengan apa yang dipelajarinya sehingga mempengaruhi kebiasaan belajar
siswa tersebut.
b. Faktor Eksternal
1. Metode yang digunakan oleh guru
Penggunaan metode pada suatu pembelajaran memberikan efek dalam
kemampuan literasi sains siswa. Beberapa penelitian menunjukkan adanya
hubungan antara metode yang digunakan oleh guru dengan minat belajar
siswa. Guru dapat menerapkan model pembelajaran yang menarik untuk
meningkatkan literasi sains siswa.
2. Profesionalisme guru
Saat ini masih banyak guru yang belum memenuhi persyaratan
sebagai guru profesional. Meskipun sudah berusaha ditingkatkan
dengan pelatihan-pelatihan pengembangan profesionalisme. Guru
diharapkan tidak hanya sebatas melakukan profesinya melainkan juga
harus memiliki keterampilan untuk melaksanakan tugasnya demi
mencapai prestasi belajar yang baik.

3. Fasilitas belajar
Fasilitas belajar merupakan salah satu yang dapat digunakan
untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa
untuk belajar. Semakin lengkap fasilitas belajar maka semakin tidak
terganggu proses pembelajaran siswa tersebut
4. Bimbingan orang tua
Bimbingan orang tua siswa belajar dirumah juga dapat mempengaruhi
tingkat prestasi belajar siswa termasuk literasi sains siswa. Pendidikan dan
bimbingan orang tua terhadap anak, dapat diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari berupa perhatian, kesadaran, tanggung jawab dan
perlindungan. Bimbingan belajar dari orang tua berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang
menggunakan metode deskriptif (deskriptif-kuantitatif) yaitu penelitian yang
gambarannya menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi. Pengumpulan dan
pengolahan data penelitian dilakukan dengan penyajikan data apa adanya.
Penelitian yang dilakukan tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau
pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu
kondisi apa adanya (Sukmadinata, 2012).

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIA 1, XI
MIA 2, XI MIA 3, XI MIA 4, dan XI MIA 5. Rincian data disajikan pada
tabel dibawa berikut:

Nama Kelas Jumlah Peserta Didik


XI MIA 1 35
XI MIA 2 34
XI MIA 3 36
XI MIA 4 35
XI MIA 5 36
Jumlah populasi 176

2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIA SMA
Negeri 1 Tinambung yang dipilih dengan teknik simple random sampling.
Apabila jumlah responden kurang dari 100, sampel diambil semua,
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, sedangkan apabila
jumlah responden lebih dari 100maka pengambilan sampel 10%-15%atau
20%-25% atau lebih (Arikunto, 2002). Jumlah sampel dalam penelitian ini
yaitu 45 peserta didik yang diambil sebanyak 25% dari setiap kelas.
Peserta didik tersebut dipilih secara acak menggunakan undian nomor urut
absensi kelas dengan rincian yang disajikan pada tabel dibawah :

Nama Kelas Jumlah Peserta Didik


XI MIA 1 9
XI MIA 2 9
XI MIA 3 9
XI MIA 4 9
XI MIA 5 9
Jumlah sampel 45

Kelas XI MIA dipilih dengan pertimbangan, peserta didik ini


diasumsikan berada pada penalaran formal yang baik.
C. Defenisi Operasional Variabel
Adapun defenisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :
Kemampuan literasi sains merupakan kapasitas untuk menggunakan
pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan
berdasarkan fakta dan data untuk memahami alam semesta dan membuat
keputusan dari perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan serangkaian langkah dari awal hingga akhir
penelitian yang dilaksanakan secara sistematis. Adapun prosedur
penelitiannya, yaiutu :
1. Tahap persiapan
a. Melakukan Observai kesekolah sebagai lokasi penelitian yang akan
dilaksanakan.
b. Menyusun proposal penelitian
c. Melaksanakan seminar proposal dan revisi proposal
d. Mengurus surat izin penelitian.
e. Menyusun instrumen berupa soal tes kemampuan literasi sains
dan pertanyaan untuk wawancara bagi guru fisika di kelas XI
SMA Negeri 1 Tinambung.
f. Melakukan validasi instrument penelitian yang dilakukan oleh
validator ahli (dosen) agar soal yang digunakan valid.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan
literasi sains peserta didik dengan menggunakan kuesioner dan
angket.
b. Melakukan kegiatan pembelajaran fisika dengan menggunakan
model pembelajaran POE2WE
c. Melakukan tes akhir (posttest ) untuk mengukur kemampuan
literasi sians didik dalam pembelajaran fisika dengan
menggunakan model pembelajaran POE2WE
3. Melakukan Tahap Akhir
a. analisis dan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil penelitian
b. Membuat penulisan laporan dalam bentuk skripsi.
E. Instrumen Penelitian
1. Tes
Instrumen tes ini mengukur tiga kompetensi literasi sains yaitu
kemampuan menjelaskan fenomena ilmiah, mengevaluasi dan merancang
penyelidikan ilmiah serta menafsirkan data dan bukti ilmiah. Instrumen
tes yang digunakan pada penelitian ini merupakan instrumen yang telah
divalidasi oleh ahli dan diuji reliabilitasnya serta telah dinyatakan valid
dan reliabel sehingga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
literasi sains siswa.

F. Teknis Analisis Data


Peneliti melakukan kegiatan lapangan dengan menggunakan metode
eksperimen. Data yang terkumpul dilapangan kemudian di analis dan diolah
untuk dijadikan kesimpulan. Analisis digunakan dengan tujuan untuk
menjawab pertanyaan yang tercantum dalam penelitian yaitu bagaimana
pengaruh model pembelajaran POE2WE terhadap kemampuan literasi peserta
didik dibandingkan dengan kelas control. Teknik analisis data yang dilakukan
oleh peneliti adalah teknik statistik untuk mengolah data hasil penelitian
meliputi analisis deskriptif dan analisis inferensial.

1. Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah sekumpulan metode yang berupaya
membuat ringkasan dan deskriptif data- data yang telah dikumpulkan dan
memungkinkan peneliti untuk membuat deskripsi nilai-nilai yang banyak
angka-angka indeks yang sederhana. (Andi Nurannisa Syam, 2016, p. 26-27)
Adapun langkah- langkah penyusunan data hasil pengamatan adalah:
a. Menghitung range (jangkauan)
R=xt −x T

Keterangan :
R=Range
x t=Data tertingi
x t=Data terendah

b. Menentukan jumlah interval

K=1+ log n

Keterangan :

K=banyaknya kelas

n=banyaknya nila observasi

c. Menghitung panjang kelas interval

R
P=
K
Keterangan :
P=Panjang kelasinterval
R=Rentang nilai
K= Kelas interval

d. Persentase

f
p= × 100 %
N
Dimana :
p : Angkatan persentase

f : frekensi yang di cari persentasenya

N :Banyaknya sampel responden


e. Menghitung Mean (rata-rata)
∑ f i Xi
X−
∑fi

Keterangan :

X =Rata−ratauntuk variabel

f i=frekuensiuntuk variabel

Xi=tanda kelas vaariabel

f. Menghittung Standar Deviasi

SD
√ ∑ f i (X i− X́)
n−1

Keterangan :

S D=Standar Deviasi

f i=frekuensiuntuk variabel

X i =Tanda kelas interval variabel

X =Rata−rata

n=Jumlah populasi
2. Statistik Inferensial
Statistikk inferensial adalah teknik statistikk yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. (Andi
Nurannisa Syam, 2016, p. 29). Analisis ini digukana untuk menguji hipotesis
penelitian yang diajukan. Sebelum uji hipotesis dilakukan dengan inferensial,
maka terlebih dahulu uji prasyarat sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Data

K
2
x hitung =∑ ¿ ¿ ¿ ¿
i=1

Keterangan :

Oi=Frekuensi hasil pengamatan

x 2=Nilai chi−kuadrat hitung

Ei =Frekuensi harapan

K=Banayaknya kelas

b. Uji Homogenitas
Varianbesar
F=
Varian keci

c. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui dugaan sementara yang dirumuskan sebagai berikut:

H 0 : μ1=μ 2 lawan H 1 : μ1 ≠ μ 2
Keterangan :

H 0= Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran POE2WE


terhadap hasil pendidikan karakter peserta didik

H 1= Ada pengarh penerapan model pembelajaran POE2WE


terhadap hasil pendidikan karakter peserta didik

μ1 = Rata- rata hasil pendidikan karakter peserta didik yang


diajarkan menggunakan model pembelajaran POE2WE

μ2= Rata- rata hasil penidikan karakter pesert didik yang diajar
tanpa menggunakan model pembelajaran POE2WE
DAFTAR PUSTAKA

Hanna, D., Sutarto, & Harijanto . A. Model pembelajaran tema konsep media gambar
pada pembelajaran fisika

Idamayanti, R. & Sakti, I. (2019). The Implementatioan of character educations in


physicics throough salingtemas approach. Jurnal pendidikan fisika ,
1026618/ jef. V8i1.2376.

Laelawati, M. Upaya peningkatan pendidikan karakter pada pembelajaran fisika


menggunakan model POE2WE. Universitas Siliwangi.

Lestari, S.R & Nana. Penerapan pembelajaran melalui model POE2WE sebagai
upaya melatih literasi saintifik dalam domain kompetensi pada
pembelajaran fisika. Universitas Siliwangi.

Lickona, T. (2019). Educating for character. (Wamango, J.A. terjamehan. Ed 1 cet


6). Basic books ( buku asli terbit 1991 ).

Margono,S. (2014). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta .

Pulungan, R.F (2012). Pengaruh model pembelajaran problem based learning


berbasis pendidikan karakter terhadap perubahan krakter dan kemampuan
menyelesaikan masalah. Jurnal penelitian inovasi pembelajaran fisika.

Sidik, H.M & Nurmahmuddin, A . (2020). Evektifitas model POE2WE terhadap hasil
belajar padda materi alat optic. Jurnal sains dan pendidikan fisika.
Supliyadi, Bedhoni, I.M., & Wijayanto. (2017). Penerapan model Gulded
Discovery Learning beriorentasi pendidikan karakter untuk meningktkan
hasil belejar sisw kelas XI SMAN 1 Semarang tahun pelajaran

Yunita & Nana. Penggunaan model pembeljaran POE2WE dengan bantuan aplikasi
zeniius education untuk meningkatkan pemahamann konsep Dalam
pembeajaran fisika.

Anda mungkin juga menyukai