Judul Penelitian
dengan baik, tidak hanya demi kepentingan pendidikan formal, tetapi juga untuk
something that one “does.” (Brahier, 2010: 25). Banyak orang menganggap
matematika sebagai sebuah bidang yang hanya mencakup materi atau konsep
seperti, aljabar, geometri, teori angka dan lainnya, padahal matematika juga
memperhatikan proses, atau sesuatu yang harus dilakukan dan dijalani. Ady
tentunya menjadi salah satu aspek penting untuk membuat siswa memahami
kehidupan sehari-hari.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu tergantung
pada proses belajar yang dialami siswa (Syah, 2014: 87). Sebagian orang
1
beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau
(Syah, 2014: 87). Proses belajar disini bukanlah dengan mendapatkan suatu
2002)
(UU Nomor 14 Tahun 2005). Salah satu fungsi guru adalah sebagai Manager of
kemampuan guru dalam mengelola seluruh tahapan belajar. Salah satunya yang
2014: 250). Untuk membantu siswa dalam belajar, seorang guru harus
kepada siswa serta membimbing siswa untuk berinteraksi dengan masalah kepada
belajar) (Brousseau, 2002). Artinya guru harus bisa memahami kondisi siswa
Situasi belajar ini perlu terus diperbaharui, karena akan sulit bagi guru
untuk menciptakan ulang kondisi yang sama dan biasanya hasil yang diperoleh
tidak sebaik situasi didaktis sebelumnya (Brousseau, 2002: 27). Oleh karena itu,
2
penting bagi guru untuk membuat suatu proses perencanaan yang disusun sebagai
rancangan pembelajaran atau yang disebut juga dengan desain didaktis. Desain
menciptakan relasi antara siswa dan materi sehingga guru dapat menciptakan
situasi didaktis yang ideal bagi siswa (Suryadi, 2010a: 63). Miyakawa (2009)
sebelumnya.
desain didaktis yang baik guru harus memahami kondisi siswa. Maka salah satu
hal yang perlu diperhatikan untuk membuat suatu desain didaktis adalah hambatan
belajar (learning obstacles) yang dialami siswa. Menurut Setiawati (2011) ketika
sifat pengajaran dari guru, sifat materi pelajaran, faktor genetik dan
pengembangan pribadi.
oleh kesiapan mental belajar siswa dalam menghadapi proses pembelajaran yang
3
memiliki konteks aplikasi terbatas. Hercovics (dalam Setiawati, 2011)
saat menyelesaikan soal persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel untuk
sebagai berikut:
kesimpulan
4
4. Kesalahan tidak menjawab soal yang telah diberikan.
bahwa pada proses pengerjaan soal Tes Kemampuan Responden (TKR) materi
Persamaan dan Pertidaksamaan linear satu variabel, kesulitan yang paling banyak
menggunakannya pada konteks soal yang lebih kompleks terutama dalam soal
cerita
digunakan siswa tidak memberikan penyajian soal secara variatif. Dalam modul
guru dan LKS siswa, materi disajikan dalam rangkuman yang selanjutnya diikuti
dengan contoh soal dan soal latihan yang tidak jauh berbeda dengan contoh. Hal
guru menyusun RPP tidak secara mandiri. Banyak guru yang mengambil jalan
5
pintas dengan tidak membuat persiapan ketika hendak melakukan pembelajaran.
kesalahan yang akan berdampak buruk bagi siswa. Antisipasi terhadap learning
obstacles ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah desain didaktis yang sesuai
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
6
Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan penulisan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
variabel.
E. Manfaat Penelitian
persamaan linear satu variabel agar tidak terjadi kesalahan yang sama dalam
3. Bagi Peneliti, dapat mengetahui desain didaktis konsep persamaan linear satu
F. Definisi Operasional
hambatan epistimologis.
7
2. Hambatan epistimologis merupakan hambatan belajar dimana pengetahuan
dengan menciptakan relasi antara siswa dan materi sehingga guru dapat
apakah desain didaktis efektif sebagai salah satu alternatif bahan ajar yang
tanda sama dengan ( “=”) dan hanya mempunyai satu variable berpangkat 1.
contoh :
a. x – 3 = 7
b. 4a + 5 = 25
8
Himpunan Penyelesaian (HP) adalah himpunan semua pengganti dari
benar.
(1) Subtitusi
sama.
Contoh Soal :
Penyelesaian :
2 x−1=5
⟺ 2 x −1+ 1=5+1
9
⟺ 2 x =6
2x 6
⟺ =
2 2
⟺ x=3
G. Tinjauan Pustaka
asal Prancis (Winslow, 2010: 46). TDS memperkenalkan istilah kontrak didaktis
yang ditentukan oleh guru dan peran siswa adalah terlibat dan bekerja untuk
mendapatkan pengetahuan yang sudah dimiliki guru. Dalam kontrak ini, karya
guru disebut sebagai situasi didaktis (didactical situation) dan karya siswa disebut
successfully hidden her will and intervention as a determinant of what the student
has to do; they are those which function without the intervention of the teacher at
the level of knowledge (Brousseau, 2002: 236). Situasi adidactical adalah situasi
belajar dimana guru tidak ikut campur dalam menentukan apa yang harus
dilakukan oleh siswa, siswa menentukan sendiri apa yang harus dilakukannya.
10
keputusan yang diambil guru selama proses pembelajaran berlangsung,
belajar yang lebih optimal, maka diperlukan suatu upaya maksimal yang harus
masalah teknis yang berujung pada terbentuknya RPP. Hal tersebut lebih
tentang apa yang akan disajikan, bagaimana kemungkinan respon siswa, serta
hanya terbatas pada fase sebelum pembelajaran, melainkan juga pada saat
Aktivitas Lesson Study yang meliputi tiga langkah Plan, Do, dan See
sebenarnya dapat dikaitkan dengan proses berpikir guru pada tiga fase yaitu
merupakan suatu rangkaian situasi didaktis. Analisis terhadap desain tersebut akan
11
didaktis yang berkembang di kelas, analisis situasi belajar sebagai respon siswa
atas situasi didaktis yang dikembangkan, serta analisis interaksi yang berdampak
terjadi pada proses pembelajaran serta kaitannya dengan apa yang dipikirkan
guru terjadi pada tiga fase, dan hasil analisis dari proses tersebut berpotensi
Dalam Lidinillah (2011: 17) tertulis ada dua model pengembangan dan
pembelajaran difokuskan pada hubungan tiga serangkai antara guru, siswa dan
kepada siswa maupun materi pembelajaran tetapi pada hubungan antara siswa
yang meliputi tahap : (1) analisis; (2) perancangan (design); (3) pengembangan;
(4) interaksi dan (5) evaluasi. Sebelum menjelaskan model penelitian Didactical
12
pembelajaran matematika yang beliau kembangkan yaitu Metapedadidaktik.
serangkai (segitiga) antara guru, siswa dan materi. Segitiga didaktis yang
hubungan didaktis (HD) antara siswa dengan materi merupakan aspek penting
siswa dan materi secara terpisah tetapi difokuskan terhadap hubungan antara
Design Research (DDR) pada dasarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu : (1) analisis
retrosfektif yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesis
dengan hasil analisis metapedadidaktik. Dari ketiga tahapan ini akan diperoleh
menciptakan hubungan siswa dengan materi (HD) yang sesuai dengan situasi
didaktis, menciptakan hubungan guru dan materi (ADP) sesuai dengan didaktis
dan pedagogis.
2. Metapedadidaktik
guru perlu memandang situasi pembelajaran secara utuh sebagai suatu obyek.
13
Menyadari bahwa situasi didaktis dan pedagogis yang terjadi dalam suatu
serta melakukan tindakan tepat sehingga tahapan pembelajaran berjalan lancar dan
sebagai hasilnya siswa belajar dengan optimal. Kemampuan yang perlu dimiliki
8).
HD, dan HP sebagai suatu kesatuan yang utuh, (2) mengembangkan tindakan
sehingga tercipta situasi didaktis dan pedagogis yang sesuai kebutuhan siswa, (3)
utuh dan saling berkaitan erat. Sebelum peristiwa pembelajaran terjadi, guru tentu
berkaitan dengan prediksi respon siswa sebagai akibat tindakan didaktis maupun
pedagogis yang akan dilakukan. Dalam suatu peristiwa pembelajaran, guru tentu
14
saja akan memulai aktivitas sesuai skenario yang memuat antisipasi didaktis dan
pedagogis. Pada saat guru menciptakan sebuah situasi didaktis, terdapat tiga
kemungkinan yang bisa terjadi terkait respon siswa atas situasi tersebut yaitu
seluruhnya sesuai prediksi guru, sebagian sesuai prediksi, atau tidak ada satupun
yang sesuai prediksi. Walaupun secara keseluruhan hanya ada tiga kemungkinan
seperti itu, akan tetapi pada kenyataannya respon siswa tersebut tidak mungkin
muncul seragam untuk setiap siswa. Artinya apabila respon siswa seluruhnya
sesuai dengan prediksi guru, bukan berarti setiap siswa memberikan respon yang
sama melainkan secara akumulasi respon yang diberikan siswa sesuai prediksi.
pada hakekatnya hanyalah sebuah rencana yang belum tentu sesuai kenyataan.
sepanjang perjalanan pembelajaran sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Hal ini
sangat penting untuk dilakukan sebagai konsekuensi logis dari pandangan bahwa
15
demikian, antisipasi yang sudah disiapkan perlu senantiasa disesuaikan dengan
yang diciptakan guru sejak awal pembelajaran tidaklah bersifat statis karena pada
saat respon siswa muncul yang dilanjutkan dengan tindakan didaktis atau
pedagogis yang diperlukan, maka akan terjadi situasi didaktis dan pedagogis baru.
tindakan yang diambil guru bisa bersifat individual, kelompok, atau kelas, maka
demikian, situasi didaktispun akan berkembang pada tiap milieu sehingga muncul
tujuan. Untuk mencapai hal tersebut, maka guru harus memperhatikan aspek
pertalian logis atau koherensi dari tiap situasi sehingga proses pembelajaran dapat
konsep selanjutnya. Tanpa pemahaman yang jelas tentang konsep dasar dan
kompetensi yang dipelajari pada tahap awal, akan menghasilkan proses belajar
16
mengalami kesulitan dalam memahami konsep awal. Hal ini disebabkan adanya
pengetahuan yang berbeda dari guru yang akan mengajari mereka. Siswa
menggunakan pemikiran “alami” yang sudah sangat mereka kenal. Hal ini lah
yang membuat mereka membuat kesalahan yang bisa diamati dan dicatat secara
epistemological, didactical and even cultural, according to their origin and the
way in which they evolve (Brousseau, 2002: 100). Hambatan kognitif pada
Hambatan didaktis adalah hambatan yang disebabkan oleh pengajaran guru atau
adalah hambatan yang disebabkan oleh pengetahuan siswa yang memiliki konteks
aplikasi terbatas. Menurut Suryadi (2013: 11) salah satu aspek yang perlu menjadi
yang hanya terbatas pada konteks tertentu. Jika orang tersebut dihadapkan pada
17
konteks berbeda, maka pengetahuan yang dimiliki menjadi tidak bisa digunakan
4. Teori Pendukung
a. Teori Bruner
yang didalamnya anak terlibat dalam dialog dan diskusi baik dengan diri
ikonik dan simbolik. Pada tahap enaktif, anak biasanya sudah bisa
turus. Pada tahap ini mereka sudah bisa berpikir verbal yang didasarkan
b. Teori Vygotsky
18
untuk berbagi dan memodifikasi cara berfikir masing-masing. Proses yang
mampu menjembatani siswa pada tahapan belajar yang lebih tinggi disebut
yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi dengan guru atau siswa lain
tahap pertama terjadi pada saat berkolaborasi dengan orang lain, dan tahap
c. Teori Piaget
19
Menurut Piaget, perkembangan intelektual anak mencakup empat
d. Teori APOS
yang menyatakan,
20
tersebut, manakala seseorang berusaha memahami suatu ide matematik
maka prosesnya akan dimulai dari suatu aksi mental terhadap ide
matematik tersebut, dan pada akhirnya akan sampai pada konstruksi suatu
yang diberikan.
manipulasi benda atau sesuatu yang bersifat kongkrit, proses terjadi secara
21
Seseorang dapat dikatakan telah memiliki sebuah konsepsi obyek dari
obyek menjadi proses sebagaimana asalnya pada saat sifat-sifat dari obyek
koleksi aksi, proses, obyek, dan skema lainnya yang saling terhubung
2. 2x – 3 = 7
22
1. Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum diketahui nilai
adalah {8}.
4, 8,10}.
Satu Variabel
23
Jika x pada persamaan x + 1 = 5 diganti dengan x = 4 maka persamaan
dihubungkan oleh tanda sama dengan (=) dan hanya mempunyai satu
dengan cara
sama;
24
3. Himpunan Penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel dengan
Substitusi
benar.
H. Kesimpulan
25
DAFTAR PUSTAKA
Brahier, D.J. (2010). Teaching Secondary and Middle School Mathematics Fourth
Edition. Ohio: Pearson.
26
Suryadi,D. (2010a). Penelitian Pembelajaran Matematika Untuk Pembentukan
Karakter Bangsa. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
dengan tema “Peningkatan Kontribusi Penelitian dan Pembelajaran
Matematika Dalam Upaya Pembentukan Karakter Bangsa”. Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
27
CATATAN PERBAIKAN
28
latihan yang tidak jauh berbeda dengan contoh. Hal ini yang
menyebabkan siswa memiliki keterbasan konteks dalam pemahaman
beberapa soal. Jenis kesalahan yang dilakukan siswa yang menjadi
epistemological obstacle yaitu kesalahan mengubah soal cerita ke
dalam bentuk PLSV dan kesalahan membuat penalaran terhadap
permasalahan yang diberikan.
29