xx-xx
DOI : xxxx xxxxx xxxxx
ABSTRACT
Berdasarkan hasil studi awal dalam melihat pengaruh berfikir kreatif siswa diperoleh dari
nilai soal uji coba siswa kelas XI yang berjumlah 7 kelas . Diketahui bahwa nilai yang
didapatkan siswa di kelas XI masih tergolong rendah . Nilai ini masih jauh dari rata-rata
KKM yang diharapkan. Pelaksanaan pembelajaran belum menggunakan model pembelajaran
STEM dan pembelajaran masih berpusat pada guru. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk
mengatasi hal tersebut, salah satunya dengan menggunakan sumber belajar yang tepat. Judul
dari penelitian ini adalah “Pengaruh E-Modul Fisika Terintegrasi STEM untuk Meningkatkan
Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Kelas XI SMAN 1 Solok”.
Keywords : Put your keywords here, keywords are separated by semi colon.
Pillar of Physics is licensed under a Creative Commons Attribution ShareAlike 4.0 International License.
I. INTRODUCTION
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan, baik itu kehidupan
berkeluarga, kehidupan berbangsa maupun kehidupan bernegara. Pendidikan merupakan
suatu bentuk usaha sadar untuk mencapai kemajuan yang lebih baik. Didalam pembelajaran,
pendidikan berarti usaha untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang aktif dan
mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik dari yang belum tahu menjadi tahu.
Pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
Pemerintah selalu mengupayakan peningkatan mutu pendidikan melalui pengadaan buku
ajar maupun penyempurnaan kurikulum (Festiyed, 2014). Kurikulum 2013 merupakan hasil
perwujudan Undang-undang tersebut. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menganut
pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pendidik ke
peserta didik. Melalui kurikulum 2013 diharapkan melahirkan peserta didik yang aktif,
kreatif, dan mandiri. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara
aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Pembelajaran
yang diterpakan pada kurikulum 2013 adalah pembelajaranyang dapat mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Asrizal et al, 2018) Pembelajaran harus berkenaan
dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan
dalam proses kognitifnya agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,
peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu
untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide- idenya (Permendikbud 81A, 2013).
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) terhadap kegiatan
pembelajaran menggerakkan perkembangan pada sumber belajar dan media
pembelajaran.Akhir-akhir ini hadirnya inovasi terbaru mengenai bahan ajar berbasis
Teknologi Informasi, maka pada pembelajaran fisika pun ikut serta dalam melakukan
perkembangan tersebut.
Pembaruan proses pembelajaran sangat diperlukan, salah satunya dengan menyesuaikan
bahan ajar yang digunakan untuk materi yang akan disampaikan. Pada proses pembelajaran,
komponen utamanya yaitu ketersediaan bahan ajar yang akan digunakan peserta didik. Bahan
ajar dirancang sebagai alat yang dapat membantu pendidik dan peserta didik dalam proses
pembelajaran sehingga pembelajaran lebih efektif (Festiyed, 2018). Bahan ajar yang dapat
digunakan sesuai tuntutan revolusi industri 4.0 adalah bahan ajar non cetak. Bahan ajar non-
cetak adalah segala bahan yang digunakan untuk membantu pendidik dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran yang dituangkan dalam teknologi non-cetak. Salah satu bahan ajar
non-cetak yang sesuai dengan perkembangan industri 4.0 adalah modul elektronik (e-modul).
Modul merupakan sebuah alat atau sarana pembelajran yang berisi materi, metode, dan cara
mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik (Syafitri &Festiyed, dkk., 2019),
Modul elektronik merupakan hasil non-cetak modul. Modul merupakan bahan ajar cetak
yang mampu membantu peserta didik untuk memahami pelajaran bersama pendidk di dalam
kelas maupun tanpa adanya pendidik. Menurut Kemendikbud (2008) modul adalah sebuah
buku yang dirulis denga tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau
dengan bimbingan pendidik. Modul dimaknai sebagai seperangkat bahan ajar yang disajikan
sistematis, sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang tenaga pendidik
(Prastowo, 2011). Modul harus disusun secara sistematis artinya modul harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai, karakteristik dan kebutuhan sehingga peserta didik
dapat belajar secara mandiri (Asrizal, 2013). E-modul merupakan bahan ajar non-cetak atau
modul yang berbentuk digital dalam penggunaannya menggunakan perangkat komputer. Jadi
dapat diartikan bahwa e-modul merupakan seperangkat bahan ajar non-cetak yang digunakan
untuk belajar secara mandiri oleh peserta didik.
Proses pembelajaran yang baik tentu menerapkan model pembelajaran yang berkualitas.
Salah satu upaya menghasilkan kualitas pembelajaran dalam pendidikan pada kurikulum 2013
yaitu menggunakan pendekatan STEM. Pendekatan STEM yang mencakup ilmu sains,
teknologi, mesin, dan matematika akan tetap menjadi bidang kebutuhan kritis dalam dunia
pendidikan. Keterkaitan antara sains, teknologi maupun ilmu lain tidak dapat dipisahkan
dalam pembelajaran. Sains membutuhkan matematika sebagai alat pengolahan data, teknologi
serta teknik sebagai bagian dari pengaplikasian sains.Melalui pendekatan STEM peserta didik
diharapkan memiliki keterampilan belajar dan berinovasi yang meliputi berpikir kritis,
inovatif, kreatif, berkomunikasi serta mampu berkolaborasi.
Pentingnya keterampilan berfikir kreatif agar dapat mengikuti perkembangan zaman. Jika
keterampilan ini dikuasai dengan baik sehingga bisa memberikan akomodasi didunia kerja
agar lulusan bisa bersaing didunia kerja dengan baik. Berpikir kreatif termasuk kedalam
strategi kognitif dengan metode pemecahan masalah yang efektif. Berpikir kreatif adalah
kemampuan untuk menjawab permasalahan berdasarkan data/informasi yang ada dengan
berbagai macam alternatif jawaban. Jawaban yang diberikan menunjukkan orisinalitas,
fleksibilitas, fluency, dan elaborasi.
Kondisi nyata pertama diperoleh dari hasil observasi terhadap penggunaan e-modul
terintegrasi STEM di sekolah yang dilakukan dengan teknik observasi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar observasi dilakukan pada dua orang guru fisika SMAN 1 Solok.
Berdasarkan hasil analisis lembar observasi penggunaan modul disekolah masih berbasis
konvensional atau berbasis cetak. Modul berbasis cetak yang digunakan belum untuk
keseluruhan materi fisika, tetapi hanya materi tertentu saja. Dalam kegiatan pembelajaran,
siswa menggunakan buku paket diperpustakaan sebagai sumber belajar, dan mengerjakan
soal-soal yang ada pada buku tersebut. Hasil analisis lembar observasi terhadap penggunaan
e-modul disekolah yang diberikan kepada 2 orang guru fisika berada pada kategori rendah
dengan nilai yaitu 38,23 dan 42,64
Kondisi nyata kedua diperoleh dari hasil analisis integrasi STEM pada buku teks siswa.
Analisis buku dilakukan pada tiga buah buku Fisika. Kriteria yang dinilai pada tiga buku
berdasarkan indikator setiap komponen STEM. Instrumen yang digunakan dalam analisis ini
yaitu lembar analisis dokumen. Hasil analisis buku siswa kelas XI SMA diperoleh nilai rata-
rata 44,77 berada di kategori cukup. Nilai tersebut menjelaskan bahwa buku siswa yang
digunakan dalam pembelajaran belum sesuai dengan indikator setiap komponen STEM.
Kondisi nyata ketiga diperoleh dari kajian liteture journal research materi gelombang
bunyi dan cahaya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Sutrisno & Hamdu, 2020) guru
belum memiliki akses terhadap referensi model pembelajaran STEM yang disertai dengan
pedoman penggunaan dan perangkat yang dibutuhkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Kallesta dkk (2018) dari journal research materi gelombang bunyi dan cahaya dinyatakan
bahwa 46% siswa kurang tertarik dengan pembelajaran gelombang bunyi. Kurang tertariknya
siswa tersebut disebabkan oleh beberapa alasan diantaranya : siswa masih kesulitan dalam
mengerjakan soal bunyi, guru kurang memberikan motivasi dan guru tidak menggunakan alat
peraga dalam pembelajaran. Selanjutnya, Berdasarkan penelitian Istyowati dkk (2017)
dinyatakan bahwa dengan persentase nilai yaitu 16,7% siswa mengalami kesulitan dalam
materi gelombang bunyi dan cahaya. Hal ini disebabkan proses pembelajaran yang berpusat
pada guru menjadikan siswa pasif, malas belajar dan tidak memahami konsep materi yang
diberikan guru dalam proses pembelajaran.
Kondisi nyata yang keempat dilakukan analisis penerapan kemampuan berpikir kreatif
siswa. Teknik yang digunakan dalam analisis ini yaitu penilaian kemampuan siswa dengan
menggunakan instrument lembar pengetahuan siswa. Penilaian dilakukan sesuai indikator
kemampuan berpikir kreatif siswa. Berdasarkan hasil penilaian kemampuan berpikir kreatif
siswa adalah 64,145 Berada pada kategori kurang. Siswa masih kurang memiliki ide untuk
memecahkan masalah, melakukan dan membuat sesuatu yang baru, serta menghasilkan
sesuatu yang baru dan pengaplikasiannya.
Para peneliti-peneliti telah melakukan berbagai penelitian salah satunya dengan
menerapkan STEM untuk meningkatkan Keterampilan 4C pada Abad 21. Penelitian ini
menggunakan e-modul yang telah dikembangkan oleh Naurah (2022) dengan judul
“Pengembangan E-Modul Terintegrasi STEM untuk Meningkatkan Keterampilan 4C Abad
21”. Dari penelitian tersebut produk yang dihasilkan yaitu e-modul terintegrasi STEM pada
materi gelombang bunyi dan cahaya serta alat-alat optik. Dari penelitian tersebut produk
akhirnya berbantuan media flipbook profesional yang dilengkapi dengan video dan
pembelajaran STEM. E-modul tersebut sudah divalidasi oleh dosen-dosen Fisika.Namun,
masih terdapat beberapa sekolah yang belum menerapkan STEM. Pada materi gelombang
bunyi dan cahaya serta alat-alat optik. Dari penelitian tersebut produk akhirnya berbantuan
media flipbook profesional yang dilengkapi dengan video dan pembelajaran STEM. Penelitian
ini belum diuji pengaruhnya di kelas, sehingga peneliti tertarik untuk menggujikan produk ini
di SMAN 1 Solok, guna untuk melihat pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kreatif
siswa.
Berdasarkan hasil studi awal dalam melihat pengaruh berfikir kreatif siswa diperoleh dari
nilai soal uji coba siswa kelas XI yang berjumlah 7 kelas . Diketahui bahwa nilai yang
didapatkan siswa di kelas XI masih tergolong rendah . Nilai ini masih jauh dari rata-rata
KKM yang diharapkan. Pelaksanaan pembelajaran belum menggunakan model pembelajaran
STEM dan pembelajaran masih berpusat pada guru. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk
mengatasi hal tersebut, salah satunya dengan menggunakan sumber belajar yang tepat. Judul
dari penelitian ini adalah “Pengaruh E-Modul Fisika Terintegrasi STEM untuk
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Kelas XI SMAN 1 Solok”
II. METHOD
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen atau kuantitatif. Menurut
Sugiyono (2017:77) mengatakan bahwa desain ini mempunyai kelompok control, tetapi tidak
berfungsi sepenuhnya untuk megontrol variabel-variabel luar yang memengaruhi pelaksanaan
eksperimen”. Pendapat ini diperkuat oleh Yusuf (2017:183) bahwa rancangan ini juga
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain dan bukan semata-mata oleh perlakuan. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji secara langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain dan
menguji hipotesis hubungan sebab-akibat. Eksperimen semu adalah jenis penelitian yang
digunakan untuk meneliti suatu kelompok yang tidak bisa sepenuhnya mengendalikan
variabel-variabel luar. Langkah awal pada penelitian ini yaitu memilih kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol secara acak.
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi experimental design)
dengan menggunakan desain postest only . Dari kedua kelompok dalam penelitian ini yaitu
kelompok control dan eksperimen diberikan perlakuan yang berbeda. kelompok dengan
variabel control adalah kelompok yang menggunakan bahan ajar berupa buku teks dan
pembelajaran masih secara konvensional, sedangkan kelompok variabel eksperimen,
pembelajaran meggunakan e-modul yang terintegrasi STEM. Setelah diberi perlakuan yang
berbeda pada kedua kelompok, kedua kelompok diberikan tes akhir (posttest) untuk
mengetahui kemampuan berpikir kreatif dari masing-masing kelompok. Penelitian ini
bertujuan untuk menyelidiki pengaruh e-modul terintegrasi STEM terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa kelas XI SMAN 1 Solok.
2 2
S =N ∑ f i X i −¿)2
Keterangan:
r11 = Reliabelitas tes secara keseluruahan
n = Jumlah butir soal
m = Rata-rata skor tes
N = Jumlah pengikut tes
S2 = Variabel total
Untuk tingkat reliabelitas tes digunakan skala seperti yang tercantum dalam tabel 8
Tabel 1 Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal
Nilai Kategori
0,71-1,00 Mudah
0,31-0,70 Sedang
0,00-0,30 Sukar
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Yusuf, 2017 :
256). Untuk menghitung daya beda soal digunakan rumus yang dikemukakan Arikunto (2015:
228) yaitu:
BA BB
D= − =P A−P B
J A JB
Keterangan :
D = Indekas daya beda
BA = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas
BB = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah
JA = Jumlah peserta tes kelompok atas
JB = Jumlah peserta tes kelompok bawah
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Indeks daya beda soal dapat diklasifikasikan seperti tabel 10 di bawah ini.
Tabel 3 Klasifikasi Indeks Daya Beda
2. 0,41-0,70 Baik
3. 0,21-0,40 Cukup
4 0,00-0,20 Buruk
Tabel 4 Nilai Rata-rata , Standar Deviasi dan Varian pada Pengetahuan Siswa Kedua Kelas
Sampel
Kelas N x S S
2
Keterangan
Kelas N α Lo Lt Keterangan
Berdasarkan Tabel 5 dapat dikemukakan kelas eksperimen memiliki nilai L0 pada kelas
kontrol yaitu 0,13238. Kedua kelas sampel terdistribusi normal apabila memiliki nilai L0 < Lt .
Nilai Lt pada taraf nyata 0,05 untuk n=25 didapatkan 0,125382, dan untuk n=28 nilai L0
0,13238. Hasil uji normalitas kedua kelas sampel diperoleh nilai L0 < Lt . Berarti dari data hasil
belajar kedua kelas sampel dari populasi terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah kedua kelas sampel memiliki varian
yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang dilakukan pada penilitian ini yaitu Uji F.
Hasil uji homogenitas kedua kelas sampel pada pengetahuan dijelaskan pada Tabel 6.
Tabel 6 Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Pada Pengetahuan
Kelas N S2 Α Fh Ft Keterangan
Dari hasil analisis uji homogenitas pada Tabel 6, dapat dijelaskan bahwa kedua sampel
mempunyai nilai F h< F t . Dimana nilai F h didapatkan 1,46348 ,sedangkan nilai F t kedua kelas
sampel yaitu 1,92994 Hal ini menunjukkan hasil belajar siswa kedua kelas sampel bersifat
homogeny.
c. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis uji normalitas dan uji homogenitas tes akhir kedua kelas sampel
diperoleh data terdistribusi normal dan mempunyai varian homogeny, maka dilakukan uji
hipotesis kesamaan dua rata-rata. Uji kesamaan dua rata-rata yang dilakukan berupa uji t.
Hasil analisis uji t kedua kelas sampel seperti diuraikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Kedua Kelas Sampel Pada Pengetahuan
Kelas N Α x S
2
th tt
Berdasarkan Tabel 7, dapat dianalisis nilai rata-rata aspek pengetahuan kelas eksperimen
lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol. Hasil analisis uji t kedua kelas sampel diperoleh
nilai t hitung 3,22165 sedangkan nilai t tabeladalah 0 , 002266 . Kriteria penerima H 0 Jika
−t (0,975) <t hitung < t (0,975) pada taraf nyata 0 , 05 dan dk =53. Berdasarkan hasil analisis data harga
t hitung berada diluar daerah penerimaan H 0, atau berada pada daerah penerimaan H i, H iartinya
diterima
Kondisi awal pengetahuan kedua kelas sampel memiliki kemampuan yang sama . Hasil
analisis data sebelum menentukan kelas sampel, nilai t hitung kedua kelas sampel adalah
3,22165917802543 Setelah diberi perlakuan berupa e-modul terintegrasi STEM pada kelas
eksperimen diperoleh nilai t hitung sebesar 3,22165. Adanya perbedaan nilai t hitung tersebut
menunjukkan terdapat pengaruh yang berarti penggunaan e-modul fisika terintegrasi STEM
terhadap pengetahuan siswa .
IV. CONCLUSION
E-modul terintegrasi STEM yang telah valid. Dilakukan uji coba mengenai pengaruh e-
modul gelombang bunyi dan cahaya terintegrasi STEM terhadap kemampuan berpikir kreatif
siswa. Setelah dilakukan analisis data, maka diperoleh dua kesimpulan dalam penelitian ini.
Pertama, e-modul gelombang bunyi dan cahaya terintegrasi STEM memiliki pengaruh yang
berarti terhadap pengetahuan siswa dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Kedua, e-modul
terintegrasi STEM memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif
siswa dilihat dari pengetahuan dalam pemecahan masalah berdasarkan soal posttest yang
diberikan. Berdasarkan kesimpulan, diharapkan e-modul terintegrasi STEM dapat dijadikan
sumber belajar mandiri siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran supaya terwujudnya
pembelajaran bermakna, dan terbentuknya siswa yang mampu bersaing dengan kemajuan
pengetahuan dan teknologi saat ini.
ACKNOWLEDGMENT
REFERENCES
Abidin, Z & Walida, S.E. 2017. Pengembangan E-Modul Interaktif Berbasis Case (Creative,
Active, Systematic, Effective) sebagai Alternatif Media Pembelajaran Geometri
Transformasi untuk Mendukung Kemandirian Belajar dan Kompetensi Mahasiswa.
Adha, T. 2022. Pengaruh e-modul Usaha dan Energi Terintegrasi STEM terhadap
Pengetahuan, Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Kelas X SMAN 9
Padang. Skripsi. Universitas Negeri Padang.
Afrizon, R. 2012. Peningkatan Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Kelas IX MTs N Model Padang pada Mata Pelajaran IPA Fisika Menggunakan
Model Problem Based Intruction. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika. ISSN:
2252-3014.
Ariana, Desi, Risya Pramana Situmorang, and Agna Sulis Krave. 2020. Pengembangan
Modul Berbasis Discovery Learning Pada Materi Jaringan Tumbuhan Untuk
Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas XI IPA SMA. Jurnal
Pendidikan Matematika Dan IPA 11 (1): 34–46.
Arikunto, S. 2015. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arikunto, S. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arsal, M., Danial, M., & Hala, Y. 2019. Pengembangan Media Pembelajaran E-Modul
Materi Sistem Peredaran Darah pada Kelas XI MIPA SMAN 6 Barru. Prosiding
Kusuma, T. A., Indrawati, & Harijanto, A. (2015). model discovery learning disertai teknik
probing prompting dalam pembelajaran fisika di MA. Jurnal Pendidikan Fisika: 338.
Latip, A. (2020). Minat Belajar Peserta Didik SMP Pada Pembelajaran STEM dengan Media
Robot Edukasi. Jurnal Literasi Pendidikan Fisika, 1(02), 90–96.
https://doi.org/10.30872/jlpf.v1i2.353
Mardiansyah, Y., Asrizal., & Yulkifli. 2013. Pembuatan Modul Fisika Berbasis TIK untuk
Mengintegrasikan Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Siswa SMAN 10
Padang Kelas X Sementer 1. Jurnal Pillar of Physics Education, 1: 30-38
Matondang, S. M. 2019. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Berbasis Stem Di Smk Sebagai
Upaya Dalam Menghadapi Abad 21. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Pendidikan Pascasarjana UNIMED: 267–273.
Nguyen, T. P. L., Nguyen, T. H., & Tran, T. K. 2020. STEM education in secondary
schools: Teachers’ perspective towards sustainable development. Sustainability
(Switzerland). 12(21): 1–16.
Nurjaman, Asep. 2021. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Melalui Implementasi Desain Pembelajaran “Assure.” 1st
ed. Indramayu: Penerbit Adab.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. No. 81A Tahun 2013
Tentang Implementasi Kurikulum.
Prastowo, Andi. (2014). Panduan Kreatif Membuat Bahan ajar Innovaif. Yogyakarta: DIVA
press.
Priyanthi, Kadek Aris, Ketut Agustini, and Gede Saindra Santyadiputra. 2017.
Pengembangan E-Modul Berbantuan Simulasi Berorientasi Pemecahan Masalah Pada
Mata Pelajaran Komunikasi Data. Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik
Informatika (KARMAPATI). 6 (1): 40.
Pujianto, A.M., 2016. Buku Siswa Fisika untuk SMA/MA Kelas XI. Klaten: PT Intan
Pariwara.
Purwanto, R, A., & L, S. (2007). Pengembangan Modul. Jakarta: Pustekkom.
Rahayu,Susanto & Yulianti.2011.Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan
Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.
Jurnal Pendidikan Indonesia. 7(2011):105-110
Ridwan & Abdullah S., 2018. Penelitian Pendidikan. Medan. Tira Smart.
Rizki Firda Amalia and Siti Wahyuni. 2020. Analisis Konten High Order Thinking Skills
(Hots) Soal Fisika Sbmptn Tahun 2018. UPEJ Unnes Physics Education Journal. 9
(1): 89–95.
Rizki, Selly Kurnia, Anak Agung Oka, and Triana Asih. 2020. Pengembangan Modul
Pembelajaran Biologi Berbasis Problem Based Learning Terintegrasi Nilai-Nilai
Karakter Pada Materi Sistem Pencernaan Manusia Kelas XI SMA Negeri 5 Metro.
Bioedukasi: 33–42.
Runco, M.A.2014.Creativity: Theories and Themes : Research, Development and Practice. In
Creativity: Theories and Themes : Research, Development and Practice. 12(2) : 25-
32
Santoso, S & Mosik, M. 2019. Kefektifak LKS Berbasis STEM (Science, Technologyy,
Engineering, and Mathematic) untuk Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
pada Pembelajaran Fisika SMA. Unnes Physics Education Journal. 8 (3): 249-252.
Santyasa, W., Candra, A., Ketut, N. (2017). Pengembangan Bahan Ajar dan Perangkat
Pembelajaran Berorientasi NoS Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Undiksha, 7 (2)
Setiana, Dafid Slamet, Nuryadi, and Rusgianto Heri Santosa. 2020. Analisis Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis Ditinjau Dari Aspek Overview. JKPM (Jurnal Kajian
Pendidikan Matematika). 6 (1).
Setyandaru, T. A., Wahyuni, S., & Putra, P. D. (2017). Pengembangan Modul Pembelajaran
Berbasis Multirepresentasi Pada Pembelajaran Fisika di SMA/MA. Jurnal
Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 3, 218-224 .
Shernoff, D. J., Sinha, S., Bressler, D. M., & Ginsburg, L. (2017). Assessing teacher
education and professional development needs for the implementation of integrated
approaches to STEM education. International Journal of STEM Education, 4(1), 1–
16. https://doi.org/10.1186/s40594- 017-0068-1
Shively, K, Sitih, K.M & Rubenstein, L. D. V. 2018. Measuring What Matters : Assessing
Creativity, Critical Thinking, and the Design Process. Gifted Child Today. 41(3) :
149-158
Siekmann, G., & Korbel, P. 2016. Defining “STEM” skills: review and synthesis of the
literature. Australia: NCVER.
Skotlandia, D. P. 2017. STEM Education: Policy Statement 2017-2026. In The SAGE
Encyclopedia of Educational Research, Measurement, and Evaluation.
https://core.ac.uk/download/pdf/1948606555.pdf
Tjipto, U. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Torrance, E.P.,& Goff, K. 11989. A Quiet Revolution. The Journal of Creative Behavior.
21(3) : 209-228
Ulya, I., Irawati, R., & Maulana. (2016). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan
Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Pendekatan Kontekstual. Jurnal Pena Ilmiah,
I(1), 124.
Wahyuni, T., Wahyuni, S., & Yushardi. 2017. Pengembangan Modul Multimedia Interaktif
Berbasis E-Learning pada Pokok Bahasan Besaran dan Satuan di SMA. Jurnal
Pembelajaran Fisika.6 (4): 404-410.
Williams, F.E.1979. Assessing creativity across williams “Cube” model. Gifted Child
Quartely. 23(4). 748-756
Young, Hugh D, Roger A Freedman, T R Sandin, and A Lewis Ford. 2010. Fisika
Universitas. 10th ed. Jakarta: Erlangga.
Yusuf et al,. 2020. Call For Book Tema 3 Media Pembelajaran. SBY Jawa Timur: CV Jakad
Media Publishing.
Yusuf, M. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan.
Jakarta: Kencana.
Zulhaini, A. H. (2016). Pengembangan Modul Fisika Kontekstual Hukum Newton Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Di Man Model Banda Aceh. Jurnal
Pendidikan Sains Indonesia, Vol.04, No.02, 180-190.