Anda di halaman 1dari 9

ANOTASI BIBLIOGRAFI

Judul Undergraduate Students Misconception On Acid-Base and Argentometric Titrations: A


Chalenge to Implement Multiple Representation Learning Model With Cognitive
Dissonance Strategy

Miskonsepsi mahasiswa tentang titrasi asam basa dan argentina: Tantangan untuk
Menerapkan Model Pembelajaran Multiple Representasi dengan Strategi Disonansi
Kognitif

Citasi Widarti, HR., Permanasari, A., Mulyani, S.(2017) Undergraduate Students


Misconception On Acid-Base and Argentometric Titrations: A Chalenge to Implement
Multiple Representation Learning Model With Cognitive Dissonance Strategy.
International Journal of Education, 9(2). 105-112 doi dx.oi.org/10/17509/ije.v9i2.5464
Nama jurnal International Journal of Education
Latar belakang - Miskonsepsi dikalangan mahasiswa; menghubungkan pengetahuan mereka
sebelumnya dengan pengetahuan saat ini yang tidak akurat.
- Miskonsepsi tergantung konteks dari topik yang dipelajari, karakteristik subjek yang
dipelajari dan kemampuan dan sumber daya peneliti atau guru.
- Masih banyak siswa yang kesulitan memahami dasar-dasar kimia analitik, khususnya
dalam analisis volumetric, yang dapat menyebabkan kesalahpahaman
- Kimia mencakup sejumlah konsep abstrak oleh karena itu kebanyakan siswa
mengalami kesulitan dan memahami dan mempelajari konsep-konsep ini.
- Matei asam basa merupakan materi yang sulit (berdasarkan beberapa hasil
penelitian)
- Perlu adanya pengembangan pembelajaran aktif

Komentar:
pada latar belakang sudah jelas permasalahan yang dibahas yang menjadi latarbelakang
kenapa penelitian itu dilakukan
Tujuan penelitian Penggunaan model pembelajaran Multiple Representasi dengan Strategi Disonansi
Kognitif untuk mengurangi miskonsepsi mahasiswa tentang materi titrasi asam basa
dan argentometrik

KOmentar:
Tujuan Sudah jelas
Metode penelitian - Metode deskriptif
- Subjek penelitian mahasiswa Pendidikan kimia Angkatan 2-14 dan 2015 di Univ.
Malang sebanyak 30 orang
- Instrument yang digunakan yaitu tes pilihan ganda terdiri dari 10 pertanyaan titrasi
asam basa dan titrasi argentometric
- Identifikasi miskonsepsi dilakukan dg menggunakan skala CRI untuk mengukur
tingkat kepercayaan siswa daam menjawab pertanyaan

komentar:
1. antara metode yang digunakan dengan hasil yang diharapkan tidak sesuai. Metode
hanya menjelaskan terkait analisis/ pengukuran tingkat miskonsepsi mahasiswa
terhadap materi kimia tidak menjelaskan bagaimana penggunaan model
pembelajaran dapat membantu miskonsepsi tersebut.
2. Tidak ada penjelasan kenapa objek tersebut yang dipilih sebagai objek penelitian
3. Pengambilan data terkait efektifitas penggunaan model kognitif reonansi tidak ada
Hasil 1. Dari hasil penelitian di dapatkan 31,4% miskonsepsi pada materi titrasi asam basa,
25,7% miskonsepsi pada materi argentrometrik. Rata kesalahan di kedua materi
28,6%. Dg demikian diperlukan upaya untuk mengatasi maslaah ini
2. Mahasiswa memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam memahami konsep,
bahkan jika mereka belajar materi yang sama dari dosen yang sama. Perbedaan ini
menghasilkan berbagai tingkat keterampilan dikalangan mahasiswa yang dapat
menciptakan kesalahpahaman terhadap konsep yang sedang dipelajari.
3. Penerapan model kognitif resonansi dapat mengatasi miskonsepsi mahasiswa
terhadap materi biologi

Kesimpulan 1. Pada topik titrasi asam basa miskonsepsi tertinggi terdapat pada pemahaman dalam
penentuan pH dan jenis dalam cairan sebelum mencapai titik yang sertara. Deskripsi
mikroskopis jenis dalam proses titrasi asam basa lemah
2. Pada topik titrasi argentometric, miskonsepsi tertinggi terdapat pada penentuan jenis
sebelum titik yang sertara, deskripsi mikroskopis jenis dlam proses NaCl dengan titrasi
AgNO3 dan penentuan sampel konten.
3. Model pembelajaran multiple dengan disonansi kognitif tidak dapat sepenuhnya
menghilangkan kesalahpahaman siswa namun model pembelajaran ini berhasil
mengubah ketidakpahaman siswa terhadap pemahaman.
Analisis kritis Pada metodeologi penelitian belum sesuai dengan tujuan penelelitian terkait dengan
memberikan bantuan model pembelajaran representasi dengan disonansi kognitif
dapat membantu pemahaman mahasiswa dan mengurangi miskonsepsi terhadap
materi. Bagaimana langakah-langkah penerapan model pembelajaran multiple
representasi dengan disonansi belum tergambar/ tidak ada dijelaskan.
Parafrase Miskonsepsi merupakan gambaran dari ketidakpahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari. Hal ini bisa disebabkan tingkat pemahaman dan gaya belajar siswa yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, Widarti dkk (2007) melakukan pemetaan terhadap
miskonsepsi mahasiswa terhadap materi kimia. dengan dilakukan pemetaan ini dapat
memilih solusi yang tepat terkait dengan masalah yang dihadapi mahasiswa.

Masalah miskonsepsi bisa diatasi dengan menerapan model pembelajaran seperti


model pembelajaran multiple representasi dengan disonansi kognitif. Pada penelitian
Widarti dkk (2007) mengatakan penerapan Model pembelajaran multiple dengan
disonansi kognitif tidak dapat sepenuhnya menghilangkan kesalahpahaman siswa
namun model pembelajaran ini berhasil mengubah ketidakpahaman siswa terhadap
pemahaman.

Kebaharuan penelitian (Novelti)


Teori-teori yg 1. Pengertian dari representasi menurut Wandersee dkk. (dalam Chiu dan Wu, 2009).
mendukung Menyetakan representasi adalah cara untuk mengekspresikan fenomena, objek,
konsep, abstrak, ide, mekanisme atau proses dan system dengan menggunakan
berbagai macam mode representasi.
2. Waldrip dkk. (2006) multiple representasi merepresentasikan Kembali konsep yang
sama menggunakan berbagai bentuk representasi deskriptif mode (verbal, gafik,
tabel), eksperimental, matematis, kiasan (bergambar, analogi dan metafora) mode
operasional aksial
3. Disonansi kognitif adalah ketidaksepakatan tentang keyaninan, ide, dan nilai orang
dengan keyakinan, ide dan nilai yang dimiliki (Festinger, 2014)
4. Kombinasi representasi mendorong siswa untuk mencoba membuat koneksi antara
representasi (Linenberger dan Bretz 2012)
Penelitian saat ini yg Penelitian yang dilakukan yaitu sampai penerapan model multiple representasi dengan
dilakukan sampai disonansi kognitif. Tetapi disini tidak dijelaskan sintak pembelajarannya, bagaimana
dimana proses penerapan modelnya. Penelitiannya lebih pada memberikan soal dengan
beberapa bentuk representasi. Soalnya yang diberikan menjadi tolak ukur dari hasil
penerapan model pembelajaran selanjutnya
Ide yg saya Jika penerapan model multiple represnetasi belum dapat mengatasi miskonsepsi siswa
sumbangkan terutama dalam pemahaman dilever mikroskopis, bagaimana jika model pembelajaran
MRCR ini dikombinasi dengan media pembelajaran seperti WEB, video atau VR/AR

2
Judul The Effects of Multi-Modal Representation Used Within the Context of Process-Based
Instruction on Problem Solving, Academic Achievement, and Retention

Pengaruh Representasi Multi Modal yang digunakan dalam Konteks Instruksi Berbasis
Proses dan Pemecahan Masalah, Prestasi Akademik dan Retensi

Citasi Duman, B & Yakar, A. (2019). The Effects of Multi-modal Representation used within
the context of process-based instruction on problem solving, academic achievement,
and retention. Internasional Journal of Contemporary Educational Research, 6(2), 278-
290. DOI: https://doi.org/10.33200/ijcer.566067
Nama jurnal International Journal of Contemporary Educational Research (IJCER)
Latar belakang Banyaknya studi penelitian beberapa tahun ini terkait dengan efisiensi proses belajar
dan mengajar yang berfokus pada keterampulan berpikir kritis, keterampilan
memecahkan masalah, pengembangan keterampilan perencanaan siswa dan
keterampilan pengaturan diri. Beranjak dari hasil penelitian tersebut dibuarlah suatu
penelitian eksperimen semu dengan menggabungkan beberapa penelitian tersebut
dengan menggunakan model pembelajaran instruksi berbasis proses. Pada penerapan
model ini dibarengi dengan menggunakan representasi multi modal.

Tujuan penelitian Untuk mengetahui efek dari dua representasi multi modal, penggunaan teks dan grafik
untuk pembelajaran, pemecahan masalah, prestasi akademik dan retensi akademik
Ketika digunakan dalam instruksi berbasis proses (PBI).

Pertanyaan penelitian
1. Adakah perbedaan yang signifikan antara nilai prestasi akademik posttest kelompok
yang melaksananan kegiatan pembelajaran menulis teks dengan kelompok yang
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengambar grafik berbasis proses
pembelajaran?
2. Adakah perbedaan yang signifikan antara tingkat retensi kelompok yang
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengambar grafik berdasarkan
instruksi berbasis proses?
3. Adakah perbedaan yang signifikan antara tingkat retensi siswa dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan menulis teks berbasis proses sesuai klasifikasi teks?
4. Adakah perbedaan yang signifikan antara tingkat retensi siswa dalam melaksanakan
kegiatan belajarnya dengan menggambar grafik berbasis instruksi proses menurut
klasifikasi grafik tersebut?
5. Adakah perbedaan yang signifikan antara skor pemecahan masalah kelompok yang
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menulis teks dengan kelompok yang
melaksanakan pembelajaran berbasis proses?
Metode penelitian - Jenis penelitian kuasi eksperimen dengan kelompok control pretest-posttest
- Subjek penelitian mahasiswa sebanyak 64 orang dari departemen Pendidikan guru
kelas di fakultas Pendidikan di Universitas barat Turki tahun akademik 2015-2016
- Data penelitian dikumpulkan melalui inventarisasi pemecahan masalah, teks tertulis
dan grafik yang diambil oleh siswa dan tes prestasi belajar
- Analisis data menggunakan uji independent sampel t-test, Kruskal Walls, H-Test dan
Teknik analisis Deskriptif

Hasil 1. tidak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi akademik posttest dan
keterampilan pemecahan masalah siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok
kontrol; Namun, ada perbedaan yang signifikan antara tingkat retensi mereka yang
mendukung siswa kelompok eksperimen melakukan aktivitas mereka dengan
menggambar grafik
2. hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbadaan yang signifikan ada siswa yang
menulis teks synthesizer dalam kelompok control. Namun tidak ada perbedaan
berdasarkan klasifikasi grafik yang diamati dalam kelompok siswa eksperimen
Kesimpulan Penggunaan model pembelajaran representasi berbasis PBI dengan multimodal
menulis dan mengambar memiliki dampak positif pada keterampilan pemecahan
masalah, prestasi akademik dan retensi. Selain itu, penggunaan representasi modal
gambar memiliki dampak yang jauh lebih positif pada retensi. Oleh karena itu terlihat
jelas bahwa penggunaan representasi model gambar berbasis PBI dalam proses belajar
mengajar menjadi penting. Kegiatan pengajaran berbasis PBI dapat diselenggarakan
bekerjasama dengan materi yang dirancang berdasarkan representasi ,ulti moda yang
berbeda dapat sangat berguna dalam membantu siswa yang memiliki masalah belajar
dan retensi untuk meningkatkan motivasi dan tingkat prestasi mereka.
Analisis kritis - abstrak : sudah tergambar tujuan dan metode serta hasil penelitian. Dengan
membaca abstrak kita sudah tau seperti apa penelitiannya
- metodologi : pada bagian metodelogi juga sudah tergambar Langkah-langkah yang
dilakukan dalam penelitian, mulai dari penentuan subjek penelitian, perlakuan dan
cara menganalisis datanya.
- Hasil: sudah menjelaskan seperti apa pengaruh multi modal representasi yang
terkoneksi dalam model instruksi berbasis proses pada kemampuan pemecahan
masalah, prestasi akademik dan retensi siswa.
Parafrase Penelitian Duman dan Yakar (2019) menyatakan bahwa penggunaan representasi
multi modal dengan memadukan kontek sinstruksi berbasis proses dapat melatih
kemampuan pemecahan amsalah siswa, meningkatkan prestasi akademik. Selain itu,
pembelajaran dengan representasi multi modal dengan instruksi berbasis proses dalam
proses pembelajaran juga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat
materi yang dipelajari.

Kebaharuan penelitian (Novelti)


Teori-teori yg 1. PBI merupakan suatu proses dimana siswa dari berbagai jenjang sekolah didorong
mendukung untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya sambal melaksanakan kegiatan
pembelajaran di bawah bimbingan guru (Duman, 2008).
2. PBI terdiri dari tujuh untur yaitu penetapan pengaturan, pelaksanaan perencanaan
Bersama, penentuan kebutuhan, penetapan tujuan pembelajaran, rancangan
rencana pembelajaran, penerapan rencana pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran (Knowless, 1984)
3. Pembelajaran multi dimensi berrti tidak hanya menunjukkan kepada siswa
bagaimana mereka mempersepsikan dengan acra yang berbeda tetapi juga
mempraktikkan apa yang telah mereka pahami dengan menyajikan melalui mode
yang berbeda seperti tekstual, grafis, dan matematis.
Penelitian saat ini yg Dalam penelitian ini 2 jenis representasi yang digunakan yaitu penggunaan teks dan
dilakukan sampai grafik dalam pembelajaran. 2 multi modal representasi inilah yang dilihat pengaruhnya
dimana terhadap kemampuan pemecahan masalah, presetasi akademik dan retensi siswa.
Dalam pembelajarannya menggunakan model PBI atau model instruksi berbasis proses.
Ide yg saya Untuk pembelajaran sain, sebaiknya tidak hanyak 2 multimodal representasi saja yang
sumbangkan digunakan. Karena sains materinya kebanyakan bersifat abstrak ada baiknya juga dilihat
multi modal representasi dalam bentuk gambar, diagram, bagan, tabel dan multi oda
representasi yang lainya.

3
Judul Sequential Patterns of Student’s Drawing in Constructing Scientific Explanations: Focusir
on the Interplay Among Three Levels of Picto Representation

Pola berurutan gambar siswa dalam membangun penjelasan ilmiah: berfokus pada
interplay di antara gambar tiga tingkat representasi

Citasi Joonhyeong Park, Jina Chang, Kok-Sing Tang, David F. Treagust & Mihye Won (2020):
Sequential Patterns of Students Drawing in Constructing Scientific explanations:
focusing on the Onterplay among three levels of pictorial representation, Internasional
Journal of Science Education, DOI: 10.1080/09500693.2020.1724351

Nama jurnal INternasional Journal of Science Education


Latar belakang Representasi dengan Gambar merupakan salah satu represensi yang dapat diukur
dengan melihat urutan pola gambarnya. Referensi mengambar sangat baik sekali
dikembangkan dan dilitaih peserta didiknya. Tp selama ini jarang sekali penelitian
terkait represensi mengambar, mengukur seberapa bisa peserta didik mengambar
representasi suatu materi dengan model gambar.
Tujuan penelitian Untuk menyelidiki proses konstruksi penjelasan ilmiah siswa melalui mengambar
diagram penjelasan
Metode penelitian Jenis penelitian : deskriptif kualitatif
Subjel penelitian : 15 siswa kelas 5 dan dan kelas 6 dengan alokasi waktu per minggu
120 menit selama 5 minggu dengan topik pembelajaran yaitu sifat materi dan tekanan
air dan udara. Dengan pendekatan bingkai berfikir / Thinking Frames Approach (TFA)
yang terdiri dari 5 langkah, yaitu:
a. Mengajukan pertanyaan bagi kepada siswa untuk membuat prediksi sebagai
sebuah kelompok,
b. Melakukan aktifitas langsung untuk mengamati fenomena ilmiah
c. Berbagi ide sebagai seluruh kelas
d. Memvisualisasikan penjelasan dengan diagram
e. Menulis penjelasan atau mendeskripsikan gambar

Teknik pengumpulan data


a. catatan lapangan dari pengamatan peserta didik
b. Rekaman video dan audio
c. gambar yang diselesaikan oleh peserta didik

mengajukan pertanyaan kepada peserta didik untuk memotivasi siswa berpikir dan
mengambangkan pengetahuannya, dengan awalan pertanyaan dengan kata “mengapa”

analisis data
a. menganalisis pola berurutan interplay diantara tingkat representasi gambar dalam
gambar siswa.
2. menganalisis peran tigal level dalam proses itu (sensory (SS), Unseen Substance (US),
Causal Explanation (CE))

Hasil hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola gambar berurutan siswa adalah hasil dari
berbagai upaya instruksional, seperti melakukan kegiatan langsung, membuat
penjelasan verbal dan berbagi ide dengan rekan-rekan dan guru, yang terkait dengan
langkah-langkah TFA. Selain itu, di seluruh TFAs, berbagai faktor mempengaruhi gambar
siswa, termasuk pertanyaan dan pengalaman menggambar diagram tertentu. Meskipun
gambar yang dihasilkan siswa melibatkan proses yang kompleks, kami memfokuskan
diskusi kami pada cati impli berdasarkan tingkat representasi.
Kesimpulan Penggunaan representasi multi modal (gambar, teks( dalam membantu siswa
mengkonstruk pemahamannya terhadap materi yang dipelajari
Analisis kritis Penelitian pada artikel ini sudah tergambar jelas mulai dari abstrak, latar belakang
penelitian, metedologi penelitian yang digunakan sampai analisis datanya.
tetapi ada baiknya penggunaan representasi mode gambar dibarengi dengan mode teks
untuk memperjelas visualisasi gambar dan penjelasan gambar yang dibuat.

Parafrase Banyak cara untuk membangun pemahaman siswa terhadap materi sains, salah satunya
dengan mengembangkan model pembelajaran representasi multi moda representasi
berbasis intruksi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Joonhyeong Park. Dkk (2020)
penggunaan representasi moda gambar dibarengi dengan instruksi berupa pertanyaan
“mengapa, bagaimana : dapat membangun pemahaman siswa terhadap materi fisika.

Penggunaan representasi moda gambar dalam pembelajaran dalam menggunakan 3


level representasi gambar yaitu sensory (S), Unseen Substance (US) dan Causal
explanation (CE)). Menurut penelitian Joonyeong Park dkk (2020) penerapan
representasi mode gambar akan membentu 4 pola konstruksi pemahaman siswa
terhadap materi sain. Adapun 4 pola tersebut yaitu SS, SS-US, SS-UN, SS-US-UN dan SS-
UN-US. Pembelajaran dengan representasi multi moda gambar ini dapat membantu
siswa membangun pemahaman mereka sendiri sesuai dengan tingkat kemampuannya
dan gaya belajarnya.
Kebaharuan penelitian (Novelti)
Teori-teori yg Ainsworth et al (2011) menekankan mengambar dalam ilmu pembelajaran sebagai
mendukung proses integral dalam pemikiran ilmiah untuk meningkatkan keterlibatan,
memperdalam pemahaman konsep dan mewakili dan berkomunikasi dengan orang
lain.
Level representasi gambar ada 3 yaitu
a. Tingkat sensorik (SS) yang mnecakup apa yang dapat kita rasa sebai zat. Tingkat
ini termasuk substansi itu sendiri dan setiap gerakan substansi yang adapat kita
amati atau rasakan.
b. Tingkat zat yang tidak terlihat (AS) yang mencakup zat yang tidak dapat dilihat
tanpa gangguan tetapi hanya dapat diamati seperti dengan mikroskop electron.
Tingkat ini termasuk pasrtikel yang tidak terlihat
c. Tingkat non-substansi (PBB) yang tidak terlihat, yang mencakup apa yang tidak
lihat bahkan ketika diperbesar seperti kekuatan.
Penelitian saat ini yg Penelitian saat ini sebatas melihat kemampuan representasi mode gambar dengan
dilakukan sampai berpedoman pada 3 level representasi mode gambar.
dimana
Ide yg saya Sebaiknya dilakukan analisis terkait factor yang mempengaruhi kemampuan
sumbangkan representasi mode gambar siswa dan hubungan antara representasi mode gambar
dengan kompetensi siswa.

4
Judul The Effect of Multiple Representasi Approach on Students’ Creative Thinking Skills: A
Case of Rate of Reaction Topic

Pengaruh Pendekatan Multiple representasi terhadap keterampilan berpikir kreatif


siswa: Kasus Topik ‘Tingkat Reaksi’

Citasi A. Wiyarsi, H. Sutrisno & E. Rohaeti (2018) The Effect of Multiple Representasi Approach
on Students’ Creative Thinking Skills: A Case of Rate of Reaction Topic, IOP Conf. Series:
ICRIEMS 5: Journal of Physics: Conf. Series 1097 (2018) 012054
DOI: 10.1088/1742-6596/1097/1/012054

Nama jurnal Journal of Physics: Conference Series


Latar belakang 1. Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan yang dimiliki pada
pembelajaran abad 21
2. Materi kimia kebanyakan bersifat abstrak, salah satu topik pembelajarannya yaitu
laju reaksi, Sebagian besar abstrak dan perlu didukung dengan memvisualisasikan
abstraksi dalam berbagai representasi untuk mencapai pemahaman konseptual

Tujuan penelitian Untuk menganalisis keterampilan berpikir kreatif siswa dalam menerapkan pendekatan
representasi ganda pada topik ‘laju reaksi’.
Metode penelitian - Desain Penelitian studi kasus
- Subjek penelitian siswa kelas sebelas SMA N di Yogyakarta
- Proses pembelajaran meliputi penerapan model pencapaian konsep dengan
pendekatan multiple representasi (CAM-MRA). Dg lima rangakaian pelajaran yang
meliputi penyajian contoh dan bukan contoh, rumusan contoh, perumusan dan
analisis hipotesis, penutupan dan penerapan. Dalam setiap sesi, representasi
makroskopis, mikroskopis, simbolik dan matematika digunakan untuk
menggambarkan konsep ‘laju reaksi’.
- Pengumpulan data dilakukan dengan cara berdasarkan tes representasi ganda (CT-
MRT) sebanyak 24 item.

Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAM-MRA dapat memfasilitasi keterampilan


berpikir kreatif siswa terhadap topik laju reaksi. Namun siswa masih kesulitan untuk
menunjukkan representasi mikroskopisnya. Studi ini menyarankan bahwa representasi
ganda dalam kimia harus ditekankan dalam pembelajaran kimia di SMA
Kesimpulan Penerapan CAM-MRA memfasilitasi keterampilan berpikir kreatif siswa terhadap topik
laju reaksi sangat baik. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan
mengamati beberapa fenomena kimia representasi . dengan pemahaman siswa
tentang laju reaksi akan semakin meningkat secara menyeluruh dengan retensi yang
lebih baik. Namun, dalam perspektif representasi ganda ditunjukkan bahwa siswa
mengalami kesulitan untuk menunjukkan representasi mikroskopis karena siswa baru
mengetahuinya simbolis dan matematika.
Analisis kritis Abstrak sampai ke simpulan cukup jelas. pada abstrak sudah mengambar seperti apa
peneitiannya, tujuan penelitiannya apa dan hasil penelitaannya seperti apa.
Multiple representasi merupakan salah satu model pembelajaran yang menuntut
Parafrase kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran dengan multiple representasi dapat
melatih kekampuan siswa berpikir kritis, analisis dan kreatif dalam memvisualisasikan
materi yang dipelajari dalam bentuk teks, gambar, diagram, tabel ataupun peta konsep.
Wiyarsi, dkk (2018) melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran
multiple representasi dengan tujuan untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa
dalam proses pembelajaran kimia. Dari penelitiannya didapatkan hasil bahwa model
pembelajaran multiple representasi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa. Siswa dengan mudah memahami materi materi yang dipelajari. Tetapi dalam
penerapan model multiple representasi ini siswa lebih memahami materi kimia laju
reaksi pada tingkat makroskopis dan simbolik, sedangkan untuk tingkat mikroskopis
siswa masih kesulitan memahami materinya. Hal ini disebabkan dalam proses
pembelajaran guru lebih banyak menerangkan materi pada tingkat makroskopis dan
simbolik sedangkan untuk level makroskopis sangat jarang diberikan.

5
Judul Using Visual Representations to Realise the concept of “heat”

Menggunakan Representasi Visual untuk Mewujudkan KOnsep “Panas”

Citasi Jennifer Yeo , Wai Lit Wong , Daniel K. C. Tan , Yann Shiou Ong & Alice Delserieys
Pedregosa (2020) Using visual representations to realise the concept of “heat”,
Learning: Research and Practice, 6:1, 34-50, DOI: 10.1080/23735082.2020.1750674
Nama jurnal Learning: Research and Practice
Latar belakang 1. Siswa kesulitan dalam memahami konsep ilmiah dari representasi visual yang dierikan
guru
2. Dalam proses pembelajaran jika guru mode visual dalam pembelajaran jarang sekali
guru memberikan penjelsan yang detail terkait materi dengan asumsi siswa bisa
mengerti sendiri dengan melihat gambar yang diberikan.
3. Lemahnya keterampilan guru dalam membangun representasi visual siswa

Pertanyaan penelitian:
a. Bagaimana urutan modus yang digunakan guru dalam mendukung siswa dalam
mempelajari konsep kalor?
b. Bagaimana urutan mode yang digunakan guru mendukung siswa dalam mempelajari
konsep “panas”?
c. Apa saja pertimbangan yang dilakukan guru dalam pemilihan dan penggunaan moda
tersebut?
Tujuan penelitian Untuk melihat kemampuan guru dalam membangun konsep ilmiah siswa dengan
memanfaatkan representasi visual
Metode penelitian - Jenis penelitian kualitatif
- Desaun penelitian dengan menggunakan pendekatan studi kasus
Menganalisis bagaimana seorang guru memanfaatkan representasi visual dalam
membantu siswa memahami konsep “panas”
Menganalisis secara mendalam terkait praktik semiotic guru yang memungkinan
pemahaman yang komprehensif tentang interaksi variable, yaitu makna konseptual,
pedagogis, dan epistimologis
Sumber data : rekaman video dan audio pembelajaran, rekaman wawancara
Hasil Pentingnya guru dalam mengembangkan kompetensi representasi-konten-pedagogis
untuk memilih representasi yang tepat untuk pengetahuan konten yang ditargetkan.
Kesimpulan
Analisis kritis
Parafrase

Anda mungkin juga menyukai