Anda di halaman 1dari 12

Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No.

2, Juli 2014

ANALISIS KESALAHAN DAN MISKONSEPSI SISWA KELAS VIII


PADA MATERI ALJABAR

Rezky Agung Herutomo


rezkyagungherutomo@gmail.com
Universitas Negeri Semarang

Tri Edi Mulyono Saputro


trimes3000@yahoo.co.id
SMP Negeri 33 Semarang

ABSTRAK
Permasalahan yang terjadi di SMP Negeri 33 Semarang yaitu kurangnya pemahaman
prosedural dan konseptual siswa dalam materi aljabar dan banyak siswa melakukan
kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal terkait materi aljabar. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kesalahan dan miskonsepsi siswapada materi aljabar. Penelitian
ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Tes materi aljabar yang disusun meliputi
konsep variabel, bentuk aljabar, dan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV).
Hasil penelitian menunjukkan adanya sejumlah kesalahan dari tiap bidang materi
aljabar tersebut. Kesalahan siswa dalam konsep variabel di antaranya adalah: kesalahan
memahami huruf sebagai label, kurang memahami variabel sebagai sesuatu yang belum
diketahui nilainya dan sebagai generalisasi bilangan, konjoining operasi penjumlahan
dan perkalian, misinterpretasi terkait makna total, dan kesalahan dalam membentuk
persamaan. Kesalahan siswa terkait bentuk aljabar diantaranya: miskanselasi, konjoining
operasi penjumlahan dan perkalian, kurang memahami sifat distributif, dan kurang
memahami operasi pecahan.

Kata kunci: kesalahan, miskonsepsi, variabel, bentuk aljabar, sistem persamaan linear
dua variabel

ABSTRACT
Problems that happened in Junior High School of 33 Semarang are lack of students’s
understanding prosedural and conceptual in algebra and still make errors in solving
algebra problem.This study view to analyzed Junior High School of 33 Semarang students’
errors and misconceptions in algebra. The study used qualitative method research design.
An algebra test contained questions from three main areas of algebra: variables, algebraic
expressions, and systems of linear equations two variables. The results indicated a
number of error categories under each area. Some errors emanated from misconceptions.
Errors type was observed under variables are letters as labels, lack of understanding
of variables as specified unknown, lack of understanding of variables as generalized
numbers, conjoining addition and multiplication, misinterpreting unitary concept, and
forming incorect equations. Errors type was observed under algebraic expressions
are miscancellasi, conjoining addition and multiplication, lack of understanding of
distributive property, dan lack of understanding of operations in fraction.

Keywords: errors, misconceptions, variables, algebraic expressions, and systems of


linear equations two variables

134
Rezky A. H. & Tri Edi M. S., Analisis Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa Kelas VIII pada Materi Aljabar

Pendahuluan Penelusuran terhadap kesalahan merupakan


Problematika pada materi aljabar yang salah satu usaha yang dapat dilakukan guru
terjadi di SMP Negeri 33 Semarang di untuk mengatasi hal tersebut. Hal tersebut
antaranya siswa masih banyak melakukan didukung oleh pernyataan Booth (1988)
kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal yaitu “salah satu cara untuk mencari tahu
operasi bentuk aljabar, sebagai contoh pada kesulitan siswa dalam materi aljabar adalah
bentuk 2x + 3y siswa memahaminya sebagai dengan mengidentifikasi kesalahan siswa
dan menyelidiki alasan dibalik terjadinya
5xy, pada penyederhanaan bentuk , kesalahan tersebut”. Demikian pula dalam
penelitian ini, kesalahan-kesalahan siswa akan
siswa menyedernakannya menjadi . ditelusuri lebih lanjut dengan menanyakan
Siswa juga terjebak pada makna secara mendalam tentang proses berpikir dan
“pencoretan” (kanselasi) penyebut dan alasan siswa dalam menyelesaikan soal-soal
a2 + a
pembilang yang habis terbagi, seperti a aljabar yang diberikan, sehingga diperoleh
yang bentuk sederhananya dianggap sebagai informasi mengenai miskonsepsi yang
a2. Hal-hal tersebut mengindikasikan bahwa mendasari kesalahan.
siswa tidak menggunakan pengetahuannya Penting bagi guru untuk memiliki
pada operasi bilangan bulat dan pecahan pengetahuan tentang kesalahan dan
dalam bekerja pada materi aljabar. Siswa miskonsepsi siswa pada materi aljabar,
juga masih kesulitan dan banyak melakukan sehingga guru lebih fokus dalam proses
kesalahan dalam menyelesaikan soal- pembelajaran dengan menggunakan model,
soal cerita dalam materi aljabar. Kesulitan metode, strategi, atau pendekatan yang tepat.
paling mendasar yang dialami siswa yaitu Hal tersebut senada dengan Zevenbergen,
menerjemahkan masalah dalam soal cerita ke Dole,Wright (2004) yang menjelaskan
dalam bentuk matematika, seperti: apa yang bahwa mengajar yang baik melibatkan
diketahui, apa yang harus dimisalkan dalam pengetahuan guru tentang pemikiran siswa
variabel, operasi apa yang digunakan dalam terkait konsep matematika dan mengetahui
permasalahan dan proses penyelesaian. cara mengarahkan siswa ke arah konstruksi
Sehingga, jelaslah jika bentuk matematikanya yang lebih kompleks, lengkap, dan kuat
salah, maka proses penyelesaian selanjutnya dengan menggunakan kegiatan, kebiasaan,
juga akan salah. dan lingkungan belajar yang terorganisir.
Nasser & Carifio (1993) menyatakan Leinhardt, Zaslavsky,Stein (1990) men­
bahwa selama bertahun-tahun kesalahan definisikan miskonsepsi sebagai pe­ma­ha­
dalam matematika, khususnya dalam aljabar man yang salah dalam pengetahuan siswa
dianggap sebagai bentuk kesalahan prosedural yang terjadi secara berulang dan eksplisit.
atau komputasional. Dalam dekade terakhir Miskonsepsi siswa dalam pembelajaran
ini, fokus perhatian bukan hanya pada matematika karena kurangnya pemahaman
kesalahan prosedural saja tetapi lebih ke konsep matematika. Miskonsepsi tersebut
arah kesalahan konseptual dan miskonsepsi. menimbulkan keprihatinan karena mengarah
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa pada pembentukan konsep dan generalisasi
ternyata masalah miskonsepsi banyak yang salah sehingga menghambat pem­
mendapat perhatian dalam dunia pendidikan belajaran matematika. Miskonsepsi berbeda
matematika sejak masa lampau. dari kesalahan. Olivier (1989) menyatakan
Kesalahan konseptual dan prosedural bahwa kesalahan adalah jawaban yang
siswa pada materi aljabar akan mengaki­ salah karena perencanaan yang tidak tepat
batkan kendala bagi proses belajar siswa. dan tidak sistematis yang diterapkan dalam
menyelesaikan permasalahan matematika,

135
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014

sedangkan miskonsepsi adalah gejala struktur 1. kesalahan siswa dalam menyelesaikan


kognitif yang menyebabkan kesalahan. persoalan aljabar;
Gagasan miskonsepsi merujuk pada garis 2. miskonsespsi siswa pada materi aljabar.
pemikiran yang menyebabkan serangkaian
kesalahan yang dihasilkan dari kesalahan Metode
premis yang mendasari suatu konsep atau 1. Desain Penelitian
proses tertentu, bukan kesalahan sporadis yang Penelitian ini menggunakan pendekatan
tidak sistematis (Nesher, 1987). Oleh karena kualitatif yang akan menganalisis mis­
itu, sumber kesalahan dalam matematika konsepsi aljabar siswa kelas VIII di SMP
adalah miskonsepsi, meskipun ada sumber Negeri 33 Semarang. Alasan penggunaan
lain yang menyebabkan terjadinya kesalahan pendekatan tersebut didasarkan pada definisi
seperti kecerobohan atau penggunaan bahasa penelitian kualitatif yang dipaparkan oleh
yang menyesatkan. Adanya miskonsepsi Moleong (2011) bahwa penelitian kualitatif
pengetahuan sebelumnya akan menghambat adalah penelitian yang bermaksud untuk
proses akuisisi pengetahuan baru dan akan memahami fenomena yang dialami oleh
menyebabkan siswa terus membuat kesalahan subjek penelitian yang terkait perilaku,
selama belajar materi aljabar dan materi persepsi, tindakan, dan lain-lain, secara
terkait lainnya. holistik dan dengan cara deskripsi kata-kata
Banyak peneliti terdahulu yang mengkaji dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
miskonsepsi siswa pada materi aljabar. Hasil ilmiah dan dengan memanfaatkan berbagai
penelusuran dari berbagai literatur dan metode ilmiah.
publikasi penelitian tentang miskonsepsi
siswa pada materi aljabar menunjukkan 2. Subjek Penelitian
bahwa penelitian-penelitian tersebut masing- Penelitian ini dilakukan di kelas VIIIA
masing secara terpisah fokus pada konsepsi dan VIIIB SMP Negeri 33 Semarang pada
variabel, persamaan, pertidaksamaan, atau bulan April 2014. Jumlah siswa dari dua kelas
masalah verbal (soal cerita) dalam aljabar. tersebut adalah 61 orang dengan rincian tiga
Para peneliti berupaya untuk mengidentifikasi puluh orang siswa kelas VIIIA dan tiga puluh
miskonsepsi berdasarkan salah satu konsep satu orang siswa kelas VIIIB. Setelah hasil
pada materi aljabar dan memberikan kerja siswa dianalisis, selanjutnya dipilih
penjelasan secara spesifik penyebab tiga orang siswa untuk diwawancarai. Siswa
miskonsepsi melalui proses penalaran siswa. yang akan diwawancarai adalah siswa yang
Namun, masih relatif sedikit penelitian yang melakukan kesalahan secara sistematis atau
dilakukan untuk menganalisis miskonsepsi berulang, artinya kesalahan yang dilakukan
dan kemampuan siswa yang didasarkan identik pada beberapa item soal berdasarkan
pada gabungan konsep-konsep dalam materi materi yang diteliti.
aljabar di tingkat sekolahan.
Oleh karena itu, berdasarkan fenomena 3. Instrumen Penelitian
dan penjelasan di atas penting untuk dilakukan 1) Peneliti
penelitian tentang analisis kesalahan dan Dalam penelitian ini, peneliti merupakan
miskonsepsi siswa kelas VIII pada Materi instrumen utama dalam proses pengumpulan
Aljabar, sehingga diperoleh pandangan data yang dapat memberikan interpretasi
global tentang miskonsepsi dan kemampuan langsung terhadap realita yang ditemukan,
siswa pada materi aljabar yang sifatnya tidak khususnya dalam proses wawancara
secara terpisah berdasarkan satu konsep saja. yang menuntut peran serta peneliti dalam
Sejalan dengan hal tersebut, penelitian ini menelusuri pemikiran siswa melalui
bertujuan untuk menganalisis:

136
Rezky A. H. & Tri Edi M. S., Analisis Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa Kelas VIII pada Materi Aljabar

pertanyaan-pertanyaan spontan berdasarkan mendalam termasuk kategori wawancara


pola penjelasan dan jawaban siswa, sehingga semiterstruktur. Pelaksanaannya lebih
diperoleh informasi yang lebih dalam terkait bebas dibandingkan wawancara terstruktur.
miskonsepsi siswa. Wawancara mendalam dilaksanakan
berdasarkan pada pedoman wawancara yang
2) Tes Materi Aljabar telah disusun, namun ragam pertanyaan
Instrumen tes aljabar disusun berdasarkan yang diajukan dapat berubah, tergantung
materi yang akan diteliti, yaitu berkaitan pada jawaban/penjelasan yang dikemukakan
dengan konsep variabel, operasi bentuk siswa. Oleh karena itu, dapat diajukan
aljabar, dan SPLDV. Data yang diharapkan pertanyaan-pertanyaan spontan berdasarkan
dari pelaksanaan tes aljabar berupa hasil respon mereka sebelumnya untuk menggali
pekerjaan siswa pada lembar jawaban informasi lebih dalam tentang miskonsepsi
yang disertai dengan langkah-langkah siswa terkait penyelesaian soal aljabar yang
penyelesaiannya. Soal tes materi aljabar diberikan.
tersebut antara lain sebagai berikut.
(1) Harga sebuah pensil adalah p rupiah dan Hasil dan Pembahasan
harga sebuah buku tulis adalah b rupiah. Hasil jawaban siswa yang disajikan
Jika Ani membeli tiga buah pensil dan merupakan jawaban salah yang dikerjakan
lima buah buku tulis, berapa rupiahkah siswa, sedangkan siswa yang tidak menjawab
total harga yang harus dibayar oleh Ani? dan menjawab benar pada tiap soal tidak
(2) Fia akan membeli buah jeruk dan apel. Dia termasuk dalam kategori penjelasan pada
merencanakan membeli sebanyak lima bagian hasil. Persentase bentuk kesalahan
belas buah. Berapa banyaknya masing- siswa tiap nomor diperoleh dari perbandingan
masing buah apel dan jeruk yang mungkin antara banyak siswa yang melakukan bentuk
dibeli oleh Fia? kesalahan tertentu dengan banyak siswa yang
(3) Jika n anggota bilangan asli, manakah mengerjakan soal tiap nomor. Data bentuk
yang lebih besar antara 2n dan n + 2? kesalahan jawaban siswa disajikan pada
Jelaskan! Tabel 1 berikut:
Konsep variabel merupakan bagian dari
(4) Sederhanakanlah: materi aljabar yang selama ini cukup banyak
(5) Diketahui ada empat kali banyak siswa mendapat perhatian dalam penelitian terkait
kelas VIIIB dari banyak guru yang miskonsepsi aljabar dan melalui penelitian
mengajar di kelas tersebut pada suatu ini diharapkan dapat memberikan bukti
sekolah. Jika S menyatakan banyak siswa tambahan terkait kesalahan dan miskonsepsi
dan G menyatakan banyak guru di sekolah siswa dalam memahami konsep variabel.
tersebut, tuliskan hubungan antara S dan Soal-soal yang dirancang untuk mengukur
G dalam bentuk aljabar. pemahaman siswa terkait konsep variabel
(6) Diketahui umur Amir lebih tua dari Budi, diantaranya adalah soal nomor 1, 2, 3, dan
selisih umur Amir dan Budi saat ini adalah 5. Soal nomor 1 dan 5 digunakan untuk
dua belas tahun. Empat tahun kemudian mengidentifikasi kesalahan dan kemungkinan
umur Amir dua kali umur Budi. Berapakah terjadinya miskonsepsi terkait konsep
umur mereka sekarang? variabel sebagai sesuatu yang belum diketahui
nilainya. Sedangkan soal nomor 2 dan 3
3) Pedoman Wawancara digunakan untuk mengidentifikasi kesalahan
Penelitian ini menggunakan wawancara dan kemungkinan terjadinya miskonsepsi
mendalam (depth interview). Merujuk terkait konsep variabel sebagai generalisasi
pada Sugiyono (2011), wawancara bilangan. Berdasarkan keempat soal tersebut

137
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014

Tabel 1
Data Bentuk Kesalahan Jawaban Siswa
Bentuk Kesalahan Jawaban Siswa (%)
Konsep Variabel
Huruf sebagai label; kurang Soal 1: p = pensil dan b = buku
memahami variabel sebagai Harga 3 pensil = 3 x Rp. 2.000 = Rp. 6.000
sesuatu yang belum diketahui Harga 5 buku = 5 x Rp. 3.000 = Rp. 15.000
nilainya 3 pensil + 5 buku = Rp. 21.000(25%)
Soal 5: 4S = G(26,7%)
Konjoining operasi Soal 1: 3p + 5b = 8pb(23,2%)
penjumlahan dan perkalian
Kurang memahami variabel Soal 2: misalkan apel = A dan jeruk = B, A + B = 15, B = 15 –
sebagai generalisasi bilangan 8 = 7 (5%); 7 apel dan 8 jeruk, 8 apel dan 7 jeruk, ..., 14 apel
dan 1 jeruk (28,3%); banyak buah yang dibeli = 15 : 2 = 7,5
(5%); j + a = 15, 9 + 6 = 15, 8 + 7 = 15(5%).
Soal 3: n = 3, 2n = 2.3 = 6 dan n + 2 = 3 + 2 = 5 → 2n>n + 2
(25%); tidak tahu, sebab bisa saja 2n<n + 2, 2n = n + 2, dan
2n>n + 2 (60%); sama saja, 2n = n + 2 = 4 (10%).
Misinterpretasi terkait makna Soal 1: total harga = 3p.5b (5%)
total/jumlahan
Kesalahan dalam membentuk Soal 2: j + a = 15 dan 8j + 7a = 15 (5%); j = 15a dan a =
persamaan 15j (13%).

n+2 n
Soal 3: n =
= + 1 (12,5%)
2 2
Operasi Bentuk Aljabar (khusus soal nomor 4)
Miskanselasi (2y/3x) – (x – 1/xy)

2
2 y x − 1 2 − (−1) 2 xy − 3x 2 + 3x 2
− = ; = (10%)
3x xy 3x 3x 2 y 3
Konjoining operasi
penjumlahan dan perkalian 2 y x − 1 4 xy − 4 x − 3 x
− = (21,6%)
3x xy 4 xy

2 y x − 1 2 xy 2 − 4 x − 1
− = (13,3%)
3x xy 3x 2 y
Kurang memahami sifat
distributif xy
2
2 xy −xy3 x 2 + 1 2 y 2 − 3 x + 1
= (5%)
3x 2 y 3 xy

xy 2 − 3 x − 3
2 y x − 1 2xy
− = (5%)
xy
3 x xy 3 xxy
y
Kurang memahami operasi xy
pecahan 2 y xxy− 1 2 y − x − 1
− = (20%)
3x xy 3 x − xy

138
Rezky A. H. & Tri Edi M. S., Analisis Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa Kelas VIII pada Materi Aljabar

SPLDV (khusus soal nomor 6)


Penjelasan verbal Umur Budi saat ini = 8 tahun dan umur Amir = 20 tahun,
xy
karena jika diselisihkan adalah 12 tahun dan jika 4 tahun
yang akan datang umurxyAmir menjadi dua kali umur Budi,
yaitu 12 dan 24 tahun (34,2%)
xy
Menebak tanpa penjelasan/ Umur Amir = 20 tahun dan Budi = 8 tahun (22,8%)
alasan xy xy
Kesalahan representasi A – B= 12, A+ 4 = 2 + (B + 4) (14,3%);
A – B= 12 dan J = 2B + 4(20%)
Kurang memahami variabel A > B, A – B = 12 → 20 – 8 = 12
sebagai sesuatu yang belum Umur Amir
xy = 20 + 4 xy= 24
diketahui nilainya Umur Budi =8 + 4 = 12 (8,5%)

yang berkaitan dengan konsep variabel, aljabar yang sifatnya kontekstual dengan
diperoleh beberapa bentuk kesalahan yang menyertakan harga satuan barang. Siswa
dilakukan oleh siswa, diantaranya: huruf tersebut menganggap 3p dan 5b masing-
sebagai label dan kurang memahami variabel masing menyatakan banyak tiga pensil dan
sebagai sesuatu yang belum diketahui lima buku. Hal ini perlu dicermati bahwa
nilainya, konjoining operasi penjumlahan ternyata ada kekakuan asosiasi dalam
dan perkalian, misinterpretasi terkait makna melakukan representasi masalah harga
total/jumlahan, kurang memahami variabel yang disajikan pada soal nomor 1. Prosedur
sebagai generalisasi bilangan, kesalahan penyelesaian yang dilakukan siswa sudah
membentuk persamaan benar jika menggunakan atau diketahui
Pada soal pensil dan buku, 25% besaran harganya, akan tetapi ketika
memisalkan harga pensil dan buku dengan melangkah pada hal yang abstrak,siswa tidak
suatu harga tertentu. Hal ini menunjukkan mampu perepresentasikan bahwa p dan b
siswa kurang memahami konsep variabel merupakan variabelyang masing-masing
sebagai sesuatu yang belum diketahui menyatakan harga sebuah pensil dan buku,
nilainya. Dalam hal ini, nilai menurut Filloy, ini menunjukkan konsep variabel tidak
Rojano, Solares (2004) dapat berupa kuantitas dipahami dengan benar.
(harga, panjang, umur, dan sebagainya). Ada Bentuk kesalahan huruf sebagai label dan
beberapa variasi harga yang dimisalkan oleh kurang memahami variabel sebagai sesuatu
siswa, namun hanya satu bentuk jawaban yang belum diketahui nilainya juga terjadi
saja yang disajikan sebagai representasi dari pada soal nomor 5. Sebanyak 26,7% siswa
jawaban lainnya yang identik. Hal mendasar menjawab “banyak siswa empat kali dari
yang melatarbelakangi kesalahan ini adalah banyak guru, 4S = G”. Berdasarkan jawaban
siswa gagal melakukan representasi terkait tersebut siswa langsung menerjemahkan
harga sebuah pensil dan buku. Siswa pernyataan soal dalam bahasa simbol tanpa
menganggap p dan b bukan sebagai variabel melakukan proses perbandingan yang
yang menyatakan harga sebuah pensil menyatakan banyak siswa dan guru, proses
dan buku, melainkan sebagai label, yaitu p ini oleh Clement (1982) disebut sebagai
merupakan pensil dan b merupakan buku tulis. word order matching (menyesuaikan dengan
Berdasarkan hasil wawancara dengan susunan kata), yakni 4S = G. Dalam hal ini
salah seorang siswa yang menjawab dengan S dan G dianggap sebagai label dan bukan
bentuk tersebut, diperoleh informasi bahwa sebagai variabel. Ada kemungkinan juga
ia hanya berfokus pada contoh-contoh siswa melakukan proses perbandingan,
soal yang selama ini diberikan pada materi namun proses tersebut bersifat statis sesuai

139
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014

kalimat soal yang oleh Clement (1982) pada soal nomor 2 dimana total 38,3% siswa
disebut sebagai static comparison pattern. mencoba menentukan banyak buah apel
Empat kali banyak siswa dari guru dimaknai dan jeruk dengan bilangan tertentu yang
sebagai banyak guru sama dengan empat jumlahnya menghasilkan 15 (misalnya apel
kali banyak siswa, secara aljabar dinyatakan sebanyak 8 buah dan jeruk sebanyak 7 buah),
G = 4S, ini menunjukkan sebenarnya siswa bahkan lebih fatal lagi 5% (dari 38,3%)
sudah menggunakan perbandingan dan siswa yang menganggap banyak apel dan
menyatakannya secara aljabar namun masih jeruk adalah 7,5 buah. Ternyata siswa masih
bersifat static comparison pattern. menerapkan pemahaman mereka tentang
Kesalahan lain yang dilakukan siswa konsep variabel sebagai sesuatu yang belum
adalah konjoining operasi penjumlahan diketahui nilainya, siswa belum mampu
dan perkalian dengan menuliskan 3p + 5b berpikir bahwa banyak apel dan jeruk bisa
= 8pb(23,2%). Mereka paham bahwa harga dipenuhi oleh pasangan bilangan cacah yang
total diperoleh dari 3p + 5b akan tetapi jika dijumlahkan hasilnya 15 atau secara
mereka masih menganggap bahwa bentuk aljabar dapat dinyatakan dengan memisalkan
aljabar yang terbuka seperti itu sebagai x adalah apel dan y adalah jeruk, maka
bentuk yang tidak lengkap dan menerapkan banyaknya apel dan jeruk yang mungkin
hal yang sama pada operasi penjumlahan dibeli oleh Fiaadalah pasangan nilai x dan y
bilangan bulat dengan menjawab 3p + 5b = yang memenuhi x + y = 15, x dan y anggota
8pb. Hal tersebut didukung oleh penjelasan himpunan bilangan cacah.
Booth (1988) yang menyatakan bahwa siswa Demikian pula pada soal nomor 3, siswa
kurang memahami sifat ketertutupan simbol tidak mampu memahami bahwa 2n>n +
variabel aljabar pada operasi penjumlahan 2, n> 2, n anggota himpunan bilangan asli
(“+”). Siswa menganggap bentuk aljabar yang yang ditandai dengan 60% siswa menjawab
terbuka sebagai bentuk yang tidak lengkap tidak tahu, sebab bisa saja 2n<n + 2, 2n =
dan selalu berusaha menyederhanakannya. n + 2, dan 2n>n + 2 dan total 35% siswa
Sebagai contoh, bentuk a + b disederhanakan mencoba mengganti nilai n dengan bilangan
menjadi ab. Penyebab kesalahan ini adalah asli tertentu untuk memperoleh hubungan 2n
adanya kecenderungan dalam penyelesaian dan n + 2. Hal ini sejalan dengan penjelasan
masalah aritmatika yang mengarah pada Akgun & Ozdemir (2006) terkait kesalahan-
jawaban satu digit angka dan menafsirkan kesalahan siswa yang disebabkan oleh
simbol “+” sebagai operasi yang “harus” kurangnya pemahaman siswa bahwa variabel
dilakukan. Hal senada juga diungkapkan merupakan generalisasi bilangan, ternyata
oleh Agnieszka (1997) bahwa siswa yang siswa gagal dalam proses transisi dari
memiliki kemampuan prosedur rendah aritmatika menuju aljabar, penalaran siswa
menganalogikan 2a + 5a sebagai “dua terbatas pada pola induktif yang mengarah
apel ditambah lima apel”(menggantikan pada kesesatan jawaban yang diperolehnya.
a dengan apel), akan tetapi ketika diminta Variabel sebagai generalisasi bilangan
menyederhanakan bentuk 3a + 5b – a, siswa merupakan konsep penting dalam aljabar
dengan kemampuan prosedur rendah tetap tetapi banyak siswa justru tidak memahami
merepresentasikan a dan b sebagai objek konsep ini. Usiskin (1988) mengemukakan
yang sama. empat konsepsi variabel dan salah satunya
Bentuk kesalahan yang dilakukan oleh adalah variabel sebagai generalisasi
siswa pada soal nomor 2 dan 3 menunjukkan bilangan. Hal tersebut sejalan dengan
bahwa ternyata siswa tidak memahami konsep Philipp (1999) yang mengategorikan tujuh
variabel sebagai generalisasi bilangan. Hal konsepsi variabel dan salah satunya adalah
ini nampak dari kesalahan jawaban siswa variabel sebagai generalisisasi bilangan.

140
Rezky A. H. & Tri Edi M. S., Analisis Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa Kelas VIII pada Materi Aljabar

Philipp (1999) menyatakan bahwa jika sulit wawancara terhadap siswa yang melakukan
untuk memahami bahwa variabel sebagai kesalahan tersebut, terungkap bahwa mereka
generalisasi bilangan dalam situasi tertentu, memahami n bukanlah sebagai variabel,
maka akibatnya akan sulit untuk memahami melainkan sebagai bilangan.
konsepfungsi dengan benar, sebab pada Soal nomor 4 adalah soal yang digunakan
konsep fungsi,variabel dapat memiliki lebih untuk mengidentifikasi kesalahan siswa dalam
dari satu nilai. Namun kenyataannya siswa melakukan operasi bentuk aljabar. Dua bentuk
lebih cenderung memahami variabel sebagai kesalahan siswa yakni miskanselasi(10%)
sesuatu yang belum diketahui nilainya yang dan kurangnya pemahaman siswa terkait
merupakan konsepsi lain dari variabel yang operasi pecahan (20%) merupakan dua
digunakan dalam persamaan. bentuk kesalahan yang saling terkait. Hal ini
Misinterpretasi terkait makna total/ menunjukkan siswa tidak mampu melakukan
jumlahan dan kesalahan membentuk dengan benar proses operasi penjumlahan/
persamaan merupakan dua bentuk kesalahan pengurangan dua pecahan dengan
lainnya yang dilakukan oleh siswa. Dua menyamakan penyebut dan melakukan
kesalahan tersebut sebenarnya memiliki generalisasi proses kanselasi. Kesalahan-
keterkaitan satu sama lain, dimana didasari kesalahan tersebut sebenarnya bermula
oleh kesalahan representasi dan asosiasi pada pembelajaran operasi bilangan, ketika
berpikir (Radatz, 1979). Representasi makna siswa diajarkan untuk menyederhanakan
harga total yang diungkapkan pada soal nomor perhitungan pecahan dengan melakukan
1 jelaslah merujuk pada operasi penjumlahan, pencoretan. Kurangnya pemahaman pada
namun siswa gagal memahami hal tersebut materi pecahan menyebabkan kesalahan
dengan benar. Demikian pula pada soal siswa dalam menggeneralisasi proses
nomor 2 dan 3, bentuk jawaban j + a = 15 pencoretan dan pemahaman terhadap proses
dan 8j + 7a = 15 (5%); j = 15a dan a = 15j tersebut terbatas pada pemecahan masalah,
(13%) pada soal nomor 2 menunjukkan siswa bukan pemahaman simbolisme. Hal tersebut
tidak mampu menginterpretasikan dengan juga berakibat pada kesalahan prosedural
benar informasi pada soal bahwa jumlah apel siswa yang menerapkan pada bentuk
dan jeruk yang dibeli dapat dinyatakan dalam a+x a
bentuk a + j = 15 dan bukan banyak apel =
b + x b (Norton & Irvin, 2007).
adalah lima belas kali banyak jeruk (a = 15j).
Kesalahan lainnya adalah siswa gagal
Demikian halnya pada soal nomor 3, 12,5%
menerapkan dengan benar sifat distributif
siswa justru membuat hubungan 2n dan n + 2
operasi perkalian terhadap penjumlahan.
menggunakan tanda “=”, siswa tidak paham
Kesalahan tersebut ditandai dengan
bahwa inti pertanyaan pada soal tersebut
penerapan proses -3x(x – 1) = -3x + 1 (5%)
2
adalah nilai n yang seperti apa yang memenuhi
dan -3x(x – 1) = 3x2 – 3x(5%). Siswa tidak
2n >n + 2. Hubungan menggunakan tanda
memperhatikan tanda bilangan dan operasi
“=” menunjukkan siswa tidak paham makna
yang digunakan serta proses perkaliannya
tanda “=” yang menyatakan relasi kesetaraan
tidak melibatkan semua suku-suku yang ada
dan juga n merupakan variabel, dalam hal ini n
pada bentuk aljabar tersebut. Hal ini sejalan
generalisasi bilangan asli. Ada kecenderungan
dengan penelitian Norton dan Irvin (2007)
siswa selalu berusaha menyusun suatu bentuk
yang menunjukkan kesulitan siswa dalam
persamaan tanpa memahami terlebih dahulu
belajar aljabar juga berhubungan dengan
bahwa 2n dan n + 2 dapat juga dinyatakan
operasi bilangan bulat negatif (misalnya, 4 –
dalam bentuk pertidaksamaan, sebab n
(-3); -4 + (-2)). Selain itu menurut Norton &
merupakan anggota himpunan bilangan asli.
Irvin (2007) siswa juga mengalami kesulitan
Kesalahan tersebut juga didukung oleh hasil

141
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014

dalam melakukan pengurangan ketika tanda siswa tersebut soal ini cukup, informasi pada
operasinya diperluas, misalnya 2(4 – 5), siswa soal sudah cukup memberikan petunjuk
mengabaikan tanda “-“ dan menganggapnya tentang umur Budi dan Amir tanpa harus
sebagai penjumlahan, contoh lainnya siswa mengubahnya ke dalam bentuk aljabar.
kesulitan menyederhanakan 3(2x – 4) menjadi Sebanyak 22,8% siswa menjawab
6x + 12. soal nomor 6 ini dengan cara menebak.
Konjoining operasi penjumlahan dan Siswa tidak memahami cara menyatakan
perkalian juga terjadi pada soal nonor 5, hubungan umur Amir dan Budi dalam bentuk
21,6% siswa menerapkan proses 2y(xy) = SPLDV, melainkan menebak umur Amir
2x2y = 4xy dan 13,3% siswa menerapkan dan Budi berdasarkan informasi verbal pada
proses 3x(x) = 4x. Penjelasan terkait kesalahan soal. Kesalahan ini berkaitan juga dengan
ini telah dijelaskan sebelumnya pada bentuk penjelasan Breiteig &Grevholm (2006) yang
3p + 5b = 8pb. Hal menarik yang perlu menunjukkan kesulitan siswa dalam transisi
diperhatikan adalah jika pada soal nomor aritmatika dan bentuk verbal ke dalam bentuk
1, konjoining yang dilakukan siswa adalah aljabar. Penjelasan lain terkait jawaban
dengan menjumlahkan koefisien dua suku dengan cara menebak juga dikemukakan oleh
yang berbeda dan mengalikan variabelnya, Egodawatte (2011), ia menjelaskan soal cerita
sebaliknya pada soal nomor 5, dua suku merupakan bentuk soal yang dianggap sulit
aljabar yang seharusnya dikalikan justru bagi siswa. Mereka memiliki kesulitan dalam
dijumlahkan seperti pada bentuk 2y(xy) = mengelola rincian masalah yang diberikan
2x2y = 4xy dan 3x(x) = 4x. dalam bentuk verbal. Pada penyelesaian soal
Soal nomor 6 adalah soal yang digunakan cerita, siswa perlu menguasai tiga bidang
untuk mengidentifikasi kesalahan siswa konseptual dalam aljabar, yakni: variabel,
terkait materi SPLDV. Bentuk kesalahan bentuk aljabar, dan persamaan, karena
siswa yang paling banyak dilakukan yaitu masalah soal cerita mungkin berisi konsep
penjelasan secara verbal terkait umur Budi yang berkaitan dengan satu atau lebih tiga
dan Amir. Hanya 34,2% siswa menjawab bidang konseptual tersebut. Inilah yang
soal tersebut dengan menjelaskan umur Budi menjadi salah satu alasan bahwa masalah soal
saat ini = 8 tahun dan umur Amir = 20 tahun, cerita sulit bagi siswa. Kadang-kadang, tidak
karena jika diselisihkan adalah 12 tahun ada metode yang jelas yang dapat digunakan
dan jika 4 tahun yang akan datang umur untuk memecahkan masalah yang disajikan.
Amir menjadi dua kali umur Budi, yaitu 12 Menggunakan cara menebak akhirnya
dan 24 tahun. Kesalahan ini sejalan dengan menjadi salah satu alternatif untuk menjawab
penelitian Breiteig dan Grevholm (2006) soal yang diberikan.
yang menunjukkan kesulitan siswa dalam Kesalahan lainnya yang dilakukan siswa
transisi aritmatika dan bentuk verbal ke adalah kesalahan interpretasi informasi pada
dalam bentuk aljabar. Berdasarkan penelitian soal. Di antaranya 14,3% siswa membentuk
tersebut 35% siswa mampu mengerjakan hubungan A + 4 = 2 + (B + 4), dalam hal ini
soal tersebut menggunakan cara verbal. siswa tidak memahami makna empat tahun
Meskipun jawabannya secara verbal benar, kemudian umur Amir dua kali umur Budi
namun ini menunjukkan siswa belum mampu yang ditandai dengan menuliskan 2 + (B +
berpikir abstrak, terbukti dari penggunaan 4). Sebanyak 20% siswa juga menuliskan
bahasa verbal yang mendominasi ketimbang bentukA = 2B + 4, ini menunjukkan siswa
penggunaan simbol-simbol aljabar. Hal ini tidak memahami makna empat tahun
juga didukung oleh hasil wawancara terhadap kemudian itu berlaku untuk Amir dan Budi,
salah seorang siswa yang menjawab soal tanda “=” seharusnya menyatakan kesetaraan
umur Budi dan Amir secara verbal. Menurut waktu untuk Amir dan Budi.

142
Rezky A. H. & Tri Edi M. S., Analisis Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa Kelas VIII pada Materi Aljabar

Sebanyak 8,5% siswa juga tidak kesalahan siswa terkait soal nomor 1, 5, dan
memahami variabel sebagai sesuatu yang 6 adalah miskonsepsi siswa terkait huruf
belum diketahui nilainya, hal ini ditunjukkan sebagai label dan kurangnya pemahaman
oleh jawaban siswa “A – B = 12 → 20 – 8 = siswa terkait konsep variabel sebagai sesuatu
12,umur Amir = 20 + 4 = 24; umur Budi = yang belum diketahui nilainya. Miskonsepsi
8 + 4 = 12”. Siswa hanya berpatokan pada siswa terkait konsep variabel sebagai
selisih umur Amir dan Budi sebesar 12 tahun generalisasi bilangan merupakan hal yang
dan membentuk persamaan A – B = 12, akan mendasari kesalahan siswa pada soal nomor
tetapi siswa tidak memperhatikan informasi 2 dan 3. Kesalahan lainnya pada soal nomor
lain pada soal yang dapat memungkinkan 1 dan 5 didasari oleh miskonsepsi siswa yang
siswa untuk membentuk persamaan lainnya melakukan konjoining operasi penjumlahan
yang tepat. Proses yang dilakukan juga tidak dan perkalian. Sedangkan kesalahan siswa
mempertimbangkan cara-cara pencarian pada soal nomor 1, 2, 3, dan 6 secara umum
solusi penyelesaian suatu persamaan atau disebabkan oleh kesalahan siswa melakukan
sistem persamaan dengan menggunakan representasi dan interpretasi terhadap
eliminasi atau subtitusi, melainkan dengan informasi yang disajikan pada soal yang
langsung memutuskan bahwa umur Amir dan berbentuk soal cerita.
Budi saat ini masing-masing adalah 20 tahun
dan 8 tahun. Kesimpulan dan Saran
Menarik untuk dibahas bahwa pada soal Berdasarkan paparan hasil penelitian dan
nomor 6 ini tidak satupun kesalahan eliminasi pembahasan, disimpulkan hal-hal berikut.
dan subtitusi dilakukan siswa. Dari 35 siswa 1. Kesalahan siswa dalam memahami
yang menjawab soal nomor 6 ini, 79,8% konsep variabel di antaranya: kesalahan
siswa melakukan kesalahan dengan rincian memahami huruf sebagai label, kurang
sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya memahami variabel sebagai sesuatu yang
dan 20,2% siswa menjawab benar soal ini belum diketahui nilainya, konjoining
dengan membentuk persamaan yang tepat operasi penjumlahan dan perkalian,
dan melakukan proses eliminasi dan subtitusi kurang memahami variabel sebagai gene­
dengan benar. Ini merupakan dilema tersendiri ralisasi bilangan, misinterpretasi terkait
khususnya bagi penyelesaian soal cerita yang mak­ na total/jumlahan, dan kesalahan
berkaitan dengan SPLDV, sebab bagaimana dalam membentuk persamaan. Kesalahan
mungkin kesalahan proses eliminasi dan siswa terkait operasi bentuk aljabar di
subtitusi dapat teridentifikasi sedangkan antaranya: miscancellasi, konjoining ope­
dalam merepresentasikan masalah verbal ke rasi penjumlahan dan perkalian, kurang
dalam model matematika saja siswa sudah memahami sifat distributif, dan kurang
melakukan kesalahan. memahami operasi pecahan. Kesalahan
Dari enam buah soal aljabar yang siswa terkait SPLDV diantaranya: mela­
diberikan, diperoleh informasi tentang kukan penjelasan verbal, menebak tanpa
miskonsepsi yang terjadi dalam materi penjelasan/alasan, kesalahan representasi,
aljabar. Dalam hal ini miskonsepsi dan kurang memahami variabel sebagai
merupakan gejala struktur kognitif yang sesuatu yang belum diketahui nilainya.
menyebabkan kesalahan yang terjadi secara 2. Secara umum miskonsepsi yang terjadi
berulang dan stabil (Hammer, 1996). Terjadi yang mendasari kesalahan siswa pada
secara berulang dan stabil maksudnya materi aljabar di antaranya: huruf seba­
kesalahan tersebut muncul pada beberapa gai label, kurangnya pemahaman siswa
nomor soal dan saling terkait satu sama lain. terkait konsep variabel sebagai se­
Miskonsepsi yang terjadi yang mendasari suatu yang belum diketahui nilainya,

143
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014

miskonsepsi siswa terkait konsep variabel a common misconception. Journal for


sebagai generalisasi bilangan, konjoining Research in Mathematics Education.
operasi penjumlahan dan perkalian, dan 13(1), 16-30.
kesalahan siswa melakukan representasi Egodawatte, G. (2011). Secondary school
dan interpretasi terhadap informasi yang students’ misconceptions in algebra.
disajikan pada soal yang berbentuk soal Disertation. Toronto: University of
cerita. Toronto.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka Filloy, E., Rojano, T., & Solares, A.(2004).
disarankan hal-hal berikut ini. Arithmetic/algebraic problem-solving
1. Guru hendaknya aktif mengi­dentifikasi and the representation of two unknown
kesalahan dan miskonsepsi siswa pada quantities. Proceedings of the 28th
materi pembelajaran sebagai dasar untuk Conference of the International Group for
merancang pola pembelajaran yang lebih the Psychology of Mathematics Education,
efektif. 2(1), 391-398.
2. Guru lebih memberikan penguatan Hammer, D. (1996). Misconceptions or
pemahaman konseptual dan prosedural primes: how may alternative perspectives of
dalam materi aljabar atau yang lainnya cognitive structure influence instructional
berdasarkan kesalahan dan miskonsepsi perceptions and intentions? The Journal
siswa. of The Learning Science, 5(1), 97-127.
3. Penting bagi para guru dan peneliti Leinhardt, G., Zaslavsky, O., &Stein, M.K.
lainnya untuk menggunakan berbagai (1990). Functions, graphs, and graphing.
alat dan teknik guna menyelidiki apa Review of Educational Research, 60(1),
yang sebenarnya siswa konstruksi dalam 1-64.
pemahamannya. Moleong, L.J. (2011). Metodologi penelitian
kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Daftar Rujukan Nesher, P. (1987). Towards an intructional
Agnieszka, D. (1997). Algebraic procedures theory: the role of student’s misconceptions.
used by 13-to-15-years olds. Educational For the Learning Of Mathematics, 7(3),
Studies in Mathematics,33(1), 45–70. 33-39.
Akgun, L.,& Ozdemir, E. (2006). Students’ Nasser, R.,& Carifio, J. (1993). Students
understanding of the variable as general misconceptions and errors in solving
number and unknown: a case study. The algebra word problems related to
Teaching Of Mathematics,9(1), 45–51. misconceptions in the field of science.
Booth, L.R. (1988). Children’s difficulties in Proceedings of the Third International
beginning algebra. In Coxford A.F. and Seminar on Misconceptions and
Shulte A.P. (Eds.) The Ideas of Algebra, Educational Strategies in Science and
K-12.Reston, VA: NCTM.. Mathematics, Misconceptions Trust.
Breiteig, T.,& Grevholm. (2006). The Ithaca, August 1 - 4 1993.
transition from arithmetic to algebra: Norton, S.,&Irvin,J. (2007). A concrete
to reason, explain, argue, generalize approach to teaching symbolic algebra.
and justify. In J. Novotná, H. Moraová, In J. Watson & K. Beswick (Eds.)
M. Krátká, & N. Stehlíková (Eds.). Proceedings of the 30th Annual Conference
Proceedings 30th Conference of the of the Mathematics Education Research
International Group for the Psychology of Group of Australasia, 3(1), 551-560.
Mathematics Education, 2(1), 225-232. Olivier, A. (1989). Handling pupils’
Clement, J. (1982). Algebra word problems misconceptions. Mathematics Education
solutions: thought processes underlying for Pre-Service and In-Service, 1(1), 193-

144
Rezky A. H. & Tri Edi M. S., Analisis Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa Kelas VIII pada Materi Aljabar

209. Sugiyono. (2011). Metode penelitian


Philipp, R.A. (1999). The many uses of kuantitatif, kualitatif, dan r&d. Bandung:
algebraic variables. In B. Moses (Ed.), Alfabeta.
Algebraic thinking, Grades K-12: Usiskin, Z. (1988). Conceptions of school
Readings from NCTM’s School-Based algebra and uses of variables. In A. F.
Journals and Other Publications. Reston, Coxford & A. P. Shulte (Eds.), The Ideas
VA: NCTM. of Algebra, K – 12. Reston, VA: NCTM.
Radatz, H. (1979). Error analysis in Zevenbergen, R., Dole, S., & Wright, R. J.
mathematics education. Journal for (2004). Teaching mathematics in primary
Research in Mathematics Education, schools. Australia: Allen & Unwin.
3(10), 163-172.

145

Anda mungkin juga menyukai