Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL PENELITIAN

PENGEMBANGAN BAHAN PENGAYAAN MATA PELAJARAN FISIKA UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS KONSEP BENCANA ALAM BANJIR

PADA PESERTA DIDIK MA AL-MUFASSIR DI WILAYAH MAJALAYA

Oleh

Devi Yulianti Wafiah

1132070014

PRODI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2016
A. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana proses pembelajaran ditandai dengan perubahan pada diri seseoarang. Belajar

Fisika pada dasarnya dipakai untuk memperoleh kemampuan yang dapat diterapkan dalam perubahan

kehidupan. Fenomena yang terjadi, perubahan ditandai dengan perkembangan sains dan teknologi yang

menuntut hadirnya sumberdaya manusia berkualitas dengan kemampuan memahami pengetahuan dan

mampu mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pengetahuan yang telah

dipelajari bermakna dan bermanfaat bagi kelestarian lingkungan. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan.

Pendidikan menjadi salah satu upaya menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia

yang memiliki kesiapan menghadapi serta mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan. Untuk

menghadapi tantangan tersebut, pemerintah telah melakukan upaya untuk memperbaiki kualitas

pendidikan dengan melakukan penyempurnaan kurikulum pendidikan, salah satunya dengan

penggunaan literasi sains dalam pendidikan untuk mengintegrasikan antara konsep pembelajaran

dengan keadaan lingkungan. Literasi sains mulai diakomodasikan dalam kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan lebih terlihat jelas pada kurikulum 2013 yang menyatakan bahwa sains/IPA

berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip tetapi

juga sebagai suatu proses penemuan. (Anjarsari, 2014)

Fisika merupakan salah satu ilmu yang menjelaskan teori berdasarkan fenomena yang terjadi
di alam yang dapat diukur dan diamati. Menurut Permendikbud No 59 tahun 2014 (2014: 4) pasal 5
ayat 11, fisika merupakan salah satu mata pelajaran pada peminatan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam yang bertujuan untuk mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam
gejala alam, konsep dan prinsip fisika yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan
yang saling mempengaruhi antara fisika, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. (Kemdikbud,
2013: 4). Salah satu proses pembelajaran pada satuan pendidikan harus dilaksanakan agar peserta
didik memiliki kecakapan ilmiah. Pembelajaran Kecakapan ilmiah dapat dibangun apabila peserta
didik memiliki literasi sains yang tinggi. Menurut PISA dalam jurnal Zuriyani (2012: 1) literasi
Sains sangatlah penting, hal ini disebabkan karena negara-negara dihadapkan pada pertanyaan-
pertanyaan dalam kehidupannya yang memerlukan informasi ilmiah dan cara berpikir ilmiah untuk
mengambil keputusan (BNSP, 2006: 7). Berdasarkan Pusat Kurikulum, regulasi tahun 2013
menyatakan bahwa:

“Pendidikan dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi

pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang

tercantum dalam tujuan pendidikan nasional, yang meliputi : Pendidikan berakar pada budaya

bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang; Peserta didik

adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif; Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan

kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu;

Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa

lalu dengan pelbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial,

kepedulian, dan berpartisipasi aktif untuk membangun bangsa yang lebih baik (experimentalism

and social reconstructivism).”(Depdiknas, 2013:4)

Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan lebih menekankan pada

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi literasi sains (konteks, proses, konten dan

sikap) agar peserta didik dapat menjelajahi dan memahami lingkungan secara alamiah (Depdiknas

2007:8). Untuk mencapai kemampuan yang diharapkan pemerintah, peserta didik diharapkan mampu

memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah peristiwa alam yang didapat dari penggunaan

kemampuan literasi sains dalam pembelajaran.

Penelitian tentang kemampuan literasi sains peserta didik dalam skala internasional

diselenggarakan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) melalui
Programme for International Student Assesment (PISA)(Bybee et al, 2009). “Hasil tes Progress

International Reading Literacy Study (PIRLS) tahun 2011 yang mengevaluasi kemampuan membaca

peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-45 dari 48 negara peserta dengan skor 428, di bawah

nilai rata-rata 500 (IEA, 2012). Sementara itu, survei yang mengevaluasi kemampuan peserta didik

berusia 15 tahun dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) berada di

urutan ke-64 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 496) (OECD, 2013). Data ini selaras dengan

temuan UNESCO (2012) terkait kebiasaan membaca masyarakat Indonesia, bahwa hanya satu dari

1.000 orang masyarakat Indonesia yang membaca.”(pangesti Wiedarti, 2016) Kondisi ini jelas

menunjukan rendahnya literasi peserta didik indonesia.

Rendahnya kemampuan literasi sains disebabkan oleh kurangnya kemampuan peserta didik

dalam menjelaskan fenomena dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep sains. Hasil

analisis PISA 2006 yang dilakukan oleh OECD (2006) juga menunjukkan bahwa kesadaran peserta

didik terhadap isu-isu lingkungan sejalan dengan tingkat pengetahuan dan kecakapan literasi sains

lingkungan, dimana peserta didik yang lebih familiar terhadap fenomena lingkungan kompleks

ternyata memiliki kecakapan yang tinggi pada literasi sains lingkungan tersebut. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa kemampuan peserta didik yang kurang dalam menjelaskan fenomena dalam

kehidupan sehari-hari secara saintifik dan kurang familiar dengan fenomena lingkungan sekitarnya

memiliki kemampuan literasi sains yang rendah (Bybee et al. 2009).

Menurut Rochman (Chaerul Rochman, 2015) Fenomena lingkungan atau fenomena alam di

Indonesia berupa Sumber Daya Alam dan Mineral, energi baru dan terbarukan, dan mitigasi bencana

sangatlah banyak. Peserta didik hendaknya dapat memahani fenomena alam ini dengan baik.

Pemahaman terhadap fenomena alam dapat dilakukan dengan digunakannya pendekatan saintifik.

Penggunaan pendekatan saintifik dengan model 5M dapat meningkatkan kemampuan literasi sains
peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan santifik dapat meningkatkan kemampuan literasi

sains.. Berkaitan dengan rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik dalam menjelaskan

fenomena kehidupan sehari-hari dan secara saintifik, maka berimplikasi juga terhadap rendahnya

kemampuan literasi sains mereka terhadap pemanfaatan sumber daya alam sekitar tempat mereka

tinggal. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan dalam kemampuan literasi sains peserta didik

terhadap pemanfaatan sumber daya alam. Peningkatan kemampuan literasi sains peserta didik juga

tidak terlepas dari pentingnya peningkatan literasi peserta didik melalui mata pelajaran fisika. Berkaitan

dengan itu, apakah kemampuan literasi sumber daya alam dapat ditingkatkan dengan pemberian bahan

pengayaan. Kajian dan telahaan ini belum banyak dilakukan, sedangkan mitigasi bencana yang

dihadapi oleh peserta didik sangatlah rentan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di MA Al-Mufassir pada tanggal

12 bulan 11 tahun 2016, peneliti memberikan empat soal yang mengukur empat aspek literasi sains

yaitu : konten, konteks, proses dan sikap kepada 40 peserta didik di MA tersebut, diperoleh data seperti

tampak pada Tabel berikut.

Tabel 1.1 Prosentase Rata-rata

Kemampuan Literasi Sains Konsep Bencana alam banjir

Rata-Rata Skor Kemamuan


Aspek Literasi Sains
(0-5) dalam (%)

Konten 1,4 28 %

Proses 2,4 48%

Konteks 2,6 52%

Sikap 2 54%

Rata-rata 2,1 45%


Dari tabel diatas menunjukkan bahwa skor rata-rata (pada rentang 0-5) untuk setiap aspek

literasi adalah 2,1 atau 45 %. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman peserta didik mengenai adanya

fenomena lingkungan yang sarat akan penerapan konsep-konsep sains khususnya fisika sangat rendah.

Rendahnya informasi dan kepedulian mereka terhadap pelbagai gejala alam dan fenomena sains

dipandang mengkhatirkan akan rendahnya sikap peserta didik terhadap kekayaan alam lingkungannya.

Rendahnya tingkat literasi ini akan menunjukan kurang kontekstualnnya pembelajaran sains. (Shofiyah

2015) mengusulkan kerangka kerja yang terdiri dari empat katagori atau tingkatan, yaitu nominal,

fungsional, prosedural dan multidimensional. Hal tersebut terpenuhi dalam kerangka literasi yang saat

ini sedang dicanangkan pemerintah dengan program GLS (gerakan literasi sekolah). Dengan demikian,

perlu dilakukan upaya pengembangan terhadap mata pelajaran fisika untuk meningkatkan literasi

peserta didik. Solusi yang ditawarkan yakni Bahan pengayaan sebagai bagian dari buku pengayaan

yang berfungsi sebagai suplemen bagi peserta didik. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 2

tahun 2008 pasal 6 (Permendiknas, 2008: 4) menyatakan bahwa selain buku teks pelajaran, pendidik

dapat menggunakan buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses

pembelajaran.

Melalui pengembangan bahan pengayaan yang selama ini belum terakomodasi oleh

kompetensi dasar. Kemampuan literasi peserta didik yang dijaring melalui instrumen pada studi

pendahuluan meliputi Literasi (konsep fisika yang terkait; proses sains pemanfaatan sumber daya alam,

konteks/manfaat dan dampak; dan sikap/penyikapan terbaik yang merupakan bagian dari karakter

peserta didik)

Bahan pengayaan yang diperlukan yakni bahan pengayaan yang relevan dan berisi muatan

lengkap untuk dikembangkan dalam memahami sains khususnya fisika sebagai fenomena yang
memiliki muatan konsep, proses, konteks maupun sikap yang berkaitan dengan fenomena dalam

kehidupan sehari-hari. Bahan pengayaan tersebut melibatkan pemahaman terhadap konsep fisika dan

fenomena alam. proses terjadinya fenomena tersebut, konteks fenomena tersebut dalam kehidupan serta

dorongan sikap positif terhadap fenomena sehingga timbul sikap peduli, tanggung jawab, dan sanggup

menerapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Bahan ajar sebagai pengayaan mata pelajaran fisika ini

merupakan serangkaian informasi konseptual, proses, kontekstual, dan faktual yang dilengkapi gambar

sebagai suplemen dan lembar kerja peserta didik.

Literasi sains menjadi tujuan kurikulum pendidikan abad 21 di pelbagai negara, hal ini

ddilaksanakan dalam program TFCS (Twenty First Century Science) yang bertujuan untuk

mengembangkan kurikulum pendidikan (Bybee et al, 2009). Aspek keterampilan literasi sains dalam

pendidikan mencakup keterampilan proses sains, pengambilan keputusan isu sosial ditinjau dari sains

serta pemecahan masalah lingkungan (Holbrook & Rannikmae, 2009; Sadler et al, 2015).

Berdasarkan informasi, laporan dan fakta di lapangan, maka peneliti bermaksud melakukan

kajian tentang “Pengembangan bahan pengayaan mata pelajaran fisika untuk meningkatkan

kemampuan lilterasi sains konsep kebanjiran pada peserta didik SMA di wilayah MAJALAYA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, permasalahan di rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengembangan bahan pengayaan dapat meningkatkan kemampuan literasi peserta

didik pada konsep bencana alam banjir di MA AL-Mufassir wilayah Majalaya Jawa Barat?

2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan literasi sains konsep bencana alam banjir pada peserta

didik MA di wilayah Majalaya Jawa Barat?


C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus dan memberikan gambaran yang jelas, maka masalah yang

dibahas dibatasi pada aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian, yaitu : kemampuan literasi sains yang

diambil dalam penelitian ini adalah konsep bencana Banjir yang merupakan salah satu bencana tahunan

terjadi di wilayaha majalaya Kabupaten Bandung Jawa Barat yang meliputi antara lain proses terjadinya

banjir, konsep fisika yang terlibat pada proses terjadinya banjir, dampak dari adanya bencana banjir,

serta sikap peserta didik terhadap adanya dampak bencana banjir.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian

adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pegembangan bahan ajar sebagai pengayaan dapat meningkatkan

kemampuan literasi peserta didik pada konsep bencana alam banjir di Ma Al-Mufassir wilayah

Majalaya Jawa Barat;

2. Untuk mendapatkan data mengenai peningkatan literasi sains peserta didik di MA wilayah

Majalaya tentang bencana alam Banjir.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermnfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan, khususnya

dalam proses proses pembelajaran, selain itu diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat:

1. Manfaat teoritis
a. Sebagai bahan referensi pengembangan bahan ajar tentang bencana alam banjir yang

melibatkan konsep-konsep fisika sebagai pengayaan mata pelajaran fisika di SMA.

b. Menambah wawasan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

khususnya yang berkaitan dengan literasi terhadap fenomena bencana alam banjir di

wilayah Majalaya Jawa Barat

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru, Sebagai umpan balik dalam upaya meningkatkan kemampuan literasi sains pada

konsep bencana alam banjir melalui pengembangan bahan pengayaan yang berkaitan

dengan penerapan konsep-konsep fisika.

b. Bagi peserta didik, meningkatkan kemampuan literasi sains pada konsep bencana alam

banjir sebagai bahan pengayaan peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran fisika,

khususnya fenomena bencana banjir.

c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini berupa bahan ajar pengayaan yang dapat digunakan

sebagai rujukan untuk mengembangkan kemampuan literasi sains pada konsep bencana

alam banjir yang merupakan fenomena fisika di sekitar lingkungan peserta didik.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dari setiap istilah yang digunakan dalam penelitian ini,

maka istilah-istilah tersebut didefinisikan sebagai berikut :


1. Bahan Pengayaan Mata Pelajaran Fisika pada konsep kebanjiran yang dimaksud dalam penelitian

adalah bahan bacaan seperti buletin tentang karaktersitik bencana banjir, proses terjadinya banjir,

menafaat dan dampak bencana banjir serta cara menyikapi fenomena yang di kemas dalam bentuk

pengayaan dengan pelbagai konsep fisika yang berhubungan dengan bencana alam tersebut, hal

ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan literasi peserta didik.

2. Kemampuan Literasi sains pada konsep bencana banjir dalam penelitian ini adalah kemampuan

untuk menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan

bencana alam dan menarik kesimpulan berdasarkan apa yang terjadi dilingkungan dalam rangka

memahami fenomena alam. Kemampuan peserta didik dalam memahami literasi aspek konten

yaitu kemampuan konsep fisika yang berkaitan dengan fenomena bencana banjir; memahami

aspek proses, yaitu menjelaskan proses terjadinya fenomena bencana banjir; memahami aspek

konteks, yaitu menjelaskan konsep bencana banjir; dan aspek sikap, yaitu menyatakan respon dan

perilaku peserta didik terhadap fenomena bencana alam banjir.

G. Kerangka Pemikiran

Literasi sains sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains berkenaan dengan alam

dan perubahan yang terjadi terhadap alam melalui aktivitas sehari-hari. Dalam PISA literasi sains

mencangkup dimensi content, process, context dan attitude (OECD, 2015). Sains termasuk sekelompok

pengetahuan tentang obyek dan fenomena alam yang diperoleh dari pemikiran dan penelitian para

ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen menggunakan metode ilmiah. Scientific

literacy diperlukan dalam memahami sains karena literasi sains bersifat multidimensional, pemahaman

peserta didik terhadap karakteristik sains sebagai penyelidikan ilmiah, kesadaran akan pentingnya sains

dan teknologi membentuk lingkungan material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk terlibat
dalam isu-isu terkait sains, sebagai manusi yang reflektif. Keinklusifan literasi sains sebagai suatu

kompetensi umum bagi kehidupan merefleksikan perkembangan pada pertanyaan-pertanyaan ilmiah.

Sehingga penilaian literasi sains dalam PISA tidak semata-mata berupa pengukuran tingkat

pemahaman terhadap pengetahuan sains, tetapi juga pemahaman terhadap pelbagai aspek proses sains,

serta kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dalam situasi nyata.

Kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia dari hasil studi internasional PISA tahun

2006, diperoleh hasil bahwa (Bybee et al, 2009) Kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia

sangat rendah berada pada peringkat ke-50 dari 57 negara. Hal ini terlihat dari :

Skor rata-rata sains yang diperoleh peserta didik Indonesia adalah 393. Skor rata-rata tertinggi

dicapai oleh Finlandia (563) dan terendah dicapai oleh Kyrgyzstan (322). Kemampuan literasi

sains rata-rata peserta didik Indonesia tidak berbeda secara signifikan dengan kemampuan

literasi sains peserta didik dari Argentina, Brazil, Colombia, Tunisia, dan Azerbaijan. Secara

internasional skala kemampuan literasi sains dibagi menjadi 6 level kemampuan. Berdasarkan

level kemampuan ini, sebanyak 20,3% peserta didik Indonesia berada di bawah level 1 (skor di

bawah 334,94), 41,3% berada pada level 1 (skor 334,94 – 409,54), 27,5% berada pada level 2

(skor 409,54 – 484,14), 9,5% berada pada level 3 (skor 484,14 – 558,73), dan 1,4% berada pada

level 4, tidak ada peserta didik Indonesia yang berada pada level 5 dan level 6. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar (41,3%) peserta didik Indonesia memiliki pengetahuan

ilmiah terbatas yang hanya dapat diterapkan pada beberapa situasi yang familiar. Mereka dapat

mempresentasikan penjelasan ilmiah dari fakta yang diberikan secara jelas dan eksplisit.

Sebanyak 27,5% peserta didik Indonesia memiliki pengetahuan ilmiah yang cukup untuk

memberikan penjelasan yang mungkin dalam konteks yang familiar atau membuat kesimpulan

berdasarkan pengamatan sederhana.


Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di MA Al-Mufassir pada tanggal

12 bulan 11 tahun 2016, peneliti memberikan empat soal yang mengukur empat aspek literasi sains

yaitu : konten, konteks, proses dan sikap kepada 40 peserta didik di MA tersebut, diperoleh data yang

menunjukkan bahwa prosentase kemampuan literasi sains pada konsep bencana alam banjir peserta

didik MA Al-Mufassir yang memiliki fenomena alam bencana banjir ini hanya 45% pada skala 100%.

Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman peserta didik mengenai adanya fenomena lingkungan yang

sarat akan penerapan konsep-konsep sains khususnya fisika sangat rendah. Rendahnya informasi dan

kepedulian terhadap pelbagai gejala alam dan fenomena sains diakibatkan oleh rendahnya tingkat

literasi kontekstual pembelajaran sains selama ini. (Shofiyah, 2015) mengusulkan kerangka kerja yang

terdiri dari empat katagori atau tingkatan, yaitu nominal, fungsional, prosedural dan multidimensional.

Hal tersebut terpenuhi dalam kerangka literasi yang saat ini sedang dicanangkan pemerintah dengan

program GLS (gerakan literasi sekolah).

Gerakan literasi sekolah (kemendikbud, 2016: 3) mewajibakan untuk setiap sekolah agar

peserta didiknya membaca buku nonteks pelajaran selama 15 menit sebelum pembelajaran di mulai.

Dengan adanya gerakan literasi sekolah, maka bahan pengayaan sangat diperlukan untuk menunjang

terlaksananya program gerakan literasi sekolah.

PISA 2003 menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yakni

kompetensi/proses sains, konten/pengetahuan sains dan konteks aplikasi sains. Pada PISA 2006

dimensi literasi sains dikembangkan menjadi empat dimensi, tambahannya yaitu aspek sikap peserta

didik akan sains (Depdiknas, 2007). Hal ini dapat dilaksanakan daalam pelbagai sistem pembelajaran

salah satunya dengan bahan pengayaan yang dilengkapi konten, proses, konteks dan sikap dalam

menghadapi suatu fenomena lingkungan.

Bahan pengayaan sebagai salah satu alat teknologi pendidikan yang memberi keuntungan antara
lain: (1) membantu guru melaksanakan kurikulum, (2) pegangan dalam menentukan metode

pembelajaran, (3) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau

mempelajari pelajaran baru, dan (4) memberi kontinuitas pelajaran di kelas yang berurutan sekalipun

guru berganti . Bahan pengayaan sebagai sarana belajar yang biasa dipergunakan di sekolah-sekolah

dan di perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pembelajaran (miranit kustiani, 2014). Dilihat

dari manfaat bahan pengayaan, semakin meyakinkan bahwa pengembangan bahan pengayaan sangat

penting dan mendesak untuk dilaksanakan. Dengan pengembangan bahan pengayaan secara sistemik

dan berkesinambungan akan dihasilkan bahan pengayaan yang sangat dibutuhkan khususnya oleh

peserta didik sekolah menengah, sehingga kesulitan peserta didik dalam pembelajaran akan dapat

segera diatasi dan literasi sains peserta didik dapat meningkat.

Menurut (Rofiah et al, 2015) buku pengayaan dapat meningkatkan minat baca peserta didik

dengan menggunakan ilustrasi gambar dan bahasa yang komunikatif yang memuat pemaparan konsep,

konten dan aplikasi pada kehidupan sehingga peserta didik mampu menghubungkan antara konsep

mata pelajaran fisika dan kebutuhan sehari-hari. Bahan pengayaan diposisikan sebagai tambahan

pengetahuan yang lebih luas mengenai wawasan pengetahuan dan berfungsi sebagai pengayaan. Oleh

karena itu dipakailah bahan pengayaan untuk menjelaskan konsep fisika dalam fenomena yang terjadi

dilingkungan.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran tentang pengembangan bahan pengayaan mata

pelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan lilterasi sains sebagai berikut:


- Bahan pengayaan hanya
menekankan kepada buku
peserta didik yang bersifat
tekstual
- Rendahnya literasi sains
peserta didik
Indikator kemampuan literasi sains
1. Knowledge (pengetahuan)
- Memahami fenomena ilmiah
Bahan pengayaan yang memuat fenomena
2. Context (Konteks)
alam sekitar sebagai kerangka literasi sains - Menerapkan konsep terkait
dengan lingkungan lokal
7. Competencies (Kompetensi-
Proses)
- Membangun inkuiri ilmiah
Pengembangan bahan ajar untuk 8. Attitudes (sikap)
pengayaan: - Memiliki kepedulian terhadap
1. Studi pendahuluan fenomena sekitar
2. Penyusunan draft bahan 9.
pengayaan
3. Validasi konstruk oleh Ahli
4. Revisi Kategori Literasi
5. Uji Keterbacaan oleh Guru dan
Peserta Didik
Sains:
6. Finalisasi Bahan Pengayaan 1. Nominal
2. Fungsional
3. Konseptual
4. Multidimensional

Perlakukan
penggunaan bahan Pengolahan dan
Peningkatan Kemampuan
pengayaan pada Analisis
Literasi Sains
peserta didik

Kesimpulan

H. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat peningkatan literasi peserta didik dengan bahan pengayaan


Ha : Terdapat peningkatan literasi peserta didik dengan bahan pengayaan

I. Metode Penelitian

1. Menentukan Jenis Data

Jenis data yang akan di ambil dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif.

Berikut ini data kuantitatif dan kualitatif yang akan diperoleh dari penelitian:

a) Data kuantitatif berupa skor kemampuan literasi (yang terdiri skor aspek konsep, proses, konteks,

dan sikap) dan prosentasi keterbacaan bahan pengayaan. Data kemampuan literasi diperoleh dengan

mengggunakan tes tulis pada pretest dan post test. Data prosentase keterbacaan bahan pengayaan

diperoleh dari penilaian guru Fisika dan pertimbangan ahli.

b) Data kualitatif berupa jawaban lembar kegiatan peserta didik (LKPD) yang diberikan ketika bahan

pengayaan diperoleh oleh peserta didik untuk dibaca di luar kelas. Selain itu catatan peneliti selama

melakukan pengembangan bahan pengayaan konsep alam banjir (hasil wawancara, dokumentasi di

tempat bencana banjir, dsb).

2. Desain Penelitian

Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain one group Pretes-Postes.

Adapun skema rancangan desain sebagai berikut:

Tabel 1.2 Desain Penelitian

Group Pretes Perlakuan Postes

Kelas penelitian T1 X1 T2

Keterangan : X1 = Bahan Pengayaan


T1 = Pretes

T2 = Postes

(Arikanto, 2012)

3. Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di MA. Al-Mufassir Kabupaten Bandung

Provinsi Jawa Barat. Adapun alasan memilih sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian yaitu pertama,

sekolah tersebut sering terendam air banjir dari mulai akses jalan hingga halaman sekolah bahkan

bberapa ruang kelas. Kedua, berdasarkan studi pendahuluan didapatkan data bahwa di sekolah tersebut

kemampuan literasi konsep bencana banjir masih rendah, oleh karena itu dengan diberikannya bahan

pengayaan konsep bencana banjir ini diharapkan dapat meningkatkan literasi sains fisika peserta didik

pada konsep bencana banjir.

4. Subjek Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan harus mempunyai subjek yang jelas. Subjek yang dimaksud

adalah populasi dan sampel.

a. Populasi

Populasi adalah “Keseluruhan subjek penelitian”. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi

dalam penelitian adalah peserta didik kelas XI IPA MA Al-Mufassir Kabupaten Bandung tahun

pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 2 kelas.

b. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel secara cluster

random sampling (Sugiyono, 2008). Sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah satu kelas

sedangkan jumlah kelas yang ada di MA Al-Mufassir Kabupaten Bandung Kelas XI Program IPA
adalah dua kelas dengan jumlah peserta didik sebanyak 70 orang, maka yang akan dijadikan sampel

adalah satu kelas.

5. Prosedur penelitian

Setelah menentukan subjek yang akan digunakan dalam penelitian maka terdapat dua langkah

dalam prosedur yang harus dilakuan, yaitu:

1) Tahap perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah:

a) Menentukan lokasi penelitian;

b) Studi pendahuluan untuk mendapatkan permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian.

Studi pendahuluan pada penelitian ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka

tentang konsep bencana banjir. Aspek yang ditanya menyangkut aspek kemampuan konsep,

proses, konteks dan sikap peserta didik terhadap bencana banjir di daerah majalaya, dimana

hal ini meliputi kegiatan tes literasi;

c) Penyusunan draft bahan pengayaan, validasi bahan pengayaan, uji keterbacaan bahan

pengayaan, dan finalisasi bahan pengayaan konsep bencana banjir;

d) Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat dan inovatif mengenai bahan

pengayaan konsep bencana banjir;

e) Menghubungi guru fisika untuk menentukan waktu penelitian;

f) Menentukan materi atau bahan pengayaan;

g) Menentukan populasi dan sampel;

h) Membuat bahan pengayaan;

i) Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan;


j) Membuat instrumen penelitian;

k) Membuat jadwal kegiatan penelitian;

l) Melakukan uji coba instrumen;

m) Melakukan analisis terhadap ujicoba instrumen berupa validitas, realibilitas, daya pembeda,

dan tingkat kesukaran.

2) Tahap pelaksanaan

a. Melakukan uji coba instrumen;

b. Melakukan analisis terhadap uji coba instrumen, berupa validitas, realibitas, daya pembeda

dan tingkat kesukaran;

c. Melakukan pretest;

d. Melaksanakan penelitian dengan memberikan penjelasan, bahan pengayaan dan lembar

kegiatan peserta didik untuk dibaca dan diisi dengan rentang waktu 1 – 2 minggu;

e. Melaksanakan posttest;

3) Tahap akhir

a. Mengolah data hasil penelitian;

b. Menganalisis data hasil penelitian;

c. Membuat kesimpulan;
Studi Pendahuluan

Telaah Kurikulum
Studi Pustaka Kajian Pustaka

Merumuskan Masalah

Penyusunan bahan pengayaan dan Penyusunan Instrumen


validitas konstruk serta uji
keterbacaan
Judgement

Uji Coba Instrumen

Analisis Instrumen

Prettest

Penerapan bahan pengayaan LKPD

Posttest Analisis Data Hasil Penelitian

Bagan 1

6. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam seluruh rangkaian penelitian ini, yaitu terdiri dari tes awal

(pretest) dan tes akhir (posttest) sebagai alat ukur untuk meningkatkan kemampuan literasi sains.

pengambilan data, digunakan instrumen berupa:

a. Bahan Pengayaan
Bahan Pengayaan digunakan untuk mendapatkan data keterbacaan bahan pengayaan konsep

bencana banjir di wilayah majalaya. Ruang lingkup bahan pengayaan penelitian ini adalah

informasi tentang aspek konten benana banjir yang terjadi di daerah majalaya; informasi tentang

bagaiamana proses terjadinya banjir secara komprehensif dengan mennggunakan gambar atau

grafik atau sketsa; informasi konteks bencana banjir berupa pelbagai dampak yang ditimbulkan

bencana banjir; dan pelbagai piihan saran dan peringatan tentang sikap yang perlu dan tidak perlu

dilakkan oleh peserta didik selaku bagian dari masyarakat di sekitar daaaerah bencana banjir.

Bahan pengayaan diberikan kepada sejumlah peserta didik sebagaimana sampel setelah mereka

diberikan pretest. Bahan pengayaan dibaca dan ditelaah selama 1 – 2 minggu.

b. LKPD

LKPD digunakan untuk mendapatkan data tentang keterbacaan bahan pengayaan konsep

bencana banjir. Jumlah pertanyaan yang harus diisi adalah 4 buah yang terdiri dari pertanyaan

konten, konteks, proses dan sikap. LKPD diberikan bersamaan dengan pemberian bahan pengayaan

setelah dilakukan pretest.

c. Tes Literasi Sains Konsep Bencana banjir

1. Test literasi bencana banjir ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kemampuan literasi

peserta didik MA. AL-Mufassir pada konsep Bencana banjir. Ruang lingkup tes literasi konsep

bencana banjir terdiri dari kemampuan konsep bencana banjir dan konsep fisika yang berkaitan

dengan bencana banjir, proses terjadinya bencana banjir, dampak dari konsep fisika yang

berkaitan dengan bencana banjir di dalam kehidupan sehari-hari, serta respon dan perilaku

peserta didik terhadap adanya bencana banjir. Bentuk soal tes literasi konsep bencana banjir

adalah test pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 40 buah dengan 4 atau 5 pilihan jawaban.

Tes diberikan di awal sebagai pretest dan di akhir sebagai posttest. Rentang waktu pemberian
tes selama satu atau dua minggu. Test dikerjakan secara individual oleh peserta didik selama

60 menit.

7. Analisis Instrumen

1) Adapun analisis tes literasi sains, meliputi :

a) Analisis Kualitatif Butir Soal

Tes literasi sains yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda sebanyak 20

butir soal pada konten, konteks, proses dan sikap terhadap fenomena alam banjir ditinjau dari konsep

fisika dengan empat pilihan alternatif (a,b,c dan d). Tes ini didasarkan ke dalam empat kriteria aspek

literasi sains yang diukur dalam penelitian menggunakan media bahan pengayaan. Sebelum tes

diujicobakan, setiap butir soal dianalisis dari segi keterbacaan dan bahasa secara kualitatif, kemudian

dilakukan analisis butir soal secara kuantitatif.

1) Analisis Keterbacaan Bahan Pengayaan

Analisis konstruk instrument penilaian bahan pengayaan

Analisi keterbacaan bahan pengayaan

2) Analisis LKPD

Analisis konstruk pembimbing/ahli

3) Analisis Test Literasi Sains Konsep bencana banjir

Analisis kualitatif butir soal

Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, tes kemampuan literasi sains diuji

kelayakannya terlebih dahulu secara kualitatif dan kuantitatif. Pada prinsipnya butir soal secara

kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal. Aspek yang diperhatikan di dalam

penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah dari segi materi, konstruksi,
bahasa/budaya dan kunci jawaban atau pedoman penskorannya. Penelaahan ini biasanya

dilakukan sebelum soal diujikan. Dalam melakukan penelaahan setiap butir soal perlu

mempersiapkan bahan-bahan penunjang seperti: (a) kisi-kisi tes, (b) kurikulum yang digunakan

(4) buku sumber dan Kamus Besar Bahasa Indonesia

b) Analisis kuantitatif tes kemampuan literasi sains

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penelitian minimal dua macam, yaitu

validitas dan reabilitas, uji daya pembeda dan uji tingkat kesukaran. Pada penelitian ini hasil

belajar yaitu pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan kemampuan literasi sains

peserta didik

1) Uji Validitas

Uji validitas setiap butir soal dapat menggunakan rumus:

n  XY  (  X )(  Y )
rxy 
n  X 2

 ( X ) 2 n  Y 2  ( Y ) 2 
(Arikanto, 2012, p. 213)

Keterangan :

𝑟𝑋𝑌 = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y atau dua variabel yang dikorelasikan

𝑋 = skor tiap soal

𝑌 = skor total

𝑁 = banyaknya peserta didik

Nilai 𝑟𝑥𝑦 yang didapat kemudian diinterpetasikan terhadap tabel nilai r, sebagai berikut:

Tabel 2 Interpretasi Validitas Butir Soal

Besarnya nilai 𝒓𝑿𝒀 Interpretasi


0,00 – 0,20 Sangat rendah

0,20 – 0,40 Rendah

0,40 – 0,60 Cukup

0,60 – 0,80 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

(Rahayu, 2014)

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat keajegan tes, yang artinya bahwa setiap hasil pengukuran

dengan menggunakan soal tes itu harus tetap sama (relatif sama) Jika pengukurannya

diberikan kepada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu

dan tempat yang berbeda. Reabilitas perangkat soal digunakn dengan menggunakan rumus

(product momen), menggunakan rumus alpha untuk soal uraian. Untuk mencari reabilitas

soal uraian, setelah menggunaka product momen maka hitunglah korelasinya dengan

menggunakan rumus Alpha.

𝑛 𝐷𝐵 2 𝑗 − Σ𝐷𝐵 2 𝑖
𝑟= 𝑥
𝑛−1 𝐷𝐵 2 𝑗

keterangan:

N = jumlah data

𝐷𝐵 2 𝑗 = variasi skor seluruh soal perorangan

Σ𝐷𝐵 2 𝑖 = jumlah variansi skor soal ke-i


Setelah didapatkan nilai kemudian diinterpretasikan terhadap tabel nilai 𝑟11 seperti dibawah

ini.

Tabel 3 Interpretasi Nilai r11

Range Interpretasi

0,00  r11 0,20 Sangat rendah (SR)

0,21  r11 0,40 Rendah (R)

0,41  r11 0,60 Sedang (S)

0,61  r11 0,80 Tinggi (T)

0,81  r11 1,00 Sangat tinggi (ST)

4) Uji Tingkat Kesukaran

Indeks kesukaran soal adalah peluang menjawab soal benar pada suatu soal dalam

tingkat kemampuan tertentu, biasanya dinyatakan dengan persentase. Semakin besar

persentase indeks kesukaran semakin mudah soal tersebut. Rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut: Tingkat kesukaran didapat dengan menggunakan rumus :

∑𝑥
𝑝=𝑆 (Jihad, 2009)
𝑚𝑁

Keterangan :

P = Proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran

∑ 𝑥 = Banyaknya peserta tes yang menjawab benar


𝑆𝑚 = Skor maksimum

𝑁 = Jumlah peserta tes

Table 1 Klasifikasi Tingkat Kesukaran

P Klasifikasi soal

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2007: 225)

5) Daya Pembeda

∑𝐴 ∑𝐵
𝐷= −
𝑛𝐴 𝑛𝐵

(Rahayu, 2014)

Keterangan :

D = Indeks daya pembeda

∑ 𝐴 = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas

∑ 𝐵 = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah

𝑛𝐴 = Jumlah peserta tes kelompok atas

𝑛𝐵 = Jumlah peserta tes kelompok bawah

Tabel 4 Klasifikasi Daya Pembeda


Nilai daya pembeda interpretasi

0,00 – 0,20 Kurang (Poor)

0,21 – 0,40 Cukup (Satisfactory)

0,41 – 0,70 Baik (Good)

0,71 – 1,00 Baik sekali (Excellent)

(Rahayu, 2014)

1. Analisis Tes Literasi Sains

Analisis hasil tes kemampuan literasi sains peserta didik dilaksanakan dengan cara

membandingkan hasil pretest dan posttest pada pembelajaran materi kalor. Prosedur yang

digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian berupa tes instrumen uraian, yaitu dengan

langkah sebagai berikut:

a) Menentukan skor kemampuan literasi sains, menggunakan tes instrumen uraian, maka

menggunakan rumus:
𝑅
𝑆 = 𝑁 × 100

Keterangan:

S = nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

N = skor maksimum dari tes tersebut


Sedangkan untuk mengetahui peningkatan kemampuan literasi sains peserta didik, maka

digunakan nilai normal gain (d) dengan persamaan:

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠


𝑑=
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠

Table 2 Kategori Tafsiran NG

Nilai Normal Gain Kriteria

g < 0,3 Rendah

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g > 0,7 Tinggi

b) Pengujian Hipotesis

Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam menguji hipotesis ini yaitu:

1). Uji normalitas

Untuk mengetahui normalitas data, yang diperoleh dari data pretest dan posttest, maka

menggunakan uji normalitas dengan uji chi kuadrat (  ).


2

(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ)2
𝜒2 = ∑
𝑓ℎ

(Sugiyono, 2008)

Keterangan :

2 = chi kuadrat

f0 = frekuensi observasi
fh = frekuensi ekspektasic

Adapun langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat sebagai berikut:

(a) Menentukan jumlah kelas interval. Untuk pengujian normalitas dengan Chi kuadrat ini, jumlah

kelas interval ditetapkan = 6. Hal ini sesuai dengan 6 bidang yang ada kurva normal baku.

(b) Menentukan panjang kelas interval.

𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 − 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙


𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
6 . (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠)

(c) Menyusun ke dalam Tabel distribusi frekuensi, sekaligus tabel penolong untuk menghitung

Chi kuadrat hitung.

(d) Menghitung frekuensi ekspektasi.

(e) Memasukkan nilai-nilai dalam Tabel penolong, sehingga didapat chi kuadrat.

(f) Membandingkan harga chi kuadrad hitung dengan chi kuadrad tabel. Jika 𝜒 2 hitung<𝜒 2 Tabel,

maka distribusi data dinyatakan normal

jika 𝜒 2 hitung<𝜒 2 Tabel, maka distribusi tidak normal.

(Sugiyono, 2008)

2) Uji hopotesis

Uji hipotesis, dimaksudkan untuk melihat keterlksanaan Metode literasi atau

ditolakanya hipotesis yang diajukan. Uji hipotesis dapatt dilakukan dengan menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut:

(a) Apabila data berdistribusi normal maka digunakan statistik parametris yaitu dengan

menggunakan tes “t”. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:


(b) Menghitung harga thitung menggunakan rumus:

𝑀𝑑
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
2
∑ 𝑑 2 − (∑ 𝑑)
√ 𝑛
𝑛 . (𝑛 − 1)

𝛴𝑑
𝑀𝑑 =
𝑛

Keterangan :

Md (Mean of Diference ) = Nilai rata-rata hitung dari beda/selisih antara skor pretest dan posttest

d = gain

n = jumlah subjek

(c) Mencari harga tTabel yang tercantum pada tabel nilai “t” dengan berpegang pada derajat

kebebasan (db) yang telah diperoleh, baik pada taraf signifikansi 1 % ataupun 5 %. Rumus

derajat kebebasan adalah db = N – 1.

(d) Melakukan perbandingan antara thitung dan tTabel : Jika thitung lebih besar atau sama dengan tTabel

maka Ho ditolak, sebaliknya Ha diterima atau disetujui yang berarti terdapat Peningkatkan

keterampilan literasi sains peserta didik. Jika thitung lebih kecil daripada tTabel maka Ho

diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak terdapat peningkatkan keterampilan literasi fisika

peserta didik. (Kariadinata, 2011: 69).

(e) Apabila data terdistribusi tidak normal maka dilakukan dengan uji wilcoxon macth pairs test.

T  T
z
T

Dengan:

T = jumlah jenjang/ rangking yang terendah

n( n  1)( 2n  1)
T 
24
n( n  1)
T 
T  T 4
z  
T n( n  1)( 2n  1)
24

Kriteria

Zhitung> ZTabel maka H0 ditolak, Ha diterima

Zhitung< ZTabel maka H0 diterima, Ha ditolak (Sugiyono, 2013: 136)

Tabel 1.3

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < rxy ≤ 0,60 Sedang

0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah

0,00 < rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah

rxy ≤ 0,00 Tidak valid

 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk mendapatkan hasil tes yang dapat dipercaya. Adapun untuk

mencari reliabilitas instrumen uji coba soal, dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:

 S2  S2 
r11  21  1 2 2 
 St 

(Arikanto, 2012, p. 96)


Dengan,

r11  Reliabilit as tes


S12  Varians belahan pertama (1), yang dalam hal ini soal item ganjil.
S 22  Varians belahan kedua (2), yaitu varians skor item genap.
St2  Varians total yaitu varians skor total

8. Teknik Pengolahan Data Penelitian

a) Analisis Data Lembar Kegiatan Peserta didik

Untuk menganalisis data hasil pengayaan lembar kegiatan peserta didik terhadap pengetahuan

literasi dianalisis dengan diolah secara penskoran kuantitatif. Adapun langkah-langkah yang dapat

ditempuh adalah sebagai berikut:

1) Menghitung jumlah skor aktivitas peserta didik yang telah didapat;

2) Mengubah jumlah skor yang telah didapat menjadi nilai persentase dengan menggunakan

rumus:

R
NP   100
SM (Purwanto, 2006, p. 102)

Keterangan:

NP = Nilai persentase LKPD yang diharapkan

R = Jumlah skor yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal

100 = Bilangan tetap

3) Mengubah persentase yang diperoleh kedalam kriteria penilaian lembar kegiatan peserta didik

dengan kriteria sebagai berikut:


Tabel 1.7

Kriteria Aktivitas Peserta didik

Nilai Kategori

86%-100% Sangat baik

76%- 85% Baik

60 % 75% Cukup

55% - 59% Kurang

≤ 54 % Kurang sekali

(Purwanto, 2006, p. 102)

Kriteria Lembar kerja peserta didik yang diharapkan dalam penelitian ini adalah berkisar 76%-

80% (kategori baik).

b) Analisis Data Literasi sains

Untuk menganalisis data literasi sains peserta didik, maka diperlukan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Menghitung Skor Mentah

Untuk menghitung skor mentah berdasarkan pada aturan yang telah ditentukan. Menentukan

nilai pada soal digunakan rumus sebagai berikut:

R
NP   100
SM (Purwanto, 2006, p. 102)

Keterangan:

NP = Nilai persentase aktivitas peserta didik yang dicari atau yang diharapkan

R = Jumlah skor yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal


100 = Bilangan tetap

Mengklasifikasi nilai peserta didik dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 1.5

Kategori Nilai Peserta didik

Nilai Kategori

99% - 100% Sangat baik

75% - 89 % Baik

55% - 74 % Cukup

40% - 54 % Kurang

0% - 39 % Jelek

2) Menghitung Indeks Gain

Untuk mendapatkan gambaran peningkatan literasi sains peserta didik, dapat dilihat dengan

menganalisa dari hasil pretes dan postes. Kemudian menghitung nilai indeks gainnya (IG) dengan

rumus:

skor postes  skor pretes


IG 
skor maksimum  skor pretes

Dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 1.6

Indeks Gain

Nilai Kategori

0,81 – 1,00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi


0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

3) Uji Normalitas

Untuk menguji apakah data terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas.

Kenormalan data dapat diuji dengan menggunakan distribusi chi kuadrat. Langkah-langkah pengolahan

data adalah sebagai berikut:

 Menentukan harga rata-rata


x
x
N

dimana: x = Skor rata-rata

x = Jumlah seluruh skor Peserta didik

N = Jumlah Peserta didik

 Menentukan standar deviasi (S)

2
  
n xi    x i 
2

S2   
nn  1

Dimana: S = Standar deviasi


 xi = Jumlah rata-rata peserta didik

∑xi2 = Jumlah kuadrat nilai peserta didik

N = Jumlah peserta didik


 Menentukan rentang skor (R)

R = Skor tertinggi – Skor terendah

 Menentukan banyaknya kelas interval (K)

K = 1+ (3,3) log N

Dengan N = Jumlah Peserta didik

 Menentukan panjang kelas interval (P)

R
P
K

 Membuat tabel distribusi frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi

 Menghitung harga baku (Z)

 

 x  x
Z 
S

 Menentukan luas interval (L)

L  Z tabel( 2)  Z tabel(1)

 Menghitung frekuensi ekpektasi (Ei)

Ei = n x L

 Menghitung nilai ∝2 (chi kuadrat) dengan rumus:


k
Oi  Ei 2
∝2 k i Ei (Rahayu, 2014)

 Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus:

dk = k-3

dengan k = banyaknya kelas interval


 Menentukan ∝2 tabel dengan taraf signifikansi (∝2 hitung) dengan nilai ∝2 daftar atau ∝2 =

5% (0,05) dengan kriteria uji: jika ∝2 hitung < ∝2 (0,05 k-3), maka data terdistribusi normal.

c) Analisis Uji Hipotesis

Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan literasi sains sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan yaitu bahan pengayaan literasi sains pada konsep bencana alam banjir, maka dilakukan

pengujian statistik data, apabila data terdistribusi normal, maka dilakukan pengujian statistik

parametrik yaitu uji t.

Md
t
 d  2

d  n
2

nn  1

Keterangan:

Md = rata-rata dari gain antara tes akhir dan tes awal

d = gain skor tes akhir terhadap tes awal setiap subjek

n = jumlah subjek

(Rahayu, 2014)

Setelah itu, menentukan nilai tabel. Jika t hitung > t daftar, maka terjadi peningkatan yang

signifikan antara literasi sains peserta didik sebelum dan sesudah memperoleh bahan pengayaan dan

lembar kerja peserta didik.

Jika data berdistribusi tidak normal maka pengujian dilakukan dengan tidak menggunakan taraf

signifikan.

J. Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan mulai tanggal 6 januari sampai tanggal 20 januari, dengan agenda

kegiatan observasi sekolah, menentukan sampel, pemebian postes, pemberian bahan pengayaan dan

lembar kegiatan peserta didik sebagai variabel kontrol dan pemberian postes.

K. Daftar Pustaka

Anjarsari, P., 2014. LITERASI SAINS DALAM KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN IPA SMP.

Bybee, R., Mccrae, B. & Laurie, R., 2009. PISA 2006 : An Assessment of Scientific Literacy. , 46(8),

pp.865–883.

Depdiknas, 2007. Naskah akademik.

Depdiknas, 2013. Regulasi Kurikulum 2013.

Holbrook, J. & Rannikmae, M., 2009. The Meaning of Scientific Literacy. , 4(3), pp.275–288.

miranit kustiani, D., 2014. Buku 1.

OECD, 2015. PISA 2015 MARCH 2013. , (March 2013).

pangesti Wiedarti, D., 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah.

Rochman, C., 2015. Penerapan Pembelajaran Berbasis Scientific Approach Model 5M dan Analisis

Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik pada Sekolah Mitra Universitas Islam Negeri Sunan

Gunung Djati Bandung. , pp.435–440.

Rofiah, A., Rustana, C.E. & Nasbey, H., 2015. PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN

PENGETAHUAN. , IV, pp.1–4.

Sadler, T.D. et al., 2015. Next Generation Science Standards.

Shofiyah, N., 2015. Deskripsi literasi sains awal mahasiswa pendidikan ipa pada konsep ipa. , (2),

pp.113–120.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


Sumiati, 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.

Anda mungkin juga menyukai