Anda di halaman 1dari 10

BioEdu Vol. 8 No.

3 ISSN:
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi September 2019 2302-9528

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PROBLEM POSING UNTUK


MELATIHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA MATERI
PEWARISAN SIFAT BERDASARKAN HUKUM MENDEL

DEVELOPMENT OF PROBLEM POSING BASED LEARNING DEVICES TO PRACTICE HIGH ORDER


THINKING SKILLS ON INHERITANCE MATERIAL BASED ON MENDEL'S LAW

Mustika Rani
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Surabaya
mustikarani@mhs.unesa.ac.id

Widowati Budijastuti
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Surabaya
widowatibudijastuti@unesa.ac.id

Abstrak
Pembelajaran Problem Posing merupakan pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk membuat
soal dan penyelesaiannya sendiri. Problem posing diharapkan dapat melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
merupakan salah satu tuntutan keterampilan dalam pembelajaran Kurikulum 2013. Adapun materi yang menjadi fokus
penelitian yang dianggap sulit oleh peserta didik serta menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu materi
pewarisan sifat berdasarkan hukum mendel. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
berbasis problem posing untuk melatihkan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada materi pewarisan sifat
berdasarkan hukum mendel yang valid, praktis, dan efektif. Model pengembangan yang digunakan yaitu
pengembangan 4D (Define, Design, Develop, dan Disseminate) tanpa tahap Disseminate. Perangkat pembelajaran
yang telah dikembangkan divalidasi oleh tiga validator untuk mengetahui valliditas perangkat menggunakan
instrumen penelitian berupa lembar validasi, kemudian diujicobakan secara terbatas pada 16 peserta didik kelas
XII SMA untuk mengetahui kepraktisan berdasarkan keterlaksanaan RPP beserta aktivitas peserta didik
menggunakan lembar observasi dan keefektifan perangkat berdasarkan respon dan hasil ketercapain indikator peserta
didik menggunakan lembar tes. Teknik analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran dinyatakan sangat valid dengan skor rata-rata 3,75. Perangkat
pembelajaran dinyatakan sangat praktis ditinjau dari keterlaksanaan RPP sebesar 94,33% dan aktivitas peserta didik
sebesar 95%. Perangkat pembelajaran juga dinyatakan sangat efektif ditinjau dari respon peserta didik sebesar 96%
dan hasil ketercapaian indikator mencapai 100%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perangkat
pembelajaran berbasis problem posing pada materi pewarisan sifat berdasarkan hukum mendel telah memenuhi aspek
validitas, kepraktisan, dan keefektifan sehingga layak digunakan dalam proses pembelajaran.
Kata Kunci : perangkat pembelajaran, problem posing, keterampilan berpikir tingkat tinggi, pewarisan sifat berdasarkan
hukum mendel

Abstract
Problem Posing Learning is learning that directs students to make their own questions and solutions.
Problem posing is expected to be able to practice high-level thinking skills, which is one of the demands of skills in
2013 Curriculum learning. The material that is the focus of research is considered difficult by students and requires
high-level thinking skills, namely inheritance material based on the legal law. This research aims to produce problem
posing learning tools on inheritance material based on mendel's law to trill the high order thinking skills for students of
twelvth grade senior high school are valid, practical, and effective. This research is a development research with 4D
development model (Define, Design, Develop, and Disseminate) without Disseminate stage. Learning tools that have
been developed are validated by three validators to determine the level of validity of the device, then tested in a limited
way on 16 XII class students to find out practicality based on the implementation of lesson plans and student activities
and the effectiveness of the device based on responses and results of student indicators. The result showed that learning
tools concluded very valid with reached average score 3.75. Learning tools concluded very practical based on RPP

Rani, Mustika & Budijastuti, Widowati: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Posing
135
BioEdu Vol. 8 No.3 ISSN:
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi September 2019 2302-9528

feasibility with percentage 94.33% and student activity with percentage 95%. Learning tools conclude very effective
based on student response was positive with percentage 96% and completenes indicators reached 100%. Based on
the results obtained, it can be concluded that learning tools based problem posing on devolution of nature based on
mendel law has been developed fulfills the validity, practicallity, and effectivily that it can be used in the learning
process.
Key Words : learning tools, problem posing, high order thinking skills, inheritance material based on mendel's law

menjadi suatu bekal untuk mempelajari materi


PENDAHULUAN selanjutnya yakni mengenai berbagai pola-pola hereditas
Kurikulum 2013 mendesain pembelajaran dan peristiwa mutasi pada makhluk hidup serta materi
dengan memberikan peran kepada peserta didik sebagai pewarisan sifat berdasarkan Hukum Mendel juga banyak
subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif berisi operasional matematika (hitung-hitungan).
mencari, mengolah, mengkontruksi dan menggunakan Berdasarkan tujuan pendidikan dan tagihan
pengetahuan. Pembelajaran harus memberikan dalam pembelajaran, ternyata fakta di lapangan belum
kesempatan kepada peserta didik untuk mengkontruksi tercapai secara maksimal, hal ini karena secara umum
pengetahuan dan dapat menerapkan pengetahuan. Peserta sekolah di Indonesia cenderung melatihkan peserta didik
didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, dalam penerimaan pengetahuan, ingatan, hafalan dan
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya jarang melatihkan peserta didik untuk keterampilan
keras mewujudkan ide-idenya. Salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi. Salah satunya hasil wawancara
yang harus diintegrasikan dalam pembelajaran kurikulum dengan guru biologi di SMAN 4 Sidoarjo diperoleh hasil
2013 yakni keterampilan berpikir tingkat tinggi (Hanifah, bahwa dalam proses belajar mengajar yang diterapkan
2019). oleh guru masih menggunakan metode konvensional dan
Keterampilan berpikir tingkat tinggi yakni dalam pembelajaran belum melibatkan peserta didik
proses berpikir peserta didik yang tidak hanya menghafal secara aktif dalam menganalisis, mengolah, mengajukan
dan menyampaikan kembali informasi yang sudah pendapat, pertanyaan atau masalah, dan menyimpulkan
diketahui. Keterampilan berpikir tingkat tinggi suatu informasi yang diperoleh, sehingga kemampuan
merupakan keterampilan menghubungkan, memanipulasi, berpikir peserta didik masih belum terlatih secara
dan mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang maksimal.
sudah diperoleh untuk berpikir secara kritis dan kreatif Hasil penelitihan pendahuluan yang telah
dalam upaya menyelesaiakan masalah dan menentukan dilakukan juga sesuai dengan hasil survey yang dilakukan
keputusan pada situasi baru (Rofiah, 2013). Pembelajaran Organisation for Economic Coorporation and
di kelas sangat memerlukan keterampilan berpikir tingkat Development (OECD) menggunakan tes Programme
tinggi, khususnya pembelajaran biologi. Biologi memiliki Internationale for Student Assesment (PISA) tahun 2015
karakteristik pembelajaran yang spesifik dan berbeda diketahui bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
yang tidak hanya mengajarkan materi atau hafalan, dimiliki oleh kebanyakan peserta didik Indonesia berada
namun juga menuntut cara berpikir peserta didik yakni di bawah level 2. Keterampilan berpikir level 2
kemampuan menalar dan analisis (Saptono, 2013). merupakan kemampuan berpikir tingkat rendah, sehingga
Salah satu materi biologi untuk Kelas XII peserta didik hanya mampu memahami konsep-konsep
semester gasal pada Kurikulum 2013 yakni materi dasar dan menerapkannya dengan pembelajaran yang
pewarisan sifat berdasarkan Hukum Mendel yang sederhana (OECD, 2016). Berdasarkan hal tersebut, dapat
tercantum dalam KD 3.5 dan KD 4.5, yakni pada KD 3.5 disimpulkan bahwa keterampilan berpikir peserta didik
menerapkan prinsip pewarisan sifat makhluk hidup Indonesia masih didominasi oleh Low Order
berdasarkan hukum Mendel, dan KD 4.5 menyajikan Thinking Skills (LOTS).
hasil penerapan Hukum Mendel dalam perhitungan Adanya permasalahan dan tagihan kompetensi
peluang dari persilangan makhluk hidup di bidang baik keterampilan maupun konsep maka diperlukan suatu
pertanian dan peternakan. Materi pewarisan sifat upaya untuk mengatasinya. Salah satu upaya yang dapat
makhluk hidup berdasarkan Hukum Mendel merupakan dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran yang
bagian dari materi hereditas yang memiliki beberapa dapat memotivasi serta memberikan pengalaman belajar
konsep antara lain konsep tentang hukum pewarisan sifat yang melibatkan peserta didik aktif untuk meningkatkan
yaitu Mendel I dan II yang berisi tentang persilangan pemahaman peserta didik dan melatihkan keterampilan
monohibrid dan dihibrid. Berdasarkan tagihan konsep berpikir tingkat tinggi. Adapun model pembelajaran yang
tersebut, pemahaman pada materi pewarisan sifat dapat diterapkan yaitu model pembelajaran Problem

Rani, Mustika & Budijastuti, Widowati: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Posing
136
BioEdu Vol. 8 No.3 ISSN:
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi September 2019 2302-9528

Posing. Hal ini sejalan dengan penelitian Chotimah dan Validitas perangkat pembelajaran berbasis
Dwitasari (2009) yakni Problem Posing merupakan salah Problem Posing berdasarkan hasil telaah oleh para
satu strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan penelaah yang terdiri atas ahli perangkat pembelajaran
peserta didik, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dan ahli materi. Data hasil validasi perangkat dianalisis
kreatif yang merupakan keterampilan berpikir tingkat secara deskriptif kualtitatif. Perangkat pembelajaran
tinggi. divalidasi menurut beberapa aspek penilaian oleh tiga
Pembelajaran problem posing pada intinya validator dengan menggunakan penilaian skala likert
meminta siswa untuk mengajukan soal berdasarkan topik sebagai berikut.
masalah yang luas maupun informasi atau situasi yang Tabel 1. Skala Likert
disediakan oleh guru (Shoimin, 2014). Pemilihan model Nilai Skala Kriteria Penilaian
4 Sangat baik
pembelajaran Problem Posing juga sesuai dengan materi 3 Baik
pewarisan sifat yang berisi operasional matematika. 2 Kurang baik
Problem posing menempati posisi yang strategis, seperti 1 Tidak baik
(Diadaptasi dari Riduwan, 2015)
yang telah dijelaskan oleh English (1996) bahwa model
pembelajaran Problem Posing dapat membantu peserta Nilai validasi yang diperoleh dari ketiga
didik dalam mengembangkan keyakinan dan kesukaan validator pada masing-masing aspek penilaian yang
terhadap materi yang berisi operasional matematika kemudian dirata-rata. Selanjutnya, ditentukan nilai modus
sehingga memberi pendalaman materi persilangan pada dari nilai validasi keseluruhan aspek yang diberikan
pewarisan sifat. Penerapan model pembelajaran tersebut masing-masing validator. Tingkat kevalidan perangkat
dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran ditentukan berdasarkan nilai modus. Nilai
pembelajaran merupakan komponen-komponen yang yang diperoleh diinterpretasikan berdasarkan pada
dibutuhkan dan harus disiapkan dalam mengelola serta kriteria intepretasi sebagai berikut.
melaksanakan kegiatan pembelajaran guna mencapai Tabel 2. Kriteria Interpretasi Hasil Validasi
tujuan pembelajaran (Fitriyah, 2013). Skor Rata-rata Kriteria Penilaian
1,0 – 1,4 Tidak Valid
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan 1,5 – 2,4 Kurang Valid
maka, tujuan dari penelitian ini yakni mengembangkan 2,5 – 3,4 Valid
3,5 – 4,0 Sangat Valid
perangkat pembelajaran Biologi berbasis Problem Posing
(Diadaptasi dari Bungin, 2009)
pada materi Pewarisan Sifat berdasarkan Hukum Mendel Perangkat pembelajaran yang telah
yang valid, praktis, dan efektif sebagai alternatif untuk dikembangkan dan dinyatakan valid dilihat kepraktisannya
meningkatkan hasil belajar peserta didik serta melatihkan berdasarkan hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Perangkat yang dilakukan oleh peneliti dan aktivitas peserta didik.
pembelajaran yang dikembangkan meliputi: rencana Keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan keterlaksanaan
pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja peserta RPP yang dianalisis berdasarkan persentase keterlaksanaan
didik (LKPD), dan tes hasil belajar (THB) untuk materi pembelajaran pada kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
Pewarisan Sifat berdasarkan Hukum Mendel. kegiatan penutup. Skala persentase keterlaksanaan RPP
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
METODE PENELITIAN
Jumlah ietm yang terlaksana
Penelitian ini merupakan penelitian Keterlaksanaan RPP = x 100 %
Jumlah total item x jumlah respon
pengembangan dengan model 4D tanpa tahap penyebaran
(dessiminate) yang meliputi tahap pendifinisan (define), (Diadaptasi dari Fatmawati, 2016)
perancangan (design), dan pengembangan (develop).
Tahap pertama yakni tahap define atau pendefinisian. Nilai persentase keterlaksanaan RPP yang
Pada tahap ini terdapat lima langkah utama yakni diperoleh diinterpretasikan berdasarkan pada kriteria
deskripsi kurikulum, analisis tugas, peserta didik, konsep interpretasi Tabel 3. sebagai berikut.
dan perumusan tujuan pembelajaran. Tahap berikutnya Tabel 3. Kriteria Interpretasi Keterlaksanaan RPP
yakni tahap design atau perancangan yang akan Skor Rata-rata Kriteria Penilaian
menghasilkan desain perangkat pembelajaran. Tahap 88% – 100% Sangat Baik
75% – 87% Baik
selanjutnya yakni develop atau pengembangan perangkat
62% – 74% Cukup Baik
pembelajaran. Penelitian dilakukan dilakukan di Jurusan 49% – 61% Kurang Baik
Biologi FMIPA Unesa. Sasaran penelitian yakni 0% - 48% Tidak Baik
perangkat pembelajaran problem posing yang meliputi (Diadaptasi dari Ratumanan dan Laurens, 2011)
RPP, LKPD dan THB yang valid, praktis dan efektif.

Rani, Mustika & Budijastuti, Widowati: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Posing
137
BioEdu Vol. 8 No.3 ISSN:
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi September 2019 2302-9528

Kriteria RPP dikatakan layak digunakan dalam Peserta didik dinyatakan tuntas dalam
pembelajaran jika keterlaksanaannya dalam pembelajaran pembelajaran biologi jika mencapai ketercapaian
≥ 75%. indikator sebesar ≥ 75%. Sedangkan perbedaan hasil
Aktivitas peserta didik diamati selama proses belajar individu peserta didik ditentukan dengan cara
pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran menghitung rata-rata gain yang ternormalisasi
Problem Posing mengacu pada skala Guttman yaitu jika menggunakan rumus Hake (1997) sebagai berikut.
peserta didik menjawab “Ya” memproleh skor 1, <𝑔>=
Sf – Si x 100 %
sedangkan jika menjawab “Tidak” maka memperoleh Nilai maksimal – Si
Keterangan :
skor 0 (Riduwan, 2012). <𝑔> : N-gain
Skor yang diperoleh dari hasil pengamatan < 𝑆𝑖 > : Perolehan skor sebelum perlakuan
kemudian dihitung menggunakan presentasenya sebagai < 𝑆𝑓 > : Perolehan skor sesudah perlakuan

berikut: Nilai rata-rata gain yang diperoleh, kemudian


Persentase Aktifitas Peserta didik % = Ʃ skor total x 100% diinterpretasikan berdasarkan kriteria sebagai berikut.
Ʃ skor maksimal Tabel 6. Kriteria Gain
Rentang Rata-rata Gain Kriteria Gain
Hasil perhitungan persentase aktivitas peserta didik yang (< g >) ≥ 0,7 Tinggi
diperoleh diinterpretasikan sesuai kriteria berikut : 0,7 > (< g >) ≥ 0,3 Sedang
Tabel 4. Kategori kelayakan empiris perangkat (< g >) ≤ 0,3 Rendah
(Diadaptasi dari Hake, 1997)
pembelajaran berbasis Problem Posing
No Skor rata-rata (%) Interpretasi Perbedaan hasil belajar individu dapat
1 00,0 - 20,0 Tidak aktif dinyatakan signifikan, apabila terjadi peningkatan hasil
2 21,0 – 40,0 Kurang aktif
3 41,0 – 60,0 Cukup aktif
belajar peserta didik yang termasuk dalam kriteria gain
4 61,0 – 80,0 Aktif tinggi atau sedang.
5 81,0 – 100 Sangat aktif
(Riduwan, 2012) HASIL DAN PEMBAHASAN
Perangkat pembelajaran berbasis Problem Penelitian ini menghasilkan perangkat
Posing yang telah layak untuk diimplementasikan, pembelajaran yang meliputi Rencana Pelaksanaan
kemudian dilihat keefektifannya berdasarkan respon Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Peserta Didik
siswa dan tes hasil belajar setelah kegiatan pembelajaran. (LKPD) dan Tes Hasil Belajar (THB). Perangkat tersebut
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. telah melalui tahapan-tahapan perbaikan yang dibimbing
Respon dibuat dalam bentuk pilihan jawaban “Ya” oleh Dosen Pembimbing dan Dosen ahli perangkat
memperoleh nilai 1 dan “Tidak” memperoleh nilai 0 pembelajaran serta materi biologi.
sesuai dengan skala Guttman (Riduwan, 2015). RPP yang dikembangkan memuat langkah-
Data yang diperoleh dihitung persentasenya langkah pembelajaran model Problem Posing untuk
dengan rumus sebagai berikut. melatihkan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada
peserta didik. Model pembelajaran Problem Posing yang
Jumlah siswa yang menjawab
x 100 % digunakan mengadaptasi fase-fase kegiatan pembelajaran
% Respon siswa = “Ya”
Jumlah seluruh siswa dari Zahra (2007) meliputi, (1) pembentukan kelompok;
(2) penyajian materi, masalah, dan contoh soal beserta
cara penyelesaiannya; (3) Pembuatan soal beserta
Persentase yang diperoleh direpresentasikan ke penyelesaiannya; (4) penukaran soal; (5) pengerjaan soal;
dalam kriteria respon peserta didik yang tersaji pada (6) diskusi; dan (7) pembahasan soal. Implementasi
Tabel 5. model pembelajaran problem posing menggunakan
Tabel 5. Kriteria Interpretasi Respon Peserta Didik LKPD yang telah dikembangkan.
Skor Rata-rata Kriteria Penilaian
LKPD yang dikembangkan terdiri dari tiga topik
88% – 100% Sangat Efektif
75% – 87% Efektif yaitu, LKPD 1 “Prinsip-prinsip Pewarisan Sifat
62% – 74% Cukup Efektif berdasarkan Hukum Mendel”, LKPD 2 “Persilangan
49% – 61% Kurang Efektif
0% - 48% Tidak Efektif Monohibrid dan Hukum Medel I dan II”, dan LKPD 3
(Diadaptasi dari Ratumanan dan Laurens, 2011) “Persilangan Dihibrid”. Masing-masing LKPD memiliki
tiga kegiatan yaitu menganalisis, membuat/sintesis, dan
Perangkat pembelajaran berbasis Problem
mengevaluasi. Tiga kegiatan dalam LKPD didasarkan
Posing pada materi Pewarisan Sifat Hukum Mendel
pada indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi dan
dikatakan efektif berdasarkan respon peserta didik
beberapa tahapan utama pembelajaran Problem Posing
apabila skor rata-rata yang diperoleh mencapai ≥ 75%.

Rani, Mustika & Budijastuti, Widowati: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Posing
138
BioEdu Vol. 8 No.3 ISSN:
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi September 2019 2302-9528

yakni menganalisis situasi, mengajukan soal dan Aspek-aspek yang divalidasi meliputi syarat diktatik
menyelesaikan soal tersebut (Xia, 2008). Informasi yaitu LKPD sudah menekankan pembelajaran problem
mengenai materi yang telah diterima dan keterampilan posing melalui tiga kegiatan yitu 1) analisis; 2)sintesis
yang terlatihkan dalam LKPD terhadap peserta didik dan 3) evalusi. Ketiga kegiatan tersebut merupakan
diukur menggunakan Tes Hasil Belajar (THB) yang telah keterampilan berpikir tingkat tinggi.
dikembangkan. Kegiatan 1 memuat indikator keterampilan
THB yang dikembangkan memuat 5 soal essay berpikir tingkat tinggi yakni menganalisis (C4) dan
dengan kategori soal Higher Order Thinking Skills berkaitan dengan tahapan pembelajaran Problem
(HOTS). Pada soal disajikan situasi, kasus maupun Posing yakni penyajian materi, masalah, dan contoh soal
bagan persilangan pewarisan sifat suatu individu jantan beserta cara penyelesaiannya. Kegiatan ini mengajak
dan betina, kemudian peserta didik diminta menganalisis peserta didik untuk menganalisis beberapa gambar,
kemungkinan keturunan yang akan dihasilkan, informasimaupun kasus persilangan yang disajikan pada
membuat bagan persilangan dan membuat kesimpulan LKPD mengenai prinsip pewarisan sifat, persilangan
keturunan yang dihasilkan. monohibrid dan dihibrid serta hukum mendel. Kegiatan 2
Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan memuat indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi
tersebut kemudian dianalisis kevalidan, kepraktisan, dan yakni mensintesis/membuat (C5). Pada kegiatan tersebut
keefektifannya. Berikut rekapitulasi validitas perangkat peserta didik diminta untuk membuat soal beserta
dapat dilihat pada Tabel 7. penyelesaiannya sesuai dengan topik pada LKPD,
kemudian menukarkan soal yang telah dibuat dengan
Tabel 7. Hasil rekapitulasi validitas kelayakan perangkat teman sebangku selanjutnya saling mengerjakan soal
pembelajaran yang telah diterima. Kegiatan yang terakhir yakni
No. Jenis Perangkat Nilai Kelayakan Kategori kegiatan 3 memuat indikator keterampilan berpikir
1 RPP 3,68 Sangat Valid
2 LKPD 3,65 Sangat Valid
tingkat tinggi mengevaluasi (C6), peserta diminta untuk
3 THB 3,6 Sangat Valid menilai soal dan penyelesaiannya yang telah dibuat
teman sebangkunya berdasarkan pedoman penilaian yang
Berdasarkan Tabel 9 validitas perangkat yang disediakan. Berdasarkan kegiatan-kegiatan dalam LKPD
ditinjau dari hasil validasi oleh ahli biologi dan ahli berbasis Problem Posing tersebut dapat melatihkan
pendidikan diperolehi dengan tingkat kelayakan masing- keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pernyataan tersebut
masing adalah RPP sebesar 3,68 dengan kategori sangat sejalan dengan Suryosubroto (2009) bahwa pembelajaran
valid, LKPD sebesar 3,65 dengan kategori sangat valid yang dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis
dan THB sebesar 3,6 dengan kategori sangat valid. sekaligus dialogis, kreatif dan interaktif yakni problem
Persentase kevalidan RPP yang diperoleh sebesar posing atau pengajuan masalah-masalah yang dituangkan
3,68 termasuk kategori sangat valid dikarenakan dari dalam bentuk pertanyaan, dimana berpikir kritis dan
aspek-aspek pada RPP yang divalidasi mendapat kreatif merupakan indikator keterampilan berpikir tingkat
penilaian yang sangat baik. Aspek yang dvalidasi tinggi.
meliputi perumusan IPK (Indikator Pencapaian Kegiatan-kegiatan dalam LKPD yang
Kompetensi) telah sesuai dengan KD pada materi diintegrasikan dengan model Problem Posing juga
pewarisan sifat berdasarkan hukum mendel, pemilihan mengidentifikasikan bahwa LKPD memenuhi syarat
materi pewarisan sifat sesuai dengan permasalahan pada didaktik sesuai yang dinyatakan oleh Widjayanti (2008),
peserta didik dan alokasi waktu yang disediakan, salah satu ciri LKPD yang baik adalah LKPD yang
pemilihan model pembelajaran problem posing sesuai memenuhi syarat didaktik yaitu dapat menuntun peserta
dengan karakteristik peserta didik yang dituntut memiliki didik untuk aktif dalam proses pembelajaran dengan
keterampilan berpikir tingkat tinggi dan materi setiap tugas/kegiatan yang disajikan. Hamalik (2009)
pewarisan sifat hukum mendel yang dianggap sulit mengatakan bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan
karena mengandung perhitungan sehingga dibutuhkan pembelajaran berfungsi untuk menunjang keberhasilan
pengalaman pembelajaran yang dapat meningkatkan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari
pemahaman peserta didik dan melatihkan keterampilan kegiatan tersebut yakni perolahan materi pewarisan sifat
berpikiran tingkat tinggi. Aspek yang terakhir yakni berdasarkan hukum mendel dapat diterima peserta didik
kelengkapan instrumen penilaian, kesesuaian teknik dengan baik. Hal tersebut sejalan dengan diterapkan nya
penilaian dan prosedur penilaian yang sudah cukup jelas. pembelajaran problem posing dapat melatihkan peserta
Pada LKPD diperoleh presentase sebesar 3,65 didik untuk belajar secara mandiri dan akan terbentuknya
dengan kategori sangat valid dikarenakan aspek validasi pemahaman konsep yang lebih mantap pada diri peserta
oleh tiga validator mendapat penilaian yang sangat baik. didik terhadap materi (Palupi, 2013). Sesuai dengan

Rani, Mustika & Budijastuti, Widowati: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Posing
139
BioEdu Vol. 8 No.3 ISSN:
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi September 2019 2302-9528

keunggulan dari model problem posing yakni peserta terlaksana sangat baik berdasarkan keterlaksanaan
didik dapat berpartisipasi secara aktif dan mandiri dalam masing-masing aspek pada kegiatan pendahuluan,
membuat soal beserta penyelesaiannya, berpikir secara kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Persentase
sistematis, kemampuan memecahkan masalah dan keterlaksanaan kegiatan pendahuluan dalam tiga kali
mencari solusi, dapat mengembangkan pengetahuan dan pertemuan adalah 100%, termasuk dalam kriteria
pemahaman peserta didik (Sukarma, 2004). penilaian sangat baik didasarkan pada kriteria interpretasi
Aspek penilaian berikutnya yaitu syarat kontruksi yang diadaptasi dari Ratumanan dan Laurens (2011).
dimana LKPD yang telah dikembangkan sudah sesuai Hasil tersebut menunjukkan bahwa guru mampu
dengan IPK, tecantum tujuan pembelajaran, petunjuk memotivasi peserta didik dengan memberi apersepsi,
penggunaan LKPD dan daftar pustaka, menggunakan kemudian melibatkan peserta didik melalui tanya jawab,
bahasa yang cukup sederhana dan komunikatif serta dan guru telah menyampaikan tujuan pembelajaran.
kebenaran materi pewarisan sifat berdasarkan hukum Kegiatan inti dalam 3 kali pembelajaran
mendel dan soal-soal pada LKPD dapat melatihkan berbasis Problem Posing memiliki rata-rata persentase
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Selanjuknya aspek keterlaksanaan sebesar 100%. Hal ini menunjukkan
Teknis yang meliputi penampilan LKPD sudah cukup bahwa kegiatan inti yang menggunakan sintaks model
menarik perhatian peserta didik. pembelajaran Problem Posing terlaksana dengan sangat
Pada THB yang telah dikembangkan memperoleh baik sesuai dengan kriteria interpretasi yang diadaptasi
persentase sebesar 3,6 dengan kategori sangat valid. dari Ratumanan dan Laurens (2011). Hasil tersebut
Perolehan persentase tersebut dikarenakan butir soal THP memberikan gambaran bahwa pengajar mampu mengajar
sudah sesuai dengan IPK, materi pewarisan berdasarkan sesuai langkah pembelajaran Problem Posing dengan
hukum mendel yang disajikan tabel, peluang, dan menggunakan LKPD penunjang untuk melatihkan
kasus.THB juga telah melatihkan keterampilan berpikir keterampilan berpikir tingkat tinggi pada peserta didik.
tingkat tinggi terhadap materi pewarisan sifat berdarkan Sedangkan pada kegiatan penutup dalam 3 kali
hukum mendl karena pada butirsoal terdapat situasi yang pertemuan pembelajaran berbasis Problem Posing,
berisi gen-gen yang diberlakukan pada kasus yang akan diperoleh rerata keterlaksanaan sebesar 83% yang
dianalis. termasuk dalam kriteria penilaian baik sesuai dengan
Berdasarkan uraian perangkat yang telah kriteria interpretasi yang diadaptasi dari Ratumanan dan
dikembangkan dan hasil rekapitulasi validitas Laurens (2011). Hasil tersebut diperoleh karena 1 aspek
perangkat pembelajaran tersebut dinyatakan layak untuk pada pertemuan pertama dan ketiga pada kegiatan
digunakan. Perangkat pembelajaran yang valid kemudian penutup tidak terlaksana yaitu aspek guru bersama
diujicobakan kepada 16 peserta didik kelas XII SMA peserta didik menyimpulkan pembelajaran. Hal tersebut
untuk dilihat kepraktisan dan keefektifannya. Perangkat dikarenakan pada saat peserta didik membuat soal dan
pembelajaran dinyatakan praktis berdasarkan mengerjakan soal baru merupakan kegiatan yang
keterlaksanaan RPP dan aktivitas peserta didik. Berikut membutuhkan waktu lama, kemudian pada saat
rekapitulasi keterlaksanaan RPP dapat dilihat pada pengerjaan pre-test dan post-test dengan soal yang
Tabel 8. merupakan kategori HOTS, dimana peserta didik diminta
Tabel 8. Rekapitulasi Keterlaksanaan RPP untuk menganalisis, menyusun penyelesaian dan
No. Kegiatan Persentase mengevaluasi kasus yang disediakan pada soal, sehingga
1 Kegitan Awal 100%
pada saat menyimpulkan pembelajaran waktu sudah tidak
2 Kegiatan Inti 100%
3 Kegiatan Penutup 83% cukup dan memerlukan tambahan jam pelajaran.
Rerata 94,33% Penelitian siswono (2008) dan Karim (2015) juga
mengungkapkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
Berdasarkan Tabel 8. perangkat yang telah berbasis Problem Posing memerlukan waktu yang cukup
diujicobakan telah dinyatakan praktis berdasarkan lama.
keterlaksanaan RPP sebesar 94,33% dengan kategori Kepraktisan perangkat pembelajaran tidak
sangat baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hanya ditinjau dari keterlaksanaan RPP namun juga
pembelajaran telah berlangsung sesuai rencana yang berdasarkan akativitas peserta didik selama
tertuang dalam RPP. Kemampuan mengelola proses pembelajaran. Berikut grafik rekapitulasi aktivitas
belajar mengajar adalah keaktifan guru dalam peserta didik dapat diamati pada Gambar 1.
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan belajar sesuai
dengan rencana yang telah disusun (Sudjana, 2011 dan
Fatmawati, 2016).
Keterlaksanaan pembelajaran dapat dikatakan

Rani, Mustika & Budijastuti, Widowati: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Posing
140
BioEdu Vol. 8 No.3 ISSN:
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi September 2019 2302-9528

awal pembelajaran dengan pemberian materi dan contoh


soal kemudian memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bekerja mandiri membuat soal baru
(Nursalim, 2007). Peserta didik juga mampu membuat
soal yang bervariasi dan berkaitan dengan lingkungan
sekitarnya pada materi pewarisan sifat yang menurut
Novitasari (2013) merupakan materi yang kompleks dan
rumit. Hal tersebut sesuai dengan teori perkembangan
kognitif anak menurut Piaget bahwa usia peserta didik
kelas XII SMA yakni kurang lebih 17 tahun, telah
Gambar 1. Grafik Persentase Keterlaksanaan aktivitas peserta didik
Berdasarkan RPP dalam Tiga Kali Pertemuan Pembelajaran Berbasis Problem mampu berpikir abstrak, bernalar untuk memikirkan
Posing
kemungkinan-kemungkinan peristiwa yang akan terjadi
Aktivitas yang merupakan fase-fase dalam dan memecahkan masalah sehingga dapat menyusun
pembelajaran problem posing berdasarkan Gambar 1. masalah/soal yang bervariasi beserta penyelesaiannya
yakni aktivitas 5 hingga aktivitas 14. Aktivitas 5 (duduk (Nursalim, 2007).
berkelompok), aktivitas 6 (memperhatikan penyampaian Keseluruhan aktivitas peserta didik berdasarkan
materi), aktivitas 7 (memperhatikan petujuk LKPD), Gambar 1. pada pertemuan 1, 2 dan 3 menujukkan
aktivitas 8 (memperhatikan petunjuk mengerjakan perolehan persentase sebesar 100% dengan kategori
LKPD), aktivitas 9 (membaca dan mengerjakan kegiatan sangat aktif, kecuali pada aktivitas 3, 15 dan 17 diperoleh
menganalisis LKPD), aktivitas 10 (membahas jawaban persentase antara 37,5-75% termasuk dalam kategori
soal pada kegiatan menganalisis), aktivitas 11 (membuat kurang aktif, cukup aktif dan aktif.
soal beserta penyelesaiannya pada kegiatan sintesis Aktivitas 3 pada pertemuan 1, 2, dan 3
LKPD), aktivitas 12 (menukarkan soal yang telah dibuat memperoleh persentase masing-masing secara berturut-
dengan teman sebangku), aktivitas 13 (mengerjakan soal turut yakni 56,3% (cukup aktif), 68,8% (aktif) dan 75%
yang telah diterima), aktivitas 14 (berdiskusi dengan (aktif). Aktivitas 15 yakni mempresentasikan hasil
teman sebangku mengenai hasil pengerjaan soal yang pembuatan soal yang dapat dikerjakan benar oleh teman
telah dibuat). sebangkunya. Aktivitas 15 pada pertemuan 1, 2, dan 3
Sedangkan aktivitas dalam fase pembelajaran memperoleh persentase masing-masing secara berturut-
problem posing yang dapat melatihkan keterampilan turut yakni 50% (cukup aktif), 56,3% (cukup aktif) dan
berpikir tingkat tinggi yakni aktivitas 9 (mengerjakan soal 75% (aktif). Sedangkan aktivitas 17 yakni bertanya
yang disajikan pada LKPD) yang melatihkan kemampuan mengenai materi yang belum dipahami, pada pertemuan
menganalisis, aktivitas 11 (membuat soal beserta 1, 2, dan 3 memperoleh persentase masing-masing
penyelesaiannya pada LKPD) yang melatihkan secara berturut-turut yakni 37,5% (kurang aktif), 50%
kemampuan mensintesis dan aktivitas 14 (berdiskusi (cukup aktif) dan 50% (cukup aktif).
dengan teman sebangku mengenai hasil pengerjaan soal Ketiga aktivitas tersebut merupakan aktivitas
yang telah dibuat) yang melatihkan kemampuan untuk melatihkan kepercayaan diri peserta didik dalam
mengevaluasi. dan yang menjadi karakteristik berargumentasi, mempresentasikan hasil pekerjaan, dan
pembelajaran problem posing dari aktivitas-aktivitas menyampaikan pengetahuan yanag telah didapat.
tersebut yakni aktivitas 11(membuat soal beserta Perolehan persentase yang belum maksimal pada ketiga
penyelesaiannya). aktivitas tersebut dikarenakan tidak semua peserta didik
Berdasarkan soal yang telah dibuat oleh memiliki tingkat kepercayaan diri dan tingkat
peserta didik pada LKPD 1, LKPD 2 dan LKPD 3 pada pemahaman terhadap materi yang sama serta belum
saat pembelajaran menunjukkan bahwa peserta didik terlatih dalam berargumentasi, persentasi dan
telah terlatih keterampilan berpikir tingkat tinggi. Peserta menyampaikan pengetahuan yang telah diperoleh karena
didik mampu menganalisis materi yang diberikan dan seharusnya problem posing memberikan kesempatan
mengerjakan soal yang telah disediakan pada LKPD siswa untuk melakukan inkuiri dalam membuat soal
untuk memperoleh konsep sehingga peserta didik dapat sehingga menambah minat dan kepercayaan diri mereka
menyusun soal yang baru beserta penyelesaiannya. (Chua dan Yeap, 2009). Siswono (2008) dan Karim
Keberhasilan pembuatan soal oleh peserta (2015) juga menambahkan bahwa pembelajaran
didik pada pembelajaran problem posing tersebut sesuai berbasis Problem Posing membantu peserta didik
dengan metode pembelajaran Scaffolding menurut teori mengembangkan suatu konsep yang dimiliki untuk
Vygotsky yakni pemberian bantuan pada tahap awal- diujicobakan dengan mengajukan pertanyaan dan

Rani, Mustika & Budijastuti, Widowati: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Posing
141
BioEdu Vol. 8 No.3 ISSN:
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi September 2019 2302-9528

menyelesaikan masalah, sehingga peserta didik akan dari hasil wawancara terhadap beberapa peserta didik
lebih terlatih untuk menyampaikan pendapat, ide-ide, yang bersangkutan. Sedangkan Hasil persentase yang
pertanyaan dan penyelesaian suatu permasalahan. sudah maksimal pada aspek kegiatan pembelajaran
Berdasarkan rendahnya perolehan persentase mengindikasikan bahwa peserta didik merasa senang
aktivitas peserta didik tersebut, tinjak lanjut yang dan antusias mengikuti kegiatan pembelajaran berbasis
dilakukan peneliti yakni dengan penekanan pada Problem Posing, dan sejalan dengan hasil observasi
pemberian motivasi, materi maupun latihan soal keterlaksanaan aktivitas peserta didik yaitu sangat praktis
sehingga peserta didik lebih percaya diri terhadap dalam menunjang kegiatan pembelajaran. Ada atau
materi yang telah diperoleh dan mampu menyampaikan tidaknya belajar dicerminkan dari ada atau tidaknya
pendapat, mempresentasikan hasil pembuatan soal, dan aktivitas. Aktivitas dalam belajar sangat diperlukan untuk
berani bertanya. Namun secara keseluruhan menurut memicu motivasi siswa, Indriyanti (2016), mengatakan
Wulandari (2013) menyatakan bahwa keterlibatan siswa bahwa seseorang yang tidak memiliki motivasi, tidak
dalam pembelajaran dengan cara menerapkan model akan mungkin melaksanakan kegiatan pembelajaran.
pembelajaran problem posing merupakan salah satu Keefektifan perangkat pembelajaran selain
indikator keefektifan belajar. Hal tersebut sesuai dengan dilihat dari respon peserta didik juga ditinjau dari hasil
hasil rerata aktivitas peserta didik sebesar 95% (sangat belajar. Pada penelitian ini hasil belajar dinilai
aktif) dan sejalan dengan pernyataan Yulianti (2015) berdasarkan hasil pretest dan postest, sehingga diperoleh
yaitu kegiatan pembelajaran berbasis Problem Posing ketuntasan individu yang ditetapkan berdasarkan Kriteria
merupakan pembelajaran berbasis student centered, Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran biologi kelas
karena peserta didik tidak hanya menerima materi dari XII SMA yaitu ≥ 75.Berikut Ketercapaian indikator pada
guru namun juga harus menggali dan mengembangkan pretest dan posttest dapat dilihat pada Tabel 10.
informasi terhadap suatu permasalahan melalui kegiatan Tabel 10. Ketercapaian Indikator pada Pretest dan
menyusun soal sendiri dan menyelesaikan soal tersebut Postest
sendiri, kemudian menukarkan soal yang telah dibuat No.
Pretest Posttest N-
Kategori
Nilai Kategori Nilai Kategori Gain
kepada temannya dan mencoba mengerjakan soal dari 1 45 TT 88 T 0,78 Tinggi
temannya tersebut, sehingga peserta didik bekerja lebih 2 45 TT 82 T 0,67 Sedang
3 30 TT 82 T 0,74 Tinggi
aktif. 4 40 TT 82 T 0,7 Tinggi
5 45 TT 80 T 0,63 Sedang
Selain kepraktisan perangkat pembelajaran 6 30 TT 82 T 0,74 Tinggi
juga dilihat keefektifannya berdasarkan respon peserta 7 20 TT 86 T 0,83 Tinggi
8 40 TT 81 T 0.68 Sedang
didik yag diperoleh dari angket yang diberikan kepada 9 30 TT 82 T 0,74 Tinggi
10 35 TT 78 T 0,66 Sedang
peserta didik setelah kegiatan pembelajaran dan hasil 11 45 TT 86 T 0,74 Tinggi
belajar peserta didik yang diukur melalui soal pre-test 12 35 TT 82 T 0,72 Tinggi
13 40 TT 88 T 0,8 Tinggi
dan post-test. Berikut rekapitulasi angket repon peserta 14 45 TT 82 T 0,67 Sedang
15 45 TT 86 T 0,74 Tinggi
didik dapat dilihat pada Tabel 9 dan hasil belajar pada 16 45 TT 78 T 0,53 Sedang
pretest dan postest serta nilai n-gain score pada Tabel 10. Re-
38,44 TT 82,81 T 0,71 Tinggi
rata
Keterangan :
Tabel 9. Hasil Rekapitulasi Angket Respon Peserta Didik T = Tuntas
No. Aspek Persentase Kategori TT = Tidak Tuntas
Perangkat Sangat
1 96% Berdasarkan data uji coba terbatas yang
Pembelajaran Efektif
Kegiatan Sangat berjumlah 16 peserta didik pada Tabel 13 dinyatakan
2 100%
Pembelajaran Efektif
belum mampu mencapai KKM pada pre-test dengan
rerata nilai 38,44, sehingga secara individu dinyatakan
Berdasarkan respon peserta didik setelah
tidak tuntas. Namun, hasil post-test menunjukkan bahwa
terhadap perangkat pembelajaran dan kegiatan
secara individu, 16 peserta didik dinyatakan tuntas dan
pembelajaran setelah pembelajaran problem posing yakni
dapat mencapai KKM dengan rerata nilai 82,81.
masing-masing sebesar 96% dan 100% yang termasuk
Arikunto (2010) mengatakan bahwa kemampuan kognitif
dalam kategori sangat efektif yang ditentukan oleh
berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk
Ratumanan dan Laurens (2011). Hasil persentase yang
didalamnya kemampuan menghafal, memahami,
tidak maksimal pada aspek perangkat pembelajaran
menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan
dikarenakan beberapa peserta didik kurang menyukai
mengevaluasi.
materi pewarisan sifat karena memuat operasional
Hasil rekapitulasi gain score pada Tabel 10
matematika (hitung-hitungan) dan soal pada THB yang
juga menunjukkan adanya peningkatan pemahaman
diberikan bersifat HOTS. Pernyataan tersebut diperoleh

Rani, Mustika & Budijastuti, Widowati: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Posing
142
BioEdu Vol. 8 No.3 ISSN:
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi September 2019 2302-9528

siswa terhadap materi pewarisan sifat berdasarkan tingkat tinggi dapat dilakukan peserta didik dengan baik.
hukum mendel setelah menggunakan perangkat Sehingga tujuan pendidikan dalam melatihkan
pembelajaran berbasi Problem Posing. Siswa keterampilan berpikir tinggi pada pembelajaran dapat
memperoleh gain score berkisar 0,53 – 0,83 dengan tercapai (Hartiningrum, 2019).
kriteria sedang-tinggi dan rata-rata 0,71 dengan kriteria Ketuntasan hasil belajar yang diperoleh peserta
tinggi. Berdasarkan hasil yang diperoleh, perangkat didik disebabkan karena aktivitas peserta didik yang
pembelajaran yang dikembangkan dinyatakan sangat dilatihkan pada perangkat pembelajaran yakni LKPD
efektif untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. berbasis Problem Posing selama kegiatan ujicoba. Hasil
Berdasarkan hasil post-test yakni hasil belajar tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
setelah menggunakan perangkat pembelajaran dapat Dimyati dan Mudjiono (2013) bahwa aktivitas belajar
diketahui ketercapaian indikator setelah menggunakan bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar. Peserta
perangkat pembelajaran berbasis problem posing, berikut didik yang melakukan aktivitas belajar memperoleh
rekapitulasi ketercapaian indikator pembelajaran pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta
disajikan pada Tabel 11. berikut ini. perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Selain itu
Tabel 11. Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Setelah menurut Slavin (2008), strategi pembelajaran yang aktif
Menggunakan Perangkat Pembalajaran Berbasis Problem melibatkan siswa peserta didik pembelajaran berperan
Posing dalam meningkatkan memori jangka panjang sehingga
Persentase mampu memberikan keberhasilan dalam peningkatan
Jumlah
Indikator Ketercapai
No. Siswa pembelajaran yang dilakukan peserta didik.
No Berfikir an Keterangan
Soal Yang
Tingkat Tinggi Indikator Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah
Tuntas
(%)
Menganalisis diuraiakan, keunggulan dari perangkat pembelajaran
3.5.1 prinsip 1 16 100% Tuntas berbasis problem posing yang dikembangkan antara lain:
pewarisan sifat
Menganalisis melibatkan peserta didik bekerja aktif, mengembangkan
hukum mendel keterampilan mengajukan masalah/soal, dan dapat
3.5.2 2 16 100% Tuntas
I dan Hukum
Mendel II melatihkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Mengaplikasik
3.5.3 an persilangan 3 16 100% Tuntas
monohibrid. SIMPULAN
Mengaplikasik
3.5.4 an persilangan 4 16 100% Tuntas
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
dihibrid dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran
Menggeneralis
asikan angka- berbasis problem posing yang dikembangkan untuk
3.5.5
angka
5 16 100% Tuntas melatihkan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta
perbandingan
hasil didik pada materi pewarisan sifat berdasarkan hukum
persilangan mendel dinyatakan layak digunakan berdasarkan
kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan perangkat
Pada Tabel 11 diketahui bahwa nilai presentase pembelajaran.
ketuntasan indikator setelah penggunaan perangkat
pembelajaran sebesar 100% pada setiap indikator dan UCAPAN TERIMA KASIH
menunjukkan rata-rata dari persentase ketercapaian Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Prof.
indikator sebesar 100% dengan kriteria Tuntas. Hal ini Dr. Endang Susantini, M.Pd. dan Guntur Trimulyono,
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan S.Si., M.Sc. selaku penelaah atas saran dan masukan
perangkat pembelajaran yakni LKPD berbasis Problem yang diberikan. Seluruh pihak khususnya kepada guru
Posing dapat meningkatkan pemahaman peserta didik Biologi SMAN 4 Sidoarjo, Dra. Arini Munawaroh selaku
terhadap materi pewarisan sifat berdasarkan hukum validator serta peserta didik XII MIA 3 SMAN 4
mendel dan melatihkan keterampilan berpikir tingkat Sidoarjo. Serta semua pihak yang membantu dalam
tinggi. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan penelitian ini.
Huda (2014) yakni pembelajaran berbasis problem
posing dapat menambah pengalaman-pengalaman belajar DAFTAR PUSTAKA
peserta didik, sehingga pada akhirnya peserta didik akan Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
lebih aktif dan mengalami peningkatan hasil belajar. Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Sedangkan menurut Kuswana (2011) bahwa keadaan Bungin, B. 2009. Analisis Penelitian Data Kualitatif.
sadar atau kesadaran ditinjau dari aspek psikologi erat Jakarta : Raja Grafindo.
kaitannya dengan aktivitas berpikir, sehingga dengan
adanya aktivitas pembelajaran, keterampilan berpikir

Rani, Mustika & Budijastuti, Widowati: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Posing
143
BioEdu Vol. 8 No.3 ISSN:
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi September 2019 2302-9528

Chotimah, H., dan Dwitasari, Y. 2009. Strategi-strategi Berpikir Tingkat Tinggi Fisika pada Siswa
Pembelajaran untuk Penelitian Tindakan SMP. Jurnal Pendidikan Fisika. 1(2): 1722
Kelas. Malang: Surya Pena Gemilang. Sani, R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:
Jakarta: Rineka Cipta. Bumi Aksara.
English. L.D. 1996. Children’s problem posing and Riduwan. 2012. Metode & Teknik Menyusun Proposal
problem solving preferences, in J. Mulligan Penelitian. Bandung: Alfabeta.
dan M. Mitchelmore (Eds.) Research in Early Riduwan. 2015. Skala Pengukuran Variabel-variabel
Number Learning. Australian Association of Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Mathematics Teachers. Saptono, S., Rustaman, N. Y., & Widodo, A. 2013.
Fatmawati, A. 2016. Pengembangan Perangkat Model Integrasi Atribut Asesmen Formatif
Pembelajaran Konsep Pencemaran (IAAF) Dalam Pembelajaran Biologi Sel
Lingkungan Menggunakan Model Untuk Mengembangkan Kemampuan
Penalaran Dan Berpikir Analitik Mahasiswa
Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk
Calon Guru. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia,
SMA Kelas X. Edusains. 4(2) : 94 – 103. 2 (1), 31-40.
Fitriyah, D.A.I. 2013. Pengembangan Perangkat Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri pada dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Materi Mekanisme Transpor pada Membran. Media.
BioEdu. Vol.2 No.2. Siswono, T.Y.E. 2008. Model Pembelejaran Matematika
Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah
Bumi Aksara. Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir
Hanifah, N. 2019. Pengembangan Instrumen Higher Kreatif. Surabaya: Unesa University Press.
Order Thinking Skill (HOTS) di Sekolah Slavin, R.E. 2008. Psikologi Pendidikan: Teori dan
Dasar. Conference Series Journal. Vol 1. Praktik. Jakarta: Indeks.
No.1. Sudjana. 2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.
Hartiningrum, Y. 2019. Kelayakan Empiris E-book Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Berbasis HOTS pada Materi Pembelahan Sel
Sukarma, K. 2004. Pembelajaran dengan Pendekatan
untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir
Problem Solving dan Problem Posing Untuk
Tingkat Tinggi Kelas XII SMA/MA. BioEdu.
Meningkatkan Aktivitas Siswa. Jurnal
Vol 8 No.2.
Kependidikan, Volume 3, No. 1.
Huda, M. 2014. Model-model Pengajaran dan
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di
Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sekolah. Jakarta: Rhineka Cipta.
Indriyanti, D.P. 2016. Pengembangan Buku Ajar
Yulianti, P. 2015. Implementasi Pendekatan Metakognitif
Berbasis Aktivitas Pada Materi
dan Problem Posing Dalam Pencapaian
Keanekaragaman Hayati Bagi Siswa
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Self-
SMA/MA. (Skripsi). Jurusan Biologi, Fakultas
Efficacy Matematis Siswa. Universitas
Matematika dan Ilmu Pengeahuan Alam.
Pendidikan Indonesia.
Universitas Negeri Surabaya.
Wulandari, B dan Herman Dwi Surjono. 2013. Pengaruh
Kuswana, W.S. 2011. Taksonomi Berpikir. Bandung:
Problem Based Learning Terhadap Hasil
Remaja Rosdakarya.
Belajar Ditinjau Dari Motivasi Belajar PLC Di
Novitasari, K.N. 2013. Pengembangan Lembar Kegiatan
SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi. Vil 3(2).
Siswa Berbasis Strategi Metakognitif Pada
Program Pascasarjana Universitas Negeri
Materi Pewarisan Sifat. BioEdu. Vol.2/No.1.
Yogyakarta.
Nursalim. M., Satiningsih., Retno, T.H., Siti, I.S., Meita,
Zahra, C. 2007. Problem Posing dalam Pembelajaran
S.B. 2007. Psikologi Pendidikan. Surabaya:
Matematika. Makalah disajikan dalam Seminar
Unesa University Press.
Nasional Matematika.
OEDC. 2016. “PISA 2015 Result in Focus.”Online.
Xia, X., Lu, C., & Wang, B. 2008. Research on
Diakses0melalui0https://www.oecd.org/pisa/pis
mathematics instruction experiment based
a-2015-results-in-focus.pdf 0pada 18 Juli2019.
problem posing. Journal of Mathematics
Palupi, S. R. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran
Education, Vol.1.
Problem Posing terhadap Motivasi dan Hasil
Belajar Biologi Siswa pada Materi Pokok
Sistem Reproduksi Kelas XI Semester II di
SMA UUI Yogyakarta. Jurnal Pendidikan
Biologi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Ratumanan, G.T. & Laurens, T. 2011. Evaluasi Hasil
Belajar pada Tingkat Satuan Pendidikan.
Surabaya: UNESA University Press.
Rofiah, E., Aminah, N.S., Ekawati, E.Y. 2013.
Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan

Rani, Mustika & Budijastuti, Widowati: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Posing
144

Anda mungkin juga menyukai