Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PENELITIAN

PENGEMBANGAN BAHAN PENGAYAAN MATA PELAJARAN FISIKA UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS PENGOLAHAN KAPUR PADA
PESERTA DIDIK SMAN 1 JAMPANGTENGAH DI KABUPATEN SUKABUMI JAWA
BARAT

ELITA MAULIDA

1132070018

PRODI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2016
A. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Permendikbud nomor 59 tahun 2013 tentang mata
pelajaran fisika, fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
merupakan usaha sistematis dalam rangka membangun dan mengorganisasikan pengetahuan
dalam bentuk penjelasan-penjelasan yang dapat diuji dan mampu memprediksi gejala alam.
Dalam memprediksi gejala alam diperlukan kemampuan pengamatan yang dilanjutkan
dengan penyelidikan melalui kegiatan metode ilmiah. Di dalamnya, terdapat (1) proses
memperoleh informasi melalui metode empiris (empirical method); (2) informasi yang
diperoleh melalui penyelidikan yang telah ditata secara logis dan sistematis; dan (3) suatu
kombinasi proses berpikir kritis yang menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan
valid. Fisika sebagai proses/ metode penyelidikan meliputi cara berpikir, sikap dan langkah-
langkah kegiatan saintis. (Tuliskan rujukan atau sumbernya).

Sehubungan dengan berpikir, sikap dan langkah-langkah kegiatan saintis, maka


pembelajaran fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta,
konsep, atau prinsip saja tetapi merupakan proses penemuan. Pembelajaran fisika akan lebih
bermakna jika memberikan pengalaman secara langsung kepada peserta didik agar memiliki
kemampuan mengaitkan konsep fisika yang dipelajari sewaktu dikelas dengan fenomena
alam sekitar. Untuk mencapai kemampuan tersebut, maka peserta didik diharapkan mampu
berpikir secara analisis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan fenomena alam sekitar yang diperoleh dari kemampuan literasi sains dalam
pembelajaran. Kemampuan literasi sains merupakan kemampuan menggunakan konsep sains
unuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, menjelaskan fenomena ilmiah serta
menggambarkan fenomena tersebut berdasarkan bukti-bukti ilmah (OECD, 2007) dalam
(Yuliyanti & Rusilowati, 2014).

Berkaitan dengan kemampuan literasi sains pada pembelajaran, maka kondisi


kemampuan literasi sains siswa Indonesia berdasarkan laporan hasil PISA 2012 (OECD,
2013) dituliskan bahwa rata-rata nilai sains siswa Indonesia adalah 382, dimana Indonesia

2
menempati peringkat 64 dari 65 negara peserta, atau dengan kata lain menempati peringkat
kedua terbawah dari seluruh negara peserta PISA. (Kurnia & Fathurohman, 2014).

Berdasarkan kondisi yang terjadi saat ini, literasi sains Indonesia masih tertinggal cukup
jauh dibandingkan dengan negara lain. Hasil studi internasional melalui Programme for
International Student Assesment (PISA) tersebut dapat dijadikan rujukan mengenai
rendahnya literasi sains anak-anak Indonesia dibandingkan dengan negara lain.(Sandi, 2013)

Tertinggalnya kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia bila dibandingkan


dengan negara lain juga disebabkan kurangnya kemampuan peserta didik dalam menjelaskan
fenomena dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep sains karena menurut
Nadhifatuzzahro, Setiawan, & Sudibyo (2015) menegaskan bahwa kemampuan peserta didik
dalam menjelaskan fenomena dalam kehidupan sehari-hari secara saintifik menjadi salah satu
kompetensi literasi sains. Selain itu, Sriyati & Mukhayati (2015) menjelaskan bahwa hasil
analisis hasil PISA 2006 yang dilakukan oleh OECD (2006) juga menunjukkan bahwa
kesadaran peserta didik terhadap isu-isu lingkungan sejalan dengan tingkat pengetahuan dan
kecakapan literasi sains lingkungannya, dimana peserta didik yang lebih familiar terhadap
fenomena lingkungan yang kompleks ternyata memiliki kecakapan yang tinggi pada literasi
sains lingkungannya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan peserta didik
yang kurang dalam menjelaskan fenomena dalam kehidupan sehari-hari secara saintifik dan
kurang familiar dengan fenomena lingkungan sekitarnya memiliki kemampuan literasi sains
yang rendah.

Fenomena lingkungan atau fenomena alam di Indonesia berupa Sumber Daya Alam dan
Mineral, energi baru dan terbarukan, dan mitigasi bencana sangatlah banyak. Peserta didik
hendaknya dapat memahani fenomena alam ini dengan baik. Pemahaman terhadap fenomena
alam dapat dilakukan dengan digunakannya pendekatan saintifik. Penggunaan pendekatan
saintifik dengan model 5M dapat meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik
(Chaerul Rochman, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan santifik dapat
meningkatkan kemampuan literasi sains. Berkaitan dengan itu, apakah kemampuan literasi
sumber daya alam dapat ditingkatkan dengan pemberian bahan pengayaan. Kajian dan
telahaan ini belum banyak dilakukan, padahal upaya ini sangat penting mengingat demikian

3
luasnya sumber daya alam dan mineral, energi baru dan terbarukan serta mitigasi bencana
yang dihadapi oleh peserta didik.

Berkaitan dengan rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik dalam menjelaskan
fenomena dalam kehidupan sehari-hari dan secara saintifik, maka berimplikasi juga terhadap
rendahnya kemampuan literasi sains mereka terhadap pemanfaatan sumber daya alam sekitar
tempat mereka tinggal. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan dalam kemampuan literasi
sains peserta didik terhadap pemanfaatan sumber daya alam. Peningkatan kemampuan
literasi sains peserta didik juga tidak terlepas dari pentingnya peningkatan literasi peserta
didik melalui mata pelajaran fisika. Salah satu solusi peningkatan literasi sains fisika yaitu
melalui pengembangan bahan pengayaan yang selama ini belum terakomodasi oleh
kompetensi dasar. Kemampuan literasi peserta didik yang dijaring melalui instrumen pada
studi pendahuluan yang meliputi Literasi (yang terdiri dari konsep fisika yang terkait; proses
sains pemanfaatan sumber daya alam, konteks/manfaat dan dampak; dan sikap/penyikapan
terbaik yang merupakan bagian dari karakter peserta didik)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan di SMAN 1


Jampangtengah, kabupaten Sukabumi Jawa Barat pada tanggal 14 November 2016, peneliti
memberikan empat soal yang mengukur empat aspek literasi sains yaitu konten, konteks,
proses dan sikap. Empat soal tersebut mengenai literasi sains fisika pada pemanfaatan
sumber daya alam sekitar yaitu pemanfaatn batu yang diolah menjadi kapur. Soal literasi
sains tersebut diberikan kepada 37 peserta didik kelas XI IPA 1 SMAN 1 Jampangtengah,
diperoleh data seperti tampak pada tabel berikut.

Table 1 Prosentase Kemampuan Literasi Sains Siswa Konsep Pengolahan Kapur

Kemampuan
Aspek Literasi Sains Rata-Rata Skor
Nilai (dalam %)
Konten ............. 14.58
Konteks ............. 49.32
Proses ............. 22.92
Sikap ............. 41.22

4
Rata-rataJumlah ............. 32.01
prosentase rata-rata

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa skor rata-rata (pada rentang 0-4) untuk setiap
aspek literasi adalah……atau ……..% prosentase rata-rata kemampuan literasi sains pada
konsep pengolahan kapur peserta didik SMAN 1 Jampangtengah yang berada di sekitar
wilayah industri pengolahan kapur hanya pada skala 32.01 %. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan pemahaman mereka tentang adanya industri pengolahan kapur yang
memanfaatkan sumber daya alam sekitar berupa batuan yang sarat akan penerapan
konsep-konsep sains khususnya fisika dapat dikatakan rendah. Hal ini menunjukkan
Rendahnya informasi dan kepedulian mereka terhadap berbagai gejala alam dan
fenomena sains dipadang mengkhatirkan akan rendahnya sikap atau kepedulian merka
terhadap kekayaan alam lingkungannya. Sehingga rendahnya tingkat literasi ini akan
menunjukkan kurang kontekstualnya pembelajaran sains selama ini.
Menurut Diana, Rachmatulloh, & Rahmawati (2015), rendahnya kemampuan
literasi sains peserta didik Indonesia ini dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain
kurikulum dan sistem pendidikan, pemilihan metode dan model pengajaran oleh guru,
sarana dan fasilitas belajar, sumber belajar, bahan ajar, dan lain sebagainya. Pernyataan
ini sejalan dengan hasil penelitian Ekohariadi (2009) (dalam Puspaningtyas, 2015) yaitu
salah faktor yang penyebab rendahnya literasi sains siswa serta berkaitan langsung dan
bersifat dekat dengan siswa adalah sumber belajar, baik dari buku ajar maupun dari
sumber lainnya

Berkaitan dengan bahan ajar, bahan ajar begitu penting karena bahan ajar merupakan
salah satu dari sumber belajar berupa segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Depdiknas, 2008)
(dalam Amalia, A. (2015). Selain itu, menurut Wilkinson (1999) dalam (Safitri,
Rusilowati, & Sunarno, 2015), bahan ajar merupakan alat dalam proses pembelajaran
yang penting karena menyampaikan beberapa informasi kepada siswa dan mempengaruhi
bagaimana siswa memandang suatu ilmu. Selanjutnya, Arlitasari et al., (2013)
menjelaskan bahwa, ahan ajar tersebut bukan hanya sebagai pedoman guru saja, namun
juga untuk pendamping peserta didik dalam membentuk pola pikir ketika belajar,

5
sehingga mereka tidak hanya sebatas mengetahui pengetahuan dan konsep namun juga
mengetahui ilmu secara luas dan mendalam. Karena begitu pentingnya sebagai sumber
belajar, pengembangan bahan ajar dilakukan untuk mengembangkan bahan ajar yang
sudah tersedia namun masih dapat dikembangkan dengan model-model pengembangan
yang bervariasi sesuai dengan analisis kebutuhan masyarakat (Arlitasari et al., 2013)

Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya pengembangan bahan ajar yang dapat
disesuaikan dengan analisis kebutuhan masyarakat yaitu salah satunya memberikan
pengayaan peserta didik terhadap mata pelajaran fisika yang dapat meningkatkan
kemampuan literasi sains peserta didik. Bahan pengayaan ini akan relevan dalam
mengembangkan pemahaman terhadap sains khususnya fisika sebagai fenomena yang
memiliki muatan konsep, proses, konteks maupun sikap yang berkaitan dengan fenomena
dalam kehidupan sehari-hari. Bahan ajar pengayaan tersebut melibatkan pemahaman
terhadap konsep fisika dan fenomena. proses terjadinya fenomena tersebut, konteks
fenomena tersebut dalam kehidupan serta dorongan menunjukkan sikap positif terhadap
fenomena sehingga timbul sikap peduli, tanggung jawab, dan sangup menerapkan dalam
kehidupannya sehari-hari.

Berdasarkan informasi, laporan dan fakta di lapangan, maka peneliti bermaksud


melakukan penelitian tentang “Pengembangan Bahan Pengayaan Mata Pelajaran
Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Lilterasi Sains Konsep Pengolahan Kapur
Peserta Didik SMA di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana pengembangan bahan ajar sebagaui pengayaan mata pelajaran fisika pada

konsep pengolahan kapur di ……. ?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan literasi sains konsep pengolahan kapur pada

peserta didik SMA di wilayah Kabupaten Sukabumi ?

6
C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dalam pelakasanaannya lebih terfokus dan memberikan gambaran

yang jelas, maka masalah yang dibahas dibatasi pada aspek-aspek yang menjadi fokus

penelitian, yaitu : kemampuan literasi sains yang diambil dalam penelitian ini adalah konsep

pengolahan kapur yang merupakan salah satu pemanfaatan sumber daya alam di wilayah

kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi Jawa Barat yang meliputi antara lain

proses pengolahan batu menjadi kapur, konsep fisika yang terlibat pada proses pengolahan

kapur, manfaat dan dampak dari adanya pengolahan kapur, serta sikap peserta didik terhadap

adanya manfaat dan dampak pengolahan kapur.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang diharapkan yaitu :

1. Mendapatkan bahan pengayaan mata pelajaran fisika pada konsep pengolahan kapur.

2. Mendapatkan data tentang kemampuan literasi sains konsep pengolahan kapur pada

peserta didik SMAN 1 Jampangtengah Kabupaten Sukabumi

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis

a. Sebagai bahan referensi pengembangan bahan ajar berupa bahan pengyaan

tentang konsep pengolahan kapur yang melibatkan konsep-konsep fisika sebagai

pengayaan mata pelajaran fisika di SMA

b. Meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan literasi

sains terhadap pengolahan kapur di kecamatan Jampangtengah di kabupaten

Sulabumi

7
2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru fisika, sebagai upaya meningkatkan kemampuan dalam menyusun

bahan ajar sebagai pengayaan fisika untuk meningkatkan kemampuan literasi

sains peserta didik pada konsep pengolahan kapur

b. Bagi peserta didik, meningkatkan kemampuan literasi sains dan sebagai bahan

pengayaan peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran fisika khususnya

literasi pengolahan kapur yang merupakan pemanfaatan sumber daya alam berupa

batuan di sekitar lingkungan peserta didik.

c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini berupa bahan ajar sebagai pengayaan yang dapat

digunakan sebagai rujukan untuk mengembangkan kemampuan literasi sains pada

konsep pengolahan kapur yang merupakan salah satu pemanfaatan sumber daya

alam berupa batuan yang dapat diamati di sekitar lingkungan peserta didik.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dari setiap istilah yang digunakan dalam

penelitian ini, maka secara operasional istilah-istilah tersebut didefinisikan sebagai

berikut :

1. Bahan pengayaan mata pelajaran fisika pada konsep pengolahan kapur yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah bahan bacaan tentang proses proses pengolahan

batu menjadi kapur, konsep fisika yang terlibat pada proses pengolahan kapur,

manfaat dan dampak dari adanya pengolahan kapur, serta sikap terhadap adanya

manfaat dan dampak pengolahan kapur. Keempat aspek ini merujuk pada liteasi sains

2. Kemampuan literasi sains pada konsep pengolahan kapur yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam memahami aspek konten yaitu

8
yang kemampuan menjelaskan konsep pengolahan kapur dan konsep fisika yang

berkaitan. Aspek proses berupa, yaitu kemampuan menjelaskan proses pengolahan

kapur. Aspek konteks yaitu menjelaskan pemanfaatan dari konsep fisika yang

berkaitan dengan pengolahan kapur di dalam kehidupan sehari-hari. Aspek sikap,

yaitu mengenai respon dan perilaku peserta didik terhadap adanya pemanfaatan batu

yang diolah menjadi kapur.

G. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran fisika berupaya meningkatkan kemampuan konsep, konteks dan

proses serta sikap terhadap konsep-konsep fisika dan fenomena alam yang berhubungan

dengan fisika. Namun, peserta didik hanya terpaku pada rumus dan kurang memahami

makna dari pembelajaran fisika. Secara kontekstual peserta kurang memahami bagaimana

konsep fisika dapat menjelaskan lingkungan sekitar dan pemanfaatannya dalam kehidupan

sehari-hari terutama pemanfaatan sumber daya alam di sekitar lingkungan peserta didik.

Padahal sehari-hari disekitar lingkungan hidup peserta didik banyak sumber daya alam yang

dapat dimanfaatkan salah satunya yaitu batuan yang dapat dijadikan bahan dasar untuk

pengolahan kapur.

Oleh karena itu, perlu diberikan bahan pengayaan yang berbasis pada pemanfaatan

sumber daya alam sekitar peserta didik tinggal. Dengan demikian, bahan pengayaan mata

pelajaran fisika yang didasarkan kepada potensi daerah akan memberikan kontribusi terhadap

kemampuan atau tingkat literasi peserta didik. Berdasarkan kajian di atas, maka kerangka

berpikir penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan di bawah ini:

9
- Bahan ajar hanya menekankan
kepada buku peserta didik
yang bersifat tekstual
- Rendahnya literasi sains
peserta didik

Indikator kemampuan literasi sains


1. Knowledge (pengetahuan)
Bahan bajar untuk pengayaan sehingga - Memahami fenomena ilmiah
kemampuan literas sains berdasarkan 2. Context (Konteks)
fenomena alam sekitar - Menerapkan konsep terkait
dengan lingkungan lokal
7. Competencies (Kompetensi-
Proses)
Pengembangan bahan ajar untuk
- Membangun inkuiri ilmiah
pengayaan:
8. Attitudes (sikap)
1. Studi pendahuluan
- Memiliki kepedulian terhadap
2. Penyusunan draft bahan
fenomena sekitar
pengayaan
3. Validasi konstruk oleh Ahli
9.
4. Revisi
5. Uji Keterbacaan oleh Guru dan Kategori Literasi
Peserta Didik Sains:
6. Finalisasi Bahan Pengayaan 1. Nominal
2. Fungsional
3. Konseptual
4. Multidimensional

Perlakukan
penggunaan bahan Pengolahan dan
Peningkatan Kemampuan
pengayaan pada Analisis
Literasi Sains
peserta didik

Kesimpulan

Gambar 1 Kerangka Berpikir

H. Hipotesis Penelitian
Ho: Tidak terdapat peningkatan literasi sains fisika konsep pengolahan kapur setelah

diberikan bahan pengayaan mata pelajaran fisika pada konsep pengolahan kapur

10
Ha: Terdapat peningkatan literasi sains fisika konsep pengolahan kapur setelah diberikan

bahan pengayaan mata pelajaran fisika pada konsep pengolahan kapur

I. Metode Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan Jenis Data

Jenis data yang akan di ambil dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif.

Berikut ini data kuantitatif dan kualitatif yang akan diperoleh dari penelitian:

a. Data kuantitatif berupa skor kemampuan literasi (yang terdiri skor aspek konsep,

proses, konteks, dan sikap) dan prosentasi keterbacaan bahan pengayaan. Data

kemampuan literasi diperoleh dengan mengggunakan tes tulis pada pres dan post test.

Data prosentase keterbacaan bahan pengayaan diperoleh dari penilaian guru Fisika dan

pertimbangan ahli. tentang peningkatan literasi sains peserta didik diperoleh dari

normal gain pretest dan posttest dengan memberikan bahan pengayaan mata pelajaran

fisika konsep pengolahan kapur. Selain itu, data tentang tingkat atau prosentase

keterbacaan bahan pengayaan dan data-data tentang .

b. Data kualitatif berupa jawaban lembar kegiatan peserta didik (LKPD) yang diberikan

ketika bahan pengayaan diperoleh oleh peserta didik untuk dibaca di luar kelas. Selain

itu catatan-catatan peneliti selama melakukan pengembangan bahan pengayaan konsep

pengolahan kapur (hasil wawancara, dokumentasi di tempat pengolahan kapur, dsb)..

tentang proses pengembangan bahan pengayaan mata pelajaran fisika konsep

pengolahan kapur

2. Lokasi Penelitian

11
Pada penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SMAN 1 Jampangtengah Kabupaten

Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Adapun alasan memilih sekolah tersebut sebagai lokasi

penelitian yaitu pertama, sekolah tersebut terletak cukup dekat dengan beberapa industri

pengolahan kapur di kecamatan Jampangtengah yaitu sekitar 5 kilometer. Kedua,

berdasarkan studi pendahuluan didapatkan data bahwa di sekolah tersebut kemampuan

literasi konsep pengolahan kapur masih rendah, oleh karena itu dengan diberikannya bahan

pengayaan konsep pengolahan kapur ini diharapkan dapat meningkatkan literasi sains

fisika peserta didik pada konsep pengolahan kapur.

3. Populasi dan Sampel

. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas XI IPA

SMAN 1 Jampangtengah kabupaten Sukabumi. Teknik pengambilan sampelnya

menggunakan simple random sampling. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara

mengundi satu kelas dari sejumlah kelas XI IPA pada sekolah tersebut.

4. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan adalah pre-eksperimental. Pada penelitian ini

diberikan perlakukan pada suatu kelas yang menjadi sampel dengan memberikan bahan

pengayaan mata pelajaran fisika pada konsep pengolahan kapur.

Desain penelitian pembelajaran yang digunakan adalah one group pretest posttest design.

Rancangan desain one-group pretest-posttest design yang berarti membandingkan keadaan

sebelum dan sesudah diberi perlakuan diperlihatkan pada tabel di bawah ini.

Table 2 Desain Penelitian

12
Pretest Treatment Postest
O1 X O2

(Sugiyono, 2016 : 111)

Keterangan :
O1 : Pretest
X : Perlakuan dengan memberikan bahan pengayaan
O2 : Posttest

5. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan yaitu:

1) Tahap perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah:

a) Menentukan lokasi penelitian

b) Studi pendahuluan untuk mendapatkan permasalahan yang dapat diangkat dalam

penelitian. Studi pendahuluan pada penelitian ini dilakukan dengan memberikan

pertanyaan terbuka tentang konsep pengolahan kapur. Aspek yang ditanya

menyangkut aspek kemampuan konsep, proses, konteks dan sikap peserta didik

terhadap pengolahan kapur di daerah…………. ini meliputi kegiatan tes literasi ,

c) Penyusunan draft bahan pengayaan, validasi bahan pengayaan, uji keterbacaan

bahan pengayaan, dan finalisasi bahan pengayaan konsep pengolahan kapur

d) Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat dan inovatif

mengenai bahan pengayaan konsep sungai.

e) Menghubungi guru fisika untuk menentukan waktu penelitian,

13
f) Menentukan materi atau bahan ajar

g) Menentukan populasi dan sampel

h) Membuat bahan pengayaan

i) Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan

j) Membuat instrumen penelitian

k) Membuat jadwal kegiatan penelitian

l) Melakukan uji coba instrumen

m) Melakukan analisis terhadap ujicoba instrumen berupa validitas, realibilitas, daya

pembeda, dan tingkat kesukaran.

2) Tahap pelaksanaan

a. Melakukan uji coba instrumen

b. Melakukan analisis terhadap uji coba instrumen, berupa validitas, realibitas,

daya pembeda dan tingkat kesukaran

c. Melakukan pretest

d. Melaksanakan penelitian dengan memberikan penjelasan, bahan pengayaan dan

lembar kegiatan peserta didik untuk dibaca dan diisi dengan rentang waktu 1 – 2

minggu.

e. Melaksanakan posttest

3) Tahap akhir

a. Mengolah data hasil penelitian

b. Menganalisis data hasil penelitian

c. Membuat kesimpulan

Secara singkat prosedur penelitian sesuai dengan diagram dibawah ini

14
Studi Pendahuluan

Telaah Kurikulum
Studi Pustaka Kajian Pustaka

Merumuskan Masalah

Penyusunan bahan pengayaan Penyusunan Instrumen


dan validitas konstruk serta
uji keterbacaan
Judgement

Uji Coba Instrumen

Analisis Instrumen

Prettest

Penerapan bahan pengayaan LKPD

Posttest Analisis Data Hasil Penelitian

Gambar 2 Prosedur Penelitian

6. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam seluruh rangkaian penelitian ini, yaitu terdiri dari tes

awal (pretest) dan tes akhir (posttest) sebagai alat ukur untuk meningkatkan kemampuan literasi

sains. pengambilan data, digunakan instrumen berupa:

a. Bahan Pengayaan

15
Bahan Pengayaan digunakan untuk mendapatkan data keterbacaan bahan pengayaan

konsep pengolahan kapur di kecamatan Jampangtengah. Ruang lingkup bahan pengayaan

penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam memahami informasi yang optimaal

tentang aspek konten pengolahan kapur yang terjadi di daerah; informasi tentang

bagaiamana proses pengolahan kapur secara komprehensif dengan mennggunakan gambar

atau grafik atau sketsa; informasi konteks pengolahan kapur berupa berbagai manfaat

pengolahan kapur, dampak pengulahan kapur terhadap lingkungan; dan berbagai piihan

saran dan peringatan tentang sikap yang perlu dan tidak perlu dilakkan oleh peserta didik

selaku warga masyarakat di sekitar pengolahan kapur. yang kemampuan menjelaskan

konsep pengolahan kapur dan konsep fisika yang berkaitan. Aspek proses berupa, yaitu

menjelaskan proses pengolahan kapur. Aspek konteks yaitu menjelaskan pemanfaatan dari

konsep fisika yang berkaitan dengan pengolahan kapur di dalam kehidupan sehari-hari.

Aspek sikap, yaitu mengenai respon dan perilaku peserta didik terhadap adanya pemanfaatan

batu yang diolah menjadi kapur. Bahan pengayaan diberikan kepada sejumlah peserta didik

sebagaimana sampel setelah mereka diberikan pretest. Bahan pengayaan dibaca dan ditelaah

selama 1 – 2 minggu.

b. LKPD

LKPD digunakan untuk mendapatkan data tentang keterbacaan bahan pengayaan konsep

pengolahan kapur. Jumlah pertanyaan yang harus diisi adalah 4 buah yang terdiri dari

pertanyaan konten, konteks, proses dan sikap. LKPD diberikan bersamaan dengan

pemberian bahan pengayaan setelah dilakukan pretest.

c. Tes Literasi Sains Konsep Pengolahan Kapur

16
3. Test literasi pengolahan kapur ini digunakan untuk mendapatkan data tentang

kemampuan literasi peserta didik SMAN 1 Jampangtengah pada konsep pengolahan

kapur. Ruang lingkup tes literasi konsep sungai terdiri dari kemampuan konsep

pengolahan kapur dan konsep fisika yang berkaitan, proses pengolahan kapur,

pemanfaatan dari konsep fisika yang berkaitan dengan pengolahan kapur di dalam

kehidupan sehari-hari, serta respon dan perilaku peserta didik terhadap adanya

pemanfaatan batu yang diolah menjadi kapur. Bentuk soal tes literasi konsep

pengolahan kapur sungai adalah test pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 40

buah dengan 4 atau 5 pilihan jawaban. Tes diberikan di awal sebagai pretest dan di

akhir sebagai posttest. Rentang waktu pemberian tes selama satu atau dua minggu.

Test dikerjakan secara individual oleh peserta didik selama 60 menit.

7. Analisis Instrumen Penelitian

a. Analisis Keterbacaan Bahan Pengayaan

Analisis konstruk instrument penilaian bahan pengayaan

Analisi keterbacaan bahan pengayaan

b. Analisis LKPD

Analisis konstruk pembimbing/ahli

c. Analisis Test Literasi Sains Konsep Pengolahan Kapur

1) Analisis kualitatif butir soal

Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, tes kemampuan literasi sains diuji

kelayakannya terlebih dahulu secara kualitatif dan kuantitatif. Pada prinsipnya butir

soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal. Aspek yang

17
diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah dari

segi materi, konstruksi, bahasa/budaya dan kunci jawaban atau pedoman

penskorannya. Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal diujikan. Dalam

melakukan penelaahan setiap butir soal perlu mempersiapkan bahan-bahan

penunjang seperti: (a) kisi-kisi tes, (b) kurikulum yang digunakan (4) buku sumber

dan Kamus Besar Bahasa Indonesia

2) Analisis kuantitatif tes kemampuan literasi sains

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penelitian minimal dua macam,

yaitu validitas dan reabilitas, uji daya pembeda dan uji tingkat kesukaran. Pada

penelitian ini hasil belajar yaitu pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan

kemampuan literasi sains peserta didik

3) Uji Validitas

Uji validitas setiap butir soal dapat menggunakan rumus:

n  XY  ( X )(  Y )
rxy 
n  X 2

 ( X ) 2 n  Y 2  ( Y ) 2 
(Arikunto, 2013: 213)

Keterangan :
𝑟𝑋𝑌 = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y atau dua variabel yang
dikorelasikan
𝑋 = skor tiap soal
𝑌 = skor total
𝑁 = banyaknya peserta didik
Nilai 𝑟𝑥𝑦 yang didapat kemudian diinterpetasikan terhadap tabel nilai r, sebagai berikut:

Table 3 Interpretasi Validitas Butir Soal


Besarnya nilai 𝒓𝑿𝒀 Interpretasi

18
0,00 – 0,20 Sangat rendah
0,20 – 0,40 Rendah
0,40 – 0,60 Cukup
0,60 – 0,80 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
(Arikunto, 2007 : 89)
4) Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat keajegan tes, yang artinya bahwa setiap hasil

pengukuran dengan menggunakan soal tes itu harus tetap sama (relatif sama) Jika

pengukurannya diberikan kepada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang

yang berbeda, waktu dan tempat yang berbeda. Reabilitas perangkat soal digunakan

rumus (product momen) dari Pearson, menggunakan rumus alpha untuk soal uraian .

Untuk mencari reabilitas soal uraian, setelah kita menggunakan product momen dari

Pearson lalu kita menghitung rumus koreksiannya, yaitu menggunakan rumus Alpha:

𝑛 𝐷𝐵2 𝑗 − Σ𝐷𝐵2 𝑖
𝑟= 𝑥
𝑛−1 𝐷𝐵2 𝑗

Keterangan:

N = jumlah data
𝐷𝐵 2 𝑗 = variasi skor seluruh soal perorangan
Σ𝐷𝐵 2 𝑖 = jumlah variansi skor soal ke-i

Setelah didapatkan nilai kemudian diinterpretasikan terhadap tabel nilai 𝑟11 seperti

dibawah ini:.

Table 4 Interpretasi Nilai r11

Range Interpretasi
0,00  r11 0,20 Sangat rendah (SR)
0,21  r11 0,40 Rendah (R)
0,41  r11 0,60 Sedang (S)
0,61  r11 0,80 Tinggi (T)

19
0,81  r11 1,00 Sangat tinggi (ST)

4) Uji Tingkat Kesukaran

Indeks kesukaran soal adalah peluang menjawab soal benar pada suatu soal dalam

tingkat kemampuan tertentu, biasanya dinyatakan dengan persentase. Semakin besar

persentase indeks kesukaran semakin mudah soal tersebut. Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut: Tingkat kesukaran didapat dengan menggunakan rumus :

∑𝑥
𝑝=𝑆 (Surapranata, 2004 : 12)
𝑚𝑁

Keterangan :
P = Proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran
∑ 𝑥 = Banyaknya peserta tes yang menjawab benar
𝑆𝑚 = Skor maksimum
𝑁 = Jumlah peserta tes
Table 5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran

P Klasifikasi Soal
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 2007: 225)
8) Daya Pembeda

∑𝐴 ∑𝐵
𝐷= −
𝑛𝐴 𝑛𝐵
(Surapranata, 2004 : 31)
Keterangan :
D = Indeks daya pembeda
∑ 𝐴 = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas
∑ 𝐵 = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah
𝑛𝐴 = Jumlah peserta tes kelompok atas
𝑛𝐵 = Jumlah peserta tes kelompok bawah

Table 6 Klasifikasi Daya Pembeda

20
Nilai Daya Pembeda Interpretasi
0,00 – 0,20 Jelek (Poor)
0,21 – 0,40 Cukup (Satisfactory)
0,41 – 0,70 Baik (Good)
0,71 – 1,00 Baik Sekali (Excellent)
(Arikunto, 2007 : 232)

8. Analisis Tes Literasi Sains

Analisis hasil tes kemampuan literasi sains peserta didik dilaksanakan dengan cara

membandingkan hasil pretest dan posttest pada pembelajaran materi kalor. Prosedur yang

digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian berupa tes instrumen uraian, yaitu

dengan langkah sebagai berikut:

a) Menentukan skor kemampuan literasi sains, menggunakan tes instrumen uraian,

maka menggunakan rumus:


𝑅
𝑆 = 𝑁 × 100

Keterangan:
S = nilai yang diharapkan (dicari)
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = skor maksimum dari tes tersebut
Sedangkan untuk mengetahui peningkatan kemampuan literasi sains peserta didik, maka
digunakan nilai normal gain (d) dengan persamaan:
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠
𝑑=
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠

Table 7 Kategori Tafsiran NG


Nilai Normal Gain Kriteria
g < 0,3 Rendah
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g > 0,7 Tinggi
b) Pengujian Hipotesis

Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam menguji hipotesis ini yaitu:

21
1). Uji normalitas

Untuk mengetahui normalitas data, yang diperoleh dari data pretest dan posttest,

maka menggunakan uji normalitas dengan uji chi kuadrat (  2 ).

(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ)2
𝜒2 = ∑
𝑓ℎ
(Sugiyono, 2016:107)
Keterangan :
2 = chi kuadrat
f0 = frekuensi observasi
fh = frekuensi ekspektasic

Adapun langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat sebagai

berikut:

(a) Menentukan jumlah kelas interval. Untuk pengujian normalitas dengan Chi kuadrat ini,

jumlah kelas interval ditetapkan = 6. Hal ini sesuai dengan 6 bidang yang ada kurva

normal baku.

(b) Menentukan panjang kelas interval.


𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 − 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
6 . (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠)
(c) Menyusun ke dalam Tabel distribusi frekuensi, sekaligus tabel penolong untuk

menghitung Chi kuadrat hitung.

(d) Menghitung frekuensi ekspektasi.

(e) Memasukkan nilai-nilai dalam Tabel penolong, sehingga didapat chi kuadrat.

(f) Membandingkan harga chi kuadrad hitung dengan chi kuadrad tabel. Jika

𝜒 2 hitung<𝜒 2 Tabel, maka distribusi data dinyatakan normal

jika 𝜒 2 hitung<𝜒 2 Tabel, maka distribusi tidak normal.


(Sugiyono, 2013: 241)

2) Uji Hipotesis

22
Uji hipotesis, dimaksudkan untuk melihat keterlaksanaan Metode Literasi atau

ditolaknya hipotesis yang diajukan. Uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut:

(a) Apabila data berdistribusi normal maka digunakan statistik parametris yaitu dengan

menggunakan tes “t”. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

(b) Menghitung harga thitung menggunakan rumus:

𝑀𝑑
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
2 (∑ 𝑑)2
√∑ 𝑑 − 𝑛
𝑛 . (𝑛 − 1)

𝛴𝑑
𝑀𝑑 =
𝑛

Keterangan :
Md (Mean of Diference ) = Nilai rata-rata hitung dari beda/selisih antara skor pretest dan
posttest
d = gain
n = jumlah subjek
(c) Mencari harga tTabel yang tercantum pada tabel nilai “t” dengan berpegang pada derajat

kebebasan (db) yang telah diperoleh, baik pada taraf signifikansi 1 % ataupun 5 %.

Rumus derajat kebebasan adalah db = N – 1.

(d) Melakukan perbandingan antara thitung dan tTabel : Jika thitung lebih besar atau sama

dengan tTabel maka Ho ditolak, sebaliknya Ha diterima atau disetujui yang berarti

terdapat Peningkatkan keterampilan literasi sains peserta didik. Jika thitung lebih kecil

daripada tTabel maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak terdapat

peningkatkan keterampilan literasi fisika peserta didik. (Kariadinata, 2011: 69).

(e) Apabila data terdistribusi tidak normal maka dilakukan dengan uji wilcoxon macth

pairs test.

T  T Dengan:
z
T

23
T = jumlah jenjang/ rangking yang terendah
n( n  1)( 2n  1)
T 
24

n( n  1)
T 
T  T 4
z  
T n( n  1)( 2n  1)
24

Kriteria
Zhitung> ZTabel maka H0 ditolak, Ha diterima
Zhitung< ZTabel maka H0 diterima, Ha ditolak (Sugiyono, 2013: 136)

Jadwal Penelitian
No Tahapan Penelitian Waktu Keterangan
Pelaksanaan
1 Kajian Pustaka
2 Studi Pendahuluan
3 …..

DAFTAR PUSTAKA

Arlitasari, O., Pujayanto, & Budiharti, R. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Ipa Terpadu, 1(1), 81–89.

Chaerul Rochman. (2015). Penerapan Pembelajaran Berbasis Scientific Approach Model 5M dan Analisis
Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik pada Sekolah Mitra Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung. In Seminar Kontribusi Fisika (pp. 435–440).

Diana, S., Rachmatulloh, A., & Rahmawati, E. S. (2015). Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa SMA
Berdasarkan Instrumen Scientific Literacy Assesments ( SLA ) High School Students ’ Scientific
Literacy Profile Based on Scientific Literacy Assessments ( SLA ) Instruments, 285–291.

Kurnia, F., & Fathurohman, A. (2014). Analisis bahan ajar fisika sma kelas xi di kecamatan indralaya
utara berdasarkan kategori literasi sains, 1(1), 43–47.

Nadhifatuzzahro, D., Setiawan, B., & Sudibyo, E. (2015). Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas VII-B
SMP Negeri 1 Sumobito Melalui Pembuatan Jamu Tradisional, 21–27.

Puspaningtyas, A. A. (2015). PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU.

Safitri, A. ., Rusilowati, A., & Sunarno. (2015). revisi produk awal revisi produk revisi produk akhir,

24
4(2).

Sandi, M. I. (2003). Mochmad Irsyan Sandi, 2013 Analisis Buku Ajar Fisika SMA Kelas X Di Kota
Bandung Berdasarkan Kategori Literasi Sains Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu, 1–9.

Sriyati, S., & Mukhayati. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Perubahan Lingkungan Berbasis Realitas
Lokal dan Literasi Lingkungan Developing Environmental Teaching Materials Based on Local
Context and Environmental Literacy, 151–161.

Yuliyanti, T. ., & Rusilowati, A. (2014). Unnes Physics Education Journal, 3(2).

Sugiyono (2016). Statistika Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Kariadinata, Rahayu dan Abdurrahman, Maman (2011). Dasar-dasar Statistik Pendidikan. Bandung :
Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi. (2009).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Permendikbud nomor 59 tahun 2013 pdf ( diakses pada 20 Mei 2016 )

25

Anda mungkin juga menyukai