1913442009
Chemistry Education Of ICP
REVIEW JURNAL
Publikasi 2010
Latar Peserta didik cenderung pasif di kelas dalam menerima pelajaran, lebih banyak
Belakang diam, mendengar, mencatat, menghafal, bahkan peserta didik mungkin merasa
bosan dan akhirnya tidak bersungguh-sungguh mengikuti proses pembelajaran.
Penerapan pola pembelajaran tersebut menyebabkan peserta didik mengikuti
pelajaran bukan karena berminat, tetapi karena terpaksa
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan kesadaran dan keterampilan
metakognisi dengan hasil belajar kognitif (penguasaan konsep kimia) mahasiswa
jurusan biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar (UNM) yang dibelajarkan
dengan menggunakan strategi berbasis konstruktivistik.
Sampel Kemampuan berpikir mahasiswa dalam melakukan proses kognitif yang meliputi
pengetahuan metakognisi (deklaratif, prosedural, kondisional) dan regulasi
metakognisi (perencanaan/merancang, strategi manajemen informasi, monitoring,
strategi mengoreksi/menemukan, dan evaluasi). Adapun keterampilan metakognisi
adalah kemampuan mahasiswa dalam memaparkan jawaban atas tes essai
penguasaan konsep kimia dasar dengan skala 0-7.
Penelitian ini dilakukan selama 1 semester untuk matakuliah kimia dasar pada
mahasiswa jurusan Biologi FMIPA UNM semester ganjil tahun akademik
2009/2010 yang berjumlah 93 orang.
Metode Pengumpulan data penelitian yang dilakukan melalui pemberian pretest dan
posttest, angket Metacognitive Awareness Inventory (MAI), rubrik keterampilan
metakognisi yang dikembangkan oleh Corebima (2008) yang selanjutnya disebut
rubrik MAD. Angket MAI digunakan untuk mengukur kesadaran metakognisi. Item
Metakognisi berisi 52 butir daftar pertanyaan tentang kesadaran metakognitif.
Subjek merespons masing-masing butir dengan skala 5, mulai dari sangat tidak
setuju (1) sampai dengan sangat setuju (5). Jadi, keterampilan metakognisi
mahasiswa terintegrasi dalam memaparkan jawaban atas soal esai kimia dasar yang
diujikan.
Hasil Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tidak
Penelitian terdapat korelasi antara kesadaran metakognisi mahasiswa dengan penguasaan
konsep-konsep kimia dasar dan terdapat korelasi positif dan sangat signifikan antara
keterampilan metakognisi dengan penguasaan konsep-konsep kimia dasar.
Judul Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pangkajene
dalam Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Studi pada Materi Titrasi Asam
Basa)
Publikasi 2020
Latar Pada pembelajaran kimia disekolah, siswa perlu dibekali dengan kemampuan
Belakang proses sains sebagai modal untuk mengkritisi berbagai gejala dan permasalahan
yang muncul disekitarnya. Sehingga pembelajaran tidak lagi didominasi oleh peran
guru di sekolah SMA Negeri 2 Pangkajene dengan memakai pendekatan inkuri
terbimbing sebagai tahapan pembelajaran.
Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk menggambarkan
keterampilan proses sains pada materi pokok titrasi asam dan basa yang meliputi
mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, merencanakan penelitian,
menggunakan alat dan bahan, menafsirkan, mengukur, meramalkan, menghitung,
dan mengkomunikasikan hasil.
Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA yang terdiri dari 4
kelas yang berjumlah 115 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas yang
berjumlah 29 siswa dari keseluruhan populasi yang dipilih secara simple random
sampling.
Metode Pada kegiatanp pembelajaran, metode yang digunakan adalah tahap pelaksanaan
penelitian yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dan mengamati keterampilan proses sains selama 4
kali pertemuan (2 × 45 menit). Tahap akhir penelitian terdiri atas pengolahan data
serta penarikan kesimpulan.
Hasil Hasil analisis persentase jenis keterampilan proses sains diurutkan dari yang
Penelitian tertinggi ke terendah adalah keterampilan merencanakan penelitian,
mengkomunikasikan, menafsirkan, menghitung, mengajukan pertanyaan,
menggunakan alat dan bahan, mengukur, meramalkan, dan membuat hipotesis.
Berdasarkan persentase tiap jenis keterampilan proses sains, yang tergolong
kategori sangat baik adalah keterampilan merencanakan penelitian, dan
keterampilan mengkomunikasikan hasil penelitian. Sedangkan yang tergolong
kategori baik adalah mengajukan pertanyaan, menggunakan alat dan bahan,
menafsirkan dan menghitung, dan yang tergolong kategori cukup baik adalah
mengukur, serta keterampilan membuat hipotesis tergolong kategori kurang baik.
Secara keseluruhan keterampilan proses sains siswa dikategorikan baik.
Publikasi 2019
Latar
Belakang
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh laboratorium kimia
virtual terhadap prestasi siswa di unit mata kuliah yang berjudul “perubahan kimia”
dan “mengenali bahan dan peralatan laboratorium”. Unit kursus merupakan bagian
dari kurikulum kimia kelas sembilan, dan pendekatan lingkungan belajar virtual
didasarkan pada teori pembelajaran konstruktivis, mengikuti langkah-langkah
strategi POE.
Sampel Sampel yang digunakan adalah Kelompok sampel penelitian ini terdiri dari satu
guru kimia berpengalaman dan 90 siswa dari satu SMA.
Metode Metode penelitian ini untuk pengumpulan data penelitian menggunakan: Uji
Prestasi Satuan Perubahan Kimia (CCUA), uji peralatan laboratorium (LET),
wawancara semi terstruktur, dan observasi tidak terstruktur.
Hasil Dari hasil penelitian di dapatkan nilai tes pra-LET menunjukkan bahwa tingkat
penelitian pencapaian kelompok kontrol dan eksperimen cukup rendah dan mirip satu sama
lain. Ketika skor pasca-LET diperiksa, ada perbedaan yang signifikan dalam skor
prestasi siswa dari kelompok. Tingkat prestasi siswa CG-1 turun 10%, siswa CG-II
meningkat 24%, dan nilai siswa EG meningkat 128%. Mengenai ukuran efek, dapat
dikatakan bahwa 75% dari total varians adalah hasil dari pengenalan siswa terhadap
bahan dan peralatan laboratorium. Pada akhir penelitian, perangkat lunak
laboratorium virtual terbukti paling tidak seefektif laboratorium kimia nyata.
Ditentukan bahwa siswa dalam kelompok kontrol dapat menyelesaikan eksperimen
dengan hasil yang masuk akal; mereka merasa percaya diri; mereka bisa
mengasosiasikan eksperimen dengan kehidupan sehari-hari; dan mereka memiliki
kesempatan untuk memeriksa tingkat makroskopik, molekuler dan simbolis dari
setiap percobaan. Diharapkan bahwa laboratorium kimia virtual akan diadopsi
sebagai elemen pelengkap dan pendukung di masa depan. Ini akan memberikan
tidak hanya lingkungan belajar yang efektif tetapi juga akan meminimalkan
pengeluaran sekolah dan waktu yang dihabiskan untuk kegiatan tersebut untuk
sebagian besar.