Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fitrah
Dari segi etimologi fitrah berasal dari kata ‫ ﻓﻄﺭ‬berarti al-khilqah, al-ibda’, al-ja’l
(penciptaan). Dengan makna etimologi ini, maka hakekat manusia adalah sesuatu yang
diciptakan, bukan menciptakan.
Para ulama berbeda pendapat tentang makna fitrah sebagai berikut1 :
1. Fitrah berarti suci (al-thurhr);
2. Fitrah berarti tulus dan murni ( al-ikhlas);
3. Fitrah berarti agama islam ( al-millat al-islam);
4. Fitrah berarti ke-Esa-an Allah ( al-tauhid);
5. Fitrah berarti tabiat asli manusia (al-tabi’iy al-insaniy);
6. Fitrah berarti penciptaan mengenai kebahagiaan dan kesengsaraan ( al-sa’idah wa al-
saqiyah);
7. Fitrah berarti potensi untuk mengabdi dan ma’rifat kepada Allah;
8. Fitrah berarti kesanggupan untuk menerima kebenaran ( isti’dad fi al-haq).
Kedelapan makna fitrah tersebut dapat disebut sebagai potensi dasar manusia. artinya,
setiap manusia memiliki beberapa potensi itu, dan diberi kebebasan untuk mengembangkan
potensi mana yang di sukai.
Ibnu Khaldun, umpamanya, mencoba untuk mengedepankan bahwa manusia merupakan
makhluk yang memiliki potensi. Di antaranya adalah pada dimensi rasionalitas-intelektual.
Ini terlihat dari pandangannya bahwa “pengetahuan dan memberi pelajaran merupakan
pembawaan tabiat bagi manusia, hal ini disebabkan karena kemampuannya untuk berpikir”.2
Dengan potensi akalnya, manusia mampu mengerti, memahami, menggambarkan sebab
akibat sesuatu gejala, yang kemudian mencari alternatif sebagai upaya mempertahankan
kehidupannya. Dengan kemampuan akalnya, manusia mampu untuk berkreasi dan berbudaya
secara dinamis.

B. Fitrah Manusia
Penciptaan manusia disempurnakan dengan modal agar bisa menyelamatkan hidupnya
selama di dunia. Modal ini berupa fitrah, Fitrah manusia merupakan anugerah Allah SWT
yang tak ternilai harganya sehingga harus dikembangkan agar manusia dapat menjadi

1 Zuhairini, 2009:hal75
2 Ramayulis, 2002: hal 279
manusia yang sempurna. Menurut Ibnu Taimiyah membagi fitrah manusia menjadi dua
bentuk, yaitu :
1. Fitrah al gharizat : Potensi dalam diri manusia yang dibawanya sejak lahir.
2. Fitrah al munazalat : Potensi ini merupakan potensi luar manusia yang berkembang sesuai
kualitas interaksi.
Derajat manusia lebih tinggi dan lebih mulia dari makhluk Allah yang lain, inilah fitrah
manusia, makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Selain fitrah dalam hal perjanjian
manusia dengan Allah, fitrah manusia adalah sebagai makhluk yang siap menerima dan
mengemban amanah Allah.3

C. Macam-Macam Fitrah Manusia


1. Fitrah Beriman
Beriman ialah mengaku dan beriqrar dengan lisan, membenarkan dalam hati akan
kewujudan dan kekuasaan Allah,dan dibuktikan dengan amalan yang zahir.4
Firman Allah: Ingatlah wahai Muhammad) ketika tuhanmu mengeluarkan zuriat anak-
anak Adam (turun-temurun) dari (tulang) belakang mereka,dan dia (Allah) jadikan mereka
saksi terhadap diri mereka sendiri.(Sambil dia bertanya dengan firmannya:"bukankah aku
tuhan kamu?"mereka semua menjawab:"Benar (Engkaulah tuhan kami), kami menjadi
saksi."Yang demikian supaya kamu tidak berkata pada hari kiamat kelak:"Sesungguhnya
kami adalah lalai(tidak diberi peringatan) tentang (hakikat tauhid) ini."5
Walaupun pada lahiriahnya manusia itu ingkar namun fitrahnya tetap mengakui
kewujudan Allah. Iman kepada Allah mengandung empat unsur :6
1) Beriman kepada wujudnya Allah
Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara', dan indra. Bukti fitrah tentang
wujud Allah adalah bahwa iman kepada sang Pencipta merupakan fitrah setiap makhluk,
tanpa terlebih dahulu berpikir atau belajar. Rasulullah SAW bersabda : "Semua bayi
dilahirkan dalam keadaan fitrah, ibu bapaknyalah yang menjadikan ia yahudi, nasrani, atau
majusi." (HR. Al-Bukhari).
2) Bukti akal tentang wujud Allah
Wujud Allah adalah proses terjadinya semua makhluk, bahwa semua makhluk pasti ada
yang menciptakan. Tidak mungkin makhluk menciptakan dirinya sendiri, dan tidak mungkin
3 Muhammad Daud, 1998:hal 10
4
Chalil, 2008: hal 55
5
Muhammad Daud, 1998:hal 10
6
Samsul Nizar, 2001: hal 78
pula terjadi secara kebetulan. Adanya makhluk dengan aturan aturan yang indah, tersusun
rapi, dan saling terkait dengan erat antara sebab-musababnya dan antara alam semesta satu
sama lainnya.7 Allah SWT menyebutkan dalail aqli (akal) dan dalil qath'i dalam surat Ath
thur : "Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri
mereka sendiri)?" ( QS. Ath-thur : 35).8 Dari ayat tersebut tampak bahwa makhluk tidak
diciptakan tanpa pencipta, dan makhluk tidak menciptakan dirinya sendiri. Jadi jelaslah,
yang menciptakan makhluk adalah Allah SWT.
3) Bukti syara' tentang wujud Allah SWT
Bahwa seluruh kitab samawi (yang diturunkan dari langit) berbicara tentang itu. Seluruh
hukum yang mengandung kemaslahatan manusia yang dibawa kitab tersebut merupakan
dalil bahwa kitab itu datang dari Robb yang maha Bijaksana dan Mengetahui segala
kemaslahatan makhluk-Nya.
4) Bukti inderawi tentang wujud Allah SWT dapat dibagi menjadi dua:
 Dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya do'a orang-orang yang berdo'a serta
penolong-Nya yang diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan musibah. Allah
berfirman : "Dan (ingatlah kisah) Nuh sebelum itu ketika dia berdo'a, dan Kami
memperkenankan do'anya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari
bencana yang besar." (QS. Al-Anbiya : 76).
 Tanda-tanda para Nabi yang disebut mukjizat, yang dapat disaksikan atau didengar
banyak orang merupakan bukti yang jelas tentang wujud Allah SWT, karena hal-hal
itu berada di luar kemampuan manusia.
Tanda-tanda orang yang beriman :
 Bergetar hatinya
artinya “sesunggunya orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila
disebut nama allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayatNya maka bertambahlah iman mereka dan kepada tuhanlah mereka
bertawaqal. (Qs Al-Anfal :2-3).
 Tentram hatinya
“Orang orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat allah , ingatlah hanya dengan mengingat allahlah hati mejadi tentram
(Qs Al-Ra’du : 28)

7
Samsul Nizar, 2001: hal 37
8
Arifin, 1994 : hal 160
 Tunduk kepada allah
“Orang-orang badui berkata: kami telah beriman, katakanlah kepada mereka
kamu belum beriman, tapi katakanlah kami telah tunduk karena iman itu belum
masuk kedalam hatimu. (Qs Al-Hujurat : 14).
 Mendapat cahaya (islam)
“Orang-orang yang dibukakan hatinya oleh allah untuk menerima islam, lalu
dia mendapatkan cahaya dari tuhannya” (Qs Al-Zumar : 22).
Akibat bagi orang yang tidak beriman kepada Allah SWT.
1. Tidak dapat menerima kebenaran.
2. Selalu dalam keadaan bimbang dan ragu.
3. Tidak boleh diangkat menjadi pemimpin bagi kaum yang beriman hanya akan
memperoleh kemenangan sementara.
4. Menjadi musuh Allah akan mendapat siksaa neraka.
Hikmah beriman kepada Allah.
1. Kemerdekaan jiwa kekuasaan orang lain.
2. Dapat menimbulkan keberanian untuk terus maju dalam membela kebenaran.
3. Menimbulkan keyakinan untuk terus maju dalam membela kebenaran.
4. Mendapatkan kehidupan yang baik, adil dan makmur akan dipercepat oleh Allah.

2. Fitrah Berislam
Allah memberikan manusia potensi untuk senantiasa condong pada fitrahnya yang hanif.
Allah berfirman :“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah),
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya. Tidak ada
perubahan pada fitrah itu. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” (Q.S. al-Rum : 30)9
Pengertian fitrah yang ditunjukkan ayat di atas, memberikan pengertian bahwa manusia
diciptakan oleh Allah dengan diberi naluri beragama, yaitu agama tauhid. Menurut Hasan
Langgulung, fitrah pada pengertian yang lebih luas, yaitu pada pengertian potensi dasar yang
dimiliki oleh setiap manusia. Namun demikian potensi tersebut hanya merupakan embrio
semua kemampuan manusia, yang memerlukan penerapan lebih lanjut dari lingkungannya
untuk bisa berkembang.10

9
Jalaudin, 2011, hal 128

10 Ramayulis, 2002: hal 279-280


Imam Ibnu Katsir, menjelaskan “Maksud dari ayat diatas adalah tegakkan wajahmu dan
teruslah berpegang pada apa yang disyariatkan Allah kepadamu, yaitu berupa agama Nabi
Ibrahim yang hanif, yang merupakan pedoman hidup bagimu. Yang Allah telah sempurnakan
agama ini dengan puncak kesempurnaan. Dengan itu berarti engkau masih berada pada
fitrahmu yang salimah (lurus dan benar). Sebagaimana ketika Allah ciptakan para makhluk
dalam keadaan itu. Yaitu Allah menciptakan para makhluk dalam keaadan mengenal-Nya,
mentauhidkan-Nya dan mengakui tidak ada yang berhak disembah selain Allah”11. Syaikh
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Islam adalah agama yang fitrah yang pasti akan
diterima oleh semua orang yang memiliki fitrah yang salimah”.12 Artinya orang yang
memiliki jiwa yang bersih sebagaimana ketika ia diciptakan pasti akan menerima ajaran-
ajaran Islam dengan lapang dada.
Islam artinya berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada-Nya
dalam ketaatan, serta berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya. Karena kesyirikan
merupakan aqidah orang Arab sebelum berkembangnya dakwah Nabi Muhammad
Shallallahu’alaihi Wasallam. Imam Al Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Raja’
Al ‘Atharidi, ia berkata: “Dahulu kami menyembah batu. Apabila kami mendapatkan batu yg
lebih baik, maka kami melemparkannya dan mengambil yg lain. Apabila kami tidak
menemukan batu, kami kumpulkan segenggam tanah, lalu kami bawakan seekor kambing
kemudian kami peraskan susu untuknya. Lalu kami thawaf dengannya”
Lalu diutuslah Sayyidina Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam sebagai Rasul terakhir
dengan membawa agama Islam, tidak hanya untuk orang Arab saja bahkan untuk seluruh
manusia. Beliau diutus di waktu yang tepat yaitu ketika seluruh manusia membutuhkan sosok
yang bisa mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. “Islam dibangun dengan lima
perkata: syahadat ‘laailaha illallah wa anna muhammadar rasulullah’, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, puasa ramadhan dan pergi haji ke baitullah” shahihan.
Syahadat adalah rukun Islam yang pertama dan paling utama. Dengan mengucapkannya
seseorang menjadi seorang muslim secara zhahir. Namun, ia wajib untuk menjalankan
konsekuensi dari kalimat syahadat tesebut. Termasuk di dalamnya adalah mengikhlaskan
ibadah untuk Allah, mengimani hanya kepada-Nya semua ibadah berhak di tujukan.

11
Tafsir Ibnu Katsir, 6/313
12
Ahmadi, 1991 :hal 16
Rukun kedua adalah menegakkan shalat. Shalat adalah hal yang akan ditanyakan pertama
kali di hari kiamat. Allah Ta’ala mengancam orang yang melalaikan shalat atau
mengakhirkannya dalam firman-Nya: “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang
jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak
akan menemui kesesatan” (QS. Maryam: 59).13
Rukun yang ketiga adalah membayar zakat. Zakat adalah kewajiban yang merupakan
tanggung-jawab sosial. Sebagaimana firman Allah: “Berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu
menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian)
dari hartanya memperoleh pahala yang besar” (QS. Al Hadid: 7).14
Rukun yang keempat adalah puasa Ramadhan. Berdasarkan firman Allah Ta’ala: “Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183).15 Dengan puasa,
seorang muslim dilatih untuk mengendalikan nafsu dari kelezatan dan syahwat. Puasa juga
memiliki manfaat dari sisi kesehatan.
Rukun yang kelima adalah pergi haji. Sebagaimana firman Allah Ta’ala: “mengerjakan
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah” (QS. Al Imran: 97).16 Haji hanya diwajibkan sekali dalam seumur
hidup, sebagaimana juga umrah. Ini diwajibkan bagi muslim yang berakal, baligh, merdeka
dan mampu. Anak kecil juga sah bila melakukannya, namun kewajibannya belum gugur
ketika ia sudah baligh dan mampu.17
Islam adalah agama dari Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Ia adalah Dzat
yang memiliki puncak kebijaksanaan dan paling benar petunjuk-Nya. Ia adalah Al Hakiim
(Maha Bijaksana) dan Al Aliim (Maha Menegtahui) terhadap semua yang Ia tentukan dan
putuskan serta pada semua apa yang Ia syariatkan kepada hamba-Nya.
Aspek ajaran Islam terdiri atas 3 hal, yaitu:18
1. Aqidah merupakan fondasi agama Islam yang sifat ajarannya pasti, mutlak
kebenarannya, terperinci dan monoteistis. Inti ajarannya adalah mengesakan Allah SWT.

13
Samsul Nizar, opcit, hal 44
14
Abuddin Nata, 1997 : hal 28
15
Abdullah Hadziq, 2008: hal. 8 – 9
16
Abdullah Hadziq, 2008: hal.11
17
Abuddin Nata, 1997 : hal 29
18
Abuddin Nata, 1997 : hal 32
2. Syariah secara bahasa berarti “jalan yang harus dilalui” sedangkan menurut istilah berarti
“ketentuan hukum Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia
dengan manusia, manusia dengan flora dan founa serta alam sekitarnya.
3. Akhlaq menurut bahasa berarti “perbuatan”, sedangkan menurut istilah adalah aturan
tentang perilaku lahir dan batin yang dapat membedakan antara yang terpuji dan tercela.

4. Fitrah Berihsan
.

Ihsan berasal dari kata Ahsana-Yuhsinu-Ihsaanan yang artinya “berbuat baik”.


Sedangkan pengertian Ihsan menurut istilah adalah menyembah Allah seakan-akan melihat-
Nya jika tidak biasa demikian maka sesungguhnya Allah maha melihat. Maka Ihsan adalah
ajaran tentang penghayatan diri sebagai yang sedang menghadap Allah dan berada di
kehadirat-Nya ketika beribadah.19 Ihsan adalah pendidikan atau latihan untuk mencapai
dalam arti sesungguhnya.
Fitrah berihsan itu berarti potensi asal manusia itu disiapkan untuk berihsan. Ihsan itu
berarti berbuat baik, dan ini termasuk pada kategori akhlak mahmudah. Istilah berbuat baik
ini memiliki tiga makna, yaitu:
a. Berbuat kebaikan kepada orang lain, seperti menolong orang yang terjatuh.
b. Mengerjakan sesuatu dengan sebaik-baiknya, rela berkorban besar untuk meraih
sesuatu. Anda tidak akan pernah unggul jika berfikir dan bertindak normal.
c. Mengerjakan segala bentuk ibadah dengan rasa seperti melihat-Nya yang sedang
memperhatikan perbuatan kita
Firman Allah dalam Al-Quran dan sabda Nabi saw. tentang fitrah berihsan: Dia yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya (QS. Al Mulk:2). Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi
sebagai perhiasan baginya agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik
amalnya (QS. 18:7). Orang-orang yang berjihad untuk Kami benar-benar akan kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang yang berbuat baik (QS. Al-Ankabut:69). Berbuat baiklah seperti Allah telah berbuat
baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang suka berbuat kerusakan (Al-Qashash:77).20 Dan sabda Nabi:
Sesungguhnya Allah mewajibkan berihsan pada segala sesuatu. Jika kamu membunuh,

19
Chalil, 2008: hal 65
20
Muhammad Daud, 1998:hal 24
bunuhlah dengan sebaik-baiknya, dan jika menyembelih hewan, sembelihlah dengan sebaik-
baiknya dengan mengasah pisau setajam mungkin, agar ringan penderitaan qurbanmu.21
Ihsan mempunyai landasan yaitu :
1. Landasan Qauli”sesungguhnya Allah telah mewajibkan untuk berbuat Ihsan terhadap
segala sesuatu” (HR. Muslim). Tuntutan untuk berbuat Ihsan dalam Islam yaitu secara
maksimal dan optimal.
2. Ladasan Kauny Dengan melihat fenomena dalam kehidupan ini, secara sunnatullah
setiap orang suka akan berbuat ihsan
Alasan berbuat Ihsan.
1. Adanya monitoring Allah (muraqaabatullah).
 Ikhlasunniyat (niat yang ikhlas)
 Itqanul ‘amal (amal yang rapi)
 Jaudatul adaa’ (penyelesaian yang baik)
2. Adanya kebaikan Allah (ihsanullah).
Keuntungan seseorang jika beramal yang ihsan antara lain:
1. Dicintai oleh Allah
2. Medapatkan pahala
3. Mendapatkan pertolongan Allah
Ihsan ini bisa berkembang maksimal dengan kinerja yang benar, faidza ‘azamta
fatawakkal ‘alallah. Setelah beriman kepada-Nya dan patuh pada petunjuk-Nya, maka kinerja
yang maksimal dalam segala aktivitas menunaikan kewajiban, senantiasa merasa melihat
kepada-Nya, sebagai pekerja keras dalam menghamba dan pekerja keras dalam berkarya.

21
Samsul Nizar, 2001: hal 78

Anda mungkin juga menyukai