Anda di halaman 1dari 12

MODEL DESAIN DIDAKTIS BERBASIS KEGIATAN BELAJAR

UNTUK MENGATASI HAMBATAN PENGUASAAN KONSEP


ALJABAR

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH
FAULINA FANISYAH
NIM F2181171014

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
MODEL DESAIN DIDAKTIS BERBASIS KEGIATAN BELAJAR UNTUK
MENGATASI HAMBATAN PENGUASAAN
KONSEP ALJABAR

Faulina Fanisyah, Mohamad Rif’at, Dede Suratman


Program Studi Pasca Sarjana Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak
Email:faulinafanisyah@gmail.com

Abstract
This study examines a didactic design model based on learning activities to overcome
obstacles to learning mastery of algebraic concepts in junior high school mathematics
learning. This type of research is a didactic design research (Didactical Design Research)
with a descriptive qualitative approach to overcome obstacles to mastery of algebraic
concepts. The research subjects in identifying barriers to understanding the concept of
initial algebra were teachers and students of class VII SMPN 23 Pontianak. Based on the
results of the study, students stated that there was a need for a material explanation that
was concise and easy to understand, didactic design in the form of a learning design that
contained learning steps and facilitated media in the form of brief material descriptions
with the results of design validity, namely good categories and quantitative data with
average - Average score of 87% with very valid category, validity of qualitative data that
is good with quantitative data on average 86% with very valid category

Keywords : Algebraic Concepts, Didactic Design Model, Learning Activities And


Learning Obstacles

PENDAHULUAN saat wawancara yaitu peserta didik masih


Guru berperan sebagai penyampai mengalami hambatan dalam konseptual,
informasi, informasi yang disampaikan prosedural dan kesalahan teknik berhitung dan
dengan strategi deklaratif dapat berupa beberapa peserta didik mengalami hambatan
pengetahuan konseptual dan procedural pada pegetahuan terbatas. Berikut peneliti
matematika. sajikan hasil kajian awal terhadap peserta
Materi aljabar mulai diperkenalkan pada didik SMPN 23 Pontianak yaitu peserta didik
peserta didik di kelas VII SMP/MTs. Materi OK, berdasarkan temuan hasil pengerjaan
bentuk aljabar merupakan satu diantara materi latihan peserta didik di kelas. Peneliti
di Sekolah Menengah Pertama. Hampir semua menemukan peserta didik OK tidak
permasalahan-permasalahan dalam kehidupan menjelaskan bentuk aljabar secara jelas dari
sehari-hari berhubungan dengan konsep soal cerita tersebut, tetapi memang benar
aljabar. Konsep aljabar sangat penting untuk dalam menyusun suku dan bentuk aljabar dari
dipahami dan dipelajari oleh peserta didik 5 buah permen dan 10 bungkus permen.
sebagai pondasi dasar dalam membangun Konteks pertanyaannya adalah menentukan
kemampuan penguasaan materi untuk berpikir bentuk aljabar tetapi peserta didik OK
abstrak. Selain itu materi aljabar juga tampaknya melanjutkan operasi bentuk
dipelajari pada tingkatan kelas selanjutnya aljabar sehingga bisa diindikasikan peserta
apabila peserta didik tidak memahami konsep didik OK mengalami hambatan tentang
aljabar maka peserta didik akan kesulitan mengenal bentuk aljabar dari masalah
dalam memahami materi aljabar di tingkat kontekstual dan pemahaman konsep aljabar.
selanjutnya dan materi matematika lainnya. Hasil wawancara dengan satu di antara
Hasil kajian awal peneliti dalam tiga guru matematika di SMPN 23 Pontianak
pemahaman materi aljabar peserta didik yang mengajar peserta didik kelas VII A,
SMPN 23 Pontianak melalui pemberian soal diperoleh fakta bahwa dalam proses belajar

1
mengajar cenderung hanya mengikuti urutan pada pemahaman materi selanjutnya”. Banyak
materi yang terdapat pada buku pegangan peserta didik yang mengabaikan masalah yang
peserta didik dan biasanya langsung mudah sehingga peserta didik menentukan
pembahasan contoh soal. Untuk kebutuhan jawaban secara sembarangan atau memilih
guru sendiri yaitu bahan ajar berupa jawaban berdasarkan intuisi belaka yaitu
rancangan kegiatan belajar yang menggunakan perasaan dalam mencoba
mempermudah peserta didik memahami menebak, menyelesaikan masalah hanya
materi dengan penjelasan-penjelasan dan secara teknis tanpa berpikir nalar hanya pada
contoh yang ringkas dan jelas sehingga sebagian kecil dari masalah, kemudian
peserta didik bersemangat dan aktif belajar menyerah. Sari (2014: 204)
mandiri. Penjelasan guru dalam memberikan
Hambatan yang dihadapi hadapi yaitu contoh soal yang disajikan seringkali
pada bagian penjelasan materi bentuk aljabar menggunakan ”cara cepat” sehingga kurang
yang susunan materinya berubah mengikuti memberikan pemahaman konsep bagi peserta
kurikulum 2013, karena masih sulit didik. Bentuk pengajaran yang disajikan
beradaptasi dengan konsep kurikulum 2013 dalam bentuk akhir (jadi) sehingga sedikit
yang mengharapkan proses pembelajaran kesempatan untuk peserta didik menggali
mengacu kepada peserta didik, terkadang pemahamannya, ingin memuat suatu loncatan
proses pembelajaran masih berpusat dari guru yang cukup besar sehingga kurang
sendiri dan kegiatan peserta didik lebih memperhatikan proses kognitif peserta didik
banyak mencatat dan bergantung kepada guru mengakibatkan peserta didik masih
untuk menjelaskan materi alih-alih kegiatan mengalami banyak kesulitan serta kurang
belajar mandiri. mendukung pemahaman yang tuntas atas
Guru menyusun perencanaan materi yang dipelajari.
pembelajaran yang dikira sudah sesuai dengan Latihan soal yang diberikan kurang
kebutuhan peserta didik tetapi masih cukup bervariasi sehingga kurang memberikan
sulit untuk membuat semua peserta didik pengalaman belajar kepada peserta didik.
mengerti tentang penjelasan materi bentuk Oleh karena itu menimbulkan
aljabar dengan sub materi mengenal bentuk ketidakmampuan peserta didik untuk melihat
aljabar dari masalah kontekstual, operasi pada masalah yang biasa dengan cara atau
bentuk aljabar dan penyederhaanan bentuk pendekatan yang baru atau tidak biasa, tidak
aljabar. Meski tidak semua peserta didik cermat dalam membaca, tidak cermat dalam
mengalami hambatan pemahaman hanya berpikir, kelemahan dalam analisis masalah,
beberapa peserta didik yang tergolong kepada kurang latihan menyelesaikan soal cerita dan
kemampuan rendah saja. Oleh karena itu jika kurang latihan menyelesaikan soal dengan
dalam desain pembelajaran yang berbagai konteks yang berkaitan dengan
dikembangkan guru sudah dapat materi bentuk aljabar sehingga peserta didik
mengantisipasi kemungkinan munculnya tidak mampu memanipulasi langkah
hambatan belajar, maka hasilnya tentu akan penyelesaian.
lebih baik. Hambatan belajar yang dihadapi oleh
Kenyataan di lapangan, hambatan belajar peserta didik dalam proses belajar sebenarnya
juga masih banyak dijumpai pada penelitian- bukan akibat dari peserta didik itu sendiri,
penelitian terdahulu. Sugiarti (2017: 325) tetapi dapat saja bersumber dari cara guru
mengemukakan bahwa: “Fakta di lapangan dalam menyajikan materi ajar yang digunakan
menunjukan bahwa peserta didik banyak pada proses pembelajaran yang terjadi.
mengalami hambatan konsep aljabar, hal ini Suryadi menyatakan bahwa; Dari pandangan
mengakibatkan pemahaman konsep aljabar inilah kemudian dikemukakannya istilah
pada peserta didik sekolah menengah pertama learning obstacles (hambatan belajar), pada
masih tergolong rendah, kemampuan dasar learning obstacles terdapat tiga faktor
yang dipelajari akan menentukan penguasaan penyebab munculnya hambatan belajar, yaitu

2
hambatan ontogeny (kesiapan mental belajar), dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
hambatan didaktis (akibat pengajaran atau (1) Guru pengajar bidang study matematika
bahan ajar) dan hambatan epistimologis yang terutama mengerti keadaan peserta didik
(hambatan peserta didik dalam memahami saat kegiatan belajar, (2) Peserta didik telah
konteks tertentu saja). (Suryadi 2010: 11). mendapat materi aljabar, (3) Siswa mengalami
Hambatan belajar tersebut dapat di atasi hambatan belajar dalam pemahaman konsep
dengan pengembangan sebuah desain aljabar yang diketahui dari hasil jawaban
didaktis, yang akan menjadi fokus peneliti angket dan hasil wawancara tidak terstruktur
yaitu analisis hambatan epistimologis yang dengan guru matematika yang mengajar di
dihadapi peserta didik. Desain didaktis yang kelas VII, (4) Berdasarkan hasil kajian awal
ingin diterapkan oleh peneliti yaitu, (1) kebutuhan melalui sebaran angket.
Berdasarkan kajian awal situasi didaktis yang Ada tiga tahapan yang digunakan dalam
dilakukan peneliti untuk mengetahui penelitian ini yaitu : (1) tahap awal
kebutuhan guru dan peserta didik terhadap (persiapan), (2) tahap pelaksanaan, dan (3)
kegiatan belajar, melalui angket kebutuhan tahap akhir
dan wawancara tidak terstruktur, (2) peneliti
membuat perencanaan desain didaktis, Tahap Persiapan
berdasarkan hasil dari jawaban angket dan Pada tahap ini peneliti menyiapkan
wawancara tidak terstruktur tersebut dan perencanaan awal yaitu instrumen angket
berdasarkan indikator hambatan yang peneliti kajian. Pertama Menyusun spesifikasi
nilai dari kajian soal yang peneliti berikan, instrumen angket yang urutannya meliputi
kemudian (3) menguji validitas kebutuhan menulis kisi-kisi instrumen angket untuk
uraian materi oleh Validator Ahli sehingga mengukur hambatan peserta didik SMPN 23
terbentuklah desain didaktis berupa rancangan Pontianak, menulis instrumen angket untuk
pembelajaran berdasarkan hasil revisi dan mengukur hambatan yang peserta didik alami
masukan dari ahli validator. dengan bimbingan dari dosen sebagai produk
Berdasarkan uraian di atas, peneliti awal, menulis alternatif penyelesaian
berupaya untuk mengatasi permasalahan yang kebutuhan awal untuk mengukur hambatan
ada dengan membuat model desain didaktis yang peserta didik miliki. Kedua peneliti
berbasis kegiatan belajar berdasarkan kajian melakukan telaah instrumen secara teoritis
awal berbentuk rancangan pembelajaran (validasi dosen, validasi guru bidang studi).
untuk mengatasi hambatan belajar penguasaan Ketiga merevisi instrumen angket berdasarkan
konsep Aljabar pada pembelajaran saran dosen dan guru.
matematika SMP
Tahap Pelaksanaan
METODE PENELITIAN Pertama peneliti melakukan
Jenis penelitian ini adalah penelitian penyebaran angket terbatas kepada peserta
desain didaktis (Didactical Design Research) didik yang tidak berhalangan situasi covid dan
dengan pendekatan kualitatif deskriptif untuk jaringan internet yaitu melalui google form.
mengatasi hambatan penguasaan konsep Selanjutnya Menganalisis kajian awal
aljabar. Dalam penelitian ini, peneliti akan hambatan yang dialami melalui hasil sebaran
memaparkan atau mendeskripsikan tentang angket.
hambatan yang dialami peserta didik Setelah menganalisis hasil sebaran
sekaligus mendeskripsikan kebutuhan peserta angket peneliti melakukan analisis berupa
didik untuk mengatasi hambatan tersebut wawancara tidak terstruktur sebagai
dengan menggunakan desain didaktis. formalitas pelengkap data kajian hambatan,
Teknik yang yang digunakan dalam subjek wawancara tidak terstruktur yaitu
mengumpulkan data adalah angket, peserta didik yang menunjukkan adanya
wawancara tidak terstruktur, lembar validasi hambatan yang dialami dari pernyataan
desain didaktis Adapun yang menjadi subjek angket yang diberikan peneliti yaitu peneliti

3
berpaku pada pertanyaan angket no 2 dan 3, didik sebagai subjek wawancara,
kemudian menjabarkan melalui wawancara pertimbangan mengambil 6 orang peserta
tidak terstruktur. Memberikan soal agar didik berdasarkan jawaban angket yang
memperjelas pengungkap kebutuhan peserta mengalami indikasi hambatan dalam
didik. soal terdiri dari indikator persub bab penguasaan konsep materi bentuk aljabar.
materi bentuk aljabar. Pemberian soal Peneliti juga mengambil subjek
dilakukan saat wawancara secara langsung wawancara yaitu peserta didik yang bisa
dan ada juga yang setelah dilakukan dihubungi tanpa kendala karena beberapa
wawancara. peserta didik yang ingin peneliti tindak lanjut
Kemudian menentukan desain didaktis sebagai bahan analisis tetapi saat dihubungi
melalui instrumen angket, wawancara tidak tidak ada respon dan berbagai alasan untuk
terstruktur dan analisis kebutuhan peserta menolak di Video call dan tidak membalas
didik dari penyelesaian soal. Setelah chat. Peneliti melakukan wawancara peserta
menentukan desain yang akan dibuat didik melalui video call hal ini dilakukan
selanjutnya melakukan telaah desain didaktis peneliti demi mematuhi protokol kesehatan
secara teoritis melaui angket (validasi guru saat ini yang harus ditaati disituasi pendemi
bidang studi) kemudian menganalisis skor Covid-19. Sedangkan wawancara dengan
validasi desain didaktis melalui skala likert guru, peneliti lakukan secara langsung
Tahap selanjutnya peneliti merevisi bertatap muka di SMPN 23 Pontianak.
instrumen desain didaktis berdasarkan analisis Setelah analisis pada jawaban angket dan
validasi skala likert dan masukan dari ahli melakukan wawancara selanjutnya mengecek
validator. latihan – latihan jawaban peserta didik dan
penilaian dari guru. Peserta didik yang
Tahap Akhir terindikasi mengalami hambatan kemudian
Menyimpulkan hasil kajian awal yaitu diberikan soal – soal pengungkap kebutuhan
dari angket sampai penyusunan desain berupa soal uraian. Soal uraian yang peneliti
didaktis dan menjawab masalah-masalah yang berikan merupakan yang terdapat dibuku
diteliti. paket peserta didik.
Data yang disajikan dalam penelitian Berikut hasil analisis kajian awal
ini adalah : (1) Data berupa angket kajian melalui angket kebutuhan peserta didik
kebutuhan awal guru dan peserta didik pada SMPN 23 Pontianak yaitu pada jawaban
tahap awal penelitian, (2) Instrumen validasi pertanyaan negatif. Pertanyaan no 2 yaitu
angket (3) Desain didaktis rancangan Menurut Anda, adakah kesulitan yang
pembelajaran dengan media uraian materi dirasakan dalam proses pembelajaran
berdasarkan kebutuhan awal guru dan peserta terutama pada materi aljabar 77% menjawab
didik, (4) Validasi uraian materi berdasarkan “Ya”, dan 23% menjawab “Tidak”.
angket yang dihitung melalui skala likert Pertanyaan no 3 Menurut Anda, adakah
kemudian hasil revisi dan penyempurnaan kesulitan dalam membedakan istilah – istilah
diolah sebagai rancangan kegiatan belajar dan bahasa matematika misalnya istilah Variabel,
disebut sebagai desain didaktis Koefisien dan Konstanta 59% menjawab “Ya”
dan 49% menjawab “Tidak”.
HASIL PENELITIAN DAN Hasil analisis wawancara dengan
PEMBAHASAN peserta didik disimpulkan Sangat sulit untuk
Kajian Awal Kebutuhan Guru dan Peserta memahami penjelasan tersebut tanpa
didik Pada Materi Bentuk Aljabar dibimbing dan dijelaskan berulang oleh guru,
Sebanyak 22 peserta didik yang peserta didik mengharapkan diberi penjelasan
menjawab angket kebutuhan yang peneliti yang cukup mudah untuk dipahami.
berikan melalui google formulir dan beberapa Penjelasan materi yang abstrak dibuku dan
peserta didik yang mengirim berulang. pemberian tantangan yang masih bersifat
Selanjutnya peneliti mengambil 6 peserta

4
abstrak dan tentunya pemberian contoh tanpa didik alami dan tentunya berhubungan
langkah penyelesaian. kembali dengan penjelasan pada kajian
Deskripsi hasil jawaban angket guru kebutuhan awal yaitu angket, kemudian
sebagai berikut; (1) Terdapat hambatan yang wawancara tidak terstruktur.
ditemui pada saat mengajarkan konsep
Matematika (terutama pada materi Aljabar). Hambatan peserta didik dalam indikator
(2) Meskipun telah dijelaskan materi dan mengenal bentuk aljabar dari masalah
dilakukan pendekatan pebelajaran peserta kontekstual
didik masih mengalami kesulitan atau Hasil analisis wawancara kepada peserta
hambatan pemahaman materi aljabar. (3) didik AS menyatakan bahwa adanya kesulitan
Guru tidak dapat megkaji hambatan terutama pada materi aljabar bentuk soal cerita
pemahaman konsep alajabar peserta didik peserta didik AS tidak bisa mengubah soal
dengan menggunakan perencanaan kegiatan cerita kedalam bentuk aljabar hal yang sama
belajar yang sudah disusun meski sudah di terjadi pada peserta didik CJ yaitu tidak
antisipasi kebutuhan belajar peserta didik. (4) memahami bagaimana mengubah soal cerita
Perlu dikembangkan perencanaan kegiatan kedalam bentuk aljabar
belajar tersebut dengan menggunakan suatu
desain didaktis yaitu berupa rancangan
pembelajaran dengan media uraian materi
singkat. Berdasarkan hasil wawancara
disimpulkan sebagai berikut, mengingat
materi yang dipaparkan dibuku juga menjadi
hambatan untuk pemahaman peserta didik
penjelasan yang cukup berat dan pemberian
contoh juga tidak bervariasi, yang guru
harapkan yaitu adanya dari pemberian dan Gambar 1. Jawaban peserta didik CJ
pemaparan yang cukup mudah dipahami
kemudian meningkat menjadi sampai jawabanya lebih menjelaskan bagaimana
pemberian contoh yang sulit. pemahaman ia tentang pertanyaan pada soal
Dari pengalian kebutuhan melalui cerita tersebut. Peserta didik AS dan CJ
angket dan wawancara selanjut peneliti terindikasi mengalami hambatan koseptual
memberikan soal sebagai alat pengungkap dan pegetahuan dalam mengenal bentuk
kebutuhan sebagai pendukung untuk meyusun aljabar dari masalah kontekstual
produk uraian materi, pada soal pengungkap
kebutuhan peneliti hanya mendapat 4 peserta Hambatan peserta didik dalam indikator
didik yang memberikan jawaban dari 6 peserta menjelaskan konsep pengertian koefisien,
didik yang diharapkan yaitu yaitu peserta variabel dan konstanta
didik GW, peserta didik MU, peserta didik CJ, Hasil analisis wawancara kepada peserta
peserta didik SF, peserta didik OK, dan didik GW, kesulitan yang peserta didik GW
peserta didik AS, meskipun begitu sudah rasakan terutama pada materi aljabar yaitu
cukup dengan analisis wawancara dan adanya banyaknya simbol – simbol dan terutama pada
tes yang peneliti berikan saat wawancara. unsur – unsur aljabar, berikut dipaparkan satu
Berikut ini adalah hasil tes kemampuan diantara hambatan yang peserta didik GW
responden peserta didik kelas VII A, peserta alami yaitu pada jawaban soal “koefisien
didik GW, peserta didik MU, peserta didik CJ, 𝑥 2 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑥 3 −
peserta didik SF, peserta didik OK, dan 3𝑥 2 + 𝑥 − 5;
peserta didik AS dilihat dari hambatan dalam
indikator penyelesaian soal mengenal bentuk
aljabar, peneliti akan mnejelaskan secara
berurutan hambatan – hambatan yang peserta

5
Gambar 2. Jawaban peserta didik GW

Kesimpulan yang peneliti dapatkan yaitu


peserta didik GW masih mengalami hambatan Gambar 4. Jawaban peserta didik MU
konseptual tentang unsur – unsur bentuk
aljabar dan didaktis yaitu sulit memahami Tampak peserta didik MU mengalami
materi yang disampaikan oleh guru. hambatan prosedur dan teknik operasional
Hambatan dalam indikator memahami pada penjumlahan bentuk aljabar, pada soal
unsur – unsur pada bentuk aljabar yaitu berikut tentukan jumlah dari 2𝑎 + 3𝑏 −
terindikasi juga terhadap peserta didik SF, 4 𝑑𝑎𝑛 𝑎 − 3𝑏 + 2 dengan jawaban peserta
berikut peneliti sajikan hasil pekerjaan peserta didik MU pada gambar 4.7. Seharusnya 2𝑎 +
didik SF pada soal berikut; 3𝑏 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑎ℎ = 4.
Analisis pengerjaan soal yg peneliti kaji
juga terjadinya hambatan pada peserta didik
OK, berikut peneliti paparkan hasil
pengerjaan peserta didik OK.

Gambar 3. Jawaban Peserta didik SF

Analisis jawaban peserta didik SF


tampak nya menjelaskan pengertian konstanta
yaitu merupakan jenis variabel, tentu saja hal Gambar 5. Jawaban peserta didik OK
tersebut salah hal ini mengindikasikan peserta Peserta didik OK salah dalam
didik SF salah dalam mengekpresikan bentuk menyederhanakan bentuk aljabar, teknik
aljabarnya tidak sesuai konsep. operasional yang salah siwa OK sepertinya
Hambatan yang peserta didik CJ alami tidak paham pada konsep penjumlahan dan
sama dengan yang terjadi pada peserta didik pengurangan pada perpangkatan bentuk
GW yaitu peserta didik CJ tidak tepat dalam aljabar
menentukan suku dari koefisien dari 𝑥 2 yaitu
harusnya -3 Hambatan peserta didik dalam indikator
dapat membuat bentuk aljabar dari
Hambatan peserta didik dalam indikator masalah kontekstual dan menyelesaikan
menyelesaikan operasi penjumlahan, operasi bentuk aljabar.
pengurangan, perkalian dan pembagian peserta didik OK menyatakan cukup sulit
bentuk aljabar untuk memahami soal cerita bagaimana
Keterbatasan pengetahuan peserta didik mengubah dalam bentuk aljabarnya
MU menjadi hambatan untuk mempelajari bagaimana penempatan lambang operasinya,
materi bentuk aljabar. Peneliti menganalisis apalagi terhadap soal yang berhubungan
dari soal yang diberikan kepada peserta didik dengan materi matematika lain misalnya
MU. adanya ilustrasi soal bangun datar. Beirkut
peneliti berikan jawaban peserta didik
terhadap penyelesaian soal.

6
didik MU menyatakan tidak bisa mengubah
soal tersebut dalam bentuk aljabar dan sangat
sulit memahami materi alajabr, selain
pemahaman konsep, peserta didik MU juga
salah dalam prosedur penyelesaian masalah.
Sejalan dengan semua uraian hambatan
yang dialami oleh peserta didik di atas,
Gambar 6. Soal cerita membuat bentuk Hidayat (2010:76) mengemukakan bahwa
aljabar dari masalah kontekstual dan faktor-faktor yang menyebabkan peserta didik
menyelesaikan operasi bentuk aljabar mengalami kesulitan belajar sehingga
menyebabkan peserta didik tersebut
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan
soal-soal ada dua segi, yaitu segi kognitif dan
segi non kognitif. Segi kognitif meliputi hal-
hal yang berhubungan dengan kemampuan
intelektual peserta didik dan cara peserta didik
memproses atau mencerna materi matematika
Gambar 7. Jawaban peserta didik OK dalam pikirannya. Sedangkan segi bukan
kognitif adalah semua faktor di luar hal-hal
Peserta didik OK menyatakan bahwa yang berhubungan dengan kemampuan
penyelesaian soal tersebut tidak ia ketahui intelektual seperti sikap, kepribadian, cara
sehingga ia mencoba menyontek pneyelesaian belajar, kesehatan jasmani, keadaan
soal temannya. Dari analisa penyelesaian soal emosional, cara mengajar guru, fasilitas-
peserta didik OK, peserta didik OK fasilitas belajar, serta suasana rumah.
menemukan jawabanya yaitu memang benar Selanjutnya Cornu (1991)
64 𝑚2 tetapi konsep dan prosedur mengemukakan bahwa hambatan kognitif
penyelesaian soal OK tidak dijabarkan dan terjadi ketika peserta didik mengalami
salah, hanya jawaban saja yang benar, kesulitan dalam proses belajar. Hambatan
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑥 𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖 𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑗𝑖𝑘𝑎 genetis dan psikologis terjadi karena akibat
(10 − 22 ) hasilnya bukan lah 82 tetapi dari perkembangan pribadi peserta didik.
6 karena (10 – 4) = 6 jika berdasarkan Hambatan didaktis terjadi karena sifat
penyelesaian soal peserta didik OK pada pengajaran dari guru, dan hambatan
gambar 1.6. epistemologi terjadi karena sifat konsep
Permasalahan yang sama juga terjadi matematika sendiri.
pada peserta didik MU pada soal berikut, soal Jadi, Brousseau (Rohimah, S. M.
ini peneliti berikan pada saat wawancara ; Ani 2017:134)”Learning obstacle yang dialami
mempunyai 5 boneka dan 8 tas. Jika Ani diberi oleh peserta didik dalam mempelajari materi
2 boneka oleh ibu, sedangkan 3 tas ia berikan pelajaran dalam kategori epistemological
kepada Lily. Tentukan bentuk aljabar dari obstacle yaitu kesulitan pada proses
boneka dan tas yang dimiliki Ani sekarang; pembelajaran yang terjadi akibat dari
keterbatasan konteks yang peserta didik
ketahui”. Hambatan belajar ini merupakan
kesulitan peserta didik yang mempunyai
pengetahuan terbatas pada konteks tertentu,
sehingga saat dihadapkan dengan situasi yang
berbeda maka akan mengalami kesulitan dan
Gambar 8. Jawaban Peserta didik MU kesalahan.

Tampak peserta didik MU tidak bisa


mengubah ke dalam bentuk aljabar dan salah
dalam memuat operasi bentuk aljabar. Peserta

7
Bentuk Desain Didaktis Berdasarkan pengantar, daftar isi, kompetensi dasar dan
Kebutuhan Guru Dan Peserta Didik indicator. Selanjutnya bagian inti uraian
Aisah, Kusnandi, & Yulianti (2016; materi menggunakan struktur yang
16) bahwa desain didaktis merupakan mengadaptasi dari berbagai sumber belajar
rancangan pembelajaran berupa bahan ajar yaitu, buku matematika kurikulum 2013 edisi
yang dibuat berdasarkan temuan hambatan revisi 2016, Eksis modul pintar kelas VII
belajar pada pembelajaran matematika yang 2015, dan metode Cling Rumus Matematika
telah muncul. Hal ini diperkuat oleh Ernawati SMP.
(2017; 115) menyatakan bahwa pengertian
desain didaktis merupakan rancangan Validitas desain didaktis berbasis kegiatan
mengenai bahan ajar yang memperhatikan belajar berdasarkan kajian awal
prediksi respon peserta didik agar tepat untuk kebutuhan guru dan peserta didik
mengatasi hambatan belajar yang peserta Valid berdasarkan pendapat ahli sebagai
didik alami. validator yaitu 1 orang guru matematika yang
Berdasarkan kebutuhan guru dan mengajar peserta didik kelas VII A di SMPN
peserta didik peneliti membuat sebuah 23 Pontianak yaitu Ibu Wiwik Sukrorini.
rancangan pembelajaran yang sesuai dengan Setelah dinilai kelayakan oleh validator.
temuan hambatan pada pengumpulan data Dikatakan valid dari segi materi karena
penelitian melalui angket, wawancara dan tes disusun dari segi indicator kebutuhan peserta
pengungkap kebutuhan peserta didik. yaitu didik yaitu penilaian materi terdapat indicator
suatu desain didaktis yang berbentuk mengenal bentuk aljabar dari masalah
rancangan tahapan pembelajaran dan kontekstual, Menjelaskan konsep dari unsur –
difasilitasi media pembelajaran berupa uraian unsur aljabar, menyelesaikan operasi bentuk
materi singkat agar peserta didik memahami aljabar dan mengubah soal cerita dalam
konsep, prosedur dan teknik perhitungan yang bentuk alajabar dan menyelesaikan operasi
sesuai dengan konsep bentuk aljabar. Pada bentuk aljabarnya. Materi yang disusun
desain didaktis memuat judul selanjutnya peneliti dari sumber – sumber buku materi
memaparkan tujuan pembelajaran dan bentuk aljabar, dan materi yang disajikan
langkah – langkah pembelajaran yang memuat cukup jelas dan mudah dipahami oleh peserta
pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pada didik.
uraian materi singkat. Pada bagian Berikut hasil perhitungan data validiitas
pembukaan desain terdiri dari, Judul, Tujuan Uraian Materi.
Pembelajaran Materi, semester, kelas, kata

Tabel 1. Hasil Analisis Data Validasi Uraian Materi Berbasis Kebutuhan

No Indikator Penilaian Total


1 Kejelasan kompetensi dasar dalam materi bentuk 5 100%
aljabar
2 Kesesuaian kompetensi dasar dengan tujuan 5 100%
pembelajaran dalam materi bentuk aljabar
3 Ketetapan penjabaran kompetensi dasar ke dalam 5 100%
indikator materi bentuk aljabar
4 Kesesuaian indikator dengan tujuan pembelajaran 5 100%
dalam materi bentuk aljabar
5 Kesesuaian indikator dengan tingkat kebutuhan 5 100%
peserta didik dalam materi bentuk aljabar
6 Sistematika penyusunan uraian materi berbasis 5 100%
kebutuhan

8
7 Kesesuaian urutan kegiatan pembelajaran dengan 4 80%
kompetensi dasar
8 Kesesuaian soal dengan materi bentuk aljabar yang 4 80%
disajikan
9 Tahapan-tahapan uraian materi berdasarkan 5 100%
kebutuhan disajikan secara jelas sehingga mudah
dipahami
10 Sajian mendorong peserta didik membangun 4 80%
pengetahuannya sendiri
11 Penggunaan bahasa dalam uraian materi berbasis 4 80%
kebutuhan untuk penelitian sesuai dengan EYD
12 Bahasa yang digunakan dalam penyampaian materi 4 80%
pada uraian materi berdasarkan kebutuhan sederhana,
lugas, dan mudah dipahami
13 Kesederhanaan struktur kalimat dalam uraian materi 4 80%
berbasis kebutuhan
14 Struktur kalimat dalam uraian materi berdasarkan 4 80%
kebutuhan sesuai dengan tingkat pemahaman peserta
didik
15 Ketepatan penggunaan simbol matematika yang 4 80%
digunakan dalam uraian materi berdasarkan bentuk
aljabar
JUMLAH 1300%
RATA - RATA 87%
KETERANGAN SANGAT VALID
PENILAIAN SECARA UMUM BAIK

Tabel 2. Hasil Analisis Data Validasi Kelayakan Uraian Materi Berbasis Kebutuhan

No Indikator Penilaian Total


1 Definisi dalam uraian materi sudah memenuhi 5 100%
kebutuhan pengetahuan peserta didik tentang bentuk
aljabar
2 Penjelasan uraian materi memenuhi kebutuhan peserta 5 100%
didik dalam mengindetifikasi unsur – unsur pada
bentuk aljabar
3 Uraian materi menjelaskan unsur – unsur pada bentuk 5 100%
aljabar dengan ilustrasi yang mudah dipahami
4 Uraian materi menjelaskan contoh kontekstual 5 100%
penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar
5 Sajian contoh operasi penjumlahan dan pengurangan 4 80%
bentuk aljabar dijelaskan dengan tepat dan mudah di
pahami
6 Sajian contoh operasi perkalian bentuk aljabar 4 80%
dijelaskan dengan tepat dan mudah di pahami

9
7 Uraian materi memenuhi kebutuhan peserta didik 5 100%
dalam mengindetifikasi sifat – sifat penjumlahan dan
perkalian bentuk aljabar
8 Sajian contoh operasi pembagian bentuk aljabar 3 60%
dijelaskan dengan tepat dan mudah di pahami
9 Sajian contoh operasi penyederhanaan bentuk aljabar 4 80%
dijelaskan dengan tepat dan mudah di pahami
10 Uraian materi menjelaskan definisi dan contoh yang 3 60%
tepat sehingga memenuhi kebutuhan peserta didik
dalam menyelesaikan operasi masalah nyata pada
bentuk aljabar
JUMLAH 860%
RATA - RATA 86%
KETERANGAN SANGAT VALID
PENILAIAN SECARA UMUM BAIK

SIMPULAN DAN SARAN rata – rata 86% dengan kategori sangat valid
Simpulan Artinya uraian materi dapat digunakan untuk
Dari uraian hasil penelitian sebelumnya, pembelajaran matematika
dapat disimpulkan bahwa Peserta didik sulit
untuk memahami penjelasan di bahan ajar Saran
secara mandiri dan selalu bergantung pada Ada beberapa saran yang peneliti
penjelasan guru, akibatnya pembelajaran sampaikan berdasarkan kesimpulan diatas
masih berjalan dengan metode ceramah. Guru harus meningkatkan kemampuan dalam
Untuk itu sangat diperlukan suatu bahan ajar merancang, melaksanakan dan merefleksi
pendamping yakni berupa uraian materi kegiatan pembelajaran dengan
dengan bahasa yang jelas, memberi contoh memperhatikan kondisi dan apa yang
yang mudah untuk dimengerti sehingga diketahui oleh peserta didik. Memperhatikan
memudahkan peserta didik dalam memahami hambatan belajar yang dialami peserta didik,
materi bentuk aljabar secara mandiri. Uraian karena hasil tersebut dan seterusnya akan
materi diharapkan dapat digunakan untuk menjadi konsepsi yang salah pada peserta
belajar dan membimbing peserta didik untuk didik. diharapkan kepada guru matematika
menemukan konsep dan memfasilitasi peserta untuk dapat mempertimbangkan hasil
didik untuk menuangkan hasil analisa dan penelitian pengembangan desain didaktis ini
pemikirannya terhadap berbagai penyelesaian sebagai salah satu acuan pembelajaran
masalah pada materi bentuk aljabar. Desain matematika yang merupakan solusi dalam
didaktis berdasarkan kajian kebutuhan yang mengatasi hambatan belajar yang dialami oleh
disusun memuat tujuan pembelajaran dan peserta didik khususnya kebutuhan peserta
kegitan inti selanjutnya penutup. Tingkat didik terhadap sub materi aljabar.
kelayakan uraian materi dalam penelitian ini
dilihat dari penilaian kelyakan dari indicator DAFTAR RUJUKAN
uraian materi memenuhi kebutuhan dan uraian Aisah, L.E., Kusnandi., & Yulianti, K. (2016).
materi layak untuk kegiatan pembelajaran. Desain didaktis konsep luas permukaan
Hasil validitas kualitatif data uraian materi dan Volume prisma dalam pembelajaran
berbasis kebutuhan dengan kategori baik dan matematika smp. Jurnal Matematika dan
data kuantitatif dengan rata - rata skor 87% Pendidikan Matematika, vol 1 (1), pp.
dengan kategori sangat valid, validitas data 14-22.
kulitatif kelayakan uraian materi berbasis Brousseau, G. (2002). Epistemological
kebutuhan yaitu baik dengan data kuantitatif Obstacles, Problems, and Didactical

10
Engineering. Theory of Didactical FMIPA Yogyakarta:
Situations in Mathematics: Didactique https://eprints.uny.ac.id/1745/1/Fajar_Hi
Des Mathematiques, 1970-1990. New dayati.pdf [18 juni 2020]
York: Kluwer Academic Publishers. Sari, L. A. (2014). Analisis Learning
Cornu, B. (1991) Limit‟, in Tall, D (2002). Obstacles Siswa Smp Dalam
Advanced mathematical thinking, Mempelajari Materi Aljabar. Malang:
Dordrecht. New York: Kluwer UPI
Academic Publishers Sugiarti, Lana. (2018). Kesulitan Siswa
Ernawati. (2017). Pengembangan desain Dalam Menyelesaikan Soal Operasi
didaktis penalaran spasial dan Bentuk Aljabar. Prosiding Seminar
penalaran kuantitatif dalam materi Nasional Etnomatnesia. 24 januari 2018,
teorema phytagoras di sekolah Yogyakarta, Indonesia. Hal. 325-329.
menengah pertama. Tesis pada FKIP Suryadi, D. (2010). Metapedadidaktik dan
Untan Pontianak Didactical Design Research (DDR):
Hidayat, F. (2010. Kajian kesulitan belajar Sintesis Hasil Pemikiran Berdasarkan
siswa kelas VII SMPN 16 Yogyakarta Lesson Study. Bandung: FPMIPA UPI
dalam mempelajari aljabar . Skripsi pada

11

Anda mungkin juga menyukai