id
BAB II
A. Landasan Teori
1. Miskonsepsi
a. Miskonsepsi dalam pembelajaran
Berbagai konsepsi yang dikembangkan oleh siswa sendiri dan tidak
sesuai dengan fakta-fakta ilmiah disebut sebagai miskonsepsi serta
menciptakan hambatan dalam belajar (Cardak, 2009). Miskonsepsi yang telah
terbentuk akan sulit untuk berubah dan berdampak negatif terhadap
pembelajaran (Goris, 2015). Siswa yang mengalami miskonsepsi akan
mengajukan penjelasan tentang fenomena yang bertentangan dengan fakta
ilmiah. Miskonsepsi merupakan suatu konsep yang tidak sesuai dengan
pengertian dari pakar dalam bidang ilmu tersebut. Bentuk miskonsepsi dapat
berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antar konsep, dan
gagasan intuitif. Miskonsepsi terjadi karena siswa tidak mampu
menghubungkan fenomena yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
dengan pengetahuan yang diperoleh di sekolah.
Miskonsepsi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: pengetahuan awal
siswa, kekurangan motivasinya, pengetahuan konten guru yang lebih
memperhatikan detail materi atau bukan konsep dasar, buku teks (Ürey &
Çalik, 2008). Miskonsepsi disebabkan oleh beberapa sumber, yaitu dari diri
siswa, guru, buku teks, konteks, dan cara mengajar guru (Suparno, 2013).
Pengetahuan awal siswa yang terbentuk selama pengalaman sehari-hari
merupakan sumber utama munculnya miskonsepsi, dikarenakan siswa
menjelaskan fenomena berdasarkan pengetahuan sebelumnya (Murat &
Kanadli, 2011). Identifikasi miskonsepsi merupakan bagian penting dari
pembelajaran karena memberikan informasi tentang konsep yang siswa pahami
(Cinici, 2013).
Teori konstruktivisme menyatakan bahwa konsep dibangun sendiri oleh
siswa, sehingga dimungkinkan miskonsepsi dibentuk sendiri oleh siswa. Siswa
membangun pengetahuan melalui objek dan fenomena yang terjadi di
lingkungan sekitar. Jika siswa commit to user dengan lingkungan belajarnya,
yang berinteraksi
10
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
12
13
pelaksanaan pembelajaran
Daya beda butir Daya beda butir soal rendah Daya beda butir soal 0.4
soal dapat digunakan, karena keatas. Semakin tinggi
penggunaan tes diagnostik semakin baik karena dapat
bukan untuk membedakan membedakan kemampuan
kemampuan antarsiswa siswa.
tetapi untuk mengetahui
tingkat penguasaan materi
pelajaran
14
15
16
17
18
19
20
21
Tabel 2.3. Keterlibatan Guru dan Siswa pada setiap Level Inkuiri
Rumusan
Level Inkuiri Prosedur Solusi
Masalah
0 (Confirmation) Guru Guru Guru
1
Guru Guru Siswa
(Structured Inquiry)
2
Guru Siswa Siswa
(Guided Inquiry)
3
Siswa Siswa Siswa
(Open Inquiry)
(Tafoya, Sunal, & Knecht, 1980)
22
23
5) Inkuiri tidak cocok untuk semua topik atau situasi khususnya di kelas
yang memiliki banyak peserta didik atau materi pelajaran yang banyak
dengan waktu belajar yang singkat.
b. Teori Belajar Pendukung Inkuiri
Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang berbasis
konstruktivistik. Teori belajar pendukung model inkuiri yaitu teori belajar
penemuan Bruner, teori perkembangan kognitif Pieget, dan dan teori belajar
bermakna Ausubel. Model pembelajaran inkuiri memfasilitasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif sehingga memperoleh pengalaman untuk menemukan
pengetahuan sendiri. Peserta didik diharapkan berusaha untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya sehingga
menghasilkan pengetahuan yang bermakna. Keunggulan belajar bermakna
adalah pengetahuan lebih mudah diingat, efek transfer yang lebih baik, dan
meningkatkan penalaran serta kemampuan untuk berpikir secara bebas. Model
pembelajaran inkuiri terkait dengan teori Bruner karena melibatkan peserta
didik untuk aktif mencari, menyelidiki, dan merumuskan penemuannya dengan
percaya diri. Bruner menyatakan bahwa terdapat tiga model kognitif manusia
yang mewakili tiga tahap perkembangan kognitif yaitu enactive, iconic, dan
symbolic. Berdasarkan tingkat perkembangan kognitif siswa Sekolah Menengah
Atas (SMA), maka siswa sudah masuk pada tahap symbolic. Tahap symbolic
dialami oleh anak berusia enam tahun ke atas. Siswa mampu mempresentasikan
objek melalui kata-kata dan simbol-simbol abstrak untuk mengungkapkan
kognisi. Anak memahami fenomena alam melalui kemampuan bahasa,
mengolah, dan simbol abstrak. Anak mampu melakukan penalaran,
mengungkapkan melalui kata-kata, bahasa, atau simbol linguistik serta
berinteraksi dengan lingkungan.
Pembelajaran inkuiri relevan dengan teori perkembangan kognitif
Pieget. Perubahan persepsi dan pemahaman merupakan perkembangan kognitif
yang dipengaruhi oleh pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
Perkembangan kognitif dipengaruhi oleh pertumbuhan biologis, pengalaman
dengan lingkungan sosial dancommit
fisik,toserta
user ekuilibrasi. Teori Pieget yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
25
dipenuhi untuk belajar bermakna yaitu materi yang dipelajari memiliki potensi
makna, pembelajar memiliki konsep dan proposisi yang relavan, pelajar
memilih untuk menghubungkan informasi baru ke dalam struktur kognitif
(Novak, 2011).
Proses pembelajaran memerlukan bimbingan guru, baik secara lisan
maupun dengan contoh tindakan, sedangkan peserta didik diberi kebebasan
untuk membangun pengetahuannya sendiri (Isjon, 2010). Pengetahuan baru
terkait dengan beberapa konten yang relevan dan memadai dalam struktur
kognitif yang disebut subsumers (Valadares, 2013). Belajar bermakna yang baru
mengakibatkan pertumbuhan dan modifikasi subsumer-subsumer. Kesiapan
perkembangan peserta didik untuk berbagai jenis, komponen, tingkat kesulitan,
dan metode pengajaran materi dipengaruhi oleh perbedaan usia, tingkat
kematangan kognitif (Ausubel & Fitzgerald, 1961).
c. Model Pembelajaran Inkuiri untuk Memperbaiki Miskonsepsi
Model pembelajaran yang diterapkan guru merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa. Miskonsepsi dapat
diperbaiki dengan penerapan model pembelajaran yang mampu memfasilitasi
siswa untuk membangun konsep secara mandiri/konstruktivisme. Inkuiri
merupakan salah satu model pembelajaran konstruktivis, sehingga dapat
digunakan sebagi saah satu alternatif untuk memperbaiki miskonsepsi siswa.
Penerapan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing efektif untuk meningkatkan
aktivitas dan penguasaan konsep peserta didik (Zulfia, 2011). Kemampuan dasar
dalam pelaksanaan inkuiri yaitu kemampuan untuk merancang dan
melaksanakan penyelidikan ilmiah, menggunakan teknik untuk mengumpulkan,
menganalisis dan menginterpretasi data, menyampaikan prediksi dan penjelasan
dengan menggunakan bukti, dan, berpikir secara logis dan kritis untuk membuat
hubungan antara bukti dan penjelasan (Mehalik, Doppelt, & Schuun, 2008).
Siswa mampu memahami konsep secara mendalam melalui kegiatan
pembelajaran inkuiri. National Research Council (NRC) menyatakan bahwa
peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran inkuiri adalah peserta didik yang
terlibat dengan pertanyaan yang commitberorientasi
to user ilmiah, mengajukan fakta,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
27
28
29
(proses) dan sumatif (proses) serta penilaian yang bertujuan sebagai bentuk
feed back untuk memperbaiki proses pembelajaran atau Assessement for
Learning (AfL).
6) Menentukan metode dan strategi pembelajaran yang mampu memunculkan
proses pembelajaran active learning dan meaningful learning. Metode dan
strategi pembelajaran memuat aktivitas guru dan siswa dari kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Setiap akhir pertemuan
guru melakukan evaluasi untuk memeriksa pemahaman siswa selama proses
pembelajaran. Metode dan strategi dilengkapi dengan media pembelajaran
yang membantu siswa untuk menguasai materi secara mendalam.
7) Melakukan kegiatan evaluasi desain pembelajaran dengan menganalisis
kendala atau kesulitan yang ditemui siswa, kelebihan dan kekurangan
pembelajaran yang dilakukan guru serta menentukan upaya perbaikan
sebagai tindak lanjut.
4. Materi Animalia
a. Karakteristik Materi Animalia
Materi Animalia diajarkan kepada siswa kelas X SMA pada semester 2.
Karakteristik materi Animalia adalah konkret dan abstrak. Submateri Animalia
yang bersifat konkret meliputi habitat, cara hidup, dan struktur morfologi
hewan sebagai dasar klasifikasi. Sedangkan submateri Animalia yang bersifat
abstrak meliputi: struktur anatomi dan struktur fisiologi hewan. Cakupan
materi Animalia SMA adalah habitat, cara hidup, ciri tubuh, klasifikasi,
struktur dan fungsi tubuh, cara reproduksi, dan peran Animalia dalam
kehidupan sehari-hari. Materi Animalia dalam Kurikulum 2013 yang berlaku di
Indonesia dipelajari pada Kompetensi Dasar 3.8 dan 4.8. KD 3.8 berbunyi
“Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan hewan ke dalam filum
berdasarkan pengamatan anatomi dan morfologi serta mengaitkan peranannya
dalam kehidupan”. Sedangkan KD 4.8 berbunyi “menyajikan data tentang
perbandingan kompleksitas jaringan penyusun tubuh hewan dan perannya pada
berbagai aspek kehidupan dalam bentuk laporan tertulis.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
32
33
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik
yang melibatkan komponen seperti media, bahan ajar, evaluasi, dll. Komponen
pembelajaran berperan penting dalam pemahamn konsep siswa. Kesulitan siswa
dalam memahami konsep biologi akan menimbulkan miskonsepsi. Miskonsepsi
merupakan ketidaksesuaian antara pemahaman peserta didik dengan konsep yang
benar.
Penyebab terjadinya miskonsepsi salah satunya karena faktor dari
pendidik. Pemahaman guru tentang konsep biologi sangat berperan dalam
pemahaman siswa. Guru dharapkan mempunyai pemahaman yang benar tentang
konsep yang akan diajarkan kepada siswa. Guru diharapkan memiliki kualifikasi
PCK yang baik. Pengukuran keberhasilan proses pembelajaran hendaknya
menggunakan sistem assessment for learning. Tes diagnostik merupakan jenis tes
untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan siswa dalam memahami suatu
konsep. Tes diagnostik four tier diguanakan untuk mengetahui miskonsepsi siswa
pada materi Animalia.
Miskonsepsi dapat diperbaiki dengan pembelajaran berbasis
konstruktivisme dan pembelajaran aktif yang berpusat pada peserta didik
(Limbach & Waugh, 2014). Inkuiri merupakan pembelajaran berbasis
penyelidikan yang bersifat student center. Sintaks model pembelajaran inkuiri
memberikan kesempatan kepadacommit
pesertatodidik
user untuk membangun pengetahuan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35
TUNTUTAN FAKTA
Terjadi
miskonsepsi metode
Siswa memahami pada materi
konsep Animalia Animalia
siswa dengan baik ><
Memperbaiki
Tujuan :
miskonsepsi Komponen desain
penilaian Memperbaiki
pembelajaran biologi
- Guru belum peserta didik miskonsepsi siswa
paham level
inkuiri dengan
benar
- Guru belum siswa
- Pendidik
mendesain mengetahui
pembelajaran materi yang sulit Pendidik
guru yang dikuasai siswa dapat Pengembangan
memunculkan desain
pembelajaran
>< - Guru belum mendesain
bermakna membuat desain pembelajaran
- Pendidik
model inkuiri berbasis inkuiri
pembelajaran
memahami bagian
yang mampu mengetahui
materi yang sulit
dikuasai siswa memfasilitasi kelemahan-
- Pendidik siswa untuk kelemahan
mengembangkan memahami
bentuk evaluasi materi yang Inquiry Based Learning Design
assessment of konsep dengan
dialami siswa
learning benar
Desain pembelajaran inkuiri untuk memperbaiki
TUNTUTAN FAKTA miskonsepsi siswa pada materi Animalia
Pedagogic Pedagogic
Content Content
Knowledge (PCK) Knowledge (PCK)
harus baik masih rendah Model inkuiri Tafoya
(2012)
35
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir