ELITA MAULIDA
1132070018
BANDUNG
2016
A. Latar Belakang Masalah
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Permendikbud nomor 59 tahun 2013 tentang mata
pelajaran fisika, fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
merupakan usaha sistematis dalam rangka membangun dan mengorganisasikan pengetahuan
dalam bentuk penjelasan-penjelasan yang dapat diuji dan mampu memprediksi gejala alam.
Dalam memprediksi gejala alam diperlukan kemampuan pengamatan yang dilanjutkan
dengan penyelidikan melalui kegiatan metode ilmiah. Di dalamnya, terdapat (1) proses
memperoleh informasi melalui metode empiris (empirical method); (2) informasi yang
diperoleh melalui penyelidikan yang telah ditata secara logis dan sistematis; dan (3) suatu
kombinasi proses berpikir kritis yang menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan
valid. Fisika sebagai proses/ metode penyelidikan meliputi cara berpikir, sikap dan langkah-
langkah kegiatan saintis. (Tuliskan rujukan atau sumbernya).
2
menempati peringkat 64 dari 65 negara peserta, atau dengan kata lain menempati peringkat
kedua terbawah dari seluruh negara peserta PISA. (Kurnia & Fathurohman, 2014).
Berdasarkan kondisi yang terjadi saat ini, literasi sains Indonesia masih tertinggal cukup
jauh dibandingkan dengan negara lain. Hasil studi internasional melalui Programme for
International Student Assesment (PISA) tersebut dapat dijadikan rujukan mengenai
rendahnya literasi sains anak-anak Indonesia dibandingkan dengan negara lain.(Sandi, 2013)
Fenomena lingkungan atau fenomena alam di Indonesia berupa Sumber Daya Alam dan
Mineral, energi baru dan terbarukan, dan mitigasi bencana sangatlah banyak. Peserta didik
hendaknya dapat memahani fenomena alam ini dengan baik. Pemahaman terhadap fenomena
alam dapat dilakukan dengan digunakannya pendekatan saintifik. Penggunaan pendekatan
saintifik dengan model 5M dapat meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik
(Chaerul Rochman, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan santifik dapat
meningkatkan kemampuan literasi sains. Berkaitan dengan itu, apakah kemampuan literasi
sumber daya alam dapat ditingkatkan dengan pemberian bahan pengayaan. Kajian dan
telahaan ini belum banyak dilakukan, padahal upaya ini sangat penting mengingat demikian
3
luasnya sumber daya alam dan mineral, energi baru dan terbarukan serta mitigasi bencana
yang dihadapi oleh peserta didik.
Berkaitan dengan rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik dalam menjelaskan
fenomena dalam kehidupan sehari-hari dan secara saintifik, maka berimplikasi juga terhadap
rendahnya kemampuan literasi sains mereka terhadap pemanfaatan sumber daya alam sekitar
tempat mereka tinggal. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan dalam kemampuan literasi
sains peserta didik terhadap pemanfaatan sumber daya alam. Peningkatan kemampuan
literasi sains peserta didik juga tidak terlepas dari pentingnya peningkatan literasi peserta
didik melalui mata pelajaran fisika. Salah satu solusi peningkatan literasi sains fisika yaitu
melalui pengembangan bahan pengayaan yang selama ini belum terakomodasi oleh
kompetensi dasar. Kemampuan literasi peserta didik yang dijaring melalui instrumen pada
studi pendahuluan yang meliputi Literasi (yang terdiri dari konsep fisika yang terkait; proses
sains pemanfaatan sumber daya alam, konteks/manfaat dan dampak; dan sikap/penyikapan
terbaik yang merupakan bagian dari karakter peserta didik)
Kemampuan
Aspek Literasi Sains Rata-Rata Skor
Nilai (dalam %)
Konten ............. 14.58
Konteks ............. 49.32
Proses ............. 22.92
Sikap ............. 41.22
4
Rata-rataJumlah ............. 32.01
prosentase rata-rata
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa skor rata-rata (pada rentang 0-4) untuk setiap
aspek literasi adalah……atau ……..% prosentase rata-rata kemampuan literasi sains pada
konsep pengolahan kapur peserta didik SMAN 1 Jampangtengah yang berada di sekitar
wilayah industri pengolahan kapur hanya pada skala 32.01 %. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan pemahaman mereka tentang adanya industri pengolahan kapur yang
memanfaatkan sumber daya alam sekitar berupa batuan yang sarat akan penerapan
konsep-konsep sains khususnya fisika dapat dikatakan rendah. Hal ini menunjukkan
Rendahnya informasi dan kepedulian mereka terhadap berbagai gejala alam dan
fenomena sains dipadang mengkhatirkan akan rendahnya sikap atau kepedulian merka
terhadap kekayaan alam lingkungannya. Sehingga rendahnya tingkat literasi ini akan
menunjukkan kurang kontekstualnya pembelajaran sains selama ini.
Menurut Diana, Rachmatulloh, & Rahmawati (2015), rendahnya kemampuan
literasi sains peserta didik Indonesia ini dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain
kurikulum dan sistem pendidikan, pemilihan metode dan model pengajaran oleh guru,
sarana dan fasilitas belajar, sumber belajar, bahan ajar, dan lain sebagainya. Pernyataan
ini sejalan dengan hasil penelitian Ekohariadi (2009) (dalam Puspaningtyas, 2015) yaitu
salah faktor yang penyebab rendahnya literasi sains siswa serta berkaitan langsung dan
bersifat dekat dengan siswa adalah sumber belajar, baik dari buku ajar maupun dari
sumber lainnya
Berkaitan dengan bahan ajar, bahan ajar begitu penting karena bahan ajar merupakan
salah satu dari sumber belajar berupa segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Depdiknas, 2008)
(dalam Amalia, A. (2015). Selain itu, menurut Wilkinson (1999) dalam (Safitri,
Rusilowati, & Sunarno, 2015), bahan ajar merupakan alat dalam proses pembelajaran
yang penting karena menyampaikan beberapa informasi kepada siswa dan mempengaruhi
bagaimana siswa memandang suatu ilmu. Selanjutnya, Arlitasari et al., (2013)
menjelaskan bahwa, ahan ajar tersebut bukan hanya sebagai pedoman guru saja, namun
juga untuk pendamping peserta didik dalam membentuk pola pikir ketika belajar,
5
sehingga mereka tidak hanya sebatas mengetahui pengetahuan dan konsep namun juga
mengetahui ilmu secara luas dan mendalam. Karena begitu pentingnya sebagai sumber
belajar, pengembangan bahan ajar dilakukan untuk mengembangkan bahan ajar yang
sudah tersedia namun masih dapat dikembangkan dengan model-model pengembangan
yang bervariasi sesuai dengan analisis kebutuhan masyarakat (Arlitasari et al., 2013)
Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya pengembangan bahan ajar yang dapat
disesuaikan dengan analisis kebutuhan masyarakat yaitu salah satunya memberikan
pengayaan peserta didik terhadap mata pelajaran fisika yang dapat meningkatkan
kemampuan literasi sains peserta didik. Bahan pengayaan ini akan relevan dalam
mengembangkan pemahaman terhadap sains khususnya fisika sebagai fenomena yang
memiliki muatan konsep, proses, konteks maupun sikap yang berkaitan dengan fenomena
dalam kehidupan sehari-hari. Bahan ajar pengayaan tersebut melibatkan pemahaman
terhadap konsep fisika dan fenomena. proses terjadinya fenomena tersebut, konteks
fenomena tersebut dalam kehidupan serta dorongan menunjukkan sikap positif terhadap
fenomena sehingga timbul sikap peduli, tanggung jawab, dan sangup menerapkan dalam
kehidupannya sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana pengembangan bahan ajar sebagaui pengayaan mata pelajaran fisika pada
6
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini dalam pelakasanaannya lebih terfokus dan memberikan gambaran
yang jelas, maka masalah yang dibahas dibatasi pada aspek-aspek yang menjadi fokus
penelitian, yaitu : kemampuan literasi sains yang diambil dalam penelitian ini adalah konsep
pengolahan kapur yang merupakan salah satu pemanfaatan sumber daya alam di wilayah
kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi Jawa Barat yang meliputi antara lain
proses pengolahan batu menjadi kapur, konsep fisika yang terlibat pada proses pengolahan
kapur, manfaat dan dampak dari adanya pengolahan kapur, serta sikap peserta didik terhadap
D. Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan bahan pengayaan mata pelajaran fisika pada konsep pengolahan kapur.
2. Mendapatkan data tentang kemampuan literasi sains konsep pengolahan kapur pada
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Sulabumi
7
2. Manfaat Praktis
b. Bagi peserta didik, meningkatkan kemampuan literasi sains dan sebagai bahan
literasi pengolahan kapur yang merupakan pemanfaatan sumber daya alam berupa
c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini berupa bahan ajar sebagai pengayaan yang dapat
konsep pengolahan kapur yang merupakan salah satu pemanfaatan sumber daya
alam berupa batuan yang dapat diamati di sekitar lingkungan peserta didik.
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dari setiap istilah yang digunakan dalam
berikut :
1. Bahan pengayaan mata pelajaran fisika pada konsep pengolahan kapur yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah bahan bacaan tentang proses proses pengolahan
batu menjadi kapur, konsep fisika yang terlibat pada proses pengolahan kapur,
manfaat dan dampak dari adanya pengolahan kapur, serta sikap terhadap adanya
manfaat dan dampak pengolahan kapur. Keempat aspek ini merujuk pada liteasi sains
2. Kemampuan literasi sains pada konsep pengolahan kapur yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam memahami aspek konten yaitu
8
yang kemampuan menjelaskan konsep pengolahan kapur dan konsep fisika yang
kapur. Aspek konteks yaitu menjelaskan pemanfaatan dari konsep fisika yang
yaitu mengenai respon dan perilaku peserta didik terhadap adanya pemanfaatan batu
G. Kerangka Berpikir
proses serta sikap terhadap konsep-konsep fisika dan fenomena alam yang berhubungan
dengan fisika. Namun, peserta didik hanya terpaku pada rumus dan kurang memahami
makna dari pembelajaran fisika. Secara kontekstual peserta kurang memahami bagaimana
konsep fisika dapat menjelaskan lingkungan sekitar dan pemanfaatannya dalam kehidupan
sehari-hari terutama pemanfaatan sumber daya alam di sekitar lingkungan peserta didik.
Padahal sehari-hari disekitar lingkungan hidup peserta didik banyak sumber daya alam yang
dapat dimanfaatkan salah satunya yaitu batuan yang dapat dijadikan bahan dasar untuk
pengolahan kapur.
Oleh karena itu, perlu diberikan bahan pengayaan yang berbasis pada pemanfaatan
sumber daya alam sekitar peserta didik tinggal. Dengan demikian, bahan pengayaan mata
pelajaran fisika yang didasarkan kepada potensi daerah akan memberikan kontribusi terhadap
kemampuan atau tingkat literasi peserta didik. Berdasarkan kajian di atas, maka kerangka
9
- Bahan ajar hanya menekankan
kepada buku peserta didik
yang bersifat tekstual
- Rendahnya literasi sains
peserta didik
Perlakukan
penggunaan bahan Pengolahan dan
Peningkatan Kemampuan
pengayaan pada Analisis
Literasi Sains
peserta didik
Kesimpulan
H. Hipotesis Penelitian
Ho: Tidak terdapat peningkatan literasi sains fisika konsep pengolahan kapur setelah
diberikan bahan pengayaan mata pelajaran fisika pada konsep pengolahan kapur
10
Ha: Terdapat peningkatan literasi sains fisika konsep pengolahan kapur setelah diberikan
I. Metode Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Jenis data yang akan di ambil dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif.
Berikut ini data kuantitatif dan kualitatif yang akan diperoleh dari penelitian:
a. Data kuantitatif berupa skor kemampuan literasi (yang terdiri skor aspek konsep,
proses, konteks, dan sikap) dan prosentasi keterbacaan bahan pengayaan. Data
kemampuan literasi diperoleh dengan mengggunakan tes tulis pada pres dan post test.
Data prosentase keterbacaan bahan pengayaan diperoleh dari penilaian guru Fisika dan
pertimbangan ahli. tentang peningkatan literasi sains peserta didik diperoleh dari
normal gain pretest dan posttest dengan memberikan bahan pengayaan mata pelajaran
fisika konsep pengolahan kapur. Selain itu, data tentang tingkat atau prosentase
b. Data kualitatif berupa jawaban lembar kegiatan peserta didik (LKPD) yang diberikan
ketika bahan pengayaan diperoleh oleh peserta didik untuk dibaca di luar kelas. Selain
pengolahan kapur
2. Lokasi Penelitian
11
Pada penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SMAN 1 Jampangtengah Kabupaten
Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Adapun alasan memilih sekolah tersebut sebagai lokasi
penelitian yaitu pertama, sekolah tersebut terletak cukup dekat dengan beberapa industri
literasi konsep pengolahan kapur masih rendah, oleh karena itu dengan diberikannya bahan
pengayaan konsep pengolahan kapur ini diharapkan dapat meningkatkan literasi sains
. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas XI IPA
menggunakan simple random sampling. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara
mengundi satu kelas dari sejumlah kelas XI IPA pada sekolah tersebut.
Metode penelitian yang akan digunakan adalah pre-eksperimental. Pada penelitian ini
diberikan perlakukan pada suatu kelas yang menjadi sampel dengan memberikan bahan
Desain penelitian pembelajaran yang digunakan adalah one group pretest posttest design.
sebelum dan sesudah diberi perlakuan diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
12
Pretest Treatment Postest
O1 X O2
Keterangan :
O1 : Pretest
X : Perlakuan dengan memberikan bahan pengayaan
O2 : Posttest
5. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan yaitu:
1) Tahap perencanaan
menyangkut aspek kemampuan konsep, proses, konteks dan sikap peserta didik
d) Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat dan inovatif
13
f) Menentukan materi atau bahan ajar
2) Tahap pelaksanaan
c. Melakukan pretest
lembar kegiatan peserta didik untuk dibaca dan diisi dengan rentang waktu 1 – 2
minggu.
e. Melaksanakan posttest
3) Tahap akhir
c. Membuat kesimpulan
14
Studi Pendahuluan
Telaah Kurikulum
Studi Pustaka Kajian Pustaka
Merumuskan Masalah
Analisis Instrumen
Prettest
6. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam seluruh rangkaian penelitian ini, yaitu terdiri dari tes
awal (pretest) dan tes akhir (posttest) sebagai alat ukur untuk meningkatkan kemampuan literasi
a. Bahan Pengayaan
15
Bahan Pengayaan digunakan untuk mendapatkan data keterbacaan bahan pengayaan
penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam memahami informasi yang optimaal
tentang aspek konten pengolahan kapur yang terjadi di daerah; informasi tentang
atau grafik atau sketsa; informasi konteks pengolahan kapur berupa berbagai manfaat
pengolahan kapur, dampak pengulahan kapur terhadap lingkungan; dan berbagai piihan
saran dan peringatan tentang sikap yang perlu dan tidak perlu dilakkan oleh peserta didik
konsep pengolahan kapur dan konsep fisika yang berkaitan. Aspek proses berupa, yaitu
menjelaskan proses pengolahan kapur. Aspek konteks yaitu menjelaskan pemanfaatan dari
konsep fisika yang berkaitan dengan pengolahan kapur di dalam kehidupan sehari-hari.
Aspek sikap, yaitu mengenai respon dan perilaku peserta didik terhadap adanya pemanfaatan
batu yang diolah menjadi kapur. Bahan pengayaan diberikan kepada sejumlah peserta didik
sebagaimana sampel setelah mereka diberikan pretest. Bahan pengayaan dibaca dan ditelaah
selama 1 – 2 minggu.
b. LKPD
LKPD digunakan untuk mendapatkan data tentang keterbacaan bahan pengayaan konsep
pengolahan kapur. Jumlah pertanyaan yang harus diisi adalah 4 buah yang terdiri dari
pertanyaan konten, konteks, proses dan sikap. LKPD diberikan bersamaan dengan
16
3. Test literasi pengolahan kapur ini digunakan untuk mendapatkan data tentang
kapur. Ruang lingkup tes literasi konsep sungai terdiri dari kemampuan konsep
pengolahan kapur dan konsep fisika yang berkaitan, proses pengolahan kapur,
pemanfaatan dari konsep fisika yang berkaitan dengan pengolahan kapur di dalam
kehidupan sehari-hari, serta respon dan perilaku peserta didik terhadap adanya
pemanfaatan batu yang diolah menjadi kapur. Bentuk soal tes literasi konsep
pengolahan kapur sungai adalah test pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 40
buah dengan 4 atau 5 pilihan jawaban. Tes diberikan di awal sebagai pretest dan di
akhir sebagai posttest. Rentang waktu pemberian tes selama satu atau dua minggu.
b. Analisis LKPD
Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, tes kemampuan literasi sains diuji
kelayakannya terlebih dahulu secara kualitatif dan kuantitatif. Pada prinsipnya butir
soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal. Aspek yang
17
diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah dari
penunjang seperti: (a) kisi-kisi tes, (b) kurikulum yang digunakan (4) buku sumber
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penelitian minimal dua macam,
yaitu validitas dan reabilitas, uji daya pembeda dan uji tingkat kesukaran. Pada
penelitian ini hasil belajar yaitu pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan
3) Uji Validitas
n XY ( X )( Y )
rxy
n X 2
( X ) 2 n Y 2 ( Y ) 2
(Arikunto, 2013: 213)
Keterangan :
𝑟𝑋𝑌 = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y atau dua variabel yang
dikorelasikan
𝑋 = skor tiap soal
𝑌 = skor total
𝑁 = banyaknya peserta didik
Nilai 𝑟𝑥𝑦 yang didapat kemudian diinterpetasikan terhadap tabel nilai r, sebagai berikut:
18
0,00 – 0,20 Sangat rendah
0,20 – 0,40 Rendah
0,40 – 0,60 Cukup
0,60 – 0,80 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
(Arikunto, 2007 : 89)
4) Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat keajegan tes, yang artinya bahwa setiap hasil
pengukuran dengan menggunakan soal tes itu harus tetap sama (relatif sama) Jika
pengukurannya diberikan kepada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang
yang berbeda, waktu dan tempat yang berbeda. Reabilitas perangkat soal digunakan
rumus (product momen) dari Pearson, menggunakan rumus alpha untuk soal uraian .
Untuk mencari reabilitas soal uraian, setelah kita menggunakan product momen dari
Pearson lalu kita menghitung rumus koreksiannya, yaitu menggunakan rumus Alpha:
𝑛 𝐷𝐵2 𝑗 − Σ𝐷𝐵2 𝑖
𝑟= 𝑥
𝑛−1 𝐷𝐵2 𝑗
Keterangan:
N = jumlah data
𝐷𝐵 2 𝑗 = variasi skor seluruh soal perorangan
Σ𝐷𝐵 2 𝑖 = jumlah variansi skor soal ke-i
Setelah didapatkan nilai kemudian diinterpretasikan terhadap tabel nilai 𝑟11 seperti
dibawah ini:.
Range Interpretasi
0,00 r11 0,20 Sangat rendah (SR)
0,21 r11 0,40 Rendah (R)
0,41 r11 0,60 Sedang (S)
0,61 r11 0,80 Tinggi (T)
19
0,81 r11 1,00 Sangat tinggi (ST)
Indeks kesukaran soal adalah peluang menjawab soal benar pada suatu soal dalam
persentase indeks kesukaran semakin mudah soal tersebut. Rumus yang digunakan
∑𝑥
𝑝=𝑆 (Surapranata, 2004 : 12)
𝑚𝑁
Keterangan :
P = Proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran
∑ 𝑥 = Banyaknya peserta tes yang menjawab benar
𝑆𝑚 = Skor maksimum
𝑁 = Jumlah peserta tes
Table 5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
P Klasifikasi Soal
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 2007: 225)
8) Daya Pembeda
∑𝐴 ∑𝐵
𝐷= −
𝑛𝐴 𝑛𝐵
(Surapranata, 2004 : 31)
Keterangan :
D = Indeks daya pembeda
∑ 𝐴 = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas
∑ 𝐵 = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah
𝑛𝐴 = Jumlah peserta tes kelompok atas
𝑛𝐵 = Jumlah peserta tes kelompok bawah
20
Nilai Daya Pembeda Interpretasi
0,00 – 0,20 Jelek (Poor)
0,21 – 0,40 Cukup (Satisfactory)
0,41 – 0,70 Baik (Good)
0,71 – 1,00 Baik Sekali (Excellent)
(Arikunto, 2007 : 232)
Analisis hasil tes kemampuan literasi sains peserta didik dilaksanakan dengan cara
membandingkan hasil pretest dan posttest pada pembelajaran materi kalor. Prosedur yang
digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian berupa tes instrumen uraian, yaitu
Keterangan:
S = nilai yang diharapkan (dicari)
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = skor maksimum dari tes tersebut
Sedangkan untuk mengetahui peningkatan kemampuan literasi sains peserta didik, maka
digunakan nilai normal gain (d) dengan persamaan:
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠
𝑑=
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠
21
1). Uji normalitas
Untuk mengetahui normalitas data, yang diperoleh dari data pretest dan posttest,
(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ)2
𝜒2 = ∑
𝑓ℎ
(Sugiyono, 2016:107)
Keterangan :
2 = chi kuadrat
f0 = frekuensi observasi
fh = frekuensi ekspektasic
berikut:
(a) Menentukan jumlah kelas interval. Untuk pengujian normalitas dengan Chi kuadrat ini,
jumlah kelas interval ditetapkan = 6. Hal ini sesuai dengan 6 bidang yang ada kurva
normal baku.
(e) Memasukkan nilai-nilai dalam Tabel penolong, sehingga didapat chi kuadrat.
(f) Membandingkan harga chi kuadrad hitung dengan chi kuadrad tabel. Jika
2) Uji Hipotesis
22
Uji hipotesis, dimaksudkan untuk melihat keterlaksanaan Metode Literasi atau
ditolaknya hipotesis yang diajukan. Uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan
(a) Apabila data berdistribusi normal maka digunakan statistik parametris yaitu dengan
𝑀𝑑
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
2 (∑ 𝑑)2
√∑ 𝑑 − 𝑛
𝑛 . (𝑛 − 1)
𝛴𝑑
𝑀𝑑 =
𝑛
Keterangan :
Md (Mean of Diference ) = Nilai rata-rata hitung dari beda/selisih antara skor pretest dan
posttest
d = gain
n = jumlah subjek
(c) Mencari harga tTabel yang tercantum pada tabel nilai “t” dengan berpegang pada derajat
kebebasan (db) yang telah diperoleh, baik pada taraf signifikansi 1 % ataupun 5 %.
(d) Melakukan perbandingan antara thitung dan tTabel : Jika thitung lebih besar atau sama
dengan tTabel maka Ho ditolak, sebaliknya Ha diterima atau disetujui yang berarti
terdapat Peningkatkan keterampilan literasi sains peserta didik. Jika thitung lebih kecil
daripada tTabel maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak terdapat
(e) Apabila data terdistribusi tidak normal maka dilakukan dengan uji wilcoxon macth
pairs test.
T T Dengan:
z
T
23
T = jumlah jenjang/ rangking yang terendah
n( n 1)( 2n 1)
T
24
n( n 1)
T
T T 4
z
T n( n 1)( 2n 1)
24
Kriteria
Zhitung> ZTabel maka H0 ditolak, Ha diterima
Zhitung< ZTabel maka H0 diterima, Ha ditolak (Sugiyono, 2013: 136)
Jadwal Penelitian
No Tahapan Penelitian Waktu Keterangan
Pelaksanaan
1 Kajian Pustaka
2 Studi Pendahuluan
3 …..
DAFTAR PUSTAKA
Arlitasari, O., Pujayanto, & Budiharti, R. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Ipa Terpadu, 1(1), 81–89.
Chaerul Rochman. (2015). Penerapan Pembelajaran Berbasis Scientific Approach Model 5M dan Analisis
Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik pada Sekolah Mitra Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung. In Seminar Kontribusi Fisika (pp. 435–440).
Diana, S., Rachmatulloh, A., & Rahmawati, E. S. (2015). Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa SMA
Berdasarkan Instrumen Scientific Literacy Assesments ( SLA ) High School Students ’ Scientific
Literacy Profile Based on Scientific Literacy Assessments ( SLA ) Instruments, 285–291.
Kurnia, F., & Fathurohman, A. (2014). Analisis bahan ajar fisika sma kelas xi di kecamatan indralaya
utara berdasarkan kategori literasi sains, 1(1), 43–47.
Nadhifatuzzahro, D., Setiawan, B., & Sudibyo, E. (2015). Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas VII-B
SMP Negeri 1 Sumobito Melalui Pembuatan Jamu Tradisional, 21–27.
Safitri, A. ., Rusilowati, A., & Sunarno. (2015). revisi produk awal revisi produk revisi produk akhir,
24
4(2).
Sandi, M. I. (2003). Mochmad Irsyan Sandi, 2013 Analisis Buku Ajar Fisika SMA Kelas X Di Kota
Bandung Berdasarkan Kategori Literasi Sains Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu, 1–9.
Sriyati, S., & Mukhayati. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Perubahan Lingkungan Berbasis Realitas
Lokal dan Literasi Lingkungan Developing Environmental Teaching Materials Based on Local
Context and Environmental Literacy, 151–161.
Kariadinata, Rahayu dan Abdurrahman, Maman (2011). Dasar-dasar Statistik Pendidikan. Bandung :
Pustaka Setia
Arikunto, Suharsimi. (2009).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
25