Anda di halaman 1dari 7

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454

Vol. 7 No. 3, pp. 333-339, September 2018

MELATIHKAN HIGH ORDER THINKING SKILLS PESERTA DIDIK MELALUI


IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA

TRAIN HIGH ORDER THINKING SKILLS OF STUDENT THROUGH


THE IMPLEMENTATION OF INQUIRY LEARNING MODELS
ON CHEMICAL EQUILIBRIUM MATTER

Dwi Winda Andriani dan *Bertha Yonata


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya
No.Telp: 081330652754 Email: berthayonata@unesa.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik
yang ditinjau dari ranah kognitif menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta melalui implementasi
model pembelajaran inkuiri pada materi kesetimbangan kimia. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kuantitatif menggunakan rancangan penelitian One Shot Case Study dengan subjek
penelitian yakni peserta didik kelas XI SMA Negeri 12 Surabaya. Instrumen yang digunakan terdiri
dari lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, lembar pengamatan aktivitas peserta didik,
lembar postest hasil belajar peserta didik ranah pengetahuan, dan lembar postest keterampilan
berpikir tingkat tinggi peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap kategori
keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam ranah kognitif C4 (menganalisis), C5
(mengevaluasi), dan C6 (mencipta) telah mencapai ketuntasan yakni ≥72 dari rentang nilai
kompetensi 0-100, secara berturut-turut memperoleh nilai 82,29; 76,57; dan 81,41 dengan ketuntasan
secara klasikal peserta didik sebesar 85%. Hasil penelitian ini didukung dengan keterlaksanaan guru
dalam mengelola pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun
dengan kriteria sangat baik dan aktivitas peserta didik pada setiap pertemuan telah mencerminkan
aktivitas peserta didik yang harus muncul pada setiap fase yang terdapat dalam sintaks pembelajaran
inkuiri. Selain itu, hasil belajar ranah pengetahuan pada materi kesetimbangan kimia yang dicapai
oleh peserta didik secara klasikal diperoleh persentase sebesar 92,50%.
Kata Kunci: Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Kesetimbangan Kimia

Abstract

This research aims to describe student’s higher order thinking skills include of analyze, evaluate, and
create categories through the implementation of inquiry learning models on chemical equilibrium
matter. The type of this research is descriptive quantitative using “One Shot Case Study” design with
the subject of this research was XI grade student’s of SMA Negeri 12 Surabaya. Research instrument
that used consist of observation sheet of learning implementation, observation sheet of student’s
activity, sheet postest of learning outcomes of student’s knowledge and sheet postest high order
thinking skills of students. The results showed that each higher order thinking skill’s categories
include the C4 (analyze), C5 (evaluate), and C6 (create) cognitive level has reached ≥72 in the
competence scoring scale 0-100, that is 82,29 (analyze); 76,57 (evaluate); and 81,41 (create) with
student has reached the completeness of classically presentation on 85%. The results of this study is
supported by the implementation of teachers in manage learning in consistent with the RPP which
has been prepared with very good criteria and student’s activity at each meeting has reflected the
student’ activity that should appear at each phase contained in the inquiry syntax of learning. Other
than that, the learning outcomes in the realm of student’s knowledge on chemical equilibrium
material achieved by students obtained 92,50% clasically.
Keyword: High Order Thinking Skills and Chemical Equilibrium

menuntut Indonesia untuk meningkatkan sumber


PENDAHULUAN daya manusia. Salah satu upaya pemerintah
Dewasa ini Indonesia berada dalam era adalah melalui peningkatan mutu pendidikan.
globalisasi, akibat dari era globalisasi ini Sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

333
Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 7 No. 3 pp. 333-339, September 2018

menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi pada kurikulum 2013 sebagai pendekatan saintifik
mengembangkan kemampuan dan membentuk [2].
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat Dalam mempelajari kimia, seringkali
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa peserta didik merasa kesulitan dalam memahami
[1]. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah materi khususnya sub materi faktor-faktor yang
dalam memperbaiki kualitas pendidikan, salah mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan
satunya dengan diberlakukan kurikulum 2013 di kimia. Materi ini merupakan materi yang
sekolah. Proses Pembelajaran dalam kurikulum memiliki karakteristik membutuhkan adanya
2013 mengembangkan afektif, kognitif dan suatu pembuktian yakni melalui percobaan
psikomotor serta menerapkannya dalam dimana peserta didik diminta untuk 5M sehingga
kehidupan sehari-hari. Melalui proses melalui percobaan tersebut peserta didik mampu
pembelajaran di sekolah, peserta didik dapat menemukan sendiri konsep mengenai materi
dilatihkan untuk menjadi pribadi yang diharapkan tersebut.
oleh tujuan kurikulum 2013, yakni dapat Adapun kompetensi dasar pada
berkontribusi dalam memecahkan permasalahan kurikulum 2013 untuk materi kesetimbangan
di kehidupan sehari-hari dengan keterampilan kimia yang perlu dicapai peserta didik, yaitu KD
berpikir tingkat tinggi yang telah dimiliki peserta 3.9 yang menyatakan bahwa pada materi
didik. kesetimbangan kimia diwajibkan untuk
Sehubungan dengan itu, kurikulum 2013 menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
menerapkan pendekat ilmiah (saintifik) dan pergeseran arah kesetimbangan berdasarkan azaz
penilaian autentik yang menggunakan prinsip Le Chatelier dan penerapannya dalam industri
penilaian sebagai bagian dari pembelajaran. serta KD 4.9 yaitu merancang, melakukan, dan
Penilaian autentik yang dimaksud dalam hal ini menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan
menuntut peserta didik mengembangkan jawaban faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
dan mendorong peserta didik untuk berpikir yang kesetimbangan [3]. Setelah mempelajari materi
mengarah kepada keterampilan berpikir tingkat kesetimbangan kimia dan keterampilan berpikir
tinggi (High Order Thinking Skills). Agar hal tingkat tinggi yang dilatihkan kepada peserta
tersebut dapat tercapai, maka dalam pembelajaran didik, diharapkan KD tersebut dapat tercapai
pendekatan saintifik perlu ditekankan, salah dengan baik.
satunya dengan menerapkan model pembelajaran Keterampilan berpikir tingkat tinggi
berbasis penyikapan/penelitian (discovery/inquiry sangat diperlukan peserta didik dalam
learning) [2]. memecahkan masalah, memahami dan memaknai
Kimia merupakan salah satu bidang ilmu konsep materi kimia. Adanya kemampuan
yang mewadahi keterlaksanaan kurikulum 2013. berpikir tingkat tinggi, peserta didik mampu
Pembelajaran secara ilmiah banyak tertuang mengatasi berbagai masalah dengan pemikiran
dalam bidang ilmu kimia sehingga dengan analitis yang telah dimilikinya [4]. Sehubungan
berpedoman pada pendekatan saintifik dari dengan itu, maka pada sub materi faktor-faktor
kurikulum 2013, bidang ilmu kimia sangat sesuai yang mempengaruhi pergeseran arah
untuk diterapkannya kurikulum 2013 dalam kesetimbangan kimia perlu dilatihkan
proses pembelajaran. Ilmu kimia dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi agar peserta
pembelajaran, senantiasa berhubungan dengan didik memiliki kemampuan membangun
masalah dan memecahkan masalah secara pengetahuannya sendiri sehingga lebih mudah
sistematis sehingga pembelajaran kimia di memahami konsep-konsep yang dipelajari dengan
sekolah bukan hanya sekedar penguasaan baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- hari ataupun di masa mendatang [5].
konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga Keterampilan berpikir tingkat tinggi juga
terdapat proses penemuan. Agar pembelajarannya dapat digunakan untuk menggambarkan kegiatan
lebih terarah, maka setelah mempelajari materi kognitif yang berada di luar tahapan pemahaman
kimia peserta didik diharapkan memperoleh dan penerapan tingkat yang lebih rendah Menurut
pengalaman belajar dalam menerapkan metode Taksonomi Bloom Revisi [6]. Menurut Anderson
ilmiah, melalui kegiatan praktikum. Pembelajaran & Krathwhol (2001) menyatakan bahwa “For
kimia diharapkan mampu melaksanakan proses many teachers, operating with their state
penemuan ilmiah yang meliputi: mengamati, standards and curriculum documents, higher-
menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan order thinking is approached as the top end of
mengomunikasi, seperti halnya yang disebutkan Blooom’s taxonomy: Analyze, Evaluate, and

334
Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 7 No. 3 pp. 333-339, September 2018

Create, or, in the older language” [4]. Dengan hipotesis, merumuskan kesimpulan dan
kata lain, ranah kognitif Taksonomi Bloom Revisi merefleksikan situasi masalah dan proses berpikir.
yang termasuk ke dalam keterampilan berpikir Melalui model pembelajaran inkuiri
tingkat tinggi (High Order Thinking Skills) yakni peserta didik diajak aktif berpikir dalam kegiatan
C4 Analyze (Menganalisis) yang meliputi merumuskan masalah, membuat hipotesis,
merumuskan masalah; mengidentifikasi variabel merancang percobaan untuk memperoleh
percobaan; dan menganalisis data, C5 Evaluate informasi, mengumpulkan dan menganalisis data
(Mengevaluasi) yang meliputi mengidentifikasi serta membuat simpulan untuk menemukan
masalah; merancang prosedur percobaan dan konsep yang dipelajari sehingga dapat melatihkan
membuat kesimpulan dan C6 Create (Mencipta) keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik
yang meliputi membuat hipotesis dan [9].
mengemukakan gagasan/ide. Berdasarkan fakta-fakta yang ada, peneliti
Hasil pra penelitian yang telah dilakukan akan melakukan penelitian dalam melatihkan
di SMA Negeri 12 Surabaya pada 26 September keterampilan berpikir tingkat tinggi melalui
2017 dengan mengambil sampel kelas XI IPA, implementasi model pembelajaran inkuiri pada
menyatakan bahwa dari 33 peserta didik di kelas materi kesetimbangan kimia. Adapun judul yang
XI IPA, keterampilan berpikir tingkat tinggi diangkat dalam penelitian ini adalah “Melatihkan
peserta didik yang mencakup ranah kognitif C4, High Order Thinking Skills Peserta Didik Kelas
C5, dan C6 rata-rata masih mencapai nilai ≤72 XI SMA Negeri 12 Surabaya Melalui
atau dibawah KKM yang telah ditetapkan sekolah Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri pada
sehingga tergolong cukup rendah. Keterampilan Materi Kesetimbangan Kimia”.
berpikir tingkat tinggi peserta didik pada ranah
METODE
kognitif menganalisis hanya mencapai 45,86%,
Penelitian ini merupakan penelitian
ranah kognitif mengevaluasi sebesar 32,57% dan
deskriptif kuantitatif dengan rancangan penelitian
pada ranah kognitif mencipta sebesar 17,88%.
One Shot Case Study dan hanya menggunakan
Selain itu, hasil wawancara dengan guru mata
satu kelas untuk dijadikan sampel penelitian tanpa
pelajaran kimia menyatakan bahwa pembelajaran
adanya kelas pembanding. Subjek penelitian ini
kimia di kelas masih kurang melibatkan aktivitas
yakni peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri
peserta didik, peserta didik cenderung kurang
12 Surabaya. Penjelasan dari rancangan penelitian
aktif, belum bisa belajar mandiri dan kurang
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
mengkontruksi pengetahuannya sehingga
pembelajaran kimia masih bersifat teacher center
dan peserta didik kurang terlatih keterampilan X→O
berpikir tingginya dalam memecahkan masalah, [10]
memahami dan memaknai konsep materi kimia. Keterangan :
Model pembelajaran inkuiri merupakan X: Perlakuan pada penelitian yaitu implementasi
salah satu model pembelajaran yang dapat model pembelajaran inkuiri
menjadi solusi untuk melatihkan keterampilan O: postest keterampilan berpikir tingkat tinggi
berpikir tingkat tinggi khususnya pada sub materi dan hasil belajar ranah pengetahuan pada
faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah materi kesetmbangan kimia.
kesetimbangan kimia. Model pembelajaran inkuiri Perangkat pembelajaran yang digunakan
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan pada penelitian ini terdiri atas silabus, Rencana
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan Kerja Peserta Didik (LKPD). Instrumen penelitian
[7]. Selain itu, tahapan pembelajaran pada model yang digunakan terdiri dari lembar pengamatan
pembelajaran inkuiri sesuai untuk melatihkan keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik. model pembelajaran inkuiri, lembar pengamatan
Tahapan pembelajaran model pembelajaran aktivitas peserta didik, lembar postest hasil belajar
inkuiri menurut [8], yaitu memusatkan perhatian peserta didik ranah pengetahuan dan lembar
peserta didik dan menjelaskan proses inkuiri postest keterampilan berpikir tingkat tinggi
(penyelidikan), menghadirkan masalah berupa peserta didik. Adapun perangkat pembelajaran
fenomena, membantu peserta didik merumuskan dan instrumen penelitian yang digunakan telah
hipotesis untuk menjelaskan masalah yang ditelaah dan divalidasi oleh dosen kimia Unesa.
terdapat pada fenomena, mendorong peserta didik Data dari lembar pengamatan
mengumpulkan data untuk membuktikan keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri

335
Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 7 No. 3 pp. 333-339, September 2018

digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan


kegiatan guru dalam menjalankan model
pembelajaran inkuiri sesuai dengan sintaks yang [11]
sudah ditentukan. Ketuntasan klasikal yang harus dipenuhi adalah
Model pembelajaran inkuiri dikatakan 70%.
telah terlaksana dengan baik, apabila semua HASIL DAN PEMBAHASAN
sintaks telah terlaksana dengan persentase kualitas Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
keterlaksanaan yang diperoleh yaitu ≥61% dengan Tujuan utama penelitian ini yakni
kriteria baik atau sangat baik. melatihkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
Data dari lembar pengamatan aktivitas peserta didik. Menurut Anderson & Krathwohl
peserta didik digunakan untuk mengetahui dalam [4], menyatakan bahwa ranah kognitif yang
kontribusi aktivitas peserta didik dalam termasuk ke dalam keterampilan berpikir tingkat
keterlaksanaan pembelajaran. tinggi yaitu Analyze (menganalisis), Evaluate
Aktivitas peserta didik yang muncul harus (mengevaluasi), dan Create (mencipta). Sesuai
mencerminkan kegiatan peserta didik pada setiap dengan tujuan Kurikulum 2013 dalam [3], untuk
fase yang terdapat dalam sintaks pembelajaran mempelajari materi kesetimbangan kimia perlu
inkuiri dengan ketentuan persentase aktivitas memberikan kesempatan kepada peserta didik
peserta didik yang relevan lebih tinggi untuk membangun pengetahuannya sendiri
dibandingkan aktivitas peserta didik yang tidak melalui keterampilan berpikir tingkat tinggi
relevan pada dua kali pertemuan. karena materi tersebut berhubungan erat dengan
Nilai postest hasil belajar peserta didik fenomena-fenomena yang ada di sekitar dan
ranah pengetahuan digunakan untuk mengetahui penerapannya dalam industri. Keterampilan
peserta didik telah atau belum menguasai berpikir tingkat tinggi peserta didik dapat
indikator pembelajaran terkait materi faktor-faktor dilatihkan dengan melatihkan tingkat berpikir
yang mempengaruhi pergeseran arah peserta didik pada ranah kognitif menganalisis
kesetimbangan kimia sesuai dengan Kompetensi (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6)
Dasar. Postest berupa sejumlah soal pilihan ganda dalam pembelajaran..
sesuai dengan indikator kesetimbangan kimia Keterampilan berpikir tingkat tinggi
yang memiliki ranah kognitif C4 (menganalisis). peserta didik dikatakan terlatih dengan baik
Nilai hasil belajar ranah pengetahuan apabila peserta didik secara individu memperoleh
peserta didik dihitung dengan rumus: nilai ≥KKM dari keseluruhan indikator

keterampilan berpikir tingkat tinggi dan

persentase ketuntasan nilai postest sejumlah
Keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik tercapai.
peserta didik dikatakan telah terlatih dengan baik Dimana nilai keterampilan berpikir
apabila ketuntasan nilai postest peserta didik tingkat tinggi peserta didik didasarkan pada skor
tercapai untuk setiap indikator keterampilan yang diperoleh masing-masing peserta didik pada
berpikir tingkat tinggi. Soal postest berupa soal ranah kognitif menganalisis (C4), mengevaluasi
pilihan ganda dengan ranah kognitif menganalisis (C5) dan mencipta (C6) melalui tes yang
(C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). diberikan saat postest yang dilaksanakan setiap
Nilai keterampilan berpikir tingkat tinggi akhir pertemuan. Pada penelitian ini kompetensi
peserta didik dapat dianalisis dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik
menggunakan rumus: dikatakan tuntas apabila peserta didik secara
individu memperoleh nilai ≥72 dari keseluruhan
indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi
[11] sedangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
Kompetensi hasil belajar peserta didik ranah peserta didik dianggap tuntas secara klasikal jika
pengetahuan dan keterampilan berpikir tingkat terdapat ≥70% peserta didik mencapai nilai ≥72.
tinggi peserta didik dikatakan tuntas, apabila nilai Seluruh peserta didik hadir sejumlah 40 orang,
peserta didik secara individu mencapai KKM pada saat pemberian postest.
yang ditetapkan SMA Negeri 12 Surabaya yaitu Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
sebesar ≥72. Selanjutnya persentase ketuntasan dilatihkan pada ranah kognitif menganalisis (C4),
secara klasikal dapat dianalisis menggunakan meliputi merumuskan pertanyaan (rumusan
rumus: masalah); menentukan variabel percobaan; dan
menganalisis data. Pada fase 3: merumuskan
336
Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 7 No. 3 pp. 333-339, September 2018

hipotesis untuk menjelaskan masalah atau diarahkan untuk mengidentifikasi masalah sesuai
fenomena dalam menerapkan model pembelajaran dengan fenomena pada LKPD. Dalam melatihkan
inkuiri kegiatan tersebut dilatihkan kepada peserta keterampilan merancang prosedur percobaan,
didik. guru mengarahkan dan memberi penjelasan
Menganalisis adalah memecahkan materi peserta didik bahwa dalam membuat rancangan
menjadi bagian-bagian pokok dan percobaan mencakup beberapa kriteria, antara lain
menggambarkan bagaimana bagian-bagian berupa kalimat yang jelas, prosedur percobaan
tersebut, dihubungkan satu sama lain maupun yang dibuat berurutan dan lengkap beserta
menjadi sebuah struktur keseluruhan atau tujuan spesifikasi bahan misalnya, jumlah volume dan
[12]. Dalam melatihkan keterampilan menyusun satuan konsentrasi larutan. Keterampilan
rumusan masalah, guru mengarahkan dan membuat kesimpulan dilatihkan pada fase 5:
membimbing peserta didik untuk mengamati dan merumuskan penjelasan atau kesimpulan. Guru
membaca fenomena yang disajikan pada LKPD mengarahkan peserta didik bahwa dalam
serta identifikasi masalah yang telah dibuat. merumuskan kesimpulan harus mencakup
Kemudian guru memberikan peserta didik waktu beberapa aspek, yaitu sesuai dengan data
untuk berdiskusi dengan kelompok untuk percobaan yang telah dianalisis, dapat
menyusun rumusan masalah. Selanjutnya dalam menghubungkan fakta (hasil percobaan) dengan
melatihkan keterampilan menentukan variabel teori (hipotesis), dan terdapat kesesuaian dengan
percobaan, guru melakukan diskusi dengan hipotesis yang telah disusun sebelumnya. Dalam
seluruh peserta didik untuk memberi klarifikasi hal ini, keterlaksanaan kegiatan guru dalam
definisi yang kurang tepat dari setiap variabel membimbing dan mengarahkan peserta didik
menurut pemahaman peserta didik yang sudah sangat menunjang keterampilan berpikir tingkat
dimiliki sebelumnya. Begitu pula, saat melatihakn tinggi peserta didik yang dilatihkan sehingga data
keterampilan dalam menganalisis data percobaan, hasil postest keterampilan berpikir tingkat tinggi
guru melatihkan keterampilan tersebut dengan menunjukkan bahwa sebanyak 40 peserta didik
cara memberi soal-soal yang mencakup ranah memperoleh nilai rata-rata sebesar 76,57 pada
kognitif menganalisis (C4) yang terdapat pada keterampilan berpikir tingkat tinggi ranah kognitif
LKPD. Data hasil postest menunjukkan sebanyak mengevaluasi (C5) ditinjau dari nilai postest
40 peserta didik memperoleh nilai rata-rata pertemuan pertama dan kedua.
sebesar 82,29 pada keterampilan ranah kognitif Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
C4 (menganalisis) ditinjau dari nilai postest dilatihkan pada ranah kognitif mencipta (C6) yang
pertemuan pertama dan kedua. Hasil penelitian ini meliputi membuat hipotesis dan mengemukakan
didukung dengan keterlaksanaan kegiatan guru gagasan/ide. Pertanyaan dalam keterampilan C6
dalam mengelola pembelajaran yakni melatihkan (mencipta) meminta peserta didik untuk
keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik menemukan penyelesaian masalah melalui
dengan kriteria sangat baik dan aktivitas peserta pemikiran kreatif yang dimiliki oleh peserta didik
didik yang dominan muncul telah mencerminkan [14]. keterampilan membuat hipotesis dilatihkan
aktivitas yang sesuai dengan sintaks model pada fase 3: merumuskan hipotesis untuk
pembelajaran inkuiri berdasarkan RPP yang telah menjelaskan masalah atau fenomena. Guru
disusun. membimbing peserta didik dengan cara
Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang menjelaskan bahwa dalam merumuskan hipotesis
dilatihkan pada ranah kognitif mengevaluasi (C5) dengan benar harus sesuai dengan teori atau
meliputi, mengidentifikasi masalah; merancang konsep kesetimbangan kimia serta mencakup
prosedur percobaan; dan membuat kesimpulan beberapa kategori, antara lain berupa kalimat
berdasarkan percobaan yang dilakukan. pernyataan jika –dan- maka, sesuai dengan
Keterampilan berpikir tingat tinggi melibatkan fenomena yang disajikan pada LKPD dan terdiri
penggabungan dan penggunaan semua tingkat dari dua variabel yang berhubungan yakni,
penguasaan konsep awal peserta didik dalam variabel manipulasi dan variabel respon.
mengevaluasi dan membuat keputusan [13]. Selanjutnya, peserta didik juga dilatih
Keterampilan mengidentifikasi masalah tersebut keterampilan dalam mengemukakan gagasan/ide
dilatihkan pada fase 3: merumuskan hipotesis dengan membuat tulisan atau poster sederhana
untuk menjelaskan masalah atau fenomena Pada mengenai aplikasi materi yang dipelajari yaitu
tahap awal, guru mengarahkan peserta didik untuk faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
mengamati fenomena yang disajikan pada LKPD. kesetimbangan kimia dalam kehidupan sehari-hari
Kemudian secara berkelompok peserta didik dan industri. Dalam melatihkan keterampilan

337
Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 7 No. 3 pp. 333-339, September 2018

mencipta dilakukan guru pada fase 6: kesetimbangan kimia yang terbagi menjadi
merefleksikan situasi masalah dan proses berpikir. beberapa aspek faktor pada setiap pertemuan.
Berdasarkan data hasil postest keterampilan Hasil belajar peserta didik ranah
berpikir tingkat tinggi, sebanyak 40 peserta didik pengetahuan dikatakan tuntas apabila setelah nilai
memperoleh nilai rata-rata sebesar 81,41 pada postest hasil belajar peserta didik pada pertemuan
keterampilan berpikir tingkat tinggi ranah kognitif pertama dan kedua diakumulasikan dengan
C6 (mencipta) ditinjau dari nilai postest meninjau banyaknya soal yang dijawab benar
pertemuan pertama dan kedua. memperoleh nilai ≥72 dengan predikat minimal B.
Rangkuman hasil postest keterampilan Selain itu, peserta didik dinggap tuntas secara
berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam klasikal apabila terdapat 70% peserta didik
menerapkan model pembelajaran inkuiri disajikan mencapai nilai ≥72 sesuai dengan kriteria
pada Tabel 1. ketuntasan minimal yang ditetapkan SMAN 12
Tabel 1. Hasil Data Postest Keterampilan Surabaya.
Berpikir Tingkat Tinggi Peserta Data hasil postest menunjukkan bahwa
Didik sebanyak 37 dari 40 peserta didik yang telah
Indikator Rata-rata Skor mengerjakan postes hasil belajar ranah
Menganalisis (C4) 82,29 pengetahuan dikatakan telah tuntas dengan
Mengevaluasi (C5) 76,57
Mencipta (C6) 81,41
memperoleh nilai diatas KKM yakni nilai ≥72
sehingga didapatkan ketuntasan klasikal sebesar
92,50%.
Secara klasikal, sebanyak 36 dari jumlah Hasil persentase ketuntasan klasikal yang
keseluruhan 40 peserta didik telah tuntas dalam diperoleh sebesar 92,50% , dapat dikatakan bahwa
postest keterampilan berpikir tingkat tinggi dan peserta didik telah menguasai indikator
memperoleh persentase ketuntasan klasikal pembelajaran pada materi kesetimbangan kimia
sebesar 85%. Persentase tersebut sudah mencapai karena telah mencapai ketuntasan klasikal lebih
batas ketuntasan secara klasikal yaitu ≥ 70%. besar dari 70%. Ketuntasan hasil belajar yang
telah dicapai didukung dengan data
Dalam hal ini keterlaksanaan guru dalam keterlaksanaan pembelajaran melalui penerapan
mengelola pembelajaran sangat menunjang dalam model pembelajaran inkuiri. Keterlaksanaan
melatihkan keterampilan berpikir tingkat tinggi model pembelajaran inkuiri jika dilaksanakan
peserta didik yang didukung dengan persentase dengan baik maka kemungkinan akan membantu
kualitas keterlaksanaan pembelajaran pada peserta didik memperoleh hasil belajar yang baik
pertemuan pertama sebesar 91,39% dan 89,37% juga lebih besar. Selain itu, apabila keterampilan
pada pertemuan kedua dengan kriteria sangat berpikir tingkat tinggi peserta didik telah terlatih
baik. dengan baik juga akan mendukung ketuntasan
hasil belajar peserta didik ranah pengetahuan.
Hasil Belajar Peserta Didik Ranah Dengan demikian, melalui model
Pengetahuan pembelajaran inkuiri tidak hanya dapat
Hasil belajar merupakan tingkat melatihkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
penguasaan yang dicapai oleh peserta didik dalam peserta didik namun juga menunjang hasil belajar
proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan peserta didik ranah pengetahuan pada materi
pendidikan yang ditetapkan [15]. Hasil belajar kesetimbangan kimia khususnya sub materi
peserta didik ranah pengetahuan diperoleh dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
menggunakan instrumen lembar postest hasil kesetimbangan kimia. Hal ini dibuktikan dengan
belajar peserta didik ranah pengetahuan setelah nilai rata-rata kelas hasil belajar peserta didik
peserta didik diberi perlakuan model ranah pengetahuan sebesar 83,10 dari skor
pembelajaran inkuiri yang dilaksanakan disetiap maksimal 100 dengan predikat B+.
akhir pertemuan. Postest berupa sejumlah soal PENUTUP
sesuai dengan indikator kesetimbangan kimia Kesimpulan
yang memiliki ranah kognitif C4 (menganalisis). Setelah menganalisis data hasil penelitian
Postest hasil belajar tersebut dilakukan setiap dan melakukan pembahasan maka dapat
akhir pertemuan bertujuan untuk mengetahui disimpulkan bahwa keterampilan berpikir tingkat
peserta didik telah atau belum menguasai tinggi yang dilatihkan kepada peserta didik
indikator pembelajaran terkait materi faktor-faktor melalui implementasi model pembelajaran inkuiri
yang mempengaruhi pergeseran arah mendapatkan rata-rata penilaian dengan predikat

338
Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 7 No. 3 pp. 333-339, September 2018

baik, dengan skor perolehan rata-rata untuk ranah 19 Surabaya pada Materi Kesetimbangan
kognitif C4 (menganalisis) sebesar 82,29; ranah Kimia. UNESA Journal of Chemical
kognitif C5 (mengevaluasi) sebesar 76,57 dan Education. Vol 5, No.1, pp. 19-25.
ranah kognitif C6 (mencipta) sebesar 81,41.
Ketuntasan klasikal postes peserta didik dalam 6. Bloom, B. S. (Ed). 1956. Taxonomy of
melatihkan keterampilan berpikir tingkat tinggi Educational Objectives. Handbook I:
sebesar 85%. Keterlaksanaan model pembelajaran Cognitive Domain. New York: McKay.
inkuiri diperoleh persentase pada pertemuan I dan
2 secara berturut-turut sebesar 91,39% dan 7. Sanjaya, W. 2011. Perencanaan dan Desain
89,36% dengan kriteria sangat baik. Aktivitas Sistem Pembelajaran . Jakarta: Kencana
peserta didik yang relevan lebih tinggi Prenada Media Group.
dibandingkan aktivitas peserta didik yang tidak
relevan yang teramati selama dua kali pertemuan 8. Arends, R. 2012. Learning to Teach. New
Hasil belajar ranah pengetahuan pada materi York: Mc Graw Hill.
kesetimbangan kimia yang dicapai oleh peserta
didik secara klasikal diperoleh persentase sebesar 9. Julistiawati, R dan Bertha Yonata. 2013.
92,50%. Keterampilan Berpikir Level C4, C5, & C6
Revisi Taksonomi Bloom Siswa Kelas X-3
Saran SMAN 1 Sumenep pada Penerapan Model
Saran yang perlu dipertimbangkan Pembelajaran Inkuiri Pokok Bahasan
ataupun penelitian lain dalam menerapkan model Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.
pembelajaran inkuiri untuk melatihkan UNESA Journal of Chemical Education.
keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik, Vol 2, No.2 pp. 57-62.
yaitu lebih menekanankan dalam membimbing
beberapa aspek yang masih kurang dikuasai 10. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
peserta didik seperti beberapa aspek ranah Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
kognitif C5 (mengevaluasi), agar semua aspek Penerbit Alfabeta.
dalam ranah kognitif C4, C5 dan C6 dapat terlatih
dengan baik. 11. Sudjana, N. 2011. Penilaian Hasil dan
Proses Belajar Mengajar. Bandung:
DAFTAR PUSTAKA Remaja Rosdakarya.

1. Permendikbud. 2016. Standar Kompetensi 12. Kuswana, W. S. 2012. Taksonomi Kognitif.


Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2016.
Jakarta: Mendikbud. 13. King, F., Goodson, L., & Rohani, F. 2011.
Higher Order Thinking Skills. Assesment
2. Permendikbud. 2016. Standar Proses and Evaluation Educational Services
Pendidikan Dasar dan Menengah Undang- Program: Center for Advancement of
Undang No. 22 Tahun 2016. Jakarta: Learning and Assesment.
Mendikbud.
14. Sani, R. A. 2016. Inovasi Pembelajaran .
3. Permendikbud. 2016. Kompetensi Inti dan Jakarta: Bumi Aksara
Kompetensi Dasar Pelajaran pada
Kurikulum 2013 Undang-Undang No. 24 15. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar
Tahun 2016. Jakarta: Mendikbud. Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika

4. Brookhart, S. M. 2010. How To Asses 16. Yonata, Bertha and Harun Nasrudin. 2018.
Higher-Order Thinking Skills In Your Laboratory Activity Worksheet to Train
Classroom. Virgina USA: ASCD. High Order Thinking Skill of Student on
Surface Chemistry Lecture. Journal of
5. Fassenda, N dan Bertha Yonata. 2016. Physics: Conference Series. Volume 947,
Keterampilan Berpikir Menganalisis, 2018-IOPscience
Mengevaluasi, dan Mencipta Siswa SMAN

339

Anda mungkin juga menyukai