Anda di halaman 1dari 6

Jambura Journal of Educational Chemistry

Volume 4 Nomor 1, Februari 2022


p-ISSN: 2655-7606, e-ISSN: 2656-6427
Journal Homepage: http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjec
Diterima: 11-01-2022 | Disetujui: 02-04-2022 | Online: 10-04-2022

Analisis Miskonsepsi Materi Pereaksi Pembatas


Menggunakan Tes Three Tier Multiple Choice
Adelia Nur Polamolo1, Astin Lukum2, Kostiawan Sukamto3

1,2Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Gorontalo
3Program Studi Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Gorontalo

Jl. Prof. Dr. Bacharuddin Jusuf Habibie, Bone Bolango, 96119, Gorontalo-Indonesia
e-mail: 1astinlukum@ung.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis miskonsepsi siswa pada materi pereaksi pembatas kelas
XI IPA MAN 1 Kota Gorontalo. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kuantitatif.
Instrumen yang digunakan adalah tes Three Tier Multiple Choice. Tes instrumen yang digunakan telah
diuji menggunakan uji validitas konstruk dan uji reliabel. Subjek penelitian yang digunakan adalah
kelas XI IPA MAN 1 Kota Gorontalo dengan jumlah sampel 178 siswa yang diambil dari 5 kelas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi diseluruh
indikator dengan kategori miskonsepsi 1 (MK1) memiliki persentase sebesar 12,2%, miskonsepsi 2
(MK2) memiliki persentase sebesar 9,4%, dan miskonsepsi 3 (MK3) memiliki persentase sebesar
34,6%.

Kata kunci: Miskonsepsi, Pereaksi Pembatas, Three Tier Muliple Choice

PENDAHULUAN Konsep yang dibangun siswa harus mampu


Dalam pelaksanaan pembelajaran diterapkan untuk menyelesaikan berbagai
disekolah, sebagian guru mengejar target tetapi masalah yang terkait, karena dalam
terkendala oleh waktu untuk menyelesaikan pembelajaran kimia tidak hanya diharuskan
materi pembelajaran karena terikat oleh paham mengenai konsep kimia, akan tetapi
kurikulum dan kebutuhan masing-masing harus bisa menerapkan konsep yang
sekolah. Oleh karenanya, seringkali guru tidak dipahaminya untuk memecahkan masalah
menyadari bahwa aspek terpenting dari peserta (Lukum, 2019). Tantangan efektifitas dan
didik adalah pemahaman konsep dalam materi efisiensi pengelolaan pembelajaran kimia,
yang diajarkan. Kebanyakan guru hanya fokus sesungguhnya terletak pada bagaimana guru
terhadap standar yang harus dicapai siswa dan menyiapkan pembelajaran yang
tidak mengidentifikasi siswa memahami memungkinkan siswa menguasai konsep terkait
konsep atau hanya menebak jawaban. Karena dengan pengalaman belajar yang diperolehnya
hal tersebut, maka banyak siswa yang selama mengikuti proses pembelajaran (Laliyo,
mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran 2011).
(Khairunnisa & Prodjosantoso, 2020). Miskonsepsi mengacu pada
Guru harus memastikan bahwa siswa ketidaksesuaian konsep pemahaman siswa
telah menerima konsep dengan baik dan benar. dengan pemahaman ilmiah oleh para ahli.

©2022 by Jambura Journal of Educational Chemistry Volume 4, Nomor 1, Februari 2022 (PP. 51-56)
Department of Chemistry, Universitas Negeri Gorontalo - Indonesian
52 Jambura Journal of Educational Chemistry, Vol. 4, No. 1, Februari 2022

Dengan kata lain, miskonsepsi yaitu adalah konsep yang mungkin sulit dipelajari
kesalahpahaman konsep pola pikir dengan oleh siswa. Konsep ini penting karena semua
pemahaman ilmiah. Miskonsepsi disebabkan reaksi kimia memiliki pereaksi pembatas
oleh beberapa faktor seperti kesulitan untuk (Richter, 1985). Seperti yang diungkapkan oleh
menyesuaikan cara berpikir baru, sulit Sudarmo (2013) (dalam Valentie, 2019)
menerima sudut pandang lain serta pereaksi pembatas merupakan campuran antara
mempertahankan pemahaman mereka. Selain zat-zat pereaksi yang salah satu diantara zat-zat
itu faktor lain seperti kemampuan guru dalam pereaksi tersebut merupakan zat pereaksi yang
mengajar, kemampuan siswa dalam habis bereaksi terlebih dahulu yang membatasi
memahami, buku teks dan beberapa hal yang hasil reaksi. Seringkali dalam pencampuran
berasal dari kehidupan siswa. Munculnya zat-zat pereaksi, terjadi ketidaksamaan
miskonsepsi ini dimulai dari konsep awal siswa perbandingan jumlah mol dengan perbandingan
sebelum memulai pembelajaran, yang disebut koefisien reaksinya. Oleh karena itu, salah satu
dengan prakonsepsi. Prakonsepsi berasal dari zat pereaksinya akan habis terlebih dahulu,
pemahaman konsep awal siswa yang terbatas sedangkan zat pereaksi yang lainnya akan
untuk mencari informasi yang diberikan oleh tersisa.
guru atau buku teks (Medina, 2017). Adanya Selama ini miskonsepsi siswa
prakonsepsi yang salah pada pembelajaran tentang pereaksi terbatas tergolong kurang
kimia dapat berpotensi dalam berkembangnya baik, yaitu siswa telah mampu menghitung
miskonsepsi. Oleh karena itu, mengetahui jumlah mol zat pereaksi, tetapi tidak dapat
miskonsepsi yang dimiliki siswa menjadi menentukan zat mana yang merupakan zat
sangat penting agar nantinya bisa diupayakan pereaksi pembatas dan pereaksi sisa dalam
model pembelajaran yang sesuai untuk suatu reaksi. Bentuk miskonsepsi ini didukung
mencegah dan mengurangi miskonsepsi oleh penelitian Aini et al., (2016) menunjukkan
(Pikoli, 2020). bahwa salah satu paham miskonsepsi yang
Miskonsepsi pada ilmu kimia bisa ditemukan dalam penelitiannya yaitu siswa
menyebabkan kurang berhasilnya siswa dalam menganggap pereaksi pembatas merupakan
menerapkan konsep tersebut karena pada suatu zat pereaksi yang ditandai dengan massa
akhirnya siswa akan gagal dalam mempelajari terkecil.
konsep-konsep kimia. oleh karena itu perlu Berdasarkan dari hasil penjelasan
dilakukan upaya untuk mencegah, diatas, maka peneliti tertarik melakukan
menghilangkan atau mereduksi miskonsepsi penelitian mengenai analisis miskonsepsi siswa
(Pikoli & Sihaloho, 2014) pada materi Pereaksi Pembatas pada siswa.
Materi pereaksi pembatas terdapat
dalam bagian materi Stoikiometri yang METODE PENELITIAN
dipelajari pada subbab terakhir. Kurangnya Jenis Penelitian
pemahaman tentang sejumlah konsep yang Jenis penelitian yang digunakan pada
terkait dalam stoikiometri, maka materi ini penelitian ini adalah deskriptif. Pendekatan
kuantitatif deskriptif adalah salah satu jenis
dianggap sulit bagi siswa sehingga berpengaruh
penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara
terhadap kemampuan dalam memecahkan
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan
masalah yang terkait dalam stoikiometri sifat populasi tertentu, atau mencoba
(Shadreck & Enunuwe, 2018). Dalam menggambarkan fenomena secara detail (Yusuf,
pembelajaran kimia, konsep pereaksi pembatas 2016)
53 Jambura Journal of Educational Chemistry, Vol. 4, No. 1, Februari 2022

Waktu dan Tempat Penelitian P2 = persentase jumlah siswa yang


Penelitian ini dilaksanakan pada semester miskonsepsi
ganjil tahun ajaran 2021/2022. Penelitian akan S2 = banyaknya siswa yang miskonsepsi
dilakukan di MAN 1 Kota Gorontalo yang P3 = persentase jumlah siswa yang tidak
beralamat di Jalan Poigar No 26, Kelurahan paham konsep
Molosipat U, Kecamatan Sipatana. S3 = banyaknya siswa yang tidak paham
konsep
Populasi dan Sampel JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa
kelas XI IPA MAN 1 Kota Gorontalo yang terdaftar HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahun Ajaran 2021/2022 yang berjumlah 178 Deskripsi Hasil Penelitian
siswa. Berikut ini disajikan diagram persentase
rata-rata keseluruhan siswa yang mengalami
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data miskonsepsi dan persentase rata-rata setiap
Instrumen yang digunakan dalam penelitian indikator kategori jawaban siswa yang terdiri atas
yaitu Three Tier Multiple Choice. Teknik miskonsepsi 1, miskonsepsi 2, dan miskonsepsi 3
pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dilihat pada Gambar berikut.
pemberian tes.
Teknik Analisis Data Miskonsepsi (%) 34.6
Teknik analisis data yang digunakan dalam
Persentase

penelitian ini adalah menggunakan analisis


deskriptif, yaitu menganalisis data dari hasil tes 12.2
9.4
diagnostik three-tier multiple choice, kemudian
dianalisis dengan cara menghitung nilai dan
menghitung persentasi atau jumlah siswa yang Miskonsepsi 1Miskonsepsi 2Miskonsepsi 3
menjawab benar dan jumlah siswa yang menjawab
salah pada setiap soal tersebut. Dalam menghitung Gambar 1. Persentase Miskonsepsi pada Materi
persentase tersebut digunakan persamaan 1 sebagai Pereaksi Pembatas
berikut:
𝑋 47.8
43.6
Persentase Miskonsepsi

P = 𝐽𝑆 x 100% (1)
34.3
29.8

Keterangan :
27.5

24.7
18.5
18.0
14.6

14.6
14.0
(%)

10.9
10.7

P = persentase siswa yang menjawab benar


8.4
6.6

5.1
4.7

4.0

pada soal tertentu


X = jumlah siswa yang menjawab benar pada
soal tertentu
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Setelah semua data tes miskonsepsi siswa
diperoleh, kemudian data dihitung persentase setiap
masing-masing kriterianya dengan persamaan 2 Gambar 2. Persentase Miskonsepsi Setiap Indikator
sebagai berikut : Pada Materi Pereaksi Pembatas
𝑆(1,2,3)
P(1,2,3) = x 100 % (2) Keterangan :
𝐽𝑆
Miskonsepsi 1 (MK1)
Keterangan :
Miskonsepsi 2 (MK2)
P1 = persentase jumlah siswa yang paham
Miskonsepsi 3 (MK3)
konsep
S1 = banyaknya siswa yang paham konsep
54 Jambura Journal of Educational Chemistry, Vol. 4, No. 1, Februari 2022

Pembahasan yang habis bereaksi terlebih dahulu dengan pereaksi


a. Analisis Miskonsepsi Pada Indikator lainnya dan menjadi pembatas bagi reaksi tersebut.
Menyetarakan Persamaan Reaksi Sedangkan pereaksi berlebih merupakan zat
Pada indikator ini rata-rata siswa yang pereaksi yang tidak habis bereaksi atau bersisa.
mengalami miskonsepsi 1 (MK 1) sebesar 14,6%, Pada konsep ini, siswa tidak dapat membedakan
siswa yang mengalami Miskonsepsi 2 (MK 2) antara pereaksi pembatas maupun pereaksi berlebih.
sebesar 10,7% dan siswa yang mengalami c. Analisis Miskonsepsi Pada Indikator
miskonsepsi 3 (MK 3) sebesar 29,8%. Pada konsep Mengurutkan langkah-langkah untuk
ini sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi 3 menentukan Pereaksi Pembatas
(MK3). Berdasarkan jawaban yang diberikan, Pada indikator ini rata-rata siswa yang
Siswa cenderung menebak mengenai menyetarakan mengalami miskonsepsi 1 (MK 1) sebesar 18,0%,
persamaan reaksi. Secara umum, miskonsepsi yang siswa yang mengalami miskonsepsi 2 (MK 2)
terjadi pada indikator ini adalah siswa menganggap sebesar 14,0% dan siswa yang mengalami
bahwa pada persamaan reaksi yang disetarakan miskonsepsi 3 (MK 3) sebesar 34,3%. Pada konsep
adalah jumlah koefisien ruas kiri (reaktan) dan ruas ini sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi 3
kanan (produk) sama, padahal konsep yang benar (MK3). Miskonsepsi yang terjadi pada indikator ini
seharusnya yang disetarakan adalah jumlah atom adalah siswa menganggap bahwa urutan langkah-
pada reaktan dan produk harus sama. Pola jawaban langkah yang benar untuk menentukan pereaksi
siswa lainnya adalah siswa menganggap bahwa jika pembatas yaitu dimulai dengan jumlah mol masing-
jumlah atom ruas kiri (reaktan) lebih besar daripada masing pereaksi dibagi dengan koefisien. Pola
ruas kanan (produk), maka menandakan jika reaksi jawaban siswa yang lain yaitu siswa menganggap
sudah setara. Selain itu, dilihat dari jawaban yang bahwa untuk menentukan pereaksi pembatas yaiu
diberikan, siswa menganggap bahwa koefisien dengan menentukan jumlah mol masing-masing
merupakan jumlah atom. Adanya miskonsepsi pada pereaksi terlebih dahulu. Konsep yang benar yaitu
soal ini membuktikan bahwa siswa tidak dapat dengan menyetarakan persamaan reaksi terlebih
memahami konsep dengan baik. dahulu, kemudian jumlah mol masing-masing
b. Analisis Miskonsepsi Pada Indikator pereaksi dibagi dengan koefisien, selanjutnya
Pengertian Pereaksi Pembatas dan Pereaksi menentukan jumlah mol masing-masing pereaksi,
Berlebih kemudian hasil bagi yang lebih kecil merupakan
Pada indikator ini rata-rata siswa yang pereaksi pembatas. Pada konsep ini, siswa tidak bisa
mengalami miskonsepsi 1 (MK 1) sebesar 10,9%, mengurutkan dengan tepat langkah-langkah untuk
siswa yang mengalami miskonsepsi 2 (MK 2) menentukan pereaksi pembatas.
sebesar 4,7% dan siswa yang mengalami d. Analisis Miskonsepsi Pada Indikator
miskonsepsi 3 (MK 3) sebesar 27,5%. Pada konsep Menentukan Pereaksi Pembatas dan
ini sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi 3 Pereaksi Berlebih
(MK3). Secara umum siswa cenderung salah Pada indikator ini rata-rata siswa yang
membedakan pereaksi pembatas dan pereaksi mengalami miskonsepsi 1 (MK 1) sebesar 6,6%,
berlebih. Miskonsepsi pada indikator ini adalah siswa yang mengalami miskonsepsi 2 (MK 2)
siswa menganggap bahwa pereaksi pembatas adalah sebesar 4,0% dan siswa yang mengalami
spesi yang bereaksi sebagian dengan pereaksi lain miskonsepsi 3 (MK 3) sebesar 43,6%. Pada konsep
membentuk reaksi sedangkan pereaksi berlebih ini sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi 3
adalah spesi yang habis bereaksi dengan pereaksi (MK3). Siswa cenderung sulit untuk memahami
lainnya. Pola jawaban siswa lainnya adalah siswa spesi yang merupakan pereaksi pembatas dan
menganggap bahwa pereaksi pembatas dan pereaksi pereaksi berlebih. Secara umum, miskonsepsi pada
berlebih yaitu zat pereaksi yang tidak bereaksi indikator ini adalah siswa menganggap untuk
dengan zat pereaksi lainnya. Konsep yang benar menentukan pereaksi pembatas dapat dilihat pada
yaitu pereaksi pembatas merupakan zat pereaksi hasil produk reaksi sedangkan pereaksi berlebih
55 Jambura Journal of Educational Chemistry, Vol. 4, No. 1, Februari 2022

dilihat dari reaktan. Konsep yang benar untuk menjawab bahwa rumus untuk mencari mol
menentukan pereaksi pembatas yaitu dilihat dari zat pereaksi pembentuk yaitu
pereaksi yang habis bereaksi terlebih dahulu dan mol yang ditanya
pereaksi pembentuk (H2O) = ×
koefisien pereaksi pembatas
menjadi pembatas dari reaksi tersebut. Sedangkan
mol yang diketahui
pereaksi berlebih yaitu zat pereaksi yang tidak habis
Pola jawaban siswa yang lain adalah siswa
bereaksi atau bersisa.
menjawab bahwa rumus mol pereaksi pembentuk
e. Analisis Miskonsepsi Pada Indikator
adalah
Menghitung Mol Zat Pereaksi Berlebih mol yang ditanya
Pada indikator ini rata-rata siswa yang Mol pereaksi pembentuk (H2O) = ×
mol yang diketahui
mengalami miskonsepsi 1 (MK 1) sebesar 5,1%, koefisien pereaksi pembatas.
siswa yang mengalami miskonsepsi 2 (MK 2) Konsep rumus yang benar yaitu
sebesar 8,4% dan siswa yang mengalami Mol reaksi pembentuk (H2O) =
miskonsepsi 3 (MK 3) sebesar 47,8%. Pada konsep koefisien yang ditanya
× mol yang diketahui
ini sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi 3 koefisien pereaksi pembatas

(MK3). Miskonsepsi pada indikator ini adalah siswa Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa
cenderung salah terhadap rumus serta perhitungan yang mengalami miskonsepsi pada indikator ini.
pada mol zat pereaksi berlebih dimana setelah Ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal
ditelusuri kebanyakan dari hasil tes siswa menjawab perhitungan bukan berarti mereka semua
mol pereaksi sisa miskonsepsi akan tetapi mereka kurang paham. Jika
bahwa mol pereaksi tersisa = .
mol pereaksi pembatas mereka memiliki bekal konsep yang baik, maka
Pola jawaban siswa lainnya menganggap bahwa mereka bisa menjawab soal perhitungan dengan
rumus mol pereaksi tersisa yaitu mol pereaksi sisa baik dan benar.
dikali mol pereaksi pembatas. Padahal rumus yang
benar yaitu mol pereaksi tersisa yaitu mol pereaksi KESIMPULAN
sisa dikurangi dengan mol pereaksi pembatas. Hal Rata-rata siswa kelas XI IPA MAN 1 Kota
ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang Gorontalo mengalami miskonsepsi. Hal ini dapat
mengalami miskonsepsi pada indikator ini. dilihat pada analisis data rata-rata siswa yang
Ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal mengalami miskonsepsi diseluruh indikator untuk
perhitungan bukan berarti mereka semua kategori Miskonsepsi 1 (MK1) sebesar 12,2%,
miskonsepsi akan tetapi mereka kurang paham. Jika untuk kategori miskonsepsi 2 (MK2) sebesar 9,4%
mereka memiliki bekal konsep yang baik, maka dan untuk miskonsepsi 3 (MK3) sebesar 34,6%.
mereka bisa menjawab soal perhitungan dengan
baik dan benar. UCAPAN TERIMA KASIH
f. Analisis Miskonsepsi Pada Indikator Terima kasih kepada semua pihak yang
Menghitung Jumlah Mol Dari Reaksi telah membantu dalam penulisan artikel ini
Pembentuk sehingga artikel ini dapat tersusun dengan baik.
Pada indikator ini rata-rata siswa
mengalami miskonsepsi 1 (MK 1) sebesar 18,5%, DAFTAR PUSTAKA
siswa yang mengalami miskonsepsi 2 (MK 2) Aini, R. G., Ibnu, S., & Budiasih, E. (2016).
sebesar 14,6% dan siswa yang mengalami Identifikasi Miskonsepsi Dalam Materi
Stoikiometri Pada Siswa Kelas X Di Sman 1
miskonsepsi 3 (MK 3) sebesar 24,7%. Pada konsep
Malang Melalui Soal Diagnostik Three-Tier.
ini sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi 3 Jurnal Pembelajaran Kimia (J-PEK), 01(2),
(MK3). Miskonsepsi pada indikator ini adalah siswa 50.
cenderung tidak paham terhadap rumus serta
Khairunnisa, K., & Prodjosantoso, A. (2020).
perhitungan pada mol zat reaksi pembentuk dimana Analysis of Students Misconception in
setelah ditelusuri kebanyakan dari hasil tes siswa Chemical Equilibrium Material Using Three
Tier Test. JTK (Jurnal Tadris Kimiya), 5(1),
56 Jambura Journal of Educational Chemistry, Vol. 4, No. 1, Februari 2022

71–79. Pikoli, M., & Sihaloho, M. (2014). Implementasi


Pembelajaran dengan Menginterkoneksikan
Laliyo, L. A. R. (2011). Model Mental Siswa Dalam
Multipel Representasi pada Materi Hidrolisis
Memahami Perubahan Wujud Zat. Jurnal
Garam untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa.
Penelitian Dan Pendidikan, 8(1), 1–12.
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unnesa,
Lukum, A., Mohamad, E., Tamalu, M. S., Sukamto, September, 87–97.
K., & Paramata, Y. (2019). Effect of problem
Richter, E. (1985). Science Notes - Limiting
solving learning models on self-confidence
Reactants. 22(2).
and student learning outcomes on topics of
reduction-oxidation. Journal of Physics: Shadreck, M., & Enunuwe, O. C. (2018). Recurrent
Conference Series, 1317(1). Difficulties: Stoichiometry problem-solving.
African Journal of Educational Studies in
Medina, P. (2017). Analisis Miskonsepsi Siswa
Mathematics and Sciences, 14(0), 25-31–31.
kelas X pada Materi Larutan Elektrolit dan
Non Elektrolit serta Reaksi Oksidasi dan Valentie, I. (2019). Pemahaman Konsep Pereaksi
Reduksi dalam Pembelajaran Kimia di SMAN Pembatas Hasil Pembelajaran Kimia
10 Kota Padang. Journal Of Residu, 1(1), 73– Menggunakan LKS-Induktif Pada Siswa
84. Kelas X. Journal of Chemical Information and
Modeling.
Pikoli, M. (2020). Using Guided Inquiry Learning
with Multiple Representations to Reduce Yusuf, M. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif,
Misconceptions of Chemistry Teacher Kualitatif & Penelitian. Kencana, Premada
Candidates on Acid-Base Concept. Media Grup.
International Journal of Active Learning,
5(1), 1–10.

Anda mungkin juga menyukai