Anda di halaman 1dari 11

Maulinda Imansari, dkk., Analisis Literasi Kimia Peserta Didik melalui Pembelajaran ….

2201

ANALISIS LITERASI KIMIA PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN


INKUIRI TERBIMBING BERMUATAN ETNOSAINS

Maulinda Imansari*, Sudarmin, dan Woro Sumarni


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp (024)8508035
E-mail: imansarimaulinda@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan literasi kimia peserta didik
melalui penerapan model pembelajaran inkuiri bermuatan etnosains pada materi hidrolisis
garam. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan desain penelitian One-
Shot Study Case. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Pengumpulan data menggunakan metode tes dan metode angket. Metode tes
berupa soal literasi kimia berbentuk pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 25 butir soal
yang sebelumnya sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Metode tes bertujuan untuk
mengetahui kemampuan literasi kimia peserta didik pada aspek konten, konteks, dan
kompetensi, serta metode angket untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap kimia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rerata kemampuan literasi kimia peserta didik pada sapek
konten, konteks, dan kompetensi berada pada kategori kurang, sedangkan untuk aspek sikap
peserta didik terhadap kimia dalam kategori sangat baik. Hasil penelitian disimpulkan bahwa
setelah penerapan model pembelajaran inkuiri bermuatan etnosains kemampuan literasi kimia
peserta didik berada dalam kategori cukup.

Kata Kunci: etnosains, inkuiri, literasi kimia

ABSTRACT

This study aims to analyze the ability of students' chemical literacy through the
application of inquiry model containing ethnosciences on salt hydrolysis material. The research
method used is a case study with One-Shot Study Case research design. The sampling of this
research using purposive sampling technique. The data collected using test method and
questionnaire method. The test method is a matter of chemical literacy in the form of multipel
choice with the number of questions as many as 25 items that have been tested before the
validity and reliability. The test method aims to determine the ability of students' chemistry
literacy on aspects of content, context, and competence, and questionnaire methods to
determine the attitude of learners to chemistry. The results showed that the average ability of
chemical literacy of learners in content, context, and competence are in the category less, while
for the attitude aspects of learners to chemistry in very good category. The results concluded
that after the application of inquiry model containing ethnochemical ability of chemistry literacy
learners are in category enough.

Keywords: chemical literacy, ethnosciences, inquiry

PENDAHULUAN memegang peran yang sangat penting


Pendidikan merupakan sebuah dalam peningkatan sumber daya manusia.
proses kegiatan yang disengaja atas input Pendidikan merupakan aspek yang sangat
peserta didik untuk menimbulkan suatu menentukan maju atau mundurnya suatu
hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang kehidupan (Bahriah, 2013). Salah satu
diterapkan (Purwanto, 2011). Pendidikan permasalahan pendidikan di Indonesia
2202 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 2, 2018, halaman 2201 – 2211

dalam bidang sains adalah rendahnya memahami konsep dasar sains/kimia.


literasi sains. Rendahnya literasi sains dan Menurut PISA literasi sains merupakan
kualitas pendidikan sains di Indonesia kemampuan untuk menghubungkan isu-isu
selama ini dapat diduga karena kurang yang berkaitan dengan sains dan gagaan-
diperhatikannya lingkungan sosial budaya gagasan sains, sebagai warganegara yang
sebagai sumber pembelajaran. reflektif (OECD, 2016). Literasi sains PISA
Upaya yang dapat digunakan untuk dibagi menjadi 4 aspek yang saling terkait,
meningkatkan kemampuan literasi sains yaitu aspkek konten, konteks, kompetensi,
adalah dengan meningkatkan kualitas dan sikap sains (OECD, 2014; OECD,
pembelajaran dengan mempergunakan 2016).
aspek budaya lokal dalam pembelajaran Pentingnya literasi kimia
(Sudarmin, 2014; Sujana, 2014). berhubungan dengan bagaimana peserta
Pembelajaran yang mengangkat budaya didik mampu menghargai alam dengan
lokal untuk dijadikan suatu objek memanfaatkan sains dan teknologi yang
pembelajaran sains mampu meningkatkan telah dikuasainya (Nisa, et al., 2015).
motivasi dan minat belajar peserta didik Rendahnya kemampuan literasi sains/
untuk mempelajari sains (Sudarmin dan kimia peserta didik terbukti dari hasil
Pujiastuti, 2015). survey Programme for Internasional
Pembelajaran kimia yang Students Assesment (PISA) bahawa tahun
memperhatikan kearifan budaya lokal atau 2000 sampai 2015 menunjukkan bahwa
etnosains, merupakan salah satu hal yang tingkat pencapaian literasi sains peserta
perlu diperhatikan dalam pengembangan didik Indonesia masih dalam level rendah.
kurikulum di Indonesia, khususnya dalam Salah satu model pembelajaran yang
kurikulum kimia di tingkat Sekolah dapat digunakan untuk memfasilitasi
Menengah dan Lembaga Pendidik Tenaga peserta didik dalam meningkatkan literasi
Kependidikan (LPTK) saat ini (Sudarmin, kimia peserta didik yaitu model
2015). Etnosains adalah pengetahuan yang pembelajaran inkuiri. Adapun sintak model
diperoleh dengan bahasa dan budaya pembelajaran inkuiri terbimbing yang
seseorang yang dapat di uji kebenaranya diginakan adalah orientasi, merumuskan
dan hal ini dapat di inovasikan dalam masalah, merumuskan hipotesis,
pembelajaran berbasis sains di ruang kelas mengumpulkan data, menguji hipotesis,
(Abonyi, et al., 2014). dan merumuskan kesimpulan (Sanjaya,
Literasi kimia merupakan 2012: 200).
pemahaman tentang sifat partikel materi, Pembelajaran berbasis inkuiri
reaksi kimia, hukum dan teori kimia, dan merupakan pembelajaran yang berpusat
aplikasi kimia umum dalam kehidupan pada peserta didik (Suyanti, 2010). Tujuan
sehari-hari. Menurut Shwartz, et al., (2006) dasar inkuiri yaitu untuk memberi peserta
orang yang mempunyai literasi kimia harus didik pengalaman berinisiatif untuk
Maulinda Imansari, dkk., Analisis Literasi Kimia Peserta Didik melalui Pembelajaran …. 2203

menentukan masalah sosial, kemudian Dalam pembelajaran inkuiri


mendiskusikan dan/atau merumuskan dan terbimbing bermuatan etnosains yang
merekomendasikan sebuah kebijakan diterapkan yaitu mengenai materi hidrolisis
untuk menyelesaikan masalah tersebut garam. Etnosains yang akan dibahas yaitu
(Friesen, 2012). tentang penggunaan micin dalam Soto
McConney, et al., (2014) Sokaraja Banyumas, garam bleng pada
menyatakan pembelajaran inkuiri yang pembuatan kerupuk Gendar, dan pupuk ZA
berorientasi pada penyelidikan yang digunakan para petani untuk
memungkinkan peserta didik dapat litarasi menyuburkan tanah. Tahapan
sains yang lebih tinggi dan berpengaruh pengembangan model pembelajaran
positif terhadap sains. Penelitian bermuatan etnosains, maka sebagai fokus
sebelumnya juga menyebutkan bahwa sumber belajar dalam kegiatan
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing pembelajaran kimia di kelas mengacu pada
lebih efektif dalam meningkatkan literasi budaya lokal di daerah Banyumas.
sains peserta didik (Puspitasari, 2015) dan Dengan demikian rumusan masalah
dapat meningkatkan hasil prestasi belajar dalam penelitian ini yaitu bagaimana
peserta didik (Murniningsih, 2016). kemampuan literasi kimia peserta didik
Model pembelajaran yang logis dan melalui penerapan model pembelajaran
memungkinkan dikembangkannya nilai-nilai inkuiri bermuatan etnosains? Penelitian ini
budaya lokal dalam memcahkan masalah bertujuan untuk menganalisis kemampuan
dalam pembelajaran adalah model literasi kimia peserta didik pada aspek
pembelajaran inkuiri bermuatan etnosains. konten, konteks, kompetensi, dan sikap
Pembelajaran inkuiri bermuatan etnosains terhadap kimia.
merupakan model pembelajaran yang
bertujuan untuk menciptakan lingkungan- METODE PENELITIAN
lingkungan untuk mempermudah Penelitian dilakukan di SMA Negeri
pembelajaran dengan mengaitkan antara Kabupaten Banyumas pada materi
budaya dan materi kimia yang dikemas hidrolisis garam yang dilakukan pada bulan
dalam etnosains. Model pembelajaran Maret sampai April 2018. Variabel bebas
inkuiri bermuatan etnosains mengajak dalam penelitian ini yaitu model
peseta didik untuk berinteraksi langsung pembelajaran pada materi hidrolisis garam
dengan budaya lokal dan menggali ilmu di kelas XI IPA. Variabel terikat dalam
pengetahuan yang ada pada budaya lokal penelitian ini aspek literasi kimia yaitu
tersebut. Arfianawati, et al., (2016) dalam aspek konten, aspek konteks, aspek
penelitianya menyebutkan bahwa kompetensi, dan aspek sikap peserta didik
penerapan model pembelajaran kimia kelas XI IPA.
berbasis etnosains (MPKBE) dapat Subjek penelitian adalah peserta
meningkatkan kemampuan kognitif dan didik kelas XI IPA SMA tahun pelajaran
berpikir kritis peserta didik. 2017/2018 yang berjumlah 63 anak.
2204 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 2, 2018, halaman 2201 – 2211

Metode penelitian yang digunakan adalah Gambar 1 menunjukan bahwa hasil


studi kasus dengan desain penelitian One- kemampuan literasi kimia peserta didik
Shot Case Study. Pengambilan sampel sebanyak 15 anak dalam kriteria minimal
menggunakan teknik purposive sampling. “baik”. Namun demikian, pada umumnya
Metode pengumpulan data dilakukan sebagian besar peserta didik masih dalam
dengan metode tes, dan lembar angket. kategori “cukup”, meskipun masih ada
Langkah-langkah peelitian ini yaitu: 1) sebanyak 24 anak yang berada dalam
tahap pendahuluan; 2) tahap persiapan kategori “kurang”. Hal ini menunjukan
berupa penyusunan perangkat bahwa melalui model pembelajaran inkuiri
pembelajaran, instrumen, uji coba dan bermuatan etnosains dapat melatihkan
validasi soal; 3) tahap pelaksanaan; 4) kemampuan literasi kimia peserta didik,
tahap akhir yaitu pengumpulan data dan meskipun belum secara keseluruhan. Hasil
pengolahan data. tersebut sejalan dengan penelitian El
Analisis data hasil penelitian Islami, et al,. (2016) yang menunjukan
dilakukan dengan menghitung ketercapaian bahwa pembelajaran dengan inkuiri
kemampuan literasi kimia peserta didik terbimbing dapat meningkatkan literasi
pada aspek konten, konteks, dan sains peserta didik dengan N-Gain sebesar
kompetensi, serta lembar angket untuk 0,39 yaitu dalam kategori sedang.
mengetahui sikap peserta didik terhadap Peningkatan literasi kimia yang
kimia. terjadi dimungkinkan karena model
pembelajaran guided inquiry dapat melatih
HASIL DAN PEMBAHASAN peserta didik untuk membangun jawaban
Hasil analisis kemampuan literasi dan berpikir cerdas, mengembangkan
kimia peserta didik setelah penerapan keterampilan pemahaman konsep
model pembelajaran inkuiri bermuatan (understanding skills), membangun rasa
etnosains secara keseluruhan dapat dilihat tanggung jawab (individual responsbility),
pada Gambar 1. dan melatih proses penyampaian konsep
yang ditemukan (Bilgin, 2009). Peningkatan
kemampuan literasi kimia ini juga didukung
dengan penggunaan pembelajaran
berbasis budaya atau etnosains.
Pembelajaran berbasis budaya lokal dapat
membantu peserta didik untuk mengingat
sejarah budaya mereka sehingga dapat
meningkatkan kesadaran budaya peserta
didik (Sudarmin, et al., 2018).
Namun demikian, selain terjadi
Gambar 1. Analisis ketercapaian literasi peningkatan ketercapaian kemampuan
kimia secara keseluruhan.
Maulinda Imansari, dkk., Analisis Literasi Kimia Peserta Didik melalui Pembelajaran …. 2205

literasi kimia pada sebagian besar peserta etnosains yaitu reaksi hidrolisis dari micin
didik, masih terdapat peserta didik yang yang digunakan dalam kuah Soto Sokaraja.
kemampuannya pada kategori “kurang”. Sesuai dengan pendapat Perwitasari, et al.,
Peserta didik kemampuan literasi kimia (2016) bahwa jika peserta didik mampu
dalam kategori “kurang” dan “kurang sakali” mengaplikasikan pengetahuan asli
ini dapat dikatakan berada dibawah kriteria masyarakat dengan konsep yang diterima
“cukup”. Hal ini karena karena pada di sekolah, maka kemampuan literasi
pembelajaran inkuiri memerlukan kimianya tinggi. Selain itu, penelitian
kebiasaan cara perubahan belajar peserta sebelumnya oleh Carlson (2008) juga
didik. Menurut Odja dan Payu (2014) jika menunjukan bahwa pembelajaran inkuiri
peserta didik belum terbiasa dalam terbimbing berpotensi untuk meningkatkan
menyelesaikan tes atau masalah yang literasi sains peserta didik dilihat dai
berhubungan dengan ketrampilan proses pemahaman peserta didik terhadap konsep
sains, maka kemampuan literasi sains materi.
peserta didik cenderung rendah. Sedangkan untuk indikator materi
lainnya berada pada kategori cukup. Hal ini
Literasi kimia aspek konten karena, peserta didik belum sepenuhnya
Data hasil analisis literasi kimia untuk mampu menerapkan pengetahuan mereka
aspek konten disajikan pada Gambar 2. dalam konteks yang relevan dengan
kehidupan sehari-hari. Menurut Yuliati
(2017) untuk membangun dan
mengembangkan kemampuan literasi sains
dilakukan dengan mengimplementasikan
pembelajaran yang berorientasi pada
konsep materi dengan permasalahan yang
dialami peserta didik pada kehidupan
sehari-hari. Hal ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya oleh Sumarni, et al.,
(2017) bahwa masih banyak calon pengajar
yang belum memiliki kemampuan literasi
kimia pada aspek konten, yang mungkin
Gambar 2. Rerata kecercapaian literasi
kimia aspek konten disebabkan karena dalam pembelajaran
yang diterima tidak mengaitkan konsep
Gambar 2 menunjukan bahwa
materi dengan kehidupan sehari-hari.
persentase tertinggi untuk aspek konten
tercapai pada indikator materi jenis-jenis Literasi kimia aspek konteks
garam terhidrolisis. Pada indikator ini
Hasil analisis literasi kimia untuk
merupakan soal yang mengaplikasikan
aspek konteks disajikan pada Gambar 3.
materi hidrolisis garam dalam konteks
2206 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 2, 2018, halaman 2201 – 2211

PISA 2015 dideskripsikan bahwa


keampuan literasi sains peserta didik akan
lebih tampak jika menerapkan pengetahuan
ilmiah dalam kehidupan sehari-hari (OECD,
2016). Selain pembelajaran yang
kontekstual dalam penelitian sebelumnya
oleh Asyhari dan Hartati (2015)
menyebutkan bahwa kemampuan literasi
sains dapat ditingkatkan melalui
pembelajaran saintifik inkuiri ilmiah.

Literasi kimia pada aspek kompetensi


Gambar 3. Persentase kecercapaian
literasi kimia aspek konteks Hasil persentase ketercapaian literasi
kimia aspek kompetensi pada masing-
Gambar 3 dapat diketahui bahwa
masing indikator yang disajikan pada
literasi kimia aspek konteks tertinggi dicapai
Gambar 4.
pada indikator sifat-sifat garam terhidrolisis
dengan fokus pertanyaan menentukan
reaksi hidrolisis. Pada indikator tersebut
berupa soal bermuatan etnosains dimana
peserta didik di minta untuk menenentuan
sifat dari garam (micin/MSG) yang terdapat
dalam Soto Sokaraja, dan dampak
penggunaan pupuk ZA dibidang pertanian.
Secara keseluruhan kemampuan
literasi kimia aspek konteks yaitu berada
pada ketegori “cukup”. Hal ini karena dalam
proses pembelajaran sudah menghadirkan
situasi dunia nyata ke dalam pembelajaran Gambar 4. Persentase ketercapaian aspek
kompetensi per indikator
dikelas yaitu dengan mengaitkan materi
hidrolisis garam dengan etnosains. Hirca, et Gambar 4 kemampuan literasi kimia
al., (2008) menyatakan bahwa perlunya peserta didik pada aspek kompetensi
pembelajaran kontekstual tentang masalah- terlihat bahwa persentase indikator
masalah aktual yang terjadi di masyarakat. kompetensi tertingi dicapai pada indikator
Peggunaan kearifan lokal dan budaya menginterpretasikan data dan bukti ilmiah
dalam pembelajaran memungkinkan yang kemudian diikuti oleh mengevaluasi
peserta didik untuk dapat mengintegrasikan dan merancang penyelidikan ilmiah dan
konsep-konsep ilmiah ke dalam kehidupan indikator menjelaskan fenomena secara
sehari-hari (Nuroso, et al., 2018). Dalam ilmiah. Namun, hasil tes literasi kimia pada
Maulinda Imansari, dkk., Analisis Literasi Kimia Peserta Didik melalui Pembelajaran …. 2207

aspek kompetensi tersebut secara mengidentifikasi sampel larutan garam dari


keseluruhan masih dalam kategori “kurang hasil percobaan yang disajikan dalam
sekali”. Penelitian sebelumnya oleh bentuk nama kimianya. Sebagian besar
Sumarni, et al., (2017) menunjukkan bahwa peserta didik tidak mangetahui rumus dan
dalam aspek kompetensi untuk semua reaksi kimia dari soal yang disajikan. Hal ini
indikator belum mencapai tingkat semakin memperkuat hasil temuan PISA
keberhasilan (skor>3,5). Penyebab bahwa pembelajaran sains di Indonesia
ketercapaian yang rendah pada indikator ini belum berhasil meningkatkan keterampilan
yaitu diantaranya lemahnya kemampuan literasi saintifik dalam aspek konten,
peserta didik dalam mengidentifikasi konteks penerapan sains, sains, dan sikap.
variabel-variabel dalam suatu penyelidikan Hasil PISA pada tahun 2012
ilmiah. Selama penerapan pembelajaran mengungkapkan bahwa Indonesia berada
guru selalu memberikan bantuan kepada di peringkat 64 dari 65 negara yang
peserta didik untuk mengidentifikasi berpartisipasi, dengan skor rata-rata 382
variabel. Peserta didik belum terfasilitasi kemampuan ilmiah (OECD, 2013)
dengan optimal dalam mengembangkan Indikator menjelaskan fenomena
kompetensi tersebut (Arief, 2015). secara ilmiah meskipun secara
keseluruhan dalam kategori “sangat
Indikator mengevaluasi dan kurang. Hal ini karena peserta didik tidak
merancang penyelidikan ilmiah, belum memahami konsep materi yang ditanyakan,
mencapai kategori baik, namun terdapat di sehingga tidak dapat menggunakan
beberapa soal dengan pencapain cukup. pengetahuan yang telah dimilikinya
Hal ini karena sebagian peseta didik sudah berdasarkan fenomena yang terjadi dalam
mampu mengerjakan soal indikator ini kehidupan sekitarnya. Sejalan dengan
karena peserta didik sudah mengetahui penelitian Shofiyah, (2015) pada indikator
hasil dari suatu reaksi kimia. Hal ini menjelaskan suatu fenomena secara ilmiah
menendakan bahwa pembelajaran inkuiri kemampuan awal literasi sains
dengan mengaitkan budaya lokal dapat mahapeserta didik IPA berada pada level
memfasilitasi peserta didik dalam nominal dan fungsional. Dan penelitian
meningkatkan kemampuan literasi kimia sebelumnya juga menunjukkan hasil sama
terutama pada aspek kompetensi. Sejalan bahwa peserta didik cenderung mengalami
dengan penelitian oleh Arief (2015) bahwa kesulitan di bidang pemecahan masalah
aspek kompetensi pada indikator dan pengambilan keputusan (Sadler, 2004;
mengevaluasi dan merancang penyelidikan Sadler dan Donnelly, 2006).
ilmiah setelah diterapkan levels of inquiry Indikator menginterpretasikan
pada pembelajaran IPA dapat meningkat. data dan bukti ilmiah juga berada dalam
Pada indikator yang sama untuk kategori “kurang”. Hal tersebut menunjukan
aspek kompetensi juga didapatkan kategori bahwa indikator menginterpretasi data dan
kurang. Peserta didik belum mampu bukti ilmiah belum dapat dicapai oleh
2208 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 2, 2018, halaman 2201 – 2211

peseta didik secara keseluruhan. Proses Gambar 5 yang menunjukan sebanyak 53


pembelajaran yang hanya melakukan anak memiliki sikap terhadap kimia dengan
kegiatan pengamatan belum melakukan kategori minimal “baik”, namun ada yang
kegiatan praktikum, sehingga peserta didik masih memberikan tanggapan kurang baik
belum terbiasa untuk menafsirkan bukti sebanyak 1 orang.
ilmiah dengan menyusun data hasil Pencapaian sikap peserta didik
percobaan dan menuliskan reaksi dari data, yang baik didukung dengan penggunaan
serta belum terbiasa mengkomunikasikan pembelajaran inkuiri dimana peserta didik
dan bertanya pada guru, kemudian lebih aktif dan dapat menemukan jawaban
menuliskan kesimpulan dari data yang sendiri atas permasalahan yang dihadapi
diperoleh. Hal tersebut didukung dengan baik melalui percobaan atau pencatatan
pendapat Mujahir (2015) bahwa model informasi. Belajar dengan inkuiri peserta
problem solving laboratory menuntut didik akan mendapat bimbingan sehingga
peserta didik untuk menginterpretasi data memperoleh pengetahuan sendiri melalui
hasil praktikum sehingga peserta didik lebih pengalaman secara langsung dan dapat
terampil dalam menginterpretasi data. mendorong sikap ilmiah peserta didik. Hal
ini sejalan dengan penelitian oleh Dewi, et
Literasi kimia aspek sikap al., (2013) bahwa sikap ilmiah dan hasil
Data hasil analisis literasi kimia belajar peserta didik yang belajar dengan
aspek sikap terhadap kimia yang diperoleh inkuiri terbimbing lebih baik daripada sikap
lembar angket dilihat pada Gambar 5. ilmiah peserta didik yang belajar dengan
model pembelajaran konvensional. Selain
itu pembelajaran yang memanfaatkan
aspek budaya lokal/etnosains dalam proses
pembelajaran dapat bermaanfaat untuk
peserta didik (Gondwe dan Longnecker,
2015). Salah satu manfaat pembelajaran
etnosains menurut Holbrook dan
Rannikmae (2009) adalah dapat
meningkatkan sikap positif peserta didik
terhadap sains.

SIMPULAN
Hasil penelitian membuktikan bahwa

Gambar 5. Persentase ketercapaian literasi penerapan model pembelajaran inkuiri


kimia aspek sikap bermuatan etnosains pada materi hidrolisis
garam dapat melatih kemampuan literasi
Pencapaian literasi kimia aspek
sikap peserta didik dapat dilihat pada
Maulinda Imansari, dkk., Analisis Literasi Kimia Peserta Didik melalui Pembelajaran …. 2209

kimia peserta didik kelas XI IPA SMA Bilgin, I., 2009, The Effect of Guided Inquiry
Intruction Incorparing a Cooperative
dalam kategori cukup.
Learning Approach on University
Students’ Achievement of Acid and
Bases Concepts and Attitude
UCAPAN TERIMA KASIH
Toward Guided Inquiry Intruction,
Penulis mengucapkan terima kasih Scientific Research and Essay
Academic Journal, Vol 5, No 2.
kepada peserta didik kelas XII IPA dan XI
IPA yang telah membantu proses Carlson, J. L., 2008, Effect of Theme-
based, Guided Inquiry Instruction
penelitian.
on Science Literacy in Ecology,
Thesis, Michigan Technology
DAFTAR PUSTAKA University.

Abonyi, O. S., Achimugu, L. dan Njoku, M., Dewi, N. L., Dantes, N. dan Sadia, I. W.,
2014, Innovations in Science and 2013, Pengaruh Model
Technology Education: A Case for Pembelaja-ran Inkuiri terbimbing
Ethnoscience Based Science Terhadap Sikap Ilmiah dan hasil
Classrooms, International Journal Belajar IPA, Jurnal Program
of Scientific & Engineering Pascasarjana Universitas
Research, Vol 5, No 1, Hal 52—56. Pendidikan Ganesha, Vol 3, No 1,
Hal 1—10.
Arfianawati, S., Sudarmin, dan Sumarni,
W., 2016, Model Pembelajaran El Islami, R. A. Z., Nahadi, N. dan
Kimia Berbasis Etnosains Untuk Permanasari, A., 2016,
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Membangun Literasi Sains Siswa
Kritis Siswa, Jurnal Pengajaran pada Konsep Asam Basa melalui
MIPA, Vol 21, No 1, Hal 46—51. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing,
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran
Arief, M. K., 2015, Penerapan Level of IPA, Vol 2, No 2,. Hal 110—120.
Inquiry pada Pembelajaran IPA
Tema Pemenasan Global untuk Friesen, J. W., 2012, The Deep Historical
Meningkatkan Literasi Sains, Roots of Inquiry Learning, Jurnal
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan Pendidikan Malaysia, Vol 37, No 1,
dan Pengajaran, Vol 2, No 2, Hal Hal 47—55.
166—176.
Gondwe, M. dan Longnecker, N., 2015,
Asyhari, A. dan Hartati, R., 2015, Profil Scientific and Cultural Knowledge
Kemampuan Literasi Sains Siswa in Intercultural Science Education:
melalui Pembelajaran Saintifik, Student Perception of Common
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al- Ground, Research in Science
BiRuNi, Vol 4, No 2, Hal 179—191. Education, Vol 45, No 1, Hal 117—
147.
Bahriah, E. S., 2013, Meningkatkan Literasi
Sains Peserta Didik pada Aspek Hirca, N., Calik, M. dan Akdenyz, F., 2008,
Proses Sains melalui Pembelajaran Investigating Grade 8 Student’
Berbasis Multimedia Interaktif, Conseption of’ Energy and Related
Prosiding Seminar Nasional Concepts, Journal Turkish
Pendidikan IPA-Pengembangan Education, Vol 5, No 1, Hal 76—87.
Profesi Guru Sains melalui
Penelitian dan Karya Teknologi Holbrook, J. dan Rannikmae, M., 2009, The
yang Sesuai Tuntutan Kurikulum, Meaning of Science Literacy,
Tersedia di International Journal of
http://evisapinatulbahriah.wordpres. Environmental & Science
Education, Vol 4, No 3, Hal 275—
288.
2210 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 2, 2018, halaman 2201 – 2211

McConney, A., Oliver, M. C., Amanda, W. They Can Do With What They
M., Schibeci, R. dan Maor, D., Know, Paris: OECD Publishing
2014, Inquiry, Engagement, and
Literacy in Science: A OECD, 2016, Assesing Scientific, Reading
Retrospective, Cross‐National and Mathematical Literacy A
Analysis Using PISA 2006, Science Framework for PISA 2015, Paris:
Education, Vol 98, No 6, Hal 963— OECD Publising.
980.
Perwitasari, T., Sudarmin., dan Linuwih, S.,
Mujahir, S. N, 2015, Implementasi Model 2016, Peningkatan Literasi Sains
Problem Solving Laboratory untuk melalui Pembelajaran Energi dan
Meningkatkan Kemampuan Literasi Perubahannya bermuatan
Sains Mahasiswa pada Mata Kuliah Etnosains pada Pengasapan Ikan,
Fisika Dasar II, Prosiding Jurnal Penelitian Pendidikan IPA,
Simposium Nasional Inovasi Dan Vol 1, No 2, Hal 62—70.
Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS
2015). Purwanto, 2011, Evaluasi Hasil Belajar,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Murniningsih, I. M., Masykuri, M., dan
Mulyani, B., 2016, Penerapan Puspitasari, A. D., 2015, Efektitas
Model Pembelajaran Inkuiri Pembelajaran Berbasis Guided
Terbimbing untuk Meningkatkan Inquiry untuk Meningkatkan Literasi
Sikap Ilmiah dan Prestasi Belajar Sains Siswa, Jurnal Omega, Vol 1,
Kimia Siswa, Jurnal Inovasi No 2, Hal 1—5.
Pendidikan IPA, Vol 2, No 2, Hal
177– 189. Sadler, T. D, 2004, Informal Reasoning
Regarding Socio-Scientific Issues:
Nisa, A., Sudarmin dan Samini, 2015, A Critical Review of Research,
Efektivitas Penggunaan Modul Journal of Research in Science
Terintegrasi Etnosains dalam Teaching, Vol 41, No 5, Hal 513—
Pembelajaran Berbasis Masalah 536.
untuk Meningkatkan Literasi Sains
Siswa, Unnes Science Education Sadler, T.D. dan Donnelly, L. A., 2006,
Journal, Vol 4 No 3, Hal 1049— Socioscientific Argumentation: The
1056. Effects of Content Knowledge and
Morality, International Journal of
Nuroso, H., Supriyadi, Sudarmin, dan Science Education, Vol 28, No 12,
Sarwi, 2018, Identification of Hal 1463—1488.
Indigenous Science in the Brick-
Making Process Through Sanjaya, W., 2012, Strategi Pembelajaran
Ethnoscience Study, Journal of Berorientasi Standar Proses
Physics: Conference Series, Vol Pendidikan, Jakarta: Kencana
983, No 1, Hal 1—5.
Shofiyah, N., 2015, Deskripsi Literasi Sains
Odja, A. H., dan Payu, C. S., 2014, Analisis Awal Mahasiswa Pendidikan IPA
Kemampuan Awal Literasi Sains Pada Konsep IPA, PEDAGOGIA, Vol
Siswa pada Konsep IPA, Prosiding 4, No 2, Hal 113—120.
Seminar Nasinal Kimia, Surabaya:
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Shwartz, W., Ben-Zvi, R., dan Hofstein, A.,
Negeri Surabaya. 2006, The Importance of Involving
High School Chemistry Teacher in
OECD, 2013, Pisa 2015 Draft Science the Process of Defining The
Framework March 2013, Diakses Operational Meaning of ‘Chemistry
pada www.oecd.org, Literacy’, International Journal of
Science Education, Vol 27, No 3,
OECD, 2014, Pisa 2012 Result in Focus Hal 323—344.
What 15-Year-Olds Know and What
Maulinda Imansari, dkk., Analisis Literasi Kimia Peserta Didik melalui Pembelajaran …. 2211

Sudarmin, dan Pujiastuti, E., 2015,


Scientific Knowledge Based Culture
and Local Wisdom in Karimunjawa
for Growing Soft Skills
Conservation, International Journal
of Science and Research (IJSR),
Vol 4, No 9, Hal 598—604.

Sudarmin, 2014, Pendidikan Karakter,


Etnosains, dan Kerarifan Lokal:
Konsep dan Penerapan dalam
Penelitian, dan Pembelajaran
Sains, Semarang: CV. Swadaya
Manunggal.

Sudarmin, 2015, Model Pembelajaran


Inovatif Kreatif (Model PAIKEM
dalam Konteks Pembelajaran dan
Penelitian Sains Bermuatan
Karakter), Semarang: CV. Swadaya
Manunggal.

Sudarmin, Sella, S. dan Taufiq, M., 2018,


The Influence Of Inquiry Learning
Model On Additives Theme with
Ethnoscience Content to Cultural
Awareness of Students, Journal of
Physics: Conference Series, Vol
983, No 1, Hal 1—6.

Sujana, A., 2014, Pendidikan IPA Teori dan


Praktik, Bandung: Rizqi Press.

Sumarni, W., Rusilowati, A., dan


Susilaningsih, E., 2017, Chemical
Literacy of Teaching Candidates
Studying The Integrated Food
Chemistry Ethnosciences Course,
Journal of Turkish Science
Education, Vol 14, No 3, Hal 61—
72.

Suyanti, R. D, 2010, Mendesains Model


Pembelajaran Kimia, Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Yuliati, Y, 2017, Literasi Sains dalam


Pembelajaran IPA. Jurnal
Cakrawala Pendas, Vol 3, No 2,
Hal 21—28.

Anda mungkin juga menyukai