Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran

p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

ANALISIS KESULITAN BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI PADA


MATERI LARUTAN PENYANGGA
Sariati, Ni Kadek1, Suardana, I Nyoman2, Wiratini, Ni Made3

123
Jurusan Kimia, Universitas Pendidikan Ganesha
Email : sarikyu@gmail.com, suardana123@gmail.com,
wiratini23@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) kesulitan belajar kimia siswa dan (2)
faktor penyebab kesulitan belajar siswa SMA Negeri 2 Kuta dalam mempelajari
materi larutan penyangga. Subjek penelitian ini adalah 198 orang siswa dari seluruh
kelas XI MIPA dan 3 orang guru kimia. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode kualitatif. Data yang diperoleh berupa kesulitan belajar siswa dan faktor-
faktor penyebab kesulitan belajar. Pengambilan data dilakukan dengan cara tes dan
wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kesulitan belajar siswa pada
materi larutan penyangga berkisar antara sedikit sulit dan sangat sulit dan (2) faktor
penyebab kesulitan belajar siswa meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal berupa minat belajar kimia rendah, motivasi belajar kimia rendah,
pemahaman konsep-konsep pada materi larutan penyangga rendah, pemahaman
konsep prasyarat pada materi larutan penyangga rendah, dan kemampuan matematika
siswa lemah. Faktor eksternal berupa pengaruh negatif dari teman sebaya, fasilitas
pendukung pembelajaran yang kurang memadai, dan metode yang diterapkan oleh
guru.

Kata kunci: Kesulitan belajar; larutan penyangga; SMA Negeri 2 Kuta

ABSTRACT

This research was aimed to describe (1) student’s chemistry learning disabilities and
(2) the cause factors of student’s learning disabilities to understanding buffer solution
topic at SMA Negeri 2 Kuta. The subjects of this research were 198 students from all
class XI MIPA and 3 chemistry teachers at SMA Negeri 2 Kuta. Method used in the
research was qualitative method. The data were student’s learning achievement and
information about the cause factor of student’s learning disabilities in learning buffer
solution topic. The data were collected by using two-tier multiple choice test and
interview. The result of this research showed that (1) student’s learning disabilities in
each indicator was ranged between less difficult and most difficult and (2) the factor
that cause student’s learning disabilities include internal factor and external factor.
Internal factor that caused learning disabilities namely less learning interest toward
chemistry, less learning motivation toward chemistry, less understanding toward
buffer solution concept, less understanding toward supporting concepts of buffer
solution topic, and student’s less mathematic ability. The external factor that caused
learning disabilities namely negative effect of friend at same age, inadequate learning
supported facilities, and teacher’s teaching method.

Keywords: Learning disabilities; buffer solution; SMA Negeri 2 Kuta

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 86


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

PENDAHULUAN Kimia Dasar merupakan mata kuliah


Dalam Undang-undang (UU) No.20, umum yang diprogramkan pada awal
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan semester, karena erat kaitannya dengan
Nasional pasal 3 dinyatakan bahwa disiplin ilmu yang lain (Arianti, Qaddafi, &
Pendidikan nasional berfungsi Zulkarnaim, 2017) kimia dasar memerlukan
mengembangkan kemampuan dan membentuk kegiatan praktikum. Praktikum merupakan
watak serta peradaban bangsa yang bagian dari pengajaran yang bertujuan agar
bermartabat dalam rangka mencerdaskan mahasiswa mendapat kesempatan untuk
kehidupan bangsa, bertujuan untuk menguji dan melaksanakan dalam keadaan
berkembangnya potensi peserta didik agar nyata apa yang diperoleh dalam teori.
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa Kegiatan praktikum mempunyai tiga fungsi
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak yaitu latihan, umpan balik,dan memperbaiki
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, motivasi. Sebagai fungsi latihan, praktikum
dan menjadi warga Negara yang demokratis dapat dimanfaatkan untuk melatihkan tiga
serta bertanggung jawab. Sehingga nanatinya ranah kecerdasan (kognitif, psikomotor, dan
mampu menjadi anak bangsa yang afektif) secara serentak yaitu: 1)Kecerdasan
membanggakan. Sebab anak merupakan intelektual (kognitif) meliputi : pendalaman
dambaan bagi setiap orang tua dan anak teori yang telah diperoleh, berpikir kritis dan
adalah bagian dari generasi sebagai salah satu analitis, dan memecahkan masalah;
dari sumber daya manusia yang merupakan 2)Kecerdasan motorik(psikomotor)meliputi:
potensi dan penerus cita-cita perjuangan belajar memasang peralatan tertentu sehingga
bangsa. betul-betul berjalan dan belajar memakai
Sehubungan dengan ketetapan UUD peralatan/instrumen tertentu; 3)Kecerdasan
dan UU tentang Sisdiknas serta tujuan emosional dan sosial (afektif) meliputi:
pendidikan nasional yang telah di tetapkan belajar merencanakan kegiatan secara
oleh pemerintah bahwa pendidikan di masa mandiri, belajar bekerja sama, berkomunikasi,
yang akan datang ini harus memiliki mutu dan dan jujur (Rudi, 2015)
berkualitas dibanding dengan pelaksanaan Laboratorium merupakan tempat
pendidikan yang telah berlangsung saat kegiatan mahasiswa, dosen, peneliti dan
sekarang ini (Citra, 2012). sebagainya, melakukan kegiatan percobaan
Pendidikan merupakan sesuatu yang (Raharjo & Harjanto, 2017). Senada dengan
memiliki tujuan yang sangat penting untuk pendapat Hofstein & Luneet dalam Sari et al.,
diperoleh. Dalam skala nasional, tujuan dalam (2018), menyatakan bahwa laboratorium
pendidikan adalah untuk mengembangkan membuat perkuliahan lebih bermakna, karena
kemampuan dan membentuk watak serta mahasiswa bertindak langsung dalam
peradaban bangsa yang bermartabat dalam melakukan pengamatan atas percobaannya.
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta Selain itu, keberadaan laboratorium dikampus
untuk mengembangkan potensi peserta didik merupakan keharusan pada pendidikan sains
agar menjadi manusia yang beriman dan modern, salah satunya laboratorium kimia
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai bagian dari sains (Eliyarti, 2019).
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, Ilmu kimia merupakan ilmu yang
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara mempelajari tentang materi, yang mencakup
yang demokratis serta bertanggung jawab. struktur, sifat, dan perubahan materi (Chang,
Artinya bahwa tujuan pendidikan adalah 2010). Johnstone (1992) menyatakan ilmu
membentuk orang yang mempunyai sikap kimia memiliki karakteristik yang berbeda
atau attitude sosial yang baik, yang mampu dari ilmu lain di bidang sains, yang mana
bekerja sama dengan lingkungannya, mampu konsep-konsep dalam ilmu kimia melibatkan
mengutamakan kepentingan umum dari pada tiga aspek kajian yang saling berhubungan
kepentingan sendiri atau golongan (Thahir, satu dengan yang lainnya. Secara utuh, ilmu
2014). kimia terbagi ke dalam aspek makroskopis,
mikroskopis, dan simbolis. Hasil penelitian

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 87


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

Chandrasegaran et. al (2007) menyatakan penyangga, pembuatan larutan penyangga,


bahwa aspek mikroskopis merupakan aspek dan pH larutan penyangga. Pada penelitian ini
penting dalam konsep kimia. Akan tetapi, hal juga ditemukan hasil bahwa lebih dari 50%
ini pula yang membuat siswa kesulitan untuk siswa tidak paham pada materi larutan
memahami pelajaran kimia. Pernyataan penyangga. Selanjutnya, hasil Marsita (2009)
mengenai kesulitan yang dialami siswa ini menunjukkan hasil bahwa letak kesulitan
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh siswa untuk materi larutan penyangga adalah
Treagust et. al (2011) yang menyatakan (1) pengertian larutan penyangga 35,52%, (2)
bahwa siswa mengalami kebingungan dalam perhitungan pH dan pOH larutan penyangga
membedakan aspek makroskopis dan dengan menggunakan prinsip kesetimbangan
mikroskopis. 26,03%, (3) perhitungan pH larutan
Gabel (1993) juga mengungkapkan penyangga pada penambahan sedikit asam
bahwa pembelajaran kimia yang hanya atau basa 40,83%, dan (4) fungsi larutan
menekankan pada aspek simbolis dan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dan
pemecahan masalah menyebabkan siswa dalam kehidupan sehari-hari 68,26%.
kesulitan untuk mengembangkan pemahaman Menurut Djamarah (2010) faktor-faktor
konseptual dalam kimia. Realita di sekolah yang memengaruhi belajar siswa disebabkan
menunjukkan bahwa pelajaran kimia dianggap oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
sebagai pelajaran yang membosankan dan internal meliputi gangguan atau
sulit oleh sebagian besar siswa. Wiseman kekurangmampuan psikofisik siswa yakni:
(dalam Pusparini, 2009) menyampaikan intelegensi, labilnya emosi, dan sikap,
bahwa ilmu kimia merupakan salah satu terganggunya alat-alat indera pengelihatan
pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa dan pendengaran. Faktor eksternal meliputi
menengah dan mahasiswa. Hal serupa juga lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat,
disampaikan oleh Sihran (2007) yang dan lingkungan sekolah.
menyatakan bahwa kimia sering dianggap Berdasarkan paparan tersebut, peneliti
sebagai mata pelajaran yang sulit, yang memandang perlu diadakan penelitian lebih
terkadang membuat siswa enggan belajar lanjut mengenai kesulitan belajar kimia siswa
kimia lebih lanjut. Kesan sulit yang terjadi kelas XI dalam materi larutan penyangga dan
karena sebagian besar konsep-konsep kimia faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
bersifat abstrak dan kompleks, sehingga tersebut. Oleh karena itu, peneliti mengangkat
membutuhkan pemahaman yang mendalam penelitian kesulitan belajar dan faktor-faktor
dalam mempelajarinya. penyebab kesulitan belajar pada materi larutan
Salah satu indikator adanya kesulitan penyangga di SMA Negeri 2 Kuta.
belajar siswa adalah rendahnya hasil belajar
yang diperoleh siswa (Purba, 2006). METODE PENELITIAN
Berdasarkan data hasil ulangan harian larutan
penyangga yang diberikan oleh guru kimia Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
SMA Negeri 2 Kuta, diperoleh data bahwa dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian
sebesar 53% siswa kelas XI MIPA belum ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Kuta. pada
tuntas pada materi larutan penyangga. Hasil semester genap tahun ajaran 2017/2018.
belajar kimia yang rendah tersebut Pelaku pada penelitian ini adalah seluruh
mengindikasikan bahwa siswa masih siswa pada kelas XI MIPA di SMA Negeri 2
mengalami kesulitan belajar kimia, khususnya Kuta yang berjumlah 198 orang dan 3 orang
pada materi larutan penyangga. Kesulitan guru kimia yang mengajar di kelas XI.
yang dialami siswa dalam mempelajari larutan Aktivitas yang ingin diteliti dalam penelitian
penyangga didukung oleh penelitian Mentari ini adalah kesulitan belajar kimia siswa kelas
(2014) yang menyatakan bahwa miskonsepsi XI di SMA Negeri 2 Kuta dalam mempelajari
siswa terjadi pada konsep pengertian dan sifat materi larutan penyangga dan faktor penyebab
larutan penyangga, komponen larutan kesulitan belajar kimia siswa pada materi
penyangga, reaksi (cara kerja) larutan larutan penyangga.

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 88


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

Instrumen penelitian yang digunakan tergolong cukup, dan 5 butir soal tergolong
adalah tes hasil belajar larutan penyangga baik.
yang berupa tes pilihan ganda beralasan dan Nilai hasil tes siswa kemudian
pedoman wawancara. Tes pilihan ganda digunakan untuk menentukan kesulitan belajar
beralasan berjumlah 15 soal dengan yang dialami siswa dalam mempelajari materi
karakteristik soal valid dengan rentangan rbis larutan penyangga pada tiap indikator.
yang diperoleh sebesar 0,28 – 0,80. Soal Kriteria yang digunakan dalam menentukan
memiliki reliabilitas tinggi dengan nilai kesulitan belajar merupakan hasil adaptasi
reliabilitas sebesar 0,74. Tingkat kesukaran dari kriteria pemahaman menurut Arikunto
soal meliputi 5 butir soal tergolong mudah, 9 (2013). Kriteria ini digunakan untuk
butir soal tergolong sedang, dan 1 butir soal menentukan tingkat kesulitan belajar siswa di
tergolong sedang. Daya beda soal meliputi 2 masing-masing indikator yang dijabarkan
butir soal tergolong lemah, 8 butir soal pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Kesulitan Belajar

Persentase Kriteria
1-20% Tidak sulit
21-40% Sedikit sulit
41-60% Cukup sulit
61-80% Sulit
81-100% Sangat sulit

Pengumpulan data berupa faktor-faktor Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses
penyebab kesulitan belajar dilakukan dengan pemilihan sampel untuk diwawancara. Data
metode wawancara. Penentuan siswa yang hasil belajar siswa dikelompokkan
akan diwawancarai menggunakan teknik berdasarkan kritera pengelompokkan siswa
purposive proportional sampling. Siswa menurut (Arikunto, 2013). Pengelompokkan
dikelompokkan ke dalam kelompok siswa siswa ke dalam kelompok siswa atas,
atas, menengah, dan bawah berdasarkan hasil menengah, dan bawah dapat dilihat pada
tes larutan penyangga yang dikerjakan siswa. Tabel 1.

Tabel 2. Kriteria Kelompok Siswa

Rumus Interval Nilai Interval Nilai Kriteria


X > M + 1 SD X > 66 Kelompok Atas
M – 1 SD ≤ X ≤ M + 1 SD 32 ≤ X ≤ 66 Kelompok Menengah
X < M – 1 SD X < 32 Kelompok Bawah

Teknik analisis data yang digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN


pada penelitian ini meliputi analisis statistika Hasil Penelitian
deskriptif dan deskriptif interpretatif. Teknik Sebelum Hasil belajar larutan
analisis statistika deskriptif berupa analisis penyangga siswa menunjukkan bahwa
frekuensi digunakan untuk menganalisis data 85,85% siswa yang mengikuti tes masih
kesulitan belajar siswa dan teknik analisis mendapatkan nilai di bawah KKM yang sudah
deskriptif interpretatif digunakan untuk ditetapkan. Materi larutan penyangga yang
menganalisis data hasil wawancara. dibelajarkan di SMA Negeri 2 Kuta terdiri
atas lima indikator, yaitu (1) menjelaskan
pengertian larutan penyangga, (2)
membedakan larutan penyangga dan bukan
penyangga, (3) menghitung pH dan pOH

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 89


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

larutan penyangga, (4) menghitung pH dan yang mengacu pada indikator tertentu. Jumlah
pOH larutan penyangga dengan penambahan kesalahan tersebut selanjutnya dikonversi
sedikit asam, basa, dan pengenceran, dan (5) menjadi persentase kesulitan belajar siswa.
menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam Persentase ini dijadikan acuan untuk
tubuh makhluk hidup. Kesulitan belajar siswa menentukan tingkat kesulitan belajar siswa di
pada masing-masing indikator ditentukan tiap indikator. Rincian tingkat kesulitan pada
berdasarkan jumlah kesalahan di tiap soal tiap indikator ditunjukkan pada Tabel 03.

Tabel 3. Tingkat Kesulitan Belajar Siswa Tiap Indikator

No. Indikator Tingkat Kesulitan Belajar (%) Kriteria


1. Menjelaskan pengertian larutan penyangga 42 Cukup Sulit
Membedakan larutan penyangga dan
2. 38 Sedikit Sulit
bukan penyangga
Menghitung pH dan pOH larutan
3. 44 Cukup Sulit
penyangga
Menghitung pH larutan penyangga dengan
4. penambahan sedikit asam, basa, dan 86 Sangat Sulit
pengenceran
Menjelaskan fungsi larutan penyangga
5. 74 Sulit
dalam tubuh makhluk hidup

Bentuk kesulitan yang dialami siswa siswa dan wawancara. Rangkuman deskripsi
dalam mempelajari materi larutan penyangga kesulitan belajar larutan penyangga dapat
dapat diamati dari jawaban tes hasil belajar dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rangkuman Deskripsi Kesulitan Belajar

No. Indikator Bentuk Kesulitan


Menjelaskan a. Pemahaman siswa mengenai sifat larutan penyangga
1. pengertian larutan b. Pemahaman siswa mengenai komponen penyusun larutan
penyangga penyangga
a. Pemahaman siswa mengenai komponen larutan penyangga dan
Membedakan larutan
jenis larutan penyangga
2. penyangga dan
b. Pemahaman siswa mengenai konsep asam basa
bukan penyangga
c. Kemampuan siswa dalam perhitungan kimia (stoikiometri)
a. Kemampuan siswa dalam menuliskan persamaan reaksi
Menghitung pH dan b. Kemampuan siswa dalam menentukan rumus yang digunakan
3. pOH larutan untuk menghitung pH
penyangga c. Kemampuan siswa dalam perhitungan kimia (stoikiometri)
d. Ketelitian dalam mengerjaan soal
a. Kemampuan siswa dalam menentukan rumus yang digunakan
Menghitung pH
untuk meghitung pH
larutan penyangga
b. Kemampuan siswa dalam menuliskan persamaan reaksi
4. dengan penambahan
c. Pemahaman siswa mengenai konsep asam basa
sedikit asam, basa,
d. Pemahaman siswa mengenai cara kerja larutan penyangga
dan pengenceran
dalam mempertahankan pH
Menjelaskan fungsi
a. Pemahaman siswa mengenai cara kerja larutan penyangga
5. larutan penyangga
dalam mempertahankan pH
dalam tubuh

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 90


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

makhluk hidup
Faktor-faktor penyebab kesulitan prasyarat materi larutan penyangga rendah,
belajar siswa dalam mempelajari materi kemampuan matematika siswa lemah,
larutan penyangga diperoleh melalui pengaruh negatif dari teman sebaya, fasilitas
interpretasi deskripsi kesulitan belajar siswa pendukung pembelajaran yang kurang
dan wawancara. Faktor-faktor penyebab memadai, dan metode mengajar yang
kesulitan belajar yang diperoleh adalah minat diterapkan guru. Faktor-faktor ini kemudian
belajar kimia siswa rendah, motivasi belajar digolongkan menjadi faktor internal dan
kimia siswa rendah, pemahaman terhadap eksternal. Rincian faktor-faktor penyebab
konsep-konsep pada materi larutan penyangga kesulitan belajar larutan penyangga dapat
rendah, pemahaman terhadap konsep dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa

Faktor Internal Faktor Eksternal


a. Minat belajar kimia rendah a. Pengaruh negatif dari teman sebaya
b. Motivasi belajar kimia rendah b. Fasilitas pendukung pembelajaran yang
c. Pemahaman terhadap konsep-konsep pada kurang memadai
materi larutan penyangga rendah c. Metode mengajar yang diterapkan guru
d. Pemahaman terhadap konsep prasyarat
materi larutan penyangga rendah
e. Kemampuan matematika siswa lemah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah kesulitan sebesar 42%. Siswa mengalami
dipaparkan, diketahui bahwa siswa kelas XI kesulitan belajar ini karena siswa belum
MIPA SMA Negeri 2 Kuta mengalami memahami sifat dan komponen penyusun
kesulitan belajar pada semua indikator pada larutan penyangga dengan baik. Siswa masih
materi larutan penyangga. Hasil penelitian ini keliru dalam menjelaskan pengertian larutan
sejalan dengan hasil penelitian Antari (2016) penyangga. Siswa menganggap bahwa larutan
yang menunjukkan bahwa siswa mengalami penyangga adalah larutan yang pH-nya
kesulitan belajar pada semua indikator larutan berubah-ubah ketika ditambahkan sedikit
penyangga. Hasil penelitian Nurhujaimah asam, basa, atau pengenceran sehingga
(2016) menyatakan bahwa miskonsepsi pada banyak siswa yang salah memilih jawaban
materi larutan penyangga terjadi pada semua yang disediakan.
indikator. Adanya miskonsepsi pada siswa Kesulitan lain yang dialami siswa
dapat menandakan bahwa siswa mengalami adalah kesulitan membedakan larutan
kesulitan belajar. Jannah (2016) menyatakan penyangga dan bukan penyangga yang
bahwa faktor yang menyebabkan siswa tidak tergolong sedikit sulit dengan presentase
mencapai ketuntasan minimum yang kesulitan sebesar 38%. Kesulitan belajar ini
ditentukan sekolah dalam belajar kimia adalah terjadi karena pemahaman siswa mengenai
pemahaman siswa yang kurang dan komponen penyusun larutan penyangga
banyaknya siswa yang mengalami kurang, pemahaman siswa mengenai konsep
miskonsepsi. asam basa masih rendah, dan kemampuan
Berdasarkan hasil analisis jawaban siswa dalam stoikiometri (perhitungan kimia)
siswa dan wawancara diperoleh hasil bahwa masih lemah. Siswa tidak dapat menentukan
kesulitan belajar dalam memahami materi zat-zat yang dapat membentuk larutan
larutan penyangga terjadi pada semua penyangga. Siswa tidak dapat membedakan
indikator materi larutan penyangga yang zat yang bersifat asam atau basa. Siswa tidak
dibelajarkan di SMA Negeri 2 Kuta. Kesulitan dapat menentukan mol suatu zat dari
menjelaskan pengertian larutan penyangga informasi volume dan konsentrasi zat
tergolong cukup sulit dengan presentase sehingga tidak dapat menentukan campuran

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 91


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

yang dapat membentuk larutan penyangga. siswa belum bisa menentukan jumlah mol
Bentuk kesulitan yang dialami menunjukkan baru pada keadaan kesetimbangan baru.
bahwa pemahaman konsep larutan penyangga Kesulitan menghitung pH larutan penyangga
siswa lemah dan konsep prasyarat larutan dengan penambahan sedikit asam, basa, dan
penyangga siswa lemah. Sastrika et. al (2013) pengenceran menjadi kesulitan paling tinggi
mengatakan pemahaman konsep merupakan yang ditemukan pada materi larutan
salah satu aspek yang perlu mendapatkan penyangga. Hal ini karena indikator ini
perhatian di dalam pembelajaran karena akan memiliki level kognitif yang lebih tinggi
berujung pada hasil belajar siswa. Pemahaman dibandingkan indikator lainnya. Taksonomi
konsep yang baik akan didapat apabila siswa Bloom mengklasifikasikan level kognitif
mampu mengaitkan pengetahuan yang baru menjadi enam, yaitu mengingat, memahami,
didapat dengan pengetahuan yang sudah mengaplikasikan,menganalisis, mengevaluasi,
dimiliki sebelumnya. mencipta (Gunawan, 2012). Semakin tinggi
Kesulitan menghitung pH dan pOH tingkat pemahaman, maka semakin kompleks
larutan penyangga tergolong cukup sulit kerja kognitif yang diperlukan sehingga
dengan presentase kesulitan belajar sebesar menyebabkan siswa lebih sulit untuk
44%. Bentuk kesulitan yang ditemukan memahami indikator dengan level kognitif
berkaitan dengan kesulitan ini, yaitu yang lebih tinggi.
kemampuan siswa dalam menuliskan Kesulitan dalam menjelaskan fungsi
persamaan reaksi masih lemah, kemampuan larutan penyangga dalam tubuh makhluk
siswa dalam menentukan rumus menghitung hidup tergolong sulit dengan presentase
pH yang digunakan lemah, kemampuan kesulitan belajar sebesar 74%. Bentuk
stoikiometri siswa lemah, dan ketelitian siswa kesulitan yang berkaitan dengan kesulitan
dalam mengerjakan soal kurang. Kesalahan belajar ini adalah pemahaman siswa mengenai
yang ditemukan pada jawaban siswa adalah cara kerja larutan penyangga masih lemah.
siswa tidak dapat menuliskan rumus molekul Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh hasil
dari hasil reaksi (produk) dengan benar. bahwa kesulitan belajar siswa terjadi karena
Berdasarkan hasil wawancara, siswa siswa belum mampu memahami konsep reaksi
menyatakan kebingungan dalam menentukan kesetimbangan yang digunakan untuk
rumus menghitung pH yang digunakan. Hal menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam
ini terjadi karena siswa tidak memahami tubuh makhluk hidup. Informasi tambahan
konsep larutan penyangga dengan baik dan yang diperoleh dari wawancara menyatakan
belajar dengan cara menghafal. Selain itu, bahwa pada saat pembelajaran larutan
pemahaman siswa mengenai konsep prasyarat penyangga guru tidak terlalu menekankan
materi larutan penyagga kurang. Siswa pembelajaran pada indikator ini, sehingga
kurang teliti dalam mengerjakan soal, hal ini menyebabkan siswa kurang memahami
ditunjukkan dari kesalahan siswa dalam indikator menjelaskan larutan penyangga dan
mengerjakan soal perhitungan. Siswa masih bukan penyangga.
kesulitan dalam mengalikan dan membagi Faktor penyebab kesulitan belajar siswa
bilangan desimal, yang menunjukkan bahwa dalam mempelajari materi larutan penyangga
kemampuan matematika siswa kurang. diperoleh dari interpretasi bentuk kesulitan
Kesulitan menghitung pH larutan belajar larutan penyangga dan hasil
penyangga dengan penambahan sedikit asam, wawancara. Faktor penyebab kesulitan belajar
basa, dan pengenceran tergolong sangat sulit siswa dalam memahami materi larutan
dengan presentase kesulitan belajar sebesar penyangga dikelompokkan menjadi dua, yaitu
86%. Bentuk kesulitan baru yang ditemukan faktor internal dan faktor eksternal. Hasil
adalah pemahaman siswa mengenai cara kerja penelitian yang diperoleh sesuai dengan
larutan penyangga dalam mempertahankan pH penelitian Dimyati dan Mudjiono (2006) yang
lemah. Kesulitan ini terjadi karena siswa menyatakan bahwa siswa menghadapi
kurang paham dengan konsep reaksi masalah-masalah secara intern dan ekstren
kesetimbangan yang digunakan sehingga dalam kegiatan belajarnya.

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 92


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

Faktor internal penyebab kesulitan materi larutan penyangga sangat rendah. Hasil
belajar larutan penyangga yang ditemukan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
pada siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 2 (Antari, 2016) yang menyatakan bahwa
Kuta meliputi minat belajar kimia siswa motivasi menjadi salah satu faktor penyebab
rendah, motivasi belajar kimia siswa rendah, kesulitan belajar siswa. Menurut Danar (2012)
pemahaman terhadap konsep-konsep pada siswa yang memiliki motivasi tinggi akan
materi larutan penyangga rendah, pemahaman menunjukkan perilaku, yaitu keinginan
terhadap konsep prasyarat materi larutan mendalami materi, ketekunan dalam
penyangga rendah, dan kemampuan mengerjakan tugas, keinginan berprestasi, dan
matematika siswa lemah. Faktor eksternal keinginan untuk maju. Rendahnya motivasi
penyebab kesulitan belajar larutan penyangga belajar siswa dapat menjadi faktor kesulitan
yang ditemukan pada siswa kelas XI MIPA belajar kimia siswa. Motivasi belajar siswa
SMA Negeri 2 Kuta meliputi pengaruh negatif yang rendah berkaitan dengan
dari teman sebaya, fasilitas pendukung Pemahaman terhadap konsep prasyarat
pembelajaran yang kurang memadai, dan materi larutan penyangga siswa yang masih
metode mengajar yang diterapkan guru. rendah turut menjadi salah satu faktor internal
Minat belajar kimia siswa rendah penyebab kesulitan belajar siswa. Larutan
menjadi salah satu faktor penyebab kesulitan penyangga merupakan salah satu materi kimia
belajar larutan penyangga Sebagian besar yang bersifat kompleks sehingga untuk
siswa menyatakan tidak menyukai mata mempelajarinya siswa dituntut untuk
pelajaran kimia atau menyukai pelajaran memahami konsep-konsep prasyarat yang
kimia saat materi kimia tertentu saja. Hal mendasarinya. Konsep-konsep prasyarat
tersebut menyebabkan siswa malas belajar tersebut harus dikuasai oleh siswa agar tujuan
dan menganggap materi larutan penyangga pembelajaran dapat tercapai dengan
sulit untuk dipahami. Hal ini diperkuat dengan maksimal.
pernyataan guru kimia kelas XI yang Pemahaman mengenai konsep prasyarat
mengatakan bahwa minat belajar siswa dalam pembelajaran sejalan dengan teori belajar
mempelajari materi kimia kurang dan siswa kognitif yang dikemukakan oleh Piaget.
tidak pernah melatih diri dan melakukan Filosofis konstruktivisme menyatakan bahwa
persiapan sebelum pembelajaran kimia di pengetahuan merupakan hasil konstruksi
sekolah berlangsung. Hasil penelitian ini kognitif melalui suatu aktivitas siswa yang
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan meliputi keterampilan maupun sikap ilmiah
oleh Jarut (2014) yang menyatakan bahwa siswa sehingga siswa dapat mengkonstruksi
minat memiliki pengaruh yang besar terhadap pengetahuannya sendiri dan bermakna melalui
proses belajar siswa karena minat merupakan pengalaman yang nyata (Siwa et. al, 2013).
faktor utama yang menentukan derajat Jika siswa tidak memahami konsep dasar
keaktifan siswa. Hasil penelitian Sapuroh maka siswa akan mengalami kesulitan dalam
(2010) juga menyatakan bahwa minat siswa memahami konsep yang lebih kompleks
menjadi salah satu aspek dominan yang (Nakhleh, 1992).
memengaruhi kesulitan belajar siswa. Faktor internal penyebab kesulitan
Rendahnya minat belajar siswa berkaitan belajar selanjutnya adalah pemahaman siswa
dengan motivasi belajar siswa. Motivasi terhadap konsep larutan penyangga yang
belajar siswa yang rendah menyebabkan siswa masih rendah. Siswa tidak memahami konsep-
minat belajar siswa yang rendah. konsep larutan penyangga secara menyeluruh
Penyebab kesulitan belajar lainnya dan hanya sekadar menghafal materi sehingga
adalah motivasi belajar kimia siswa rendah. materi yang dipelajari akan lebih cepat
Hal ini ditunjukkan dari kebiasaan belajar terlupakan. Menurut Harefa (2013) bahan
siswa. Siswa tidak memiliki waktu khusus subjek yang dipelajari siswa haruslah
untuk belajar setiap hari. Beberapa siswa bermakna. Dalam mempelajari konsep kimia,
mengatakan belajar apabila akan ada ulangan siswa mendapatkan atribut-atribut kriteria
saja. Selain itu, rasa ingin tahu siswa terhadap konsep. Siswa menghubungkan atribut kriteria

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 93


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

konsep tersebut dengan konsep yang relevan Pengaruh negatif dari teman sebaya
yang ada dalam struktur pengetahuan yang dapat menjadi faktor penyebab kesulitan
telah siswa bentuk sebelumnya membentuk belajar siswa. Teman sebaya memiliki
struktur pengetahuan yang baru (Dahar, pengaruh yang besar dalam perkembangan
2011). Siswa akan kesulitan dalam siswa. Dari hasil wawancara menunjukkan
mempelajari konsep larutan penyangga, jika bahwa teman sebaya merupakan salah satu
siswa belum tuntas dalam mempelajari konsep faktor penyebab kesulitan belajar yang
dasar asam basa dan kesetimbangan kimia dialami siswa. Pengaruh teman sebaya yang
(Orgill & Suntherland, 2008). Jika suatu dapat menjadi faktor kesulitan belajar siswa
materi yang dipelajari siswa memerlukan adalah pengaruh negatif yang dilakukan saat
penguasaan materi lain sebagai prasyarat pembelajaran kimia berlangsung. Hasil
maka siswa harus menguasai materi sebagai wawancara menunjukkan bahwa siswa
prasyarat tersebut sebelum siswa melanjutkan mengobrol dan bercanda pada saat
ke materi yang berikutnya (Suwarto, 2013). pembelajaran kimia berlangsung yang
Dengan demikian, pemahaman siswa terhadap mengakibatkan hilangnya konsentrasi siswa
konsep-konsep pada materi larutan penyangga dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini
yang lemah berkaitan dengan pemahaman didukung dengan pernyataan dari guru kimia
siswa pada konsep prasyarat larutan kelas XI yang kerap menemukan siswa yang
penyangga yang lemah. mengobrol dan bercanda selama proses
Kemampuan matematika siswa masih pembelajaran berlangsung. Hal yang sama
rendah menjadi faktor internal penyebab ditemukan oleh Windari (2016), yaitu siswa
kesulitan belajar larutan penyangga yang cenderung bermain-main atau bercanda
terakhir. Berdasarkan hasil wawancara, siswa dengan temannya di kelas ketika diberikan
masih mengalami kesulitan dalam aspek waktu untuk menyelesaikan soal-soal yang
perhitungan bilangan desimal, terutama diberikan oleh guru.
perkalian dan pembagian bilangan desimal. Fasilitas pendukung pembelajaran yang
Hal ini karena kemampuan matematika siswa kurang memadai merupakan faktor eksternal
yang masih rendah. Guru kimia kelas XI pun penyebab kesulitan belajar. Fasilitas
menguatkan dengan memberi pernyataan pendukung pembelajaran yang kurang
bahwa kemampuan siswa masih kurang dalam memadai yang dimaksud adalah keberadaan
aspek matematika. Hasil penelitian ini sejalan laboratorium kimia serta alat dan bahan yang
dengan pendapat Ogilvie dan Monangan ada di laboratorium tersebut. Keadaan
(dalam Rengganis, 2010) yang mengatakan laboratorium kimia yang kurang memadai ini
bahwa, kebanyakan siswa yang mempelajari disampaikan oleh siswa dan guru dalam
kimia mengalami kesulitan dalam aspek wawancara. Hasil wawancara menunjukkan
matematis. Bell (dalam Merdekawati, 2013) bahwa laboratorium kimia yang dimiliki oleh
yang menyatakan bahwa tiap bagian dari SMA Negeri 2 Kuta digunakan sebagai ruang
kimia selalu membutuhkan keterampilan kelas sehingga siswa tidak dapat
matematika sebagai contoh stoikiometri, menggunakan laboratorium kimia untuk
penentuan konsentrasi, perhitungan mol dan melaksanakan praktikum. Selain itu, beberapa
pH.. Menurut Arifin (dalam Chaerunisa et. al. bahan yang ada dalam laboratorium kimia
, 2016) kebanyakan siswa yang kurang termasuk bahan yang digunakan untuk
memahami rumusan perhitungan kimia karena pratikum larutan penyangga (senyawa asam
siswa tidak mengetahui dasar-dasar dan basa) sudah rusak sehingga tidak dapat
matematika dengan baik. digunakan.
Faktor eksternal penyebab kesulitan Keberadaan laboratorium dalam
belajar larutan penyangga meliputi pegaruh pembelajaran IPA khususnya kimia adalah
negatif dari teman sebaya, fasilitas pendukung suatu hal yang sangat penting. Kimia
pembelajaran yang kurang memadai, dan merupakan salah satu bidang studi sains yang
metode mengajar yang diterapkan guru. dikembangkan berdasarkan eksperimen yang
mencari jawaban atas pertanyaan apa,

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 94


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam, dilakukan, termasuk hasil uji statistik. Hasil-
khususnya yang berkaitan dengan struktur, hasil ini kemudian dibahas kebermaknaannya
komposisi, transformasi, dinamika dan secara saintifik, dengan menekankan pada
energitika zat yang melibatkan penalaran dan kebaruan yang diperoleh.
keterampilan (Depdiknas, 2003). Hal ini
sejalan dengan hakikat ilmu kimia terdiri dari PENUTUP
dua bagian, yaitu kimia sebagai produk dan Simpulan
kimia sebagai proses (BSNP, 2006). Kimia Berdasarkan hasil penelitian yang telah
sebagai produk dapat berupa pengetahuan diuraikan, dapat disimpulkan bahwa kesulitan
dalam bentuk fakta, prinsip, teori, dan hukum. belajar larutan penyangga terjadi pada setiap
Kimia sebagai suatu proses meliputi suatu indikator. Kesulitan belajar kimia berkisar
kerja yang disebut kerja ilmiah dan suatu antar sedikit sulit sampai dengan sangat sulit.
sikap yang disebut sikap ilmiah. faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
Larutan penyangga merupakan salah materi larutan penyangga dibagi menjadi dua,
satu materi kimia yang memerlukan yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
penguatan pemahaman siswa melalui internal meliputi minat belajar kimia siswa
praktikum. Karateristik dari larutan rendah, motivasi belajar kimia siswa rendah,
penyangga yaitu, bersifat abstrak, bersifat pemahaman terhadap konsep prasyarat larutan
pemahaman konsep, bersifat kompleks, penyangga rendah, pemahaman terdahap
bersifat riil dan aplikatif. Oleh sebab itu, konsep larutan penyangga rendah, dan
praktikum kimia diperlukan dalam kemampuan matematika siswa lemah.
pembelajaran larutan penyangga Sedangkan, faktor eksternal meliputi
Faktor penyebab kesulitan belajar yang pengaruh negatif dari teman sebaya, fasilitas
terakhir adalah metode mengajar yang pendukung pembelajaran yang kurang
diterapkan guru. Berdasarkan hasil memadai, dan metode mengajar yang
wawancara menunjukkan bahwa sebagian diterapkan guru.
siswa yang termasuk ke dalam kelompok Berdasarkan hasil-hasil yang telah
siswa dengan kesulitan belajar sedang dan dicapai, saran-saran yang dapat diajukan
tinggi tidak menyukai metode mengajar yang adalah bagi guru mata pelajaran kimia agar
diterapkan guru. Oleh karena itu, penggunaan meningkatkan minat dan motivasi siswa
metode mengajar hendaknya dapat dalam belajar kimia, bagi siswa diharapkan
disesuaikan dan divariasikan sehingga mampu meningkatkan minat dan motivasi belajar
mengakomodasi kemampuan dan gaya belajar kimia. Bagi sekolah diharapkan meningkatkan
siswa yang berbeda-beda. fasilitas pendukung pembelajaran kimia
Hal ini sejalan dengan pendapat sehingga proses pembelajaran kimia dapat
Djamarah dan Zain (2010) bahwa kedudukan berlangsung secara optimal dan meningkatkan
metode adalah sebagai salah satu komponen prestasi belajar kimia siswa.
yang ikut ambil bagian dalam keberhasilan
kegiatan belajar mengajar. Metode mengajar DAFTAR PUSTAKA
diharapkan dapat menciptakan interaksi
belajar mengajar antara siswa dengan guru Antari, W. 2016. Analisis Kesulitan Belajar
dalam proses pembelajaran. Mujiman (2009) Siswa dalam Memahami Materi
menyatakan bahwa penetapan metode Larutan Penyangga di SMA
mengajar erat kaitannya dengan Laboratorium Undiksha Singaraja.
pengembangan belajar siswa. Metode yang Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas
tepat akan menumbuhkan motivasi belajar Matematika dan Ilmu Pengetahuan
yang baik dan bila disertai dengan Alam, Universitas Pendidikan Ganesha.
kemampuan refleksi yang baik maka akan
mendorong siswa untuk belajar. Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi
Penulis memaparkan hasil-hasil yang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
diperoleh dari penelitian yang sudah

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 95


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Jakarta: Badan Standar Nasional
Pendidikan. Djamarah, S. B. & A. Zain. 2010 Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Chandrasegaran, A. L., D. F. Treagust, & M. Cipta.
Mocerino. 2007. “The Development of
a Two-Tier Multiple-Choice Diagnostic Gabel, D.L. 1993. “Use of the Particle Nature
Instrument for Evaluating Secondary of Matter in Developing Conseptual
School Students’ Ability to Describe Understanding”. Journal of Chemical
and Explain Chemical Reactions Using Education, Volume 70, Nomor 3, (hlm.
Mutiple Levels of Representation”. 193 – 194).
Chemistry Education Research and
Practice, Volume 8 , Nomor 3 (hlm. Eliyarti. 2019. Deskripsi Efektivitas Kegiatan
293-307). Praktikum Dalam Perkuliahan Kimia
Dasar Mahasiswa Teknik . Jurnal
Chaerunisa, S. Saputro, & A. N. C. Saputro. Pendidikan Kimia Indonesia. Volume 3,
2016. “Penerapan Model Kooperatif Number 2, 2019,
Team Assisted Individualization (TAI)
Dilengkapi dengan Media Peta Konsep Gunawan, I. & R. P. Anggarini. 2012. “
untuk Meningkatkan Kemampuan Taksonomi Bloom- Revisi Ranah
Kerjasama dan Prestasi Belajar Kognitif: Kerangka Landasan untuk
Termokimia Siswa Kelas XI MIA SMA Pembelajaran, Pengajaran, dan
Islam 1 Surakarta”. Jurnal Pendidikan Penilaian”. E-journal Universitas PGRI
Kimia, Volume 5, Nomor 3 (hlm. 36- Madium, Volume 2, Nomor 2 (hlm 98 –
44). 117).

Chang, R. 2010. Chemistry (Tenth edition). Harefa, A. O. 2013. “Penerapan Teori


New York: McGraw-Hill. Pembelajaran Ausebel dalam
Pembelajaran”. Warta Dharmawangsa,
Citra, Yulia. 2012. Pelaksanaan Pendidikan Volume 36 (hlm. 43-55).
Karakter Dalam Pembelajaran . Jurnal
Ilmiah Pendidikan Khusus . Volume 1 Jarut, I., I. N. Suardana., & I. B. N. Sudria.
Nomor 1 Januari 2012. 2014. “ The Identification of Learning
Interest In Chemistry of Senior High
Dahar, R.W. 2011. Teori-teori Belajar. School Student at SMA Negeri 2
Jakarta: Erlangga. Singaraja”. E-Journal Kimia Visvitalis
Universitas Pendidikan Ganesha,
Danar, V. F. 2012. Hubungan Antara Volume 2, Nomor 1 (hlm 40 – 47).
Motivasi Belajar Intrinsik dan
Ekstrinsik Siswa dengan Prestasi Jannah, M., P. Ningsih, & Ratman. 2016.
Belajar Siswa Kelas X Kompetensi “Analisis Miskonsepsi Siswa Kelas XI
Keahlian Teknik Audio Video SMK SMA Negeri 1 Banawa Tengah Pada
Ma’arif 1 Wates. Skripsi (tidak Pembelajaran Larutan Penyangga
diterbitkan). Universitas Negeri Dengan CRI (Certainty of Response
Yogyakarta. Index”. Jurnal Akademika Kimia,
Volume 5, Nomor 2 (hlm 85 – 90).
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar
Kompetensi. Jakarta: Puskur. Dit. Mentari, Luh. 2014. Analisis Miskonsepsi
PTKSD. Siswa Pada Pembelajaran Kimia untuk
Materi Larutan Penyangga. Skripsi

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 96


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

(tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Sihran, G. 2007. “Learning Difficulties in


Kimia, Universitas Pendidikan Chemistry: An Overview”. Journal of
Ganesha. Turkish Science education, Volume 4,
Nomor 2 (hlm. 2 – 20).
Merdekawati, K. 2013. “Pengaruh
Kemampuan Matematik terhadap Siwa, I. B., I W. Muderawan & I N. Tika.
Prestasi Belajar Kimia”. Jurnal Inovasi 2013. “Pengaruh Pembelajaran Berbasis
dan Kewirausahaan. Volume 2, Nomor Proyek dalam Pembelajaran Kimia
1 (hlm. 26-31). Terhadap Keterampilan Proses Sains
Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa”. E-
Mujiman, H. 2009. Manajemen Pelatihan Journal Program Pascasarjana
Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta: Univesitas Pendidikan Ganesha,
Pustaka Pelajar. Volume 3 (hlm. 1-13).

Nurhujaimah, R., I.R. Kartika, & M. Suwarto. 2013. “Belajar Tuntas, Miskonsepsi,
Nurjaydi. 2016 “Analisis Miskonsepsi dan Kesulitan Belajar”. Jurnal
Siswa Kelas XI SMA Pada Materi Pendidikan, Volume 22, Nomor 1 (hlm
Larutan Penyangga Menggunakan 85 – 95).
Instrumen Tes Three Tier Multiple
Choice”. Jurnal Penelitian Pendidikan: Thahir, Andi . 2014. Pengaruh Bimbingan
Pedagogia, Volume 19, Nomor 1 (hlm Belajar Terhadap Prestasi Belajar
15-28). Siswa Pondok Pesantren Madrasah
Aliyah Al-Utrujiyyah Kota Karang .
Orgill, M & Sutherland, A. 2008. Jurnal Bimbingan dan Konseling 01 (2)
“Undergraduate Chemistry Students’ (2014)
Perceptions of and Misconceptions
About Buffer Problems”. Journal of Treagust, D. F., A. L. Chandrasegaran, A. N.
Chemistry Education Research and M. Zain, E. T. Ong, M. Karpudewan, &
Practice, Volume 9 (hlm 131 – 143). L. Halim. 2011. “Evaluation of an
Intervention Instructional Program to
Sapuroh, S. 2010. Analisis Kesulitan Belajar Facilitate Understanding of Basic
Siswa Dalam Memahami Konsep Particle Concepts Among Students
Biologi Pada Konsep Monera di MAN Enrolled in Several Levels of Study”.
Serpong Tanggerang. Skripsi (tidak Chemistry Education Research and
diterbitkan). Universitas Islam Negeri Practice, Volume 12 (hlm. 251-261).
Syarif Hydayatullah.
Windari, N. K. A. 2016. Analisis Kesulitan
Sastrika, I. A. K., I W. Sadia & I W. Siswa dalam Menyelesaikan Soal-soal
Muderawan. 2013. “Pengaruh Model Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan di
Pembelajaran Berbasis Proyek SMA Negeri 1 Gianyar. Skripsi (tidak
Terhadap Pemahaman Konsep Kimia diterbitkan). Jurusan Pendidikan Kimia,
dan Keterampilan Berpikir Kritis”. e- Universitas Pendidikan Ganesha
Journal Program Pascasarjana
Univesitas Pendidikan Ganesha,
Volume 3 (hlm. 1-10).

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 97

Anda mungkin juga menyukai