OLEH :
H0417017
202
BAB 1
PENDAHULUAN
Kondisi literasi sains di Indonesia saat ini masih sangat tertinggal jauh jika
dibandingkan dengan Negara lain. Dilihat dari hasil studi PISA 2018 dapat
dijadikan rujukan untuk mengetahui rendahnya kemampuan sains anak-anak di
Indonesia. Selasa 03 Desember 2019 telah rilis laporan hasil PISA 2018 yakni,
skor membaca Indonesia adalah 371, lalu skor matematika adalah 379, dan skor
sains di Indonesia adalah 396 sehingga Indonesia menempati peringkat ke 72 dari
78 negara peserta PISA yang terlibat dengan kata lain Indonesia berada pada
peringkat keenam terbawah dari seluruh Negara peserta PISA (OECD, 2019)
Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu sains yang mempelajari
tentang alam dan hal-hal yang berkaitan dengannya serta perubahan-perubahan
yang terjadi didalamnya. Tujuan pembelajran fisika adalah membentuk
kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berfikir
kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam
memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang fisika maupun dalam bidang
kehidupan sehari-hari.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Manfaat Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi motivasi dan
memperluas wawasan tentang literasi sains fisika, serta menambah
pengetahuan tentang pentingnya literasi sains didalam bidang keilmuan
khususnya pelajaran fisika.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Literasi Sains
1. Penertian Literasi Sains
Literasi atau literasi dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin yaitu
trash (huruf), dan biasanya diartikan sebagai literasi. Meskipun kata science
berasal dari bahasa Inggris science yang berarti pengetahuan. Literasi adalah
kemampuan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, menulis) seseorang
untuk berkomunikasi dengan berbagai cara sesuai dengan tujuannya. Literasi
sangat penting untuk mengembangkan sikap kritis dan kreatif terhadap
berbagai fenomena dalam kehidupan. Ada tiga jenis keterampilan membaca di
bidang pendidikan, yaitu keterampilan berbahasa, keterampilan matematika,
dan keterampilan ilmiah.
Sains adalah seperangkat pengetahuan tentang alam yang diperoleh dari
pemikiran dan penelitian para ilmuwan.Pengetahuan ini memiliki kemampuan
untuk melakukan eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.
Pendidikan sains pertama kali dikemukakan oleh Paul de Hart Hurt dari
Stanford University mengemukakan bahwa literasi sains berarti memahami
sains dan menerapkannya pada kebutuhan sosial.
Menurut PISA, Literasi sains dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi masalah, dan menarik
kesimpulan berbasis bukti untuk memahami alam dan perubahannya yang
disebabkan oleh aktivitas manusia dan membuat keputusan. Literasi sains
adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan sains,
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-
bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan
alam beserta perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas
manusia. Konsep literasi sains mengharapkan siswa dapat memiliki sikap
kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya berlandaskan
pengetahuan sains yang dimilikinya.
Konsep kemampuan akademik yang dikemukakan oleh PISA (International
Student Assessment) melibatkan tidak hanya kemampuan membaca dan
menulis, tetapi juga kemampuan memahami prinsip dan proses dasar serta
bagaimana menerapkan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Dari perspektif memahami pendidikan sains bukan hanya sekedar memahami
sains, pendidikan sains bersifat multidimensi. Individu harus bisa
mendapatkan keuntungan dari konsep ilmiah, kemampuan teknologi, manfaat
lingkungan, dan pemahaman tentang interaksi antara sains, teknologi, dan
masyarakat.
National Teacher Association mengemukakan bahwa seorang literat sains
adalah orang yang menggunakan konsep sains, keterampilan proses dan nilai
dalam membuat keputusan sehari-hari. Pengetahuan yang biasanya
dihubungkan dengan literasi sains adalah :
3. Mutu Lingkungan,
4. Bahaya Lingkungan,
Aspek kompetensi merupakan salah satu dimensi dalam literasi sains yang
menekankan pada proses sains siswa dalam memecahkan suatu masalah.
Literasi sains diharapkan dapat mengembangkan pemahaman siswa terkait
hakikat sains, prosedur sains, serta kekuatan dan limitasi sains. Siswa perlu
memahami bagaimana ilmuan sains mengambil data dan mengusulkan
eksplanasi–eksplanasi terhadap fenomena alam, mengenal karakteristik utama
penyelidikan ilmiah serta tipe jawaban yang dapat diharapkan dari sains.
Proses kognitif yang terlibat dalam kompetensi sains antara lain penalaran
induktif/desuktif, berpikir kritis dan terpadu, pengubahan representasi,
mengkonstruksi eksplanasi berdasarkan data, berpikir dengan menggunakan
model dan menggunakan matematika.
3. Peranan literasi sains dalam pendidikan
Pendidikan sains merupakan kunci terpenting untuk memecahkan masalah
di era globalisasi. Pendidikan sains dapat membantu siswa memecahkan
masalah sains dan teknologi yang semakin kompleks. Ketika menerapkan
kemampuan ilmiah untuk pendidikan, siswa harus memahami konsep dan
proses ilmiah yang diperlukan untuk mendukung partisipasi siswa dalam
kehidupan publik. Kemampuan ilmiah siswa juga dapat membantu siswa
mengenali dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi sains merupakan prioritas tertinggi bagi pengembangan keilmuan.
Pengembangan evaluasi yang menentukan pencapaian kemampuan ilmiah
berkaitan dengan proses, yaitu proses psikologis menjawab pertanyaan atau
memecahkan suatu permasalahan. PISA menetapkan lima komponen proses
sains dalam penilaian literasi sains, yaitu:
1. Mengenal pertanyaan ilmiah, yaitu pertanyaan yang dapat diselidiki
secara ilmiah, seperti pertanyaan yang dapat dijawab oleh sains.
2. Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah.
proses ini melibatkan identifikasi atau pengajuan bukti yang diperlukan
dalam suatu penyelidikan sains, atau prosedur yang diperlukan untuk
memperoleh bukti tersebut.
3. Menarik atau menyimpulkan, proses ini melibatkan kemampuan dalam
menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang didapatkan sehingga
relevan dengan bukti yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan kesimpulan yang valid, yakni mengemukakan
kesimpulan yang didapatkan berdasarkan bukti yang valid.
5. Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, yakni
kemampuan menggunakan konsep-konsep sains dalam situasi yang
berbeda berdasarkan apa yang telah dipelajarinya.
PISA menetapkan standar pengukuran ketercapaian terhadap literasi sains
menjadi tiga, yakni proses sains, konten sains dan konteks aplikasi sains.
ketiga aspek tersebut menjadi tolak ukur akan ketercapaian literasi sains.
dalam kaitan ini PISA tidak secara khusus membatasi cakupan konten
sains, melainkan sains bersifat terbuka dan dapat diperoleh dari sumber-
sumber lainnya yang sesuai dengan prosedur sains.
3. Fasilitas belajar
Fasilitas belajar merupakan salah satu yang dapat digunakan
untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa
untuk belajar. Semakin lengkap fasilitas belajar maka semakin tidak
terganggu proses pembelajaran siswa tersebut
4. Bimbingan orang tua
Bimbingan orang tua siswa belajar dirumah juga dapat mempengaruhi
tingkat prestasi belajar siswa termasuk literasi sains siswa. Pendidikan dan
bimbingan orang tua terhadap anak, dapat diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari berupa perhatian, kesadaran, tanggung jawab dan
perlindungan. Bimbingan belajar dari orang tua berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIA SMA
Negeri 1 Tinambung yang dipilih dengan teknik simple random sampling.
Apabila jumlah responden kurang dari 100, sampel diambil semua,
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, sedangkan apabila
jumlah responden lebih dari 100maka pengambilan sampel 10%-15%atau
20%-25% atau lebih (Arikunto, 2002). Jumlah sampel dalam penelitian ini
yaitu 45 peserta didik yang diambil sebanyak 25% dari setiap kelas.
Peserta didik tersebut dipilih secara acak menggunakan undian nomor urut
absensi kelas dengan rincian yang disajikan pada tabel dibawah :
1. Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah sekumpulan metode yang berupaya
membuat ringkasan dan deskriptif data- data yang telah dikumpulkan dan
memungkinkan peneliti untuk membuat deskripsi nilai-nilai yang banyak
angka-angka indeks yang sederhana. (Andi Nurannisa Syam, 2016, p. 26-27)
Adapun langkah- langkah penyusunan data hasil pengamatan adalah:
a. Menghitung range (jangkauan)
R=xt −x T
Keterangan :
R=Range
x t=Data tertingi
x t=Data terendah
K=1+ log n
Keterangan :
K=banyaknya kelas
R
P=
K
Keterangan :
P=Panjang kelasinterval
R=Rentang nilai
K= Kelas interval
d. Persentase
f
p= × 100 %
N
Dimana :
p : Angkatan persentase
Keterangan :
X =Rata−ratauntuk variabel
f i=frekuensiuntuk variabel
SD
√ ∑ f i (X i− X́)
n−1
Keterangan :
S D=Standar Deviasi
f i=frekuensiuntuk variabel
X =Rata−rata
n=Jumlah populasi
2. Statistik Inferensial
Statistikk inferensial adalah teknik statistikk yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. (Andi
Nurannisa Syam, 2016, p. 29). Analisis ini digukana untuk menguji hipotesis
penelitian yang diajukan. Sebelum uji hipotesis dilakukan dengan inferensial,
maka terlebih dahulu uji prasyarat sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Data
K
2
x hitung =∑ ¿ ¿ ¿ ¿
i=1
Keterangan :
Ei =Frekuensi harapan
K=Banayaknya kelas
b. Uji Homogenitas
Varianbesar
F=
Varian keci
c. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui dugaan sementara yang dirumuskan sebagai berikut:
H 0 : μ1=μ 2 lawan H 1 : μ1 ≠ μ 2
Keterangan :
μ2= Rata- rata hasil penidikan karakter pesert didik yang diajar
tanpa menggunakan model pembelajaran POE2WE
DAFTAR PUSTAKA
Hanna, D., Sutarto, & Harijanto . A. Model pembelajaran tema konsep media gambar
pada pembelajaran fisika
Lestari, S.R & Nana. Penerapan pembelajaran melalui model POE2WE sebagai
upaya melatih literasi saintifik dalam domain kompetensi pada
pembelajaran fisika. Universitas Siliwangi.
Sidik, H.M & Nurmahmuddin, A . (2020). Evektifitas model POE2WE terhadap hasil
belajar padda materi alat optic. Jurnal sains dan pendidikan fisika.
Supliyadi, Bedhoni, I.M., & Wijayanto. (2017). Penerapan model Gulded
Discovery Learning beriorentasi pendidikan karakter untuk meningktkan
hasil belejar sisw kelas XI SMAN 1 Semarang tahun pelajaran
Yunita & Nana. Penggunaan model pembeljaran POE2WE dengan bantuan aplikasi
zeniius education untuk meningkatkan pemahamann konsep Dalam
pembeajaran fisika.