Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA DAN FAKTOR PENYEBABNYA PADA

PEMBELAJARAN KIMIA DI KABUPATEN SORONG


1
Febrian Andi Hidayat
Mustika Irianti2
Fathurrahman3
1,2,3
Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong
1
febrianandi12@gmail.com
2
zteccanism@gmail.com
fathurphysics@gmail.com3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep


siswa SMA di Kabupaten Sorong pada pembelajaran kimia, besar miskonsepsi,
serta faktor penyebab miskonsepsi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu tes diagnostik disertai tingkat keyakinan jawaban (TKJ) yang disederhakan
dari metode CRI. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu 13% siswa
memahami konsep pada konsepsi yang diujikan, 63,06% siswa tidak memahami
konsep, serta 23,94% siswa mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi terjadi pada
seluruh konsepsi yang diujikan, dengan persentase miskonsepsi terendah pada
konsepsi partikel penyusun atom dan teori asam basa Bronsted-Lowry dengan
besar persentasi 7,41%. Konsepsi dengan miskonsepsi terbesar yaitu pada partikel
penyusun materi dengan angka persentase sebesar 48,15%. Faktor penyebab
miskonsepsi sebesar 76,92% disebabkan oleh pemahaman siswa sendiri,
sedangkan faktor penyebab oleh guru sebesar 15,38% dan buku referensi sebesar
7,69%. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan data bahwa pembelajaran kimia
yang diikuti oleh siswa di Kabupaten Sorong kurang menekankan pada
penanaman konsep, akan tetapi lebih pada penyelesaian soal dan aplikatif lainnya,
sehingga perlu untuk lebih menekankan lagi pada penanaman konsep. Konsep-
konsep dalam kimia saling berkaitan satu dengan lainnya, sehingga jika tidak
dipahami dengan baik akan mengganggu konsep lainnya.

Kata Kunci: Tingkat Pemahaman Konsep, Miskonsepsi, Kimia, TKJ.

i
PENDAHULUAN (Hidayat, 2017). Kurangnya minat siswa
Pendidikan adalah kegiatan dalam pembelajaran kimia juga akibat dari
pengubahan pola pikir manusia yang kurang variatifnya metode yang digunakan
bertujuan untuk mengubah kehidupan oleh pendidik dalam pembelajaran kimia di
manusia menjadi lebih baik. Tujuan SMA. Siswa dalam proses pembelajaran
tersebut dapat dicapai melalui belajar. memiliki dasar dalam membangun
Belajar adalah sebuah proses yang dialami konsepnya sendiri, hal yang sama juga
manusia dalam menciptakan hubungan terjadi pada pembelajaran kimia di SMA.
antara pengetahuan yang dipahaminya Sebagaimana sudut filsafat konstruktivisme
dengan pengetahuan baru (Robbins dalam yang mengemukakan bahwa pengetahuan
Trianto, 2009). Seseorang dapat belajar dibangun sendiri oleh siswa berdasarkan
melalui pendidikan formal, informal, dan pola pikirnya dengan bantuan guru. Guru
nonformal. Penyelenggara pendidikan mengajarkan materi pelajaran dan siswa
formal salah satunya adalah sekolah. memahami materi tersebut sesuai
Sekolah memiliki dua komponen penting kemampuannya. Kemampuan siswa yang
yang saling berkaitan satu sama, yaitu guru berbeda-beda dalam mengolah dan
dan siswa. Siswa memperoleh pengetahuan mencerna materi ajar dapat menyebabkan
dari guru. Pengetahuan tersebut dapat munculnya pengetahuan yang berbeda juga.
dilengkapi dengan membaca buku Pengetahuan yang dibangun siswa tersebut
pegangan untuk tiap mata pelajaran. ada yang tidak sesuai dengan konsep yang
Bagian dari ilmu pengetahuan yang sebenarnya (Suparno, 2005). Kemampuan
dipelajari oleh siswa di sekolah yaitu IPA siswa yang terbatas dalam mengolah dan
dan IPS. IPA dipelajari oleh siswa di mencerna materi ajar dapat menyebabkan
tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah pengetahuan yang dibangun siswa tidak
Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah lengkap. Penyebabnya adalah ketika
Menengah Atas (SMA). Mata pelajaran IPA membangun pengetahuannya, siswa
yang diajarkan di SMA terbagi atas tiga mencampurkan dengan gagasan lain yang
bagian, yaitu Biologi, Fisika, dan Kimia. kebetulan dialaminya. Keadaan demikian
Kimia adalah ilmu yang mempelajari menyebabkan terjadinya miskonsepsi
tentang susunan materi, struktur, sifat, (Suparno, 2005). Miskonsepsi adalah
perubahan, energi yang menyertai pemahaman yang menyimpang dari konsep
perubahan dan reaksi yang dialami oleh sebenarnya, atau dalam kata lain memahami
materi (Purba, 2006). Mata pelajaran kimia benar konsep yang salah (Hidayat, 2014).
dipelajari oleh siswa di kelas X, XI IPA,
dan XII IPA. Ketuntasan siswa dalam Berdasarkan penelitian yang telah
pembelajaran kimia jika mampu mencapai dilakukan, miskonsepsi terjadi pada semua
nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran yang lebih menekankan pada
yang telah ditentukan oleh Musyawarah pemahaman konsep (kimia, fisika, dan
Guru Mata Pelajaran (MGMP) kimia di tiap biologi) dengan persentase yang berbeda.
sekolah. Hasil penelitian oleh Muchtar (2012)
Pembelajaran kimia menjadi pelajaran dengan judul “Analyzing of Student’s
yang kurang diminati siswa, hal ini Misconception on Acid-Base Chemistry at
dikarenakan pembelajaran kimia terdiri dari Senior High School in Medan”,
konsep-konsep yang bersifat abstrak menunjukkan bahwa adanya miskonsepsi

2
pada pokok bahasan asam basa. Sampel dalam penelitian ini yaitu
Miskonsepsi juga terjadi pada materi perwakilan SMA Negeri dan Swasta dari
struktur atom dengan persentase sebesar daerah pinggiran dan pusat Kabupaten
22,48% di SMA Muhammadiyah Jayapura Sorong.
(Hidayat, 2017). Sebesar 20% siswa
mengalami miskonsepsi pada materi sistem F. Teknik Pengumpulan Data
periodik unsur di SMA YPPK Teruna Bakti Pengumpulan data yang dilakukan
Jayapura (Wirawati, 2014), serta materi pada penelitian ini menggunakan tes dan
ikatan kimia sebesar 21% di SMA Negeri 1 wawancara. Metode tes yang digunakan
Sentani (Pangalinan, 2014). Sebagian besar berupa tes diagnosis yang bertujuan untuk
penelitian menyatakan bahwa penyebab mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada
utama miskonsepsi berasal dari pemahaman materi larutan asam dan basa. Tes diagnosis
siswa sendiri dan berasal dari guru. ini berupa soal pilihan ganda dengan alasan
Miskonsepsi siswa serta faktor terbuka yang dilengkapi dengan tingkat
penyebabnya pada pembelajaran kimia keyakinan jawaban (TKJ). Langkah –
SMA di Kabupaten Sorong sangat penting langkah pembuatan instrumen dilakukan
dilakukan. Analisis terhadap miskonsepsi sebagai berikut ini. Tahapan-tahapan yang
dan faktor penyebabnya menjadi informasi dilaukan untuk memperoleh data dengan
yang sangat berguna bagi perbaikan proses instrumen tes, yaitu sebagai berikut:
pembelajaran yang dilakukan oleh guru 1. Menyusun instrumen penelitian (soal tes
pada mata pelajaran kimia. diagnosis)
Tahapan yang dilakukan dalam
METODE PENELITIAN penyusunan soal tes meliputi:
A. Jenis Penelitian a. Menyusun tujuan pembelajaran.
Penelitian ini adalah penelitian b. Menyusun soal berdasarkan kisi-kisi
deskriptif yang bersifat noneksperimen tes dan tujuan pembelajaran.
dengan mendeskripsikan data-data yang c. Menyusun kisi-kisi tes berdasarkan
diperoleh dari hasil tes siswa pada validasi ahli.
pembelajaran kimia. 2. Validasi Ahli
B. Lokasi Penelitian a. Instrumen divalidasi oleh dosen
Penelitian ini dilakukan di SMA yang program studi pendidikan IPA lain.
ada di kabupaten sorong. b. Instrumen diperbaiki berdasarkan
hasil validasi ahli.
C. Variabel Penelitian c. Pelaksanaan tes kepada subjek
Variabel dalam penelitian ini yaitu penelitian.
miskonsepsi siswa, faktor penyebab, dan d. Memberikan skor pada lembar
pembelajaran kimia. jawaban siswa dengan kriteria pada
Tabel 1.
D. Populasi Tabel 1. Kriteria Pemberian Skor
Populasi dalam penelitian ini adalah Jawaban
siswa SMA yang telah mempelajari kimia Bentuk Soal Skor Keterangan
di seluruh SMA seKabupaten Sorong. Jika jawaban
1
Pilihan benar
E. Sampel Jika jawaban
ganda
0
salah

3
e. Mengidentifikasi siswa yang paham Rumus menghitung rata-rata keseluruhan
konsep (PK), miskonsepsi (M), dan tiap tingkat pemahaman siswa adalah
tidak paham konsep (TPK) sebagai berikut:
% PK = Jumlah siswa yang paham konsep tiap konsep x 100 % Jumlah konsep keseluruhan

berdasarkan jawaban dan TKJ yang %TPK=


Jumlah siswa yang tidak paham konsep tiap konsep x 100 % Jumlah konsep keseluruhan
% M = Jumlah siswa yang miskonsepsi tiap konsep x 100 % Jumlah konsep keseluruhan

dipilih oleh siswa dari tes yang


dilakukan. Persentasi TPS kemudian disajikan
f. Menyusun pedoman wawancara dan dalam bentuk tabel. Tinggi rendahnya
menyesuaikan dengan miskonsepsi persentasi tingkat pemahaman siswa dapat
yang terjadi pada siswa. diukur dengan berpatokan pada Tabel 3.2
g. Melakukan wawancara pada siswa- (Surapranata, 2004: 59).
siswa yang teridentifikasi
mengalami miskonsepsi untuk Tabel 2. Kriteria Berdasarkan Persentasi
mengetahui informasi yang lebih No Rentang Persentasi
mendalam tentang miskonsepsi Miskonsepsi
siswa dan faktor-faktor penyebab 1. Sangat Rendah 0% - 20%
miskonsepsi. 2. Rendah 21% - 40%
h. Melakukan wawancara mengenai 3. Sedang 41% - 60%
pembelajaran yang telah dilakukan.
4. Tinggi 61% - 80%
5. Sangat Tinggi 81% - 100%
G. Teknik Analisis Data
Jawaban yang diperoleh dari hasil
Data yang diperoleh dari hasil tes
tes diagnosis dan hasil wawancara dengan
diagnosis dianalisis dengan analisis
siswa dapat dideskripsikan miskonsepsi
deskriptif, yaitu dengan cara
yang dialami oleh siswa dan faktor-faktor
mendeskripsikan atau memaparkan
yang mempengaruhinya pada materi
miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas
Larutan Asam dan Basa. Hasil pengolahan
SMA di Kabupaten Sorong pada
data dan analisis deskriptif dijadikan
pembelajaran Kimia. Analsis miskonsepsi
sebagai dasar untuk menarik kesimpulan
siswa juga dilakukan melalui data yang
berdasarkan permasalahan yang ada pada
diperoleh sebelumnya. Tingkat pemahaman
rumusan masalah.
siswa digolongkan menjadi paham konsep
(PK), miskonsepsi (M), dan tidak paham HASIL DAN PEMBAHASAN
konsep (TPK). Persentasi siswa untuk tiap A. Data hasil analisis tingkat
konsep dianalisis menggunakan rumus pemahaman peserta didik pada
sebagai berikut: seluruh materi yang diujikan
% PK = Jumlah siswa yang paham konsep x 100 % Jumlah total siswa
%M= Jumlah siswa yang miskonsepsi x 100 % Jumlah total siswa Identifikasi miskonsepsi menggunakan
%TPK= Jumlah siswa yang tidak paham konsep
x 100 % tes diagnosis yang dilakukan pada siswa
Jumlah total siswa

SMA se Kabupaten Sorong tahun akademik


Keterangan : 2019/2020 untuk materi struktur atom
PK : Paham konsep menghasilkan data peserta didik yang
M : Miskonsepsi paham konsep sebanyak 13,00% dan
TPK : Tidak paham konsep peserta didik yang tidak paham konsep
sebesar 87,00% (didalamnya termasuk yang

4
mengalami miskonsepsi). Persentase 8 Nomor atom 48,15 11,11 33,33
peserta didik untuk yang paham konsep 9 Nomor massa 44,44 22,22 22,22
(PK), tidak paham konsep (TPK), dan
10 Isotop 62,96 7,41 18,52
miskonsepsi (M) dapat dilihat pada Gambar
1. 11 Isobar 70,37 0,00 18,52
12 Isoton 66,67 7,41 18,52
13 Massa atom
59,26 11,11 18,52
80% relatif
14 Konfigurasi
60% berdasarkan 59,26 18,52 11,11
40% kulit atom
20% 15 Sistem periodik 66,67 3,70 18,52
Moseley
0% 16 Sistem periodik 51,85 11,11 25,93
% Siswa % Siswa tidak % siswa unsur
paham paham miskonsepsi
konsep konsep 17 Sifat periodik 55,56 11,11 22,22
B. 18 Jari-jari atom 51,85 11,11 25,93
Gambar 4.1. Persentase tingkat pemahaman 19 Energi ionisasi 70,37 7,41 11,11
siswa 20 Keterkaitan
energi ionisasi
59,26 7,41 22,22
B. Data hasil analisis tingkat dengan jari-jari
pemahaman peserta didik pada tiap atom
konsepsi 21 Afinitas
77,78 3,70 7,41
elektron
Data yang dihasilkan dari analisis 22 Harga afinitas
tingkat pemahaman peserta didik untuk 54 62,96 7,41 18,52
elektron
konsepsi yang diujikan pada materi struktur 23 Keelektronegati 51,85 3,70 33,33
atom, sistem periodik unsur, stoikiometri, fan
dan asam-basa dapat dilihat pada Tabel 3. 24 Kereaktifan
51,85 7,41 29,63
unsur
25 Stoikiometri 55,56 3,70 29,63
26 Rumus kimia 48,15 25,93 14,81
Tabel 3. Persentase tingkat 27 Partikel materi 37,04 3,70 48,15
pemahaman siswa
28 Senyawa biner 62,96 3,70 22,22
Persentase (%) 29 Persamaan
Konsep yang 51,85 18,52 18,52
No TPK PK M reaksi
dianalisis
30 Reaksi
1 Teori atom 40,47 22,22 25,93 pembentukan 44,44 7,41 37,04
dalton gas CO2
2 Elektron 48,15 14,81 25,93 31 Koefisien
55,56 18,52 14,81
reaksi
3 Proton 55,56 14,81 18,52 32 Hukum
62,96 7,41 18,52
4 Muatan atom 29,63 25,93 33,33 Lavoisier
33 Penerapan
5 Neutron 59,26 7,41 22,22 hukum 66,67 11,11 14,81
6 Partikel lavoisier
11,11 70,37 7,41
penyusun atom 34 Hukum Proust 59,26 3,70 25,93
7 Teori atom
mekanika 35 Penerapan
44,44 18,52 25,93 55,56 7,41 25,93
kuantum elektrolisis
(orbital)

5
36 Hukum Dalton 48,15 11,11 29,63
37 Hukum 80.00%
62,96 3,70 22,22
Gaylussac 70.00%
38 Hipotesis 60.00%
66,67 3,70 22,22 50.00%
Avogadro
40.00%
39 Massa molekul 30.00%
59,26 7,41 22,22
relatif 20.00%
40 Penentuan 10.00%
Massal molekul 62,96 11,11 14,81 0.00%
relatif
41 Konsep mol 70,37 7,41 11,11
42 Penerapan
66,67 3,70 18,52
konsep mol
43 Molaritas 55,56 11,11 22,22
44 Penerapan
59,26 7,41 22,22
molaritas Gambar 4.2. Persentase faktor penyebab
45 Persen massa 77,78 0,00 11,11 miskonsepsi yang dialami mahasiswa
46 Pereaksi
74,07 0,00 14,81 dimana, PS : pemahaman sendiri; BR :
pembatas buku referensi; PG : penjelasan guru.
47 Asam – Basa
66,67 7,41 18,52
Arrhenius
48 Asam d. Pembahasan
62,96 11,11 14,81 Penelitian yang telah dilakukan
Monoprotik
49 Basa diprotik 74,07 0,00 14,81 menunjukkan bahwa tingkat pemahaman
50 Asam Bronsted siswa SMA di Kabupaten Sorong pada
70,37 7,41 11,11
– Lowry pembelajaran kimia sebagian besar
51 Basa Bronsted
81,48 0,00 7,41 termasuk dalam kategori tidak paham
– Lowry konsep sebagaimana data pada gambar 1
52 Asam – Basa dengan persentase sebesar 63,06%. Siswa
62,96 14,81 11,11
Lewis
53 Sifat asam dan
yang mengalami miskonsepsi sebanyak
66,67 3,70 18,52 23,94% dan siswa yang paham konsep
basa
54 pH larutan 62,96 14,81 11,11 sebesar 13%. Rendahnya pemahaman siswa
Keterangan : - TPK (tidak paham konsep), terhadap konsep yang dipelajari merupakan
PK (paham konsep), dan M bentuk dari ketidak sempurnaan siswa
(miskonsepsi). dalam mengkonstruksi konsepnya sendiri.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan
kepada siswa yang masuk dalam kategori
C. Faktor-faktor Penyebab Miskonsepsi tidak paham konsep didapatkan informasi
Berdasarkan analisis data yang bahwa pembelajaran kimia yang dialaminya
dilakukan, didapatkan alasan/ sumber/ lebih menekankan kepada penyelesaian
penyebab dari miskonsepsi siswa dapat soal, sehingga penekanan terhadap konsep
dilihat pada gambar 2. yang penting untuk dilakukan, sehingga
siswa kesulitan memahami konsepsi yang
sedang dipelajari. Konstruktivistik pada
prosesnya, siswa perlu didukung oleh
pendidik dalam hal strategi/model/metode
maupun media yang sesuai untuk
terbentuknya konsepsi yang

6
tepat. Rendahnya dukungan pendidik tersebut menandakan bahwa sangat
maupun sarana prasarana terhadap proses diperlukan penekanan terhadap pemahaman
konstruksi suatu konsep oleh siswa akan konsep kepada siswa, sehingga siswa dapat
menyebabkan kesalahan yang dapat memahami konsep lainnya serta
mengakibatkan miskonsepsi. menghubungkan antar satu konsep ke
Penelitian yang dilakukan didapatkan konsep lain.
data bahwa siswa mengalami miskonsepsi Terdapat dua variasi jawaban pada
pada konsepsi-konsepsi yang diujikan peserta didik yang mengalami miskonsepsi
dengan nilai persentase sebesar 23,94% pada konsepsi yang diujikan, yaitu berpusat
atau tergolong rendah. Nilai miskonsepsi pada salah satu pilihan jawaban dan
yang rendah tersebut merupakan rata-rata menyebar pada beberapa pilihan jawaban.
miskonsepsi dari keseluruhan siswa yang Pilihan jawaban peserta didik yang berpusat
diuji. Hasil uji miskonsepsi juga pada salah satu pilihan jawaban
menunjukkan terdapat satu siswa dengan menunjukkan bahwa miskonsepsi yang
persentase miskonsepsi sebesar 64,81% dimiliki peserta didik cenderung mirip,
atau tergolong tinggi. Berdasarkan sedangkan pada pilihan jawaban yang
wawancara terhadap siswa tersebut, menyebar pada beberapa pilihan jawaban
didapatkan informasi bahwa terjadi menunjukkan bahwa peserta didik memiliki
kesalahan dalam membangun konsepnya miskonsepsi yang berbeda-beda.
dan tidak diketahui oleh pendidiknya, Penyebab miskonsepsi diidentifikasi
sehingga menyebabkan terjadinya berdasarkan pilihan jawaban tertulis siswa
miskonsepsi dengan persentase yang tinggi. dan dilanjutkan dengan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan juga data Berdasarkan data analisis sebagaimana
siswa yang tidak teridentifikasi miskonsepsi ditunjukkan pada gambar 2, ditunjukkan
akan tetapi 98% konsepsi yang diuji bahwa 76,92% miskonsepsi disebabkan
teridentifikasi tidak paham konsep. oleh pemikiran siswa itu sendiri, sedangkan
Wawancara kemudian dilakukan terhadap buku referensi menyumbang 7,69% dan
siswa tersebut, dan didapatkan informasi dari guru sebesar 15,38%. Tingginya
bahwa sebagian besar jawaban yang miskonsepsi yang disebabkan oleh
diberikan hanya menebak saja, sehingga pemikiran siswa sesuai dengan teori
siswa tersebut dapat digolongkan sebagai konstruktivistik, dimana dalam proses
siswa yang tidak memahami konsep. pembelajaran siswa membangun sendiri
Berdasarkan 54 konsepsi yang diujikan konsep yang sedang dipelajari. Pemahaman
dalam penelitian ini, siswa SMA di yang sesuai dengan konsepsi para ahli akan
Kabupaten Sorong mengalami miskonsepsi menyebabkan siswa memahami konsep
pada semua konsepsi yang diujikan dengan dengan baik, sedangkan pemahaman yang
persentase yang berbeda-beda, dimana tidak sesuai dengan konsepsi para ahli akan
persentase terendah pada konsepsi struktur menyebabkan miskonsepsi. Faktor
penyusun atom (7,41%) dan basa Bronsted penyebab miskonsepsi dari guru masih
– Lowry (7,41%) serta persentase tertinggi sangat berkaitan dengan kemampuan siswa
yaitu pada konsepsi partikel materi dengan membangun konsepnya, seringkali siswa
persentase sebesar 48,15%. Besarnya memahami lain tentang apa yang sedang
persentase miskonsepsi pada konsepsi dijelaskan oleh guru.
partikel materi disebabkan karena siswa Pembelajaran dengan menekankan
tidak dapat membedakan antara atom, pemahaman konsep terhadap siswa sangat
unsur, molekul maupun senyawa. Hal penting untuk dilakukan. Pemahaman

7
konsep yang baik akan memudahkan siswa Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi
untuk memahami konsep lainnya. Siswa Tidak Dipublikasikan.
dengan pemahaman konsep yang baik akan Hidayat, F. A. (2017). Pengaruh
memberikan efek yang baik pada hasil Pendekatan Inkuiri Terbimbing
belajarnya dan akan meminimalisir Dipadu dengan Diagram Alir
terjadinya miskonsepsi. Terhadap Tingkat Pemahaman dan
Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA
SIMPULAN SMA Muhammadiyah Jayapura
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Materi Laju Reaksi. Ilmu
dapat disimpulkan bahwa: Pendidikan Indonesia, 5(February),
1. Tingkat pemahaman siswa SMA di 35–42.
Kabupaten Sorong pada pembelajaran Muchtar, H. Z. 2012. Analyzing of
kimia tergolong rendah, dimana Students’s Misconception on
persentase siswa yang paham konsep Acid-Base Chemistry at senior
13%, siswa yang tidak paham konsep High School in Medan. Journal of
sebesar 87% termasuk yang Education and Practice,65-74.
miskonsepsi. Iriyanti, N. P. (2012). Identifikasi
2. Miskonsepsi terjadi pada seluruh Miskonsepsi Pada Materi Pokok
konsepsi yang diujikan dengan Wujud Zat Siswa Kelas VII
persentase mahasiswa yang mengalami SMP Negeri 1 Bawang Tahun
miskonsepsi sebesar 23,94%. Ajaran 2009/2010. Jurnal
3. Konsepsidenganpersentase Pendidikan Kimia , 8-13.
miskonsepsi terendah yaitu pada Purba, M. 2006. Kimia untuk SMA kelas XI.
konsepsi struktur penyusun atom Jakarta: Erlangga.
(7,41%) dan basa Bronsted-Lowry Sabli, D. (2009). Analisis Miskonsepsi Siswa
(7,41%), sedangkan konsepsi dengan Madrasah Aliyah (MA) Kelas X pada
persentase miskonsepsi tertinggi yaitu Subkonsep Pencemaran Lingkungan.
konsepsi partikel materi dengan Skripsi Sarjana FPMIPA UPI.
persentase sebesar (48,15%). Bandung: diterbitkan
4. Penyebab miskonsepsi 76,92% Suparno, P. 2005. Miskonsepsi dan
miskonsepsi disebabkan oleh pemikiran Perubahan Konsep Pendidikan
siswa itu sendiri, sedangkan buku Fisika. Jakarta: Grasindo.
referensi menyumbang 7,69% dan dari Surapranata, D. S. (2004). Analisis,
guru sebesar 15,38%. Validasi, Reliabilitas dan
Interpretasi Hasil Tes Implementasi
Kurikulum 2004. Bandung: PT
DAFTAR PUSTAKA Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Tayubi. (2005). Identifikasi Miskonsepsi
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Pada Konsep-Konsep Fisika
Rineka Cipta. Menggunakan Certainty of
Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Response Index (CRI). Mimbar
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Pendidikan. 4-9.
Balai Pustaka. Trianto, M. P. 2009. Mendesain Model
Febrian Andi Hidayat. (2014). Analisis Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Miskonsepsi Siswa Kelas Xa Pada Surabaya: Kencana Prenada Media
Materi Struktur Atom Di Sma Group.
Muhammadiyah Kota Jayapura

Anda mungkin juga menyukai