Anda di halaman 1dari 33

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran materi pecahan tidak hanya diajarkan pada bangku sekolah dasar
tetapi ditingkat pertama, tingkat atas bahkan sampai perguruan tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa pecahan adalah konsep yang mendasar dalam matematika
dan akan mempengaruhi konsep lain yang lebih tinggi. Kemampuan siswa
dalam mengoperasikan pecahan merupakan salah satu indikator untuk
menentukan berhasil tidaknya siswa dalam memecahkan persoalan matematika,
baik dalam penyelesaian soal-soal metematika di sekolah maupun dalam
kehidupan sehari-hari. Jadi bila siswa tidak mengetahui konsep dasar pecahan
maka siswa akan mengalami kesulitan dalam mengerjakannya.

Dalam penelitian yang penulis lakukan terdapat kesulitan-kesulitan yakni siswa


mengalami kesulitan pada pokok bahasan bilangan pecah yaitu kesulitan
prinsip dalam mengoperasikan bilangan pecah seperti penjumlahan, perkalian
dan pembagian serta mengalami kesulitan verbal yang disebabkan karena
kurang teliti dan merasa tidak perlu.

Mengoperasikan pecahan bukan hanya diperlukan dalam mempelajari


matematika saja, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Apa bila siswa telah
mampu mengoperasikan pecahan, maka siswa akan memiliki salah satu dasar
yang kuat untuk mempelajari cabang matematika lainnya, sehingga program
kurikuler pengajara matematika dapat dicapai seperti yang diharapkan.

Kenyataan sangat berbeda dengan harapan, kebanyakan dari siswa selalu


mendapatkan kendala dalam mengoperasikan pecahan. Hal ini dapat dilihat
ketika mengerjakan soal-soal matematika yang menyangkut dengan operasi
pecahan, artinya sebagian besar dari siswa masih lemah dalam menguasai
konsep menghitung bilangan pecah, sebagai dasar untuk mencapai prestasi
belajar matematika yang memadai. Kemampuan siswa sekolah dasar dalam
mengerjakan operasi pecahan dan hubungannya dalam penguasaan konsep
pecahan menemukan bahwa “kemampuan siswa Sekolah Dasar dalam
mengerjakan operasi hitung pada pecahan masih rendah”.

Dari beberapa uraian diatas bahwa konsep dasar pecahan merupakan konsep
matematika yang harus benar-benar dikuasai dengan baik oleh siswa agar tidak
mengalami kesulitan dalam mengerjakan operasi hitung matematika pada
umumnya pada materi pecahan khususnya dan untuk dapat dipergunakannya
dalam memecahkan masalah yang timbul sehari-hari.

Untuk mengatasi kendala tersebut penulis menerapkan pembelajaran dengan


model pembelajaran discovery yang digabungkan dengan teknik drill guna
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 2 Mulya Jaya.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan diketahui penyebab kesulitan


belajar siswa pada materi pecahan khususnya dalam mengoperasikan pecahan,
diantaranya sebagai berikut :
a. Guru hanya menjelaskan materi pecahan tanpa menggunakan alat peraga,
sehingga siswa sulit untuk memahami.
b. Keadaan kelas yang kurang kondusif dan penataan ruangan yang tidak
menunjang dalam kegiatan pembelajaran (bina sarana yang kurang
mendukung)
c. Cara mengajar guru yang tidak memfasilitasi berbagai gaya belajar siswa
dan sikap guru yang hanya ingin mengejar materi tetapi tidak
mementingkan kepahaman siswa tersebut.
d. Teori pengajaran dari guru kurang bisa dimengerti siswa, jadi siswa
merasa bingung dan tidak bisa menguasai materi dengan sepenuhnya.
e. Pandangan siswa terhadap mata pelajaran Matematika yang menganggap
mata pelajaran itu sulit sehingga siswa merasa segan dan terbebani untuk
mempelajarinya.
f. Adanya faktor dari lingkungan seperti masalah keluarga, dan masalah
dengan teman.
g. Kurangnya konsentrasi ketika belajar matematika, yang mengakibatkan
siswa kurang perhatian terhadap materi yang sedang diajarkan.
h. Kurangnya pengulangan dalam materi yang diajarkan, akibatnya siswa
tidak lama mengingat pelajaran yang telah diajarkan.
i. Ketidak pahaman dengan penggunaan rumus yang diajarkan.
j. Jika dia merasa bisa dalam mengerjakan maka rasa untuk belajar tumbuh
dengan dirinya, dan begitu juga sebaliknya.
k. Kurangnya motivasi dari guru dan orang sekitarnya.
Tidak adanya rasa semangat ketika materi yang diajarkan sulit.

Analisis masalah yang dijadikan sebagai batasan masalah adalah :


a. Model pembelajaran yang diterapkan guru belum mampu meningkatkan
minat dan hasil belajar Matematika siswa.
b. Siswa tidak mempunyai minat dalam belajar matematika.
c. Nilai hasil belajar matematika yang masih jauh dari KKM.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut : Apakah penerapan Model Pembelajaran Discovery yang digabungkan
dengan Teknik Drill dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas IV SDN 2 Mulya Jaya Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten
Tulang Bawang Barat ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Secara rinci tujuan tersebut adalah :
a. Untuk mengetahui apakah dengan menerapkan Model Pembelajaran
Discovery yang digabungkan dengan Teknik Drill dapat meningkatkan
minat dan hasil belajar Matematika siswa.
b. Memberi kesempatan yang cukup kepada siswa untuk membangun sendiri
pengetahuannya.
c. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematika siswa.
d. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Adapun manfaat perbaikan tersebut antara lain :


a. Siswa akan lebih berminat mengikuti proses belajar mengajar.
b. Meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Memupuk rasa percaya diri siswa karena siswa selalu dilibatkan secara
langsung dalam proses pembelajaran.
d. Guru mampu menciptakan dan menggunakan model pembelajaran yang
tepat sehingga kondisi kelas pada saat proses pembelajaran menjadi
menyenangkan.
e. Memudahkan guru melakukan interaksi dengan siswa.
f. Mengukur keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
g. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia warga SDN 6 Mulya
Kencana, baik guru maupun siswanya.
h. Menciptakan lulusan yang terbaik.
i. Memudahkan sekolah menjadi lebih maju di segala bidang.
II. KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Discovery Learning


Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning atau Penemuan adalah
teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi
apabila materi pembelajaran tidak disajikan dengan dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan peserta didik itu sendiri yang mengorganisasi
sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Bruner, bahwa: “Discovery
Learning can be defined as the learning that takes place when the
student is not presented with subject matter in the final form, but rather
is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun,
1986:103).

Dasar pemikiran Bruner tersebut adalah pendapat dari Piaget yang


menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas. Bruner
memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, dimana murid
mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir
(Dalyono, 1996:41).

Sedangkan menurut Budiningsih, (2005:43) Pengertian Model Pembelajaran


Discovery Learning atau Penemuan diartikan pula sebagai cara belajar memahami
konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada
suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam
penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi,
penentuan daninferi. Proses tersebut oleh Robert B. Sund (Malik, 2001:219)
disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental
process of assimilatig conceps and principles in the mind.
Sebagai strategi belajar, Model Pembelajaran Discovery Learning
mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem
Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada
Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip
yang sebelumnya tidak diketahui.

Perbedaannya dengan discovery learning dengan inkuiri learning ialah bahwa


pada discovery masalah yang dihadapi siswa atau peserta didik adalah
semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri
masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan
seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di
dalam masalah itu melalui proses penelitian. Sedangkan Perbedaannya dengan
discovery learning dengan Problem Solving. Pada model Problem
Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah.

Prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery Learning adalah


materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam
bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk
mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari
informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa
yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.

Dengan mengaplikasikan metode Discovery Learning secara berulang-ulang


dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang
bersangkutan. Penggunaan metode / model Discovery Learning, ingin
merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah
pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus
Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru
ke modus Discovery siswa menemukan informasisendiri.
Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya metode Discovery Learning
merupakan pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat
memungkinkan terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang
kategorisasi yang Nampak dalam Model Pembelajaran Discovery, bahwa
Discovery adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut
sistem-sistem coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-sistem
coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas & difference)
yang terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian-kejadian (events).

Bruner memandang bahwa suatu konsep atau kategorisasi memiliki lima unsur,
dan siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui semua
unsur dari konsep itu, meliputi: 1) Nama; 2) Contoh-contoh baik yang
positif maupun yang negatif; 3) Karakteristik, baik yang pokok maupun
tidak; 4) Rentangan karakteristik; 5) Kaidah (Budiningsih, 2005:43). Bruner
menjelaskan bahwa pembentukan konsep merupakan dua kegiatan
mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda
pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan
menempatkan contoh-contoh (obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa) ke
dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu.

Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap


siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk
menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu
siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning
Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi,
penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip
dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa
dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus
berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk
memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa
yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga


tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive,
iconic, dan symbolic. Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas-
aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya,
dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan
motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami
dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan
perbandingan (komparasi).Tahap symbolic, seseorang telah mampu
memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi
oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami
dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika,
matematika, dan sebagainya.

Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin


matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem
simbolnya. Secara sederhana teori perkembangan dalam faseenactive,
iconicdansymbolicadalah anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia
bergeser ke depan atau kebelakang di papan mainan untuk menyesuaikan
beratnya dengan berat temannya bermain) ini fase enactive. Kemudian
pada faseiconic ia menjelaskan keseimbangan pada gambar atau bagan
dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip
keseimbangan ini fasesymbolic(Syaodih, 85:2001).
Dalam mengaplikasikan Model Pembelajaran Discovery Learning atau
Penemuan guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus
dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi seperti ini ingin merubah
kegiatan belajar mengajar yangteacher orientedmenjadistudent oriented.

Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan: hendaknya


guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi
seorangproblem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika.
Dalam metode Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam
bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-
kesimpulan. Hal tersebut memungkinkan murid-murid menemukan arti bagi
diri mereka sendiri, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-
konsep di dalam bahasa yang dimengerti mereka. Dengan demikian
seorang guru dalam aplikasi metode Discovery Learning harus dapat
menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan dalam belajar yanglebih
mandiri. Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-
contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41).

Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode Discovery Learning


menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada
muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist,
historian, atauahli matematika. Melalui kegiatan tersebut siswa akan
menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi
dirinya.
Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery sebagai metode
mengajar ialah bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar,
bimbingan guru hendaklah lebih berkurang dari pada metode-metode
mengajar lainnya. Hal ini tak berarti bahwa guru menghentikan untuk
memberikan suatu bimbingan setelah problema disajikan kepada pelajar.
Tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya
melainkan pelajar diberi responsibilitas yang lebih besar untuk belajar sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, pengertian Model Pembelajaran Discovery


Learning atau Penemuan adalah pembelajaran untuk menemukan konsep,
makna, dan hubungan kausal melalui pengorganisasian pembelajaran yang
dilakukan oleh peserta didik.
Dikutip dari Syamsudini, 2012. Aplikasi Metode Discovery Learning dalam
Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah, Motivasi Belajar dan Daya
Ingat Siswa. https://ainamulyana.blogspot.com/2016/06/model-pembelajaran-
discovery-learning.html

B. Teknik Drill
Proses pembelajaran metode mempunyai kedudukan yang sangat penting
dalam upaya pencapaian tujuan, karena metode merupakan suatu cara atau
jalan yang ditempuh yang sesuai, dan serasi untuk menyajikan suatu hal,
sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Metode drill adalah metode dalam pengajaran dengan melatih peserta didik
terhadap bahan yang sudah diajarkan/ berikan agar memiliki ketangkasan atau
ketrampilan dari apa yang telah dipelajari (Sudjana, 1995:86).
Tujuan Penggunaan Metode Drill
Adapun tujuan penggunaan metode drill adalah diharapkan agar siswa (Armai,
2002:175) :
1. Memiliki ketrampilan moroeis/gerak, misalnya menghafal katakata,
menulis, mempergunakan alat, membuat suatu bentuk, atau melaksanakan
gerak dalam olah raga.
2. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagikan,
menjumlah, tanda baca, dll.
3. Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan, misalnya
hubungan sebab akibat banyak hujan maka akan terjadi banjir, antara huruf
dan bunyi, dll.
4. Dapat menggunakan daya pikirnya yang makin lama makin bertambah
baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi
lebih baik teratur dan lebih teliti dalam mendorong ingatannya.
5. Pengetahuan anak didik akan bertambah dari berbagai segi dan anak didik
tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih
mendalam.

Syarat-Syarat Metode Drill


Agar penggunaan metode drill dapat efektif, maka harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1. Sebelum pelajaran dimulai hendaknya diawali terlebih dahulu dengan
pemberian pengertian dasar.
2. Metode ini dipakai hanya untuk bahan pelajaran kecekatan-kecekatan yang
bersifat rutin dan otomatis.
3. Diusahakan hendaknya masa latihan dilakukan secara singkat, hal ini
dimungkinkan agar tidak membosankan siswa.
4. Maksud diadakannya latihan ulang harus memiliki tujuan yang lebih luas.
5. Latihan diatur sedemikian rupa sehingga bersifat menarik dan dapat
menimbulkan motivasi belajar anak.
Langkah-Langkah Penggunaan Metode Drill
Metode drill dapat lebih maksimal jika dilaksanakan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Kegiatan guru
1. Mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah beserta
jawabannya.
2. Mengajukan pertanyaan secara lisan, tertulis, atau memberikan
perintah untuk melakukan sesuatu.
3. Mendengarkan jawaban lisan atau memeriksa jawaban tertulis atau
melihat gerakan yang dilakukan.
4. Mengajukan kembali berulang-ulang pertanyaan atau perintah yang
telah diajukan dan didengar jawabannya.

b. Kegiatan murid
1. Mendengarkan baik-baik pertanyaan atau perintah yang diajukan guru
kepadanya.
2. Menjawab secara lisan atau tertulis atau melakukan gerakan seperti
yang diperintahkan.
3. Mengulang kembali jawaban atau gerakan sebanyak permintaan guru.
4. Mendengarkan pertanyaan atau perintah berikutnya.

Kekurangan dan Kelebihan Metode Drill


Metode drill memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
a. Kelebihan metode drill
1. Dalam waktu yang relatif singkat, dapat diperoleh penguasaan dan
ketrampilan yang diharapkan.
2. Akan tertanam pada setiap pribadi anak kebiasaan belajar secara rutin
dan disiplin.
b. Kekurangan metode drill
1. Bisa menghambat perkembangan daya inisiatif murid.
2. Kurang memperhatikan relevansinya dengan lingkungan.
3. Membentuk kebiasaan-kebiasaan yang otomatis dan kaku.
https://www.kajianpustaka.com/2013/11/metode-pembelajaran-drill.html

C. Pengertian Matematika
Matematika adalah ilmu tentang kuantitas, struktur, ruang, dan
perubahan. Matematikawan menemukan pola, merumuskan Dugaan baru, dan
membangun kebenaran melalui metode deduksi ketat yang berasal dari
aksioma dan definisi bertepatan.
Matematika adalah ilmu tentang kuantitas, struktur, ruang, dan
perubahan. Matematikawan menemukan pola, merumuskan Dugaan baru, dan
membangun kebenaran melalui metode deduksi ketat yang berasal dari
aksioma dan definisi bertepatan. Seorang ahli matematika Benjamin Peirce
disebut matematika sebagai “ilmu yang Menjelaskan Kesimpulan penting”.
Istilah mathematics ( inggris ), mathematic ( German ), wiskunde ( Belan
da ), berasal dari bahasa Yunani dari akar kata mathema yang berarti
pengetahuan atau ilmu, atau dari kata lain yang serupa yaitu mathanein yang
berarti belajar atau berpikir.
Jadi, secara etimologis perkataan matematika berarti “ilmu pengetahuan
yang diperoleh dengan bernalar”, yang lebih menekankan pada aktifitas
penalaran ratio. Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang
berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

Pengertian Matematika Menurut Para Ahli


Berikut Ini Merupakan Pengertian Matematika Menurut Para Ahli.
 James dan James (1976).
Matematika adalah pola pikir, terorganisir, bukti logis, matematika
adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan
cermat, jelas dan akurat representasi dari simbol dan padat, lebih bahasa
simbol dari sebuah ide daripada kedengarannya.
 Carl Friedrich Gauss
Mengatakan matematika sebagai “Ratu Ilmu”. Dalam bahasa aslinya,
Latin Regina scientiarum, juga di Jerman Konigin der Wissenschaften,
kata yang sesuai dengan ilmu pengetahuan berarti (lapangan)
pengetahuan.
 Johnson dalam Russefendi (1972)
Matematika adalah unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi,
aksioma, dan dalil-dalil di mana argumen setelah terbukti valid pada
umumnya, karena matematika ini Sering disebut ilmu deduktif.
 Kline (1973)
Matematika adalah sebuah makalah penelitian tentang pola dan
hubungan, jalan atau pola berpikir, suatu seni, bahasa dan alat-alat.
 Russefendi
Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan,
definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil
setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah
matematika sering disebut ilmu deduktif.
 Reys – dkk (1984)
Matematika adalah sebuah makalah penelitian tentang pola dan
hubungan, jalan atau pola berpikir, suatu seni, bahasa dan alat-alat.

D. Pecahan
Pecahan, atau disebut fraksi adalah istilah dalam matematika yang memiliki
bentuk a/b dimana b ≠ 0. Dalam hal ini a merupakan pembilang dan b
merupakan penyebut. Hakikat transaksi dalam bilangan pecahan adalah
bagaimana cara menyederhanakan pembilang dan penyebut. Penyederhanaan
pembilang dan penyebut akan memudahkan dalam operasi aritmetika sehingga
tidak menghasilkan angka yang terlalu besar tetapi tetap mempunyai nilai yang
sama.
Pecahan dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
 Bilangan Desimal atau pecahan desimal adalah sebuah bilangan yang selalu
ditandai dengan tanda koma (,). Bilangan desimal bisa didapat melalui
pembagian antara pembilang dan penyebut suatu pecahan.
Contoh : 1/2, angka 1 adalah pembilang dan angka 2 adalah penyebut. Jika
ingin mengubah pecahan tersebut menjadi desimal, maka harus dilakukan
pembagian antara pembilang dan penyebut menjadi 1 : 2 = 0,5 . Dalam
tabel berikut akan diberikan beberapa contoh cara membaca bilangan
desimal.
Angka Cara dibaca

0,5 nol koma lima

0,75 nol koma tujuh puluh lima

0,025 nol koma nol dua lima

 Bilangan Pecahan Biasa langan Pecahan Biasai merupakan pecahan yang


terdiri atas pembilang dan penyebut dimana pembilang < penyebut.

Angka Cara dibaca

1/2 setengah atau satu per dua

1/3 sepertiga atau satu per tiga

1/4 seperempat atau satu per empat

1/5 seperlima atau satu per lima

1/6 seperenam atau satu per enam

1/7 sepertujuh atau satu per tujuh

1/8 seperdelapan atau satu per delapan

1/9 sepersembilan atau satu per sembilan

2/3 dua per tiga

2/4 tiga per empat


 Pecahan Campuran merupakan suatu bentuk pecahan yang terdiri dari
bilangan bulat, pembilang dan penyebut. [3] Pecahan campuran adalah
penyederhanaan dari pecahan biasa tidak murni. Yang dimaksud pecahan
biasa tidak murni adalah pecahan yang angka pembilang > penyebut.
Contohnya 19/2, angka 19 merupakan pembilang, angka 2 merupakan
penyebut. Bisa dilihat pembilangnya lebih besar dari penyebut, sehingga
dapat disederhanakan dengan cara membagi pembilang dengan
penyebutnya. Caranya 19 : 2 = 9 (sisa 1), angka 9 yang merupakan hasil
baginya adalah bilangan bulat, sisanya yaitu angka 1 adalah pembilang,
angka 2 tetap sebagai penyebut. Sehingga bentuk pecahan campuran dari
pecahan 19/2 adalah 9 1/2. Dalam tabel berikut akan diberikan beberapa
contoh cara membaca pecahan campuran

Angka Cara dibaca

1 1/2 satu setengah

2 2/3 dua dua per tiga

3 3/4 tiga tiga per empat

III. PELAKSANAAN PERBAIKAN


A. Subyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan
di SD Negeri 2 Mulya Jaya Kecamatan Tulang Bawang Tengah
Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2020/2021.

2. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran adalah dari
tanggal 19 Oktober 2020 sampai dengan 26 Oktober 2020 dengan jadwal
sebagai berikut :
Tabel 1. Jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran (siklus)
Mata
Hari Tanggal Kelas Jam Ke Keterangan
Pelajaran
Senin 19/10/2020 IV 1–2 MTK Perbaikan I
(siklus I)
Perbaikan II
Senin 26/10/2020 IV 1–2 MTK
(siklus II)

3. Kelas Penelitian
Obyek perbaikan pembelajaran ini adalah siswa kelas IV tahun pelajaran
2020/2021 mata pelajaran Matematika dengan jumlah 17 siswa dengan
rincian jumlah siswa putri 7 dan putra 10 siswa.
Tabel 2. Daftar Nama siswa Kelas IV SDN 2 Mulya Jaya
No Nama Siswa Jenis Kelamin
1 Abel Faholi M.P Laki-Laki
2 Arden Ayu Sari Perempuan
3 Anindya Talita Putri Perempuan
4 Ardan Arsyid Maulana Laki-Laki
5 Anzhi Candra Wijaya Laki-Laki
6 Diza Altiza Perempuan
7 Doni Airlangga Laki-Laki
8 Endita Novita Sari Perempuan
9 Ibnu Satrio Al Husin Laki-Laki
No Nama Siswa Jenis Kelamin

10 Iqbal Allutfi Anwar Laki-Laki


11 Jerry Ikhwan M Laki-Laki
12 Kiki Trio Saputra Laki-Laki
13 Nurul Aliyah Perempuan
14 Rahmad Dava Prayoga Laki-Laki
15 Ravel Kurniawan Laki-Laki
16 Revi Desvina Saputri Perempuan
17 Septia Fitriani Perempuan

4. Tema
Tema yang akan dijadikan subyek penelitian adalah penggunaan model
pembelajaran discovery yang digabungkan dengan teknik drill untuk
meningkatkan hasil belajar Matematika materi pecahan bagi siswa kelas
IV pada SD Negeri 2 Mulya Jaya Kacamatan Tulang Bawang Tengah.

B. Deskripsi Per Siklus


1. Siklus I
Perencanaan
Pada tahap perencanaan penulis akan membuat rancangan RPP yang akan
digunakan pada saat mengajar. RPP pertama menggunakan acuan hasil
belajar sebelum dilakukan penelitian yaitu nilai Matematika siswa sangat
rendah. Oleh karena itu didalam RPP yang dibuat telah menggunakan
model discovery dengan teknik drill untuk menciptakan kondisi belajar
yang efektif dan menyenangkan agar siswa mulai tertarik dan berminat
belajar. Setelah itu penulis menetapkan dan menghubungi teman sejawat
untuk dijadikan pengawas ketika penulis melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Selain RPP dan teman sejawat, penulis juga menyiapkan
beberapa alternatif bentuk penilaian yang memudahkan siswa
mengerjakan semua tugas. Selain itu penulis juga menyiapkan alat
evaluasi sebagai contoh kasus matematika yang harus diselesaikan oleh
siswa (memancing siswa untuk menemukan sendiri hal-hal yang akan
mereka pelajari).

Pelaksanaan
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran
Matematika dengan menggunakan model discovery dengan teknik drill
antara lain :
a. Memberikan motivasi belajar sebelum pembelajaran dimulai. Siswa
diajak bernyanyi atau bertegur sapa menanyakan kabar kondisi
kesehatan dan jangan lupakan untuk berdoa sebelum memulai semua
aktivitas.
b. Penataan lingkungan belajar yaitu dengan cara Membersihkan dan
merapihkan tempat belajar / ruang kelas memberikan sentuhan
berbeda melalui hiasan dinding atau aroma ruangan agar siswa betah
untuk berlama-lama dikelas.
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan maksud agar
pembelajaran dapat dikuasai siswa. Menyampaikan satu pertanyaan
sebagai pre test untuk mengetahui seberapa kemampuan awal siswa.
d. Membahas materi pelajaran pecahan dengan membebaskan gaya
belajar, maksudnya yaitu pembelajaran yang disajikan guru tidak
hanya terpaku pada satu gaya belajar tetapi menggunakan beberapa
gaya belajar disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa.
e. Menanamkan kebiasaan untuk mencatat hal-hal yang penting saja
dari materi yang telah diberikan oleh guru.
f. Guru memberikan soal berupa kasus pecahan yang harus ditemukan
pemecahan masalahnya. Guru membebaskan siswa untuk
mengerjakan dengan teknik yang mereka kuasai,
g. Melatih kekuatan memori ini dilaksanakan secara sepintas yaitu
dengan mengerjakan soal-soal dari media pembelajaran yang
dilaksanakan secara serempak oleh siswa tanpa melihat buku.
h. Memupuk sikap juara yaitu dengan cara memberikan penghargaan
baik berupa tepuk tangan atau pujian maupun berupa hadiah kepada
siswa yang mampu menjawab pertanyaan dari guru dan siswa yang
memperoleh nilai tertinggi dalam mengerjakan soal latihan yang
terdapat dalam media pembelajaran.
i. Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya ketika materi
belum dipahami.
j. Menyimpulkan pelajaran secara bersama antara guru dengan siswa.
k. Memberikan tugas pekerjaan rumah apabila memungkinkan.

Observasi
Data yang penulis dapat adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data
kuantitatif diperoleh penulis dengan menggunakan lembar observasi
setiap pembelajaran dari dua mata pelajaran yang pokok bahasannya
diperbaiki. Adapun data tersebut adalah :
a. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.
b. Keaktifan siswa dalam menjawab soal secara cepat tanpa melihat
buku pada saat proses pembelajaran.
c. Kreatifitas siswa dalam mengikuti dan keterlibatannya dalam
pembelajaran.
d. Keaktifan siswa dalam merespon jawaban teman dan memberikan
apresiasi berupa penghargaan / tepuk tangan.
e. Aktivitas merangkum pembelajaran.
Sedangkan data kuantitatif diperoleh dengan menilai atau mengamati
siswa dalam pemahaman materi pembelajaran atau konsep pembelajaran
meliputi :
a. Jawaban benar atau salah dalam menjawab tes formatif pada akhir
pelajaran.
b. Mengerjakan tugas-tugas tepat waktu dan tidak tepat waktu.
c. Ketuntasan belajar pada materi pembelajaran.
d. Menjelaskan yang benar.
Refleksi
Berdasarkan data hasil observasi dan evaluasi selanjutnya dilakukan
analisis data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Analisis
dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah didapatkan
sebelumnya. Pada kegiatan refleksi akan ada beberapa pertanyaan yang
akan dijadikan sebagai bahan patokan keberhasilan, misalnya apakah
proses pembelajaran sudah baik (yang sudah telah mengikuti metode
pembelajaran, misalnya bagaimana dengan teknik bertanya pengelolaan
kelas, pemberian motivasi dan penggunaan alat peraga dengan benar).
Apakah tujuan dan kompetensi dasar dari proses pembelajaran secara
kuantitatif, bagaimana hasil dari proses pembelajaran secara kuantitatif,
bagaimana responsiswa terhadap proses pembelajaran tersebut.
Kemudian hasil analisis pada tahap ini akan dijadikan sebagai bahan
untuk membuat rencana tindakan baru yang dilaksanakan pada siklus
berikutnya.

2. Siklus II
Hasil refleksi siklus I masih digunakan untuk acuan perbaikan
pelaksanaan siklus II :
Perencanaan
Perencanaan dilakukan dengan :
 Membuat skenario dengan acuan adalah siklus I tetap dengan
model pembelajaran think pair square.
 Membuat lembar observasi
 Merancang alat evaluasi.
 Perbaikan pembelajaran yang kedua dilakukan pada tanggal
26 Oktober 2020 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Merancang rencana perbaikan pembelajaran dengan
menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP).
b. Menyiapkan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan
mengajak peserta didik lebik aktif dan merasa gembira dan
senang.

Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran dilakukan dengan tahapan :
Pendahuluan  Guru mengucapkan salam dan mengingatkan
kembali tentang Protokol Kesehatan Covid 19.
 Guru mengajak peserta didik untuk berdoa sebelum
dan setelah pelajaran.
 Guru melakukan absensi kehadiran peserta didik.
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada
peserta didik tentang konsep Pecahan Biasa dan
Pecahan Campuran.
 Guru memberi peserta didik contoh dalam
kehidupan yang berkaitan dengan pecahan
campuran.
Inti Mengamati
 Guru membimbing peserta didik untuk membentuk
kelompok yang terdiri atas 4 orang.
 Guru memberikan kepada peserta didik agar
menyiapakan 5 buah semangka untuk masing-
masing kelompok. Buah yang diberikan harus buah
yang dapat dipotong menjadi beberapa bagian sama
besar. Hal ini memudahkan peserta didik dalam
belajar mengubah pecahan biasa ke pecahan
campuran.
 Guru mengarahkan peserta didik untuk memotong
apel-apel tersebut menjadi 4 bagian sama besar.
 Guru mengarakan peserta didik untuk mencoba
menemukan penjelasan tentang hal yang bisa
dijelaskan dan dikaitkan antara buah semangka yang
di belah dengan materi pecahan.
Menanya
 Guru menfasilitasi peserta didik untuk mengajukkan
pertanyaan berkaitan dengan cara memotong buah
dengan ukuran yang sama besar
Menalar
 Guru mendampingi peserta didik dalam menarik
kesimpulan tentang hubungan pecahan biasa dengan
pecahan campuran.
 Guru mengarahkan peserta didik untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang ada.
Mengkomunikasikan
 Guru mengarahkan peserta didik untuk
menyampaikan hasil kerjanya di hadapan guru dan
teman-teman.
Penutup  Guru merefleksikan hasil pembelajaran tentang
Konsep Pecahan Biasa ke Pecahan Campuran.
 Guru melakukan evaluasi tentang Mengubah
Pecahan Biasa ke Pecahan Campuran, serta
menugaskan peserta didik untuk mempelajari materi
selanjutnya.
 Guru memberikan kesimpulan materi yang dilakukan
pada hari ini.
 Guru menginformasikan materi selanjutnya, yaitu
Mengubah Pecahan Biasa ke Bentuk Desimal.

Pengumpulan Data
Pengamatan dan pengumpulan data
 Pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh
penulis dan teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi.
 Pengumpulan data pada setiap siklus perbaikan diadakan evaluasi
dan hasilnya dianalisis untuk diambil tindakan perbaikan.

Refleksi
Adalah proses analsisi data hasil untuk mengetahui perubahan setiap
siklusnya :
 Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan penggunaan alat
peraga/bantu secara maksimal.
 Dalam memberikan tugas menggunakan metode discovery dengan
teknik drill.
 Meneliti hasil kerja siswa sebagai umpan balik dan masukan untuk
merencanakan perbaikan-perbaikan selanjutnya.
 Menyusun catatan tentang keberhasilan dan kegagalan dengan
menggunakan refleksi ini.

Refleksi kegiatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari pencapaian siswa
dalam kompetensi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran,
yang dapat dinilai melalui instrument berikut ini :
Tabel 3. Instrumen Penilaian Kegiatan meliputi aspek sikap, pengetahuan
dan keterampilan
Aspek yang Dinilai
Aspek Sikap
Aspek Pengetahuan Aspek Keterampilan
Sosial
Keterampilan dalam
Ketetapan dalam
No Nama Peserta Didik Disiplin dalam Mengubah Pecahan Ket
Membedakan
Melakukan Biasa ke Pecahan
Pecahan Biasa dan
Kegiatan Campuran dan
Pecahan Campuran
Sebaliknya
Tidak Tidak
Ya Tidak Tepat Terampil
Tepat Terampil
1 Abel Faholi M.P ... ... ... ... ... ... ...
2 Arden Ayu Sari ... ... ... ... ... ... ...
3 Anindya Talita Putri ... ... ... ... ... ... ...
4 Ardan Arsyid Maulana ... ... ... ... ... ... ...
5 Anzhi Candra Wijaya ... ... ... ... ... ... ...
6 Diza Altiza ... ... ... ... ... ... ...
7 Doni Airlangga ... ... ... ... ... ... ...
8 Endita Novita Sari ... ... ... ... ... ... ...
9 Ibnu Satrio Al Husin ... ... ... ... ... ... ...
10 Iqbal Allutfi Anwar ... ... ... ... ... ... ...
11 Jerry Ikhwan M ... ... ... ... ... ... ...
12 Kiki Trio Saputra ... ... ... ... ... ... ...
13 Nurul Aliyah ... ... ... ... ... ... ...
14 Rahmad Dava Prayoga ... ... ... ... ... ... ...
15 Ravel Kurniawan ... ... ... ... ... ... ...
16 Revi Desvina Saputri ... ... ... ... ... ... ...
17 Septia Fitriani ... ... ... ... ... ... ...
Keterangan
Diisi dengan tanda cek ()
Kategori penilaian aspek sikap sosial
“Ya” diberi skor = 1,
“Tidak” diberi skor = 0.
Kategori penilaian aspek pengetahuan
“Tepat” diberi skor = 1,
“Tidak Tepat” diberi skor = 0.
Kategori penilaian aspek keterampilan
“Terampil” diberi skor = 1,
“Tidak Terampil” diberi skor = 0.

Skor maksimal yang dapat diperoleh peserta didik adalah 3.


Nilai = Total skor x 100
Skor maksimal

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Pelaksanaan Siklus
Pada saat penelitian berlangsung di SDN 2 Mulya Jaya Kecamatan Tulang
Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat, mata pelajaran Matematika
pada materi Konsep Pecahan Biasa dan Pecahan Campuran melalui metode
Discovery yang digabungkan dengan teknik driil yang peneliti lakukan.

Metode pembelajaran merupakan alat bantu dalam proses belajar mengajar


pada proses tersebut, tidak semua peserta didik bisa langsung mencerna apa
yang disampaikan oleh guru. Pemanfaatan metode Discovery menjadikan
solusi untuk peningkatan hasil belajar siswa karena metode discovery
merupakan metode yang tepat untuk dilakukan pada konsep pecahan. Dalam
bab ini akan disajikan data-data hasil penelitian terhadap peningkatan hasil
belajar Matematika materi konsep pecahan biasa dan campuran melalui metode
discovery yang dipadukan dengan teknik driil pada siswa kelas IV SDN 2
Mulya Jaya Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang
Barat.

Hasil penelitian diuraikan dalam bentuk tahapan yang terdiri dari siklus-siklus
pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Data
yang diperoleh antara lain tentang data tes hasil belajar setiap siklusnya, data
hasil observasi aktifitas guru dan data hasil observasi aktifitas pembelajaran.
Berikut ini data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan

1. Pelaksanaan Siklus I
Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti dan telah bekerja sama dengan
pihak Sekolah Dasar Negeri 2 Mulya Jaya Kecamatan Tulang Bawang
Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat yang difokuskan pada mata
pelajaran Matematika kelas IV materi Konsep Pecahan Biasa dan
Campuran.

Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan beberapa persiapan atau hal yang
akan dilakukan dalam penelitian, yaitu :
a) Menetapkan tempat yang akan digunakan dalam penelitian yaitu
SDN 2 Mulya Jaya, Kecamatan Tulang Bawang Tengah,
Kabupaten Tulang Bawang Barat.
b) Peneliti mengidentifikasi data dari observasi dan wawancara guru
kelas IV dan dari pihak kepala sekolah.
c) Menentukan titik fokus penelitian menggunakan model
pembelajaran Discovery yang dipadukan dengan Teknik Driil
dalam mata pelajaran Matematika kelas IV.
d) Peneliti menetapkan Kompetensi Dasar yang akan diteliti adalah
teknik perhitungan bilangan Pecahan Biasa dan Pecahan
Campuran..
e) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata
pelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran
Discovery dan Teknik Driil dalam dua kali pertemuan.
f) Menyiapkan kisi-kisi soal mengenai materi Pecahan Biasa dan
Pecahan Campuran.

Pelaksanaan siklus I pertama dilakukan pada hari Senin, 19 Oktober


2020, dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut :
1. Kegiatan Awal
Kegiatan diawali dengan menyiapkan kelas, memberi salam
dilanjutkan dengan berdoa sebelum pembelajaran dilaksanakan,
kemudian melakukan presensi untuk mengecek kehadiran.
Selanjutnya meminta menyiapkan peralatan tulis dan buku yang akan
digunakan pada kegiatan pembelajaran. Apersepsi dan motivasi
bertujuan membuka pemikiran tentang kegiatan sehari-hari yang
bertema sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Selanjutnya guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti diawali dengan guru menerangkan materi yang akan
dipelajari, memberikan contoh soal sederhana tentang bilangan
pecahan biasa dan campuran yang bertujuan agar dapat memahami
tentang materi yang akan dipelajari. selesai berdiskusi pada
kelompoknya masing-masing, guru menunjukkan salah satu
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain
diminta untuk menanggapi kelompok yang melakukan presentasi
tersebut.

3. Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir guru bersama siswa melakukan tanya jawab dan
menyimpulkan materi pelajaran, mencatat poin-poin penting dari
materi pelajaran. Penugasan dengan melakukan pengerjaan soal yang
berkaitan dengan materi pembelajaran yang nantinya dijadikan
sebagai alat perhitungan penentu keberhasilan proses penelitian
perbaikan pembalajaran ini, dan mengakhiri pembelajaran.

2. Pelaksanaan Siklus II
Palaksanaan siklus II pertama dilaksanakan pada hari Senin, 26 Oktober
2020, dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Kegiatan Awal
Kegiatan diawali dengan menyiapkan kelas, memberi salam
dilanjutkan dengan berdoa sebelum pembelajaran dilaksanakan,
kemudian melakukan presensi untuk mengecek kehadiran.
Selanjutnya meminta menyiapkan peralatan tulis dan buku yang akan
digunakan pada kegiatan pembelajaran. Apersepsi dan motivasi
bertujuan membuka pemikiran tentang kegiatan sehari-hari yang
bertema sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Mengingatkan
kembali materi yang di sampaikan pada pertemuan siklus I tentang
konsep bilangan pecahan biasa dan bilangan pecahan campuran.

2. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti membahasa bagaimana membuat sebuah video
pembelajaran tentang simulasi praktik untuk menyelesaikan
permasalahan kegiatan pembelajaran ini, dimulai dengan guru
menyampaikan tujuan pembelajaran. Menjelaskan sekilas tentang
materi yang akan dipelajari bersama. Membagikan dalam kelompok
yaitu 4 (empat) kelompok, setelah duduk berpasangan dengan
kelompok masing-masing guru memberi arahan tentang kegiatan
yang akan dilakukan bersama kelompok. Memberi pada setiap
kelompok selanjutnya diminta mencari nilai dari operasi bilangan
pecahan biasa dan pecahan campuran.

3. Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran
kemudian akan dilanjutkan dengan mengerjakan soal post test Siklus
II.

B. Pembahasan Setiap Siklus


Model pembelajaran penemuan (discovery learning) diartikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan informasi secara
langsung tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasikan pemahaman mengenai
informasi tersebut secara mandiri. Siswa dilatih untuk terbiasa menjadi seorang
yang saintis (ilmuan). Mereka tidak hanya sebagai konsumen, tetapi diharapkan
pula bisa berperan aktif, bahkan sebagai pelaku dari pencipta ilmu
pengetahuan.
Menurut Suprihatiningrum (2014:244), terdapat dua cara dalam pembelajaran
penemuan (Discovery Learning), yaitu :
1. Pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning) yakni
pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan.
2. Pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) yakni
pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam
proses pembelajarannya.
Bentuk metode pembelajaran Discovery Learning dapat dilaksanakan dalam
komunikasi satu arah atau komunikasi dua arah bergantung pada besarnya
kelas, yang dijelaskan lebih detail sebagai berikut (Oemar Hamalik, 2009:187):
1. Sistem satu arah. Pendekatan satu arah berdasarkan penyajian satu arah
yang dilakukan guru. Struktur penyajiannya dalam bentuk usaha
merangsang siswa melakukan proses discovery di depan kelas. Guru
mengajukan suatu masalah, dan kemudian memecahkan masalah tersebut
melalui langkah-langkah discovery.
2. Sistem dua arah. Sistem dua arah melibatkan siswa dalam menjawab
pertanyaanpertanyaan guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru
membimbing mereka ke arah yang tepat atau benar
Pada penelitian perbaikan pembalajaran yang dilakukan di SDN 2 Mulya
Jaya, Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat,
dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran Discovery dan Teknik
Driil yang dilaksanakan dengan dua kali pertemuan. Dalam kegiatan
penelitian perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan membuat sebuah
video tentang simulasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan
menggunkan model pembelajaran Discovery dan Teknik Driil. Adapun
kegiatan yang dilakukan telah berjalan dengan baik meskipun ada beberapa
kendala yang dihadapi seperti halnya bersifat teknis saja seperti penempatan
kamera untuk melakukan perekaman gambar video yang terlalu tinggi
sehingga objek yang dihasilkan tidak maksimal, dan telah dilakukan
perbaikan ulang dengan melakukan pengambilan gambar ulang, secara umum
bisa berjalan baik dan lancar.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
VI.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan penulis, dengan
menganalisa data temuan yang penulis dapatkan, maka penulis menarik kesimpulan
bahwa dengan memanfaatkan pembelajaran discovery dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar Matematika Kelas IV SD Negeri 2 Mulya Jaya. Ditambah dengan
model Drill untuk lebih meningkatkan kemampuan menyelesaikan persoalan.
Adapun harapan yang bisa diambil dengan menerapkan pola driil adalah : diharpkan
siswa memiliki ketrampilan moroeis/gerak, misalnya menghafal katakata, menulis,
mempergunakan alat, membuat suatu bentuk, atau melaksanakan gerak dalam olah
raga, Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagikan,
menjumlah, tanda baca, dll. Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu
keadaan, misalnya hubungan sebab akibat banyak hujan maka akan terjadi banjir,
antara huruf dan bunyi, dll. Dapat menggunakan daya pikirnya yang makin lama
makin bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan
menjadi lebih baik teratur dan lebih teliti dalam mendorong ingatannya. Pengetahuan
anak didik akan bertambah dari berbagai segi dan anak didik tersebut akan
memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih mendalam

B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan, maka penulis memberi saran
sebagai berikut :
Bagi Sekolah :
1. Wujud pertanggujawaban terhadap visi dan misi sekolah.
2. Menyediakan sarana dan prasarana media yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran.
3. Menciptakan suasana yang harmonis agar proses pembelajaran dapat
terlaksana sesuai dengan program.
4. Memberikan reward bagi guru yang kreatif dan inovatif dalam mengajar.
Bagi Guru :
1. Perlu menyiapkan perangkat dan media pembelajaran yang akan
digunakan.
2. Hendaknya dalam menyampaikan materi, tidak terlalu tegang, agar siswa
tidak minder dan suasana belajar pun menyenangkan.
3. Dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik dan dapat mengatasi
masalah-masalah yang ada pada saat pembelajaran berlangsung.

Bagi Siswa
1. Mampu memanfaatkan benda dan lingkungan disekitar menjadi inspirasi
untuk mengerjakan tugas.
2. Rutin belajar mengerjakan latihan-latihan soal matematika.

DAFTAR PUSTAKA
Duwi Heni Purwanti. 2019.Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional Tentang
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Alat Peraga Tongkat
Pecahan Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 01 Mulya Kencana
Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat
Tahun Pelajaran 2019/2020. FKIP UT UPBJJ Bandar Lampung.
http : // aadesanjaya.blogspot.com/2011/06/Pengertian Matematika.html.5 Januari
2012
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11159/4/T1_292012616_BAB
%20IV.pdf
https://www.kajianpustaka.com/2013/11/metode-pembelajaran-drill.html
https://ainamulyana.blogspot.com/2016/06/model-pembelajaran-discovery-
learning.html
Syafari.2002. Menganalisis Hasil Belajar Siswa. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.
Tim FKIP UT. 2013. Pemantapan Kemampuan Profesional, Edisi 2. Tangerang
Selatan : Universitas Terbuka.
Wardani, I.G.A.K.: Wihardit, K; Nasoetion, N, dkk. 2013. Cetakan kesebelas.
Pemantapan Kemampuan Profesional. Tangerang Selatan : Universitas
Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai