2, Juli 2014
ABSTRAK
Permasalahan yang terjadi di SMP Negeri 33 Semarang yaitu kurangnya pemahaman
prosedural dan konseptual siswa dalam materi aljabar dan banyak siswa melakukan
kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal terkait materi aljabar. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kesalahan dan miskonsepsi siswapada materi aljabar. Penelitian
ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Tes materi aljabar yang disusun meliputi
konsep variabel, bentuk aljabar, dan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV).
Hasil penelitian menunjukkan adanya sejumlah kesalahan dari tiap bidang materi
aljabar tersebut. Kesalahan siswa dalam konsep variabel di antaranya adalah: kesalahan
memahami huruf sebagai label, kurang memahami variabel sebagai sesuatu yang belum
diketahui nilainya dan sebagai generalisasi bilangan, konjoining operasi penjumlahan
dan perkalian, misinterpretasi terkait makna total, dan kesalahan dalam membentuk
persamaan. Kesalahan siswa terkait bentuk aljabar diantaranya: miskanselasi, konjoining
operasi penjumlahan dan perkalian, kurang memahami sifat distributif, dan kurang
memahami operasi pecahan.
Kata kunci: kesalahan, miskonsepsi, variabel, bentuk aljabar, sistem persamaan linear
dua variabel
ABSTRACT
Problems that happened in Junior High School of 33 Semarang are lack of students’s
understanding prosedural and conceptual in algebra and still make errors in solving
algebra problem.This study view to analyzed Junior High School of 33 Semarang students’
errors and misconceptions in algebra. The study used qualitative method research design.
An algebra test contained questions from three main areas of algebra: variables, algebraic
expressions, and systems of linear equations two variables. The results indicated a
number of error categories under each area. Some errors emanated from misconceptions.
Errors type was observed under variables are letters as labels, lack of understanding
of variables as specified unknown, lack of understanding of variables as generalized
numbers, conjoining addition and multiplication, misinterpreting unitary concept, and
forming incorect equations. Errors type was observed under algebraic expressions
are miscancellasi, conjoining addition and multiplication, lack of understanding of
distributive property, dan lack of understanding of operations in fraction.
134
Rezky A. H. & Tri Edi M. S., Analisis Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa Kelas VIII pada Materi Aljabar
135
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014
136
Rezky A. H. & Tri Edi M. S., Analisis Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa Kelas VIII pada Materi Aljabar
137
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014
Tabel 1
Data Bentuk Kesalahan Jawaban Siswa
Bentuk Kesalahan Jawaban Siswa (%)
Konsep Variabel
Huruf sebagai label; kurang Soal 1: p = pensil dan b = buku
memahami variabel sebagai Harga 3 pensil = 3 x Rp. 2.000 = Rp. 6.000
sesuatu yang belum diketahui Harga 5 buku = 5 x Rp. 3.000 = Rp. 15.000
nilainya 3 pensil + 5 buku = Rp. 21.000(25%)
Soal 5: 4S = G(26,7%)
Konjoining operasi Soal 1: 3p + 5b = 8pb(23,2%)
penjumlahan dan perkalian
Kurang memahami variabel Soal 2: misalkan apel = A dan jeruk = B, A + B = 15, B = 15 –
sebagai generalisasi bilangan 8 = 7 (5%); 7 apel dan 8 jeruk, 8 apel dan 7 jeruk, ..., 14 apel
dan 1 jeruk (28,3%); banyak buah yang dibeli = 15 : 2 = 7,5
(5%); j + a = 15, 9 + 6 = 15, 8 + 7 = 15(5%).
Soal 3: n = 3, 2n = 2.3 = 6 dan n + 2 = 3 + 2 = 5 → 2n>n + 2
(25%); tidak tahu, sebab bisa saja 2n<n + 2, 2n = n + 2, dan
2n>n + 2 (60%); sama saja, 2n = n + 2 = 4 (10%).
Misinterpretasi terkait makna Soal 1: total harga = 3p.5b (5%)
total/jumlahan
Kesalahan dalam membentuk Soal 2: j + a = 15 dan 8j + 7a = 15 (5%); j = 15a dan a =
persamaan 15j (13%).
n+2 n
Soal 3: n =
= + 1 (12,5%)
2 2
Operasi Bentuk Aljabar (khusus soal nomor 4)
Miskanselasi (2y/3x) – (x – 1/xy)
2
2 y x − 1 2 − (−1) 2 xy − 3x 2 + 3x 2
− = ; = (10%)
3x xy 3x 3x 2 y 3
Konjoining operasi
penjumlahan dan perkalian 2 y x − 1 4 xy − 4 x − 3 x
− = (21,6%)
3x xy 4 xy
2 y x − 1 2 xy 2 − 4 x − 1
− = (13,3%)
3x xy 3x 2 y
Kurang memahami sifat
distributif xy
2
2 xy −xy3 x 2 + 1 2 y 2 − 3 x + 1
= (5%)
3x 2 y 3 xy
xy 2 − 3 x − 3
2 y x − 1 2xy
− = (5%)
xy
3 x xy 3 xxy
y
Kurang memahami operasi xy
pecahan 2 y xxy− 1 2 y − x − 1
− = (20%)
3x xy 3 x − xy
138
Rezky A. H. & Tri Edi M. S., Analisis Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa Kelas VIII pada Materi Aljabar
yang berkaitan dengan konsep variabel, aljabar yang sifatnya kontekstual dengan
diperoleh beberapa bentuk kesalahan yang menyertakan harga satuan barang. Siswa
dilakukan oleh siswa, diantaranya: huruf tersebut menganggap 3p dan 5b masing-
sebagai label dan kurang memahami variabel masing menyatakan banyak tiga pensil dan
sebagai sesuatu yang belum diketahui lima buku. Hal ini perlu dicermati bahwa
nilainya, konjoining operasi penjumlahan ternyata ada kekakuan asosiasi dalam
dan perkalian, misinterpretasi terkait makna melakukan representasi masalah harga
total/jumlahan, kurang memahami variabel yang disajikan pada soal nomor 1. Prosedur
sebagai generalisasi bilangan, kesalahan penyelesaian yang dilakukan siswa sudah
membentuk persamaan benar jika menggunakan atau diketahui
Pada soal pensil dan buku, 25% besaran harganya, akan tetapi ketika
memisalkan harga pensil dan buku dengan melangkah pada hal yang abstrak,siswa tidak
suatu harga tertentu. Hal ini menunjukkan mampu perepresentasikan bahwa p dan b
siswa kurang memahami konsep variabel merupakan variabelyang masing-masing
sebagai sesuatu yang belum diketahui menyatakan harga sebuah pensil dan buku,
nilainya. Dalam hal ini, nilai menurut Filloy, ini menunjukkan konsep variabel tidak
Rojano, Solares (2004) dapat berupa kuantitas dipahami dengan benar.
(harga, panjang, umur, dan sebagainya). Ada Bentuk kesalahan huruf sebagai label dan
beberapa variasi harga yang dimisalkan oleh kurang memahami variabel sebagai sesuatu
siswa, namun hanya satu bentuk jawaban yang belum diketahui nilainya juga terjadi
saja yang disajikan sebagai representasi dari pada soal nomor 5. Sebanyak 26,7% siswa
jawaban lainnya yang identik. Hal mendasar menjawab “banyak siswa empat kali dari
yang melatarbelakangi kesalahan ini adalah banyak guru, 4S = G”. Berdasarkan jawaban
siswa gagal melakukan representasi terkait tersebut siswa langsung menerjemahkan
harga sebuah pensil dan buku. Siswa pernyataan soal dalam bahasa simbol tanpa
menganggap p dan b bukan sebagai variabel melakukan proses perbandingan yang
yang menyatakan harga sebuah pensil menyatakan banyak siswa dan guru, proses
dan buku, melainkan sebagai label, yaitu p ini oleh Clement (1982) disebut sebagai
merupakan pensil dan b merupakan buku tulis. word order matching (menyesuaikan dengan
Berdasarkan hasil wawancara dengan susunan kata), yakni 4S = G. Dalam hal ini
salah seorang siswa yang menjawab dengan S dan G dianggap sebagai label dan bukan
bentuk tersebut, diperoleh informasi bahwa sebagai variabel. Ada kemungkinan juga
ia hanya berfokus pada contoh-contoh siswa melakukan proses perbandingan,
soal yang selama ini diberikan pada materi namun proses tersebut bersifat statis sesuai
139
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014
kalimat soal yang oleh Clement (1982) pada soal nomor 2 dimana total 38,3% siswa
disebut sebagai static comparison pattern. mencoba menentukan banyak buah apel
Empat kali banyak siswa dari guru dimaknai dan jeruk dengan bilangan tertentu yang
sebagai banyak guru sama dengan empat jumlahnya menghasilkan 15 (misalnya apel
kali banyak siswa, secara aljabar dinyatakan sebanyak 8 buah dan jeruk sebanyak 7 buah),
G = 4S, ini menunjukkan sebenarnya siswa bahkan lebih fatal lagi 5% (dari 38,3%)
sudah menggunakan perbandingan dan siswa yang menganggap banyak apel dan
menyatakannya secara aljabar namun masih jeruk adalah 7,5 buah. Ternyata siswa masih
bersifat static comparison pattern. menerapkan pemahaman mereka tentang
Kesalahan lain yang dilakukan siswa konsep variabel sebagai sesuatu yang belum
adalah konjoining operasi penjumlahan diketahui nilainya, siswa belum mampu
dan perkalian dengan menuliskan 3p + 5b berpikir bahwa banyak apel dan jeruk bisa
= 8pb(23,2%). Mereka paham bahwa harga dipenuhi oleh pasangan bilangan cacah yang
total diperoleh dari 3p + 5b akan tetapi jika dijumlahkan hasilnya 15 atau secara
mereka masih menganggap bahwa bentuk aljabar dapat dinyatakan dengan memisalkan
aljabar yang terbuka seperti itu sebagai x adalah apel dan y adalah jeruk, maka
bentuk yang tidak lengkap dan menerapkan banyaknya apel dan jeruk yang mungkin
hal yang sama pada operasi penjumlahan dibeli oleh Fiaadalah pasangan nilai x dan y
bilangan bulat dengan menjawab 3p + 5b = yang memenuhi x + y = 15, x dan y anggota
8pb. Hal tersebut didukung oleh penjelasan himpunan bilangan cacah.
Booth (1988) yang menyatakan bahwa siswa Demikian pula pada soal nomor 3, siswa
kurang memahami sifat ketertutupan simbol tidak mampu memahami bahwa 2n>n +
variabel aljabar pada operasi penjumlahan 2, n> 2, n anggota himpunan bilangan asli
(“+”). Siswa menganggap bentuk aljabar yang yang ditandai dengan 60% siswa menjawab
terbuka sebagai bentuk yang tidak lengkap tidak tahu, sebab bisa saja 2n<n + 2, 2n =
dan selalu berusaha menyederhanakannya. n + 2, dan 2n>n + 2 dan total 35% siswa
Sebagai contoh, bentuk a + b disederhanakan mencoba mengganti nilai n dengan bilangan
menjadi ab. Penyebab kesalahan ini adalah asli tertentu untuk memperoleh hubungan 2n
adanya kecenderungan dalam penyelesaian dan n + 2. Hal ini sejalan dengan penjelasan
masalah aritmatika yang mengarah pada Akgun & Ozdemir (2006) terkait kesalahan-
jawaban satu digit angka dan menafsirkan kesalahan siswa yang disebabkan oleh
simbol “+” sebagai operasi yang “harus” kurangnya pemahaman siswa bahwa variabel
dilakukan. Hal senada juga diungkapkan merupakan generalisasi bilangan, ternyata
oleh Agnieszka (1997) bahwa siswa yang siswa gagal dalam proses transisi dari
memiliki kemampuan prosedur rendah aritmatika menuju aljabar, penalaran siswa
menganalogikan 2a + 5a sebagai “dua terbatas pada pola induktif yang mengarah
apel ditambah lima apel”(menggantikan pada kesesatan jawaban yang diperolehnya.
a dengan apel), akan tetapi ketika diminta Variabel sebagai generalisasi bilangan
menyederhanakan bentuk 3a + 5b – a, siswa merupakan konsep penting dalam aljabar
dengan kemampuan prosedur rendah tetap tetapi banyak siswa justru tidak memahami
merepresentasikan a dan b sebagai objek konsep ini. Usiskin (1988) mengemukakan
yang sama. empat konsepsi variabel dan salah satunya
Bentuk kesalahan yang dilakukan oleh adalah variabel sebagai generalisasi
siswa pada soal nomor 2 dan 3 menunjukkan bilangan. Hal tersebut sejalan dengan
bahwa ternyata siswa tidak memahami konsep Philipp (1999) yang mengategorikan tujuh
variabel sebagai generalisasi bilangan. Hal konsepsi variabel dan salah satunya adalah
ini nampak dari kesalahan jawaban siswa variabel sebagai generalisisasi bilangan.
140
Rezky A. H. & Tri Edi M. S., Analisis Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa Kelas VIII pada Materi Aljabar
Philipp (1999) menyatakan bahwa jika sulit wawancara terhadap siswa yang melakukan
untuk memahami bahwa variabel sebagai kesalahan tersebut, terungkap bahwa mereka
generalisasi bilangan dalam situasi tertentu, memahami n bukanlah sebagai variabel,
maka akibatnya akan sulit untuk memahami melainkan sebagai bilangan.
konsepfungsi dengan benar, sebab pada Soal nomor 4 adalah soal yang digunakan
konsep fungsi,variabel dapat memiliki lebih untuk mengidentifikasi kesalahan siswa dalam
dari satu nilai. Namun kenyataannya siswa melakukan operasi bentuk aljabar. Dua bentuk
lebih cenderung memahami variabel sebagai kesalahan siswa yakni miskanselasi(10%)
sesuatu yang belum diketahui nilainya yang dan kurangnya pemahaman siswa terkait
merupakan konsepsi lain dari variabel yang operasi pecahan (20%) merupakan dua
digunakan dalam persamaan. bentuk kesalahan yang saling terkait. Hal ini
Misinterpretasi terkait makna total/ menunjukkan siswa tidak mampu melakukan
jumlahan dan kesalahan membentuk dengan benar proses operasi penjumlahan/
persamaan merupakan dua bentuk kesalahan pengurangan dua pecahan dengan
lainnya yang dilakukan oleh siswa. Dua menyamakan penyebut dan melakukan
kesalahan tersebut sebenarnya memiliki generalisasi proses kanselasi. Kesalahan-
keterkaitan satu sama lain, dimana didasari kesalahan tersebut sebenarnya bermula
oleh kesalahan representasi dan asosiasi pada pembelajaran operasi bilangan, ketika
berpikir (Radatz, 1979). Representasi makna siswa diajarkan untuk menyederhanakan
harga total yang diungkapkan pada soal nomor perhitungan pecahan dengan melakukan
1 jelaslah merujuk pada operasi penjumlahan, pencoretan. Kurangnya pemahaman pada
namun siswa gagal memahami hal tersebut materi pecahan menyebabkan kesalahan
dengan benar. Demikian pula pada soal siswa dalam menggeneralisasi proses
nomor 2 dan 3, bentuk jawaban j + a = 15 pencoretan dan pemahaman terhadap proses
dan 8j + 7a = 15 (5%); j = 15a dan a = 15j tersebut terbatas pada pemecahan masalah,
(13%) pada soal nomor 2 menunjukkan siswa bukan pemahaman simbolisme. Hal tersebut
tidak mampu menginterpretasikan dengan juga berakibat pada kesalahan prosedural
benar informasi pada soal bahwa jumlah apel siswa yang menerapkan pada bentuk
dan jeruk yang dibeli dapat dinyatakan dalam a+x a
bentuk a + j = 15 dan bukan banyak apel =
b + x b (Norton & Irvin, 2007).
adalah lima belas kali banyak jeruk (a = 15j).
Kesalahan lainnya adalah siswa gagal
Demikian halnya pada soal nomor 3, 12,5%
menerapkan dengan benar sifat distributif
siswa justru membuat hubungan 2n dan n + 2
operasi perkalian terhadap penjumlahan.
menggunakan tanda “=”, siswa tidak paham
Kesalahan tersebut ditandai dengan
bahwa inti pertanyaan pada soal tersebut
penerapan proses -3x(x – 1) = -3x + 1 (5%)
2
adalah nilai n yang seperti apa yang memenuhi
dan -3x(x – 1) = 3x2 – 3x(5%). Siswa tidak
2n >n + 2. Hubungan menggunakan tanda
memperhatikan tanda bilangan dan operasi
“=” menunjukkan siswa tidak paham makna
yang digunakan serta proses perkaliannya
tanda “=” yang menyatakan relasi kesetaraan
tidak melibatkan semua suku-suku yang ada
dan juga n merupakan variabel, dalam hal ini n
pada bentuk aljabar tersebut. Hal ini sejalan
generalisasi bilangan asli. Ada kecenderungan
dengan penelitian Norton dan Irvin (2007)
siswa selalu berusaha menyusun suatu bentuk
yang menunjukkan kesulitan siswa dalam
persamaan tanpa memahami terlebih dahulu
belajar aljabar juga berhubungan dengan
bahwa 2n dan n + 2 dapat juga dinyatakan
operasi bilangan bulat negatif (misalnya, 4 –
dalam bentuk pertidaksamaan, sebab n
(-3); -4 + (-2)). Selain itu menurut Norton &
merupakan anggota himpunan bilangan asli.
Irvin (2007) siswa juga mengalami kesulitan
Kesalahan tersebut juga didukung oleh hasil
141
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014
dalam melakukan pengurangan ketika tanda siswa tersebut soal ini cukup, informasi pada
operasinya diperluas, misalnya 2(4 – 5), siswa soal sudah cukup memberikan petunjuk
mengabaikan tanda “-“ dan menganggapnya tentang umur Budi dan Amir tanpa harus
sebagai penjumlahan, contoh lainnya siswa mengubahnya ke dalam bentuk aljabar.
kesulitan menyederhanakan 3(2x – 4) menjadi Sebanyak 22,8% siswa menjawab
6x + 12. soal nomor 6 ini dengan cara menebak.
Konjoining operasi penjumlahan dan Siswa tidak memahami cara menyatakan
perkalian juga terjadi pada soal nonor 5, hubungan umur Amir dan Budi dalam bentuk
21,6% siswa menerapkan proses 2y(xy) = SPLDV, melainkan menebak umur Amir
2x2y = 4xy dan 13,3% siswa menerapkan dan Budi berdasarkan informasi verbal pada
proses 3x(x) = 4x. Penjelasan terkait kesalahan soal. Kesalahan ini berkaitan juga dengan
ini telah dijelaskan sebelumnya pada bentuk penjelasan Breiteig &Grevholm (2006) yang
3p + 5b = 8pb. Hal menarik yang perlu menunjukkan kesulitan siswa dalam transisi
diperhatikan adalah jika pada soal nomor aritmatika dan bentuk verbal ke dalam bentuk
1, konjoining yang dilakukan siswa adalah aljabar. Penjelasan lain terkait jawaban
dengan menjumlahkan koefisien dua suku dengan cara menebak juga dikemukakan oleh
yang berbeda dan mengalikan variabelnya, Egodawatte (2011), ia menjelaskan soal cerita
sebaliknya pada soal nomor 5, dua suku merupakan bentuk soal yang dianggap sulit
aljabar yang seharusnya dikalikan justru bagi siswa. Mereka memiliki kesulitan dalam
dijumlahkan seperti pada bentuk 2y(xy) = mengelola rincian masalah yang diberikan
2x2y = 4xy dan 3x(x) = 4x. dalam bentuk verbal. Pada penyelesaian soal
Soal nomor 6 adalah soal yang digunakan cerita, siswa perlu menguasai tiga bidang
untuk mengidentifikasi kesalahan siswa konseptual dalam aljabar, yakni: variabel,
terkait materi SPLDV. Bentuk kesalahan bentuk aljabar, dan persamaan, karena
siswa yang paling banyak dilakukan yaitu masalah soal cerita mungkin berisi konsep
penjelasan secara verbal terkait umur Budi yang berkaitan dengan satu atau lebih tiga
dan Amir. Hanya 34,2% siswa menjawab bidang konseptual tersebut. Inilah yang
soal tersebut dengan menjelaskan umur Budi menjadi salah satu alasan bahwa masalah soal
saat ini = 8 tahun dan umur Amir = 20 tahun, cerita sulit bagi siswa. Kadang-kadang, tidak
karena jika diselisihkan adalah 12 tahun ada metode yang jelas yang dapat digunakan
dan jika 4 tahun yang akan datang umur untuk memecahkan masalah yang disajikan.
Amir menjadi dua kali umur Budi, yaitu 12 Menggunakan cara menebak akhirnya
dan 24 tahun. Kesalahan ini sejalan dengan menjadi salah satu alternatif untuk menjawab
penelitian Breiteig dan Grevholm (2006) soal yang diberikan.
yang menunjukkan kesulitan siswa dalam Kesalahan lainnya yang dilakukan siswa
transisi aritmatika dan bentuk verbal ke adalah kesalahan interpretasi informasi pada
dalam bentuk aljabar. Berdasarkan penelitian soal. Di antaranya 14,3% siswa membentuk
tersebut 35% siswa mampu mengerjakan hubungan A + 4 = 2 + (B + 4), dalam hal ini
soal tersebut menggunakan cara verbal. siswa tidak memahami makna empat tahun
Meskipun jawabannya secara verbal benar, kemudian umur Amir dua kali umur Budi
namun ini menunjukkan siswa belum mampu yang ditandai dengan menuliskan 2 + (B +
berpikir abstrak, terbukti dari penggunaan 4). Sebanyak 20% siswa juga menuliskan
bahasa verbal yang mendominasi ketimbang bentukA = 2B + 4, ini menunjukkan siswa
penggunaan simbol-simbol aljabar. Hal ini tidak memahami makna empat tahun
juga didukung oleh hasil wawancara terhadap kemudian itu berlaku untuk Amir dan Budi,
salah seorang siswa yang menjawab soal tanda “=” seharusnya menyatakan kesetaraan
umur Budi dan Amir secara verbal. Menurut waktu untuk Amir dan Budi.
142
Rezky A. H. & Tri Edi M. S., Analisis Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa Kelas VIII pada Materi Aljabar
Sebanyak 8,5% siswa juga tidak kesalahan siswa terkait soal nomor 1, 5, dan
memahami variabel sebagai sesuatu yang 6 adalah miskonsepsi siswa terkait huruf
belum diketahui nilainya, hal ini ditunjukkan sebagai label dan kurangnya pemahaman
oleh jawaban siswa “A – B = 12 → 20 – 8 = siswa terkait konsep variabel sebagai sesuatu
12,umur Amir = 20 + 4 = 24; umur Budi = yang belum diketahui nilainya. Miskonsepsi
8 + 4 = 12”. Siswa hanya berpatokan pada siswa terkait konsep variabel sebagai
selisih umur Amir dan Budi sebesar 12 tahun generalisasi bilangan merupakan hal yang
dan membentuk persamaan A – B = 12, akan mendasari kesalahan siswa pada soal nomor
tetapi siswa tidak memperhatikan informasi 2 dan 3. Kesalahan lainnya pada soal nomor
lain pada soal yang dapat memungkinkan 1 dan 5 didasari oleh miskonsepsi siswa yang
siswa untuk membentuk persamaan lainnya melakukan konjoining operasi penjumlahan
yang tepat. Proses yang dilakukan juga tidak dan perkalian. Sedangkan kesalahan siswa
mempertimbangkan cara-cara pencarian pada soal nomor 1, 2, 3, dan 6 secara umum
solusi penyelesaian suatu persamaan atau disebabkan oleh kesalahan siswa melakukan
sistem persamaan dengan menggunakan representasi dan interpretasi terhadap
eliminasi atau subtitusi, melainkan dengan informasi yang disajikan pada soal yang
langsung memutuskan bahwa umur Amir dan berbentuk soal cerita.
Budi saat ini masing-masing adalah 20 tahun
dan 8 tahun. Kesimpulan dan Saran
Menarik untuk dibahas bahwa pada soal Berdasarkan paparan hasil penelitian dan
nomor 6 ini tidak satupun kesalahan eliminasi pembahasan, disimpulkan hal-hal berikut.
dan subtitusi dilakukan siswa. Dari 35 siswa 1. Kesalahan siswa dalam memahami
yang menjawab soal nomor 6 ini, 79,8% konsep variabel di antaranya: kesalahan
siswa melakukan kesalahan dengan rincian memahami huruf sebagai label, kurang
sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya memahami variabel sebagai sesuatu yang
dan 20,2% siswa menjawab benar soal ini belum diketahui nilainya, konjoining
dengan membentuk persamaan yang tepat operasi penjumlahan dan perkalian,
dan melakukan proses eliminasi dan subtitusi kurang memahami variabel sebagai gene
dengan benar. Ini merupakan dilema tersendiri ralisasi bilangan, misinterpretasi terkait
khususnya bagi penyelesaian soal cerita yang mak na total/jumlahan, dan kesalahan
berkaitan dengan SPLDV, sebab bagaimana dalam membentuk persamaan. Kesalahan
mungkin kesalahan proses eliminasi dan siswa terkait operasi bentuk aljabar di
subtitusi dapat teridentifikasi sedangkan antaranya: miscancellasi, konjoining ope
dalam merepresentasikan masalah verbal ke rasi penjumlahan dan perkalian, kurang
dalam model matematika saja siswa sudah memahami sifat distributif, dan kurang
melakukan kesalahan. memahami operasi pecahan. Kesalahan
Dari enam buah soal aljabar yang siswa terkait SPLDV diantaranya: mela
diberikan, diperoleh informasi tentang kukan penjelasan verbal, menebak tanpa
miskonsepsi yang terjadi dalam materi penjelasan/alasan, kesalahan representasi,
aljabar. Dalam hal ini miskonsepsi dan kurang memahami variabel sebagai
merupakan gejala struktur kognitif yang sesuatu yang belum diketahui nilainya.
menyebabkan kesalahan yang terjadi secara 2. Secara umum miskonsepsi yang terjadi
berulang dan stabil (Hammer, 1996). Terjadi yang mendasari kesalahan siswa pada
secara berulang dan stabil maksudnya materi aljabar di antaranya: huruf seba
kesalahan tersebut muncul pada beberapa gai label, kurangnya pemahaman siswa
nomor soal dan saling terkait satu sama lain. terkait konsep variabel sebagai se
Miskonsepsi yang terjadi yang mendasari suatu yang belum diketahui nilainya,
143
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014
144
Rezky A. H. & Tri Edi M. S., Analisis Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa Kelas VIII pada Materi Aljabar
145