Oleh
1132070014
BANDUNG
2016
A. Latar Belakang Masalah
Sebagaimana proses pembelajaran ditandai dengan perubahan pada diri seseoarang. Belajar
Fisika pada dasarnya dipakai untuk memperoleh kemampuan yang dapat diterapkan dalam perubahan
kehidupan. Fenomena yang terjadi, perubahan ditandai dengan perkembangan sains dan teknologi yang
menuntut hadirnya sumberdaya manusia berkualitas dengan kemampuan memahami pengetahuan dan
mampu mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pengetahuan yang telah
dipelajari bermakna dan bermanfaat bagi kelestarian lingkungan. Salah satu upaya yang dapat
Pendidikan menjadi salah satu upaya menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia
yang memiliki kesiapan menghadapi serta mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan. Untuk
menghadapi tantangan tersebut, pemerintah telah melakukan upaya untuk memperbaiki kualitas
penggunaan literasi sains dalam pendidikan untuk mengintegrasikan antara konsep pembelajaran
dengan keadaan lingkungan. Literasi sains mulai diakomodasikan dalam kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan lebih terlihat jelas pada kurikulum 2013 yang menyatakan bahwa sains/IPA
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip tetapi
Fisika merupakan salah satu ilmu yang menjelaskan teori berdasarkan fenomena yang terjadi
di alam yang dapat diukur dan diamati. Menurut Permendikbud No 59 tahun 2014 (2014: 4) pasal 5
ayat 11, fisika merupakan salah satu mata pelajaran pada peminatan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam yang bertujuan untuk mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam
gejala alam, konsep dan prinsip fisika yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan
yang saling mempengaruhi antara fisika, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. (Kemdikbud,
2013: 4). Salah satu proses pembelajaran pada satuan pendidikan harus dilaksanakan agar peserta
didik memiliki kecakapan ilmiah. Pembelajaran Kecakapan ilmiah dapat dibangun apabila peserta
didik memiliki literasi sains yang tinggi. Menurut PISA dalam jurnal Zuriyani (2012: 1) literasi
Sains sangatlah penting, hal ini disebabkan karena negara-negara dihadapkan pada pertanyaan-
pertanyaan dalam kehidupannya yang memerlukan informasi ilmiah dan cara berpikir ilmiah untuk
mengambil keputusan (BNSP, 2006: 7). Berdasarkan Pusat Kurikulum, regulasi tahun 2013
menyatakan bahwa:
pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang
tercantum dalam tujuan pendidikan nasional, yang meliputi : Pendidikan berakar pada budaya
bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang; Peserta didik
adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif; Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan
Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa
kepedulian, dan berpartisipasi aktif untuk membangun bangsa yang lebih baik (experimentalism
Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan lebih menekankan pada
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi literasi sains (konteks, proses, konten dan
sikap) agar peserta didik dapat menjelajahi dan memahami lingkungan secara alamiah (Depdiknas
2007:8). Untuk mencapai kemampuan yang diharapkan pemerintah, peserta didik diharapkan mampu
memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah peristiwa alam yang didapat dari penggunaan
Penelitian tentang kemampuan literasi sains peserta didik dalam skala internasional
diselenggarakan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) melalui
Programme for International Student Assesment (PISA)(Bybee et al, 2009). “Hasil tes Progress
International Reading Literacy Study (PIRLS) tahun 2011 yang mengevaluasi kemampuan membaca
peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-45 dari 48 negara peserta dengan skor 428, di bawah
nilai rata-rata 500 (IEA, 2012). Sementara itu, survei yang mengevaluasi kemampuan peserta didik
berusia 15 tahun dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) berada di
urutan ke-64 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 496) (OECD, 2013). Data ini selaras dengan
temuan UNESCO (2012) terkait kebiasaan membaca masyarakat Indonesia, bahwa hanya satu dari
1.000 orang masyarakat Indonesia yang membaca.”(pangesti Wiedarti, 2016) Kondisi ini jelas
Rendahnya kemampuan literasi sains disebabkan oleh kurangnya kemampuan peserta didik
dalam menjelaskan fenomena dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep sains. Hasil
analisis PISA 2006 yang dilakukan oleh OECD (2006) juga menunjukkan bahwa kesadaran peserta
didik terhadap isu-isu lingkungan sejalan dengan tingkat pengetahuan dan kecakapan literasi sains
lingkungan, dimana peserta didik yang lebih familiar terhadap fenomena lingkungan kompleks
ternyata memiliki kecakapan yang tinggi pada literasi sains lingkungan tersebut. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan peserta didik yang kurang dalam menjelaskan fenomena dalam
kehidupan sehari-hari secara saintifik dan kurang familiar dengan fenomena lingkungan sekitarnya
Menurut Rochman (Chaerul Rochman, 2015) Fenomena lingkungan atau fenomena alam di
Indonesia berupa Sumber Daya Alam dan Mineral, energi baru dan terbarukan, dan mitigasi bencana
sangatlah banyak. Peserta didik hendaknya dapat memahani fenomena alam ini dengan baik.
Pemahaman terhadap fenomena alam dapat dilakukan dengan digunakannya pendekatan saintifik.
Penggunaan pendekatan saintifik dengan model 5M dapat meningkatkan kemampuan literasi sains
peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan santifik dapat meningkatkan kemampuan literasi
sains.. Berkaitan dengan rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik dalam menjelaskan
fenomena kehidupan sehari-hari dan secara saintifik, maka berimplikasi juga terhadap rendahnya
kemampuan literasi sains mereka terhadap pemanfaatan sumber daya alam sekitar tempat mereka
tinggal. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan dalam kemampuan literasi sains peserta didik
terhadap pemanfaatan sumber daya alam. Peningkatan kemampuan literasi sains peserta didik juga
tidak terlepas dari pentingnya peningkatan literasi peserta didik melalui mata pelajaran fisika. Berkaitan
dengan itu, apakah kemampuan literasi sumber daya alam dapat ditingkatkan dengan pemberian bahan
pengayaan. Kajian dan telahaan ini belum banyak dilakukan, sedangkan mitigasi bencana yang
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di MA Al-Mufassir pada tanggal
12 bulan 11 tahun 2016, peneliti memberikan empat soal yang mengukur empat aspek literasi sains
yaitu : konten, konteks, proses dan sikap kepada 40 peserta didik di MA tersebut, diperoleh data seperti
Konten 1,4 28 %
Sikap 2 54%
literasi adalah 2,1 atau 45 %. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman peserta didik mengenai adanya
fenomena lingkungan yang sarat akan penerapan konsep-konsep sains khususnya fisika sangat rendah.
Rendahnya informasi dan kepedulian mereka terhadap pelbagai gejala alam dan fenomena sains
dipandang mengkhatirkan akan rendahnya sikap peserta didik terhadap kekayaan alam lingkungannya.
Rendahnya tingkat literasi ini akan menunjukan kurang kontekstualnnya pembelajaran sains. (Shofiyah
2015) mengusulkan kerangka kerja yang terdiri dari empat katagori atau tingkatan, yaitu nominal,
fungsional, prosedural dan multidimensional. Hal tersebut terpenuhi dalam kerangka literasi yang saat
ini sedang dicanangkan pemerintah dengan program GLS (gerakan literasi sekolah). Dengan demikian,
perlu dilakukan upaya pengembangan terhadap mata pelajaran fisika untuk meningkatkan literasi
peserta didik. Solusi yang ditawarkan yakni Bahan pengayaan sebagai bagian dari buku pengayaan
yang berfungsi sebagai suplemen bagi peserta didik. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 2
tahun 2008 pasal 6 (Permendiknas, 2008: 4) menyatakan bahwa selain buku teks pelajaran, pendidik
dapat menggunakan buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses
pembelajaran.
Melalui pengembangan bahan pengayaan yang selama ini belum terakomodasi oleh
kompetensi dasar. Kemampuan literasi peserta didik yang dijaring melalui instrumen pada studi
pendahuluan meliputi Literasi (konsep fisika yang terkait; proses sains pemanfaatan sumber daya alam,
konteks/manfaat dan dampak; dan sikap/penyikapan terbaik yang merupakan bagian dari karakter
peserta didik)
Bahan pengayaan yang diperlukan yakni bahan pengayaan yang relevan dan berisi muatan
lengkap untuk dikembangkan dalam memahami sains khususnya fisika sebagai fenomena yang
memiliki muatan konsep, proses, konteks maupun sikap yang berkaitan dengan fenomena dalam
kehidupan sehari-hari. Bahan pengayaan tersebut melibatkan pemahaman terhadap konsep fisika dan
fenomena alam. proses terjadinya fenomena tersebut, konteks fenomena tersebut dalam kehidupan serta
dorongan sikap positif terhadap fenomena sehingga timbul sikap peduli, tanggung jawab, dan sanggup
menerapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Bahan ajar sebagai pengayaan mata pelajaran fisika ini
merupakan serangkaian informasi konseptual, proses, kontekstual, dan faktual yang dilengkapi gambar
Literasi sains menjadi tujuan kurikulum pendidikan abad 21 di pelbagai negara, hal ini
ddilaksanakan dalam program TFCS (Twenty First Century Science) yang bertujuan untuk
mengembangkan kurikulum pendidikan (Bybee et al, 2009). Aspek keterampilan literasi sains dalam
pendidikan mencakup keterampilan proses sains, pengambilan keputusan isu sosial ditinjau dari sains
serta pemecahan masalah lingkungan (Holbrook & Rannikmae, 2009; Sadler et al, 2015).
Berdasarkan informasi, laporan dan fakta di lapangan, maka peneliti bermaksud melakukan
kajian tentang “Pengembangan bahan pengayaan mata pelajaran fisika untuk meningkatkan
kemampuan lilterasi sains konsep kebanjiran pada peserta didik SMA di wilayah MAJALAYA”.
B. Rumusan Masalah
didik pada konsep bencana alam banjir di MA AL-Mufassir wilayah Majalaya Jawa Barat?
2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan literasi sains konsep bencana alam banjir pada peserta
Agar penelitian ini lebih terfokus dan memberikan gambaran yang jelas, maka masalah yang
dibahas dibatasi pada aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian, yaitu : kemampuan literasi sains yang
diambil dalam penelitian ini adalah konsep bencana Banjir yang merupakan salah satu bencana tahunan
terjadi di wilayaha majalaya Kabupaten Bandung Jawa Barat yang meliputi antara lain proses terjadinya
banjir, konsep fisika yang terlibat pada proses terjadinya banjir, dampak dari adanya bencana banjir,
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pegembangan bahan ajar sebagai pengayaan dapat meningkatkan
kemampuan literasi peserta didik pada konsep bencana alam banjir di Ma Al-Mufassir wilayah
2. Untuk mendapatkan data mengenai peningkatan literasi sains peserta didik di MA wilayah
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermnfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan, khususnya
dalam proses proses pembelajaran, selain itu diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat:
1. Manfaat teoritis
a. Sebagai bahan referensi pengembangan bahan ajar tentang bencana alam banjir yang
khususnya yang berkaitan dengan literasi terhadap fenomena bencana alam banjir di
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru, Sebagai umpan balik dalam upaya meningkatkan kemampuan literasi sains pada
konsep bencana alam banjir melalui pengembangan bahan pengayaan yang berkaitan
b. Bagi peserta didik, meningkatkan kemampuan literasi sains pada konsep bencana alam
banjir sebagai bahan pengayaan peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran fisika,
c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini berupa bahan ajar pengayaan yang dapat digunakan
sebagai rujukan untuk mengembangkan kemampuan literasi sains pada konsep bencana
alam banjir yang merupakan fenomena fisika di sekitar lingkungan peserta didik.
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dari setiap istilah yang digunakan dalam penelitian ini,
adalah bahan bacaan seperti buletin tentang karaktersitik bencana banjir, proses terjadinya banjir,
menafaat dan dampak bencana banjir serta cara menyikapi fenomena yang di kemas dalam bentuk
pengayaan dengan pelbagai konsep fisika yang berhubungan dengan bencana alam tersebut, hal
2. Kemampuan Literasi sains pada konsep bencana banjir dalam penelitian ini adalah kemampuan
bencana alam dan menarik kesimpulan berdasarkan apa yang terjadi dilingkungan dalam rangka
memahami fenomena alam. Kemampuan peserta didik dalam memahami literasi aspek konten
yaitu kemampuan konsep fisika yang berkaitan dengan fenomena bencana banjir; memahami
aspek proses, yaitu menjelaskan proses terjadinya fenomena bencana banjir; memahami aspek
konteks, yaitu menjelaskan konsep bencana banjir; dan aspek sikap, yaitu menyatakan respon dan
G. Kerangka Pemikiran
Literasi sains sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains berkenaan dengan alam
dan perubahan yang terjadi terhadap alam melalui aktivitas sehari-hari. Dalam PISA literasi sains
mencangkup dimensi content, process, context dan attitude (OECD, 2015). Sains termasuk sekelompok
pengetahuan tentang obyek dan fenomena alam yang diperoleh dari pemikiran dan penelitian para
ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen menggunakan metode ilmiah. Scientific
literacy diperlukan dalam memahami sains karena literasi sains bersifat multidimensional, pemahaman
peserta didik terhadap karakteristik sains sebagai penyelidikan ilmiah, kesadaran akan pentingnya sains
dan teknologi membentuk lingkungan material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk terlibat
dalam isu-isu terkait sains, sebagai manusi yang reflektif. Keinklusifan literasi sains sebagai suatu
Sehingga penilaian literasi sains dalam PISA tidak semata-mata berupa pengukuran tingkat
pemahaman terhadap pengetahuan sains, tetapi juga pemahaman terhadap pelbagai aspek proses sains,
Kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia dari hasil studi internasional PISA tahun
2006, diperoleh hasil bahwa (Bybee et al, 2009) Kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia
sangat rendah berada pada peringkat ke-50 dari 57 negara. Hal ini terlihat dari :
Skor rata-rata sains yang diperoleh peserta didik Indonesia adalah 393. Skor rata-rata tertinggi
dicapai oleh Finlandia (563) dan terendah dicapai oleh Kyrgyzstan (322). Kemampuan literasi
sains rata-rata peserta didik Indonesia tidak berbeda secara signifikan dengan kemampuan
literasi sains peserta didik dari Argentina, Brazil, Colombia, Tunisia, dan Azerbaijan. Secara
internasional skala kemampuan literasi sains dibagi menjadi 6 level kemampuan. Berdasarkan
level kemampuan ini, sebanyak 20,3% peserta didik Indonesia berada di bawah level 1 (skor di
bawah 334,94), 41,3% berada pada level 1 (skor 334,94 – 409,54), 27,5% berada pada level 2
(skor 409,54 – 484,14), 9,5% berada pada level 3 (skor 484,14 – 558,73), dan 1,4% berada pada
level 4, tidak ada peserta didik Indonesia yang berada pada level 5 dan level 6. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar (41,3%) peserta didik Indonesia memiliki pengetahuan
ilmiah terbatas yang hanya dapat diterapkan pada beberapa situasi yang familiar. Mereka dapat
mempresentasikan penjelasan ilmiah dari fakta yang diberikan secara jelas dan eksplisit.
Sebanyak 27,5% peserta didik Indonesia memiliki pengetahuan ilmiah yang cukup untuk
memberikan penjelasan yang mungkin dalam konteks yang familiar atau membuat kesimpulan
12 bulan 11 tahun 2016, peneliti memberikan empat soal yang mengukur empat aspek literasi sains
yaitu : konten, konteks, proses dan sikap kepada 40 peserta didik di MA tersebut, diperoleh data yang
menunjukkan bahwa prosentase kemampuan literasi sains pada konsep bencana alam banjir peserta
didik MA Al-Mufassir yang memiliki fenomena alam bencana banjir ini hanya 45% pada skala 100%.
Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman peserta didik mengenai adanya fenomena lingkungan yang
sarat akan penerapan konsep-konsep sains khususnya fisika sangat rendah. Rendahnya informasi dan
kepedulian terhadap pelbagai gejala alam dan fenomena sains diakibatkan oleh rendahnya tingkat
literasi kontekstual pembelajaran sains selama ini. (Shofiyah, 2015) mengusulkan kerangka kerja yang
terdiri dari empat katagori atau tingkatan, yaitu nominal, fungsional, prosedural dan multidimensional.
Hal tersebut terpenuhi dalam kerangka literasi yang saat ini sedang dicanangkan pemerintah dengan
Gerakan literasi sekolah (kemendikbud, 2016: 3) mewajibakan untuk setiap sekolah agar
peserta didiknya membaca buku nonteks pelajaran selama 15 menit sebelum pembelajaran di mulai.
Dengan adanya gerakan literasi sekolah, maka bahan pengayaan sangat diperlukan untuk menunjang
PISA 2003 menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yakni
kompetensi/proses sains, konten/pengetahuan sains dan konteks aplikasi sains. Pada PISA 2006
dimensi literasi sains dikembangkan menjadi empat dimensi, tambahannya yaitu aspek sikap peserta
didik akan sains (Depdiknas, 2007). Hal ini dapat dilaksanakan daalam pelbagai sistem pembelajaran
salah satunya dengan bahan pengayaan yang dilengkapi konten, proses, konteks dan sikap dalam
Bahan pengayaan sebagai salah satu alat teknologi pendidikan yang memberi keuntungan antara
lain: (1) membantu guru melaksanakan kurikulum, (2) pegangan dalam menentukan metode
pembelajaran, (3) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau
mempelajari pelajaran baru, dan (4) memberi kontinuitas pelajaran di kelas yang berurutan sekalipun
guru berganti . Bahan pengayaan sebagai sarana belajar yang biasa dipergunakan di sekolah-sekolah
dan di perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pembelajaran (miranit kustiani, 2014). Dilihat
dari manfaat bahan pengayaan, semakin meyakinkan bahwa pengembangan bahan pengayaan sangat
penting dan mendesak untuk dilaksanakan. Dengan pengembangan bahan pengayaan secara sistemik
dan berkesinambungan akan dihasilkan bahan pengayaan yang sangat dibutuhkan khususnya oleh
peserta didik sekolah menengah, sehingga kesulitan peserta didik dalam pembelajaran akan dapat
Menurut (Rofiah et al, 2015) buku pengayaan dapat meningkatkan minat baca peserta didik
dengan menggunakan ilustrasi gambar dan bahasa yang komunikatif yang memuat pemaparan konsep,
konten dan aplikasi pada kehidupan sehingga peserta didik mampu menghubungkan antara konsep
mata pelajaran fisika dan kebutuhan sehari-hari. Bahan pengayaan diposisikan sebagai tambahan
pengetahuan yang lebih luas mengenai wawasan pengetahuan dan berfungsi sebagai pengayaan. Oleh
karena itu dipakailah bahan pengayaan untuk menjelaskan konsep fisika dalam fenomena yang terjadi
dilingkungan.
Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran tentang pengembangan bahan pengayaan mata
Perlakukan
penggunaan bahan Pengolahan dan
Peningkatan Kemampuan
pengayaan pada Analisis
Literasi Sains
peserta didik
Kesimpulan
H. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis penelitian sebagai berikut:
I. Metode Penelitian
Jenis data yang akan di ambil dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif.
Berikut ini data kuantitatif dan kualitatif yang akan diperoleh dari penelitian:
a) Data kuantitatif berupa skor kemampuan literasi (yang terdiri skor aspek konsep, proses, konteks,
dan sikap) dan prosentasi keterbacaan bahan pengayaan. Data kemampuan literasi diperoleh dengan
mengggunakan tes tulis pada pretest dan post test. Data prosentase keterbacaan bahan pengayaan
b) Data kualitatif berupa jawaban lembar kegiatan peserta didik (LKPD) yang diberikan ketika bahan
pengayaan diperoleh oleh peserta didik untuk dibaca di luar kelas. Selain itu catatan peneliti selama
melakukan pengembangan bahan pengayaan konsep alam banjir (hasil wawancara, dokumentasi di
2. Desain Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain one group Pretes-Postes.
Kelas penelitian T1 X1 T2
T2 = Postes
(Arikanto, 2012)
3. Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di MA. Al-Mufassir Kabupaten Bandung
Provinsi Jawa Barat. Adapun alasan memilih sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian yaitu pertama,
sekolah tersebut sering terendam air banjir dari mulai akses jalan hingga halaman sekolah bahkan
bberapa ruang kelas. Kedua, berdasarkan studi pendahuluan didapatkan data bahwa di sekolah tersebut
kemampuan literasi konsep bencana banjir masih rendah, oleh karena itu dengan diberikannya bahan
pengayaan konsep bencana banjir ini diharapkan dapat meningkatkan literasi sains fisika peserta didik
4. Subjek Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan harus mempunyai subjek yang jelas. Subjek yang dimaksud
a. Populasi
Populasi adalah “Keseluruhan subjek penelitian”. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi
dalam penelitian adalah peserta didik kelas XI IPA MA Al-Mufassir Kabupaten Bandung tahun
b. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel secara cluster
random sampling (Sugiyono, 2008). Sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah satu kelas
sedangkan jumlah kelas yang ada di MA Al-Mufassir Kabupaten Bandung Kelas XI Program IPA
adalah dua kelas dengan jumlah peserta didik sebanyak 70 orang, maka yang akan dijadikan sampel
5. Prosedur penelitian
Setelah menentukan subjek yang akan digunakan dalam penelitian maka terdapat dua langkah
1) Tahap perencanaan
b) Studi pendahuluan untuk mendapatkan permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian.
Studi pendahuluan pada penelitian ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka
tentang konsep bencana banjir. Aspek yang ditanya menyangkut aspek kemampuan konsep,
proses, konteks dan sikap peserta didik terhadap bencana banjir di daerah majalaya, dimana
c) Penyusunan draft bahan pengayaan, validasi bahan pengayaan, uji keterbacaan bahan
d) Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat dan inovatif mengenai bahan
m) Melakukan analisis terhadap ujicoba instrumen berupa validitas, realibilitas, daya pembeda,
2) Tahap pelaksanaan
b. Melakukan analisis terhadap uji coba instrumen, berupa validitas, realibitas, daya pembeda
c. Melakukan pretest;
kegiatan peserta didik untuk dibaca dan diisi dengan rentang waktu 1 – 2 minggu;
e. Melaksanakan posttest;
3) Tahap akhir
c. Membuat kesimpulan;
Studi Pendahuluan
Telaah Kurikulum
Studi Pustaka Kajian Pustaka
Merumuskan Masalah
Analisis Instrumen
Prettest
Bagan 1
6. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam seluruh rangkaian penelitian ini, yaitu terdiri dari tes awal
(pretest) dan tes akhir (posttest) sebagai alat ukur untuk meningkatkan kemampuan literasi sains.
a. Bahan Pengayaan
Bahan Pengayaan digunakan untuk mendapatkan data keterbacaan bahan pengayaan konsep
bencana banjir di wilayah majalaya. Ruang lingkup bahan pengayaan penelitian ini adalah
informasi tentang aspek konten benana banjir yang terjadi di daerah majalaya; informasi tentang
bagaiamana proses terjadinya banjir secara komprehensif dengan mennggunakan gambar atau
grafik atau sketsa; informasi konteks bencana banjir berupa pelbagai dampak yang ditimbulkan
bencana banjir; dan pelbagai piihan saran dan peringatan tentang sikap yang perlu dan tidak perlu
dilakkan oleh peserta didik selaku bagian dari masyarakat di sekitar daaaerah bencana banjir.
Bahan pengayaan diberikan kepada sejumlah peserta didik sebagaimana sampel setelah mereka
b. LKPD
LKPD digunakan untuk mendapatkan data tentang keterbacaan bahan pengayaan konsep
bencana banjir. Jumlah pertanyaan yang harus diisi adalah 4 buah yang terdiri dari pertanyaan
konten, konteks, proses dan sikap. LKPD diberikan bersamaan dengan pemberian bahan pengayaan
1. Test literasi bencana banjir ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kemampuan literasi
peserta didik MA. AL-Mufassir pada konsep Bencana banjir. Ruang lingkup tes literasi konsep
bencana banjir terdiri dari kemampuan konsep bencana banjir dan konsep fisika yang berkaitan
dengan bencana banjir, proses terjadinya bencana banjir, dampak dari konsep fisika yang
berkaitan dengan bencana banjir di dalam kehidupan sehari-hari, serta respon dan perilaku
peserta didik terhadap adanya bencana banjir. Bentuk soal tes literasi konsep bencana banjir
adalah test pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 40 buah dengan 4 atau 5 pilihan jawaban.
Tes diberikan di awal sebagai pretest dan di akhir sebagai posttest. Rentang waktu pemberian
tes selama satu atau dua minggu. Test dikerjakan secara individual oleh peserta didik selama
60 menit.
7. Analisis Instrumen
Tes literasi sains yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda sebanyak 20
butir soal pada konten, konteks, proses dan sikap terhadap fenomena alam banjir ditinjau dari konsep
fisika dengan empat pilihan alternatif (a,b,c dan d). Tes ini didasarkan ke dalam empat kriteria aspek
literasi sains yang diukur dalam penelitian menggunakan media bahan pengayaan. Sebelum tes
diujicobakan, setiap butir soal dianalisis dari segi keterbacaan dan bahasa secara kualitatif, kemudian
2) Analisis LKPD
Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, tes kemampuan literasi sains diuji
kelayakannya terlebih dahulu secara kualitatif dan kuantitatif. Pada prinsipnya butir soal secara
kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal. Aspek yang diperhatikan di dalam
penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah dari segi materi, konstruksi,
bahasa/budaya dan kunci jawaban atau pedoman penskorannya. Penelaahan ini biasanya
dilakukan sebelum soal diujikan. Dalam melakukan penelaahan setiap butir soal perlu
mempersiapkan bahan-bahan penunjang seperti: (a) kisi-kisi tes, (b) kurikulum yang digunakan
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penelitian minimal dua macam, yaitu
validitas dan reabilitas, uji daya pembeda dan uji tingkat kesukaran. Pada penelitian ini hasil
belajar yaitu pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan kemampuan literasi sains
peserta didik
1) Uji Validitas
n XY ( X )( Y )
rxy
n X 2
( X ) 2 n Y 2 ( Y ) 2
(Arikanto, 2012, p. 213)
Keterangan :
𝑟𝑋𝑌 = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y atau dua variabel yang dikorelasikan
𝑌 = skor total
Nilai 𝑟𝑥𝑦 yang didapat kemudian diinterpetasikan terhadap tabel nilai r, sebagai berikut:
(Rahayu, 2014)
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat keajegan tes, yang artinya bahwa setiap hasil pengukuran
dengan menggunakan soal tes itu harus tetap sama (relatif sama) Jika pengukurannya
diberikan kepada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu
dan tempat yang berbeda. Reabilitas perangkat soal digunakn dengan menggunakan rumus
(product momen), menggunakan rumus alpha untuk soal uraian. Untuk mencari reabilitas
soal uraian, setelah menggunaka product momen maka hitunglah korelasinya dengan
𝑛 𝐷𝐵 2 𝑗 − Σ𝐷𝐵 2 𝑖
𝑟= 𝑥
𝑛−1 𝐷𝐵 2 𝑗
keterangan:
N = jumlah data
ini.
Range Interpretasi
Indeks kesukaran soal adalah peluang menjawab soal benar pada suatu soal dalam
persentase indeks kesukaran semakin mudah soal tersebut. Rumus yang digunakan adalah
∑𝑥
𝑝=𝑆 (Jihad, 2009)
𝑚𝑁
Keterangan :
P Klasifikasi soal
5) Daya Pembeda
∑𝐴 ∑𝐵
𝐷= −
𝑛𝐴 𝑛𝐵
(Rahayu, 2014)
Keterangan :
(Rahayu, 2014)
Analisis hasil tes kemampuan literasi sains peserta didik dilaksanakan dengan cara
membandingkan hasil pretest dan posttest pada pembelajaran materi kalor. Prosedur yang
digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian berupa tes instrumen uraian, yaitu dengan
a) Menentukan skor kemampuan literasi sains, menggunakan tes instrumen uraian, maka
menggunakan rumus:
𝑅
𝑆 = 𝑁 × 100
Keterangan:
b) Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui normalitas data, yang diperoleh dari data pretest dan posttest, maka
(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ)2
𝜒2 = ∑
𝑓ℎ
(Sugiyono, 2008)
Keterangan :
2 = chi kuadrat
f0 = frekuensi observasi
fh = frekuensi ekspektasic
Adapun langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat sebagai berikut:
(a) Menentukan jumlah kelas interval. Untuk pengujian normalitas dengan Chi kuadrat ini, jumlah
kelas interval ditetapkan = 6. Hal ini sesuai dengan 6 bidang yang ada kurva normal baku.
(c) Menyusun ke dalam Tabel distribusi frekuensi, sekaligus tabel penolong untuk menghitung
(e) Memasukkan nilai-nilai dalam Tabel penolong, sehingga didapat chi kuadrat.
(f) Membandingkan harga chi kuadrad hitung dengan chi kuadrad tabel. Jika 𝜒 2 hitung<𝜒 2 Tabel,
(Sugiyono, 2008)
2) Uji hopotesis
ditolakanya hipotesis yang diajukan. Uji hipotesis dapatt dilakukan dengan menggunakan
(a) Apabila data berdistribusi normal maka digunakan statistik parametris yaitu dengan
𝑀𝑑
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
2
∑ 𝑑 2 − (∑ 𝑑)
√ 𝑛
𝑛 . (𝑛 − 1)
𝛴𝑑
𝑀𝑑 =
𝑛
Keterangan :
Md (Mean of Diference ) = Nilai rata-rata hitung dari beda/selisih antara skor pretest dan posttest
d = gain
n = jumlah subjek
(c) Mencari harga tTabel yang tercantum pada tabel nilai “t” dengan berpegang pada derajat
kebebasan (db) yang telah diperoleh, baik pada taraf signifikansi 1 % ataupun 5 %. Rumus
(d) Melakukan perbandingan antara thitung dan tTabel : Jika thitung lebih besar atau sama dengan tTabel
maka Ho ditolak, sebaliknya Ha diterima atau disetujui yang berarti terdapat Peningkatkan
keterampilan literasi sains peserta didik. Jika thitung lebih kecil daripada tTabel maka Ho
diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak terdapat peningkatkan keterampilan literasi fisika
(e) Apabila data terdistribusi tidak normal maka dilakukan dengan uji wilcoxon macth pairs test.
T T
z
T
Dengan:
n( n 1)( 2n 1)
T
24
n( n 1)
T
T T 4
z
T n( n 1)( 2n 1)
24
Kriteria
Tabel 1.3
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk mendapatkan hasil tes yang dapat dipercaya. Adapun untuk
mencari reliabilitas instrumen uji coba soal, dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:
S2 S2
r11 21 1 2 2
St
Untuk menganalisis data hasil pengayaan lembar kegiatan peserta didik terhadap pengetahuan
literasi dianalisis dengan diolah secara penskoran kuantitatif. Adapun langkah-langkah yang dapat
2) Mengubah jumlah skor yang telah didapat menjadi nilai persentase dengan menggunakan
rumus:
R
NP 100
SM (Purwanto, 2006, p. 102)
Keterangan:
3) Mengubah persentase yang diperoleh kedalam kriteria penilaian lembar kegiatan peserta didik
Nilai Kategori
60 % 75% Cukup
≤ 54 % Kurang sekali
Kriteria Lembar kerja peserta didik yang diharapkan dalam penelitian ini adalah berkisar 76%-
Untuk menganalisis data literasi sains peserta didik, maka diperlukan langkah-langkah sebagai
berikut:
Untuk menghitung skor mentah berdasarkan pada aturan yang telah ditentukan. Menentukan
R
NP 100
SM (Purwanto, 2006, p. 102)
Keterangan:
NP = Nilai persentase aktivitas peserta didik yang dicari atau yang diharapkan
Tabel 1.5
Nilai Kategori
75% - 89 % Baik
55% - 74 % Cukup
40% - 54 % Kurang
0% - 39 % Jelek
Untuk mendapatkan gambaran peningkatan literasi sains peserta didik, dapat dilihat dengan
menganalisa dari hasil pretes dan postes. Kemudian menghitung nilai indeks gainnya (IG) dengan
rumus:
Tabel 1.6
Indeks Gain
Nilai Kategori
3) Uji Normalitas
Untuk menguji apakah data terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas.
Kenormalan data dapat diuji dengan menggunakan distribusi chi kuadrat. Langkah-langkah pengolahan
x
x
N
dimana: x = Skor rata-rata
2
n xi x i
2
S2
nn 1
xi = Jumlah rata-rata peserta didik
K = 1+ (3,3) log N
R
P
K
x x
Z
S
L Z tabel( 2) Z tabel(1)
Ei = n x L
k
Oi Ei 2
∝2 k i Ei (Rahayu, 2014)
dk = k-3
5% (0,05) dengan kriteria uji: jika ∝2 hitung < ∝2 (0,05 k-3), maka data terdistribusi normal.
Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan literasi sains sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan yaitu bahan pengayaan literasi sains pada konsep bencana alam banjir, maka dilakukan
pengujian statistik data, apabila data terdistribusi normal, maka dilakukan pengujian statistik
Md
t
d 2
d n
2
nn 1
Keterangan:
n = jumlah subjek
(Rahayu, 2014)
Setelah itu, menentukan nilai tabel. Jika t hitung > t daftar, maka terjadi peningkatan yang
signifikan antara literasi sains peserta didik sebelum dan sesudah memperoleh bahan pengayaan dan
Jika data berdistribusi tidak normal maka pengujian dilakukan dengan tidak menggunakan taraf
signifikan.
J. Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan mulai tanggal 6 januari sampai tanggal 20 januari, dengan agenda
kegiatan observasi sekolah, menentukan sampel, pemebian postes, pemberian bahan pengayaan dan
lembar kegiatan peserta didik sebagai variabel kontrol dan pemberian postes.
K. Daftar Pustaka
Anjarsari, P., 2014. LITERASI SAINS DALAM KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN IPA SMP.
Bybee, R., Mccrae, B. & Laurie, R., 2009. PISA 2006 : An Assessment of Scientific Literacy. , 46(8),
pp.865–883.
Holbrook, J. & Rannikmae, M., 2009. The Meaning of Scientific Literacy. , 4(3), pp.275–288.
Rochman, C., 2015. Penerapan Pembelajaran Berbasis Scientific Approach Model 5M dan Analisis
Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik pada Sekolah Mitra Universitas Islam Negeri Sunan
Rofiah, A., Rustana, C.E. & Nasbey, H., 2015. PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN
Shofiyah, N., 2015. Deskripsi literasi sains awal mahasiswa pendidikan ipa pada konsep ipa. , (2),
pp.113–120.