Anda di halaman 1dari 8

Thabiea : Journal of Natural Science Teaching

Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Alam


Institut Agama Islam Negeri Kudus
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Thabiea
p-issn: 2580-8974, e-issn: 2655-898x

Pengembangan Modul Kesetimbangan Kimia Berbasis Unity of Sciences


(UoS) dan Multilevel Representasi
Farida Septiana Watia, 1*, Ulya Lathifab, 2, Wirda Udaibahc, 3
a,b,c UIN Walisongo Semarang, Jl. Prof Dr Hamka Ngaliyan Semarang, 50181
1 faridaseptianawati88@gmail.com*; 2ulyalathifa@walisongo.ac.id; 3wirda_udaibah@walisongo.ac.id

ABSTRAK
Kata kunci: Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik
Modul Pembelajaran; dan kelayakan modul pembelajaran kimia berbasis unity of sciences dan
Unity of Sciences; multi level representasi pada materi kesetimbangan. Model pengembangan
Multi level Representasi; yang digunakan adalah 4D (define, design, develop, dan disseminate)
Kesetimbangan Kimia namun hanya dilakukan sampai tahap develop. Dalam pengumpulan data
digunakan metode wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes. Hasil
validasi oleh ahli materi diperoleh presentase rata-rata sebesar 87,7%
dengan kategori sangat layak. Dari hasil validasi ahli media diperoeh
presentase rata-rata sebesar 88% dengan kategori sangat layak, sedangkan
dari penilaian peserta didik diperoleh presentase rata-rata sebesar 90,22%
dengan kategori sangat layak. Dari postes diperoleh nilai rata-rata sebesar
89,11. Dengan demikian modul kimia berbasis unity of sciences dan multi
level representasi pada materi kesetimbangan kimia layak untuk
digunakan sebagai sumber belajar peserta didik.
ABSTRACT
Key word: This development research aims to determine the characteristics and
Learning Modules; feasibility of chemistry learning modules based on unity of sciences and
Unity of Science; multi-level representation on equilibrium material. It use 4D
Multi Level Representation; developmental model (define, design, develop, and disseminate) but only
Chemical Equilibrium done until the develop stage. In collecting data, the interview, observation,
documentation, and test methods are used. The results of validation by the
material experts obtained an average percentage of 87.7% with a very
decent category. From the media expert, it was obtainned an average
percentage of 88% with a very decent category, while from the assessment
of students obtained an average percentage of 90.22% with a very decent
category. From the posttest obtained an average value of 89.11. Thus the
chemistry module based on unity of sciences and multi-level
representation on chemical equilibrium material is appropriate for use as a
learning resource for students.
Copyright © 2019 Institut Agama Islam Negeri Kudus. All Right Reserved
Pendahuluan jasmani dan rohani, memiliki akhlak yang
Peningkatan kualitas pendidikan mulia, berilmu, sophisticated, kreatif, dan
merupakan konsen setiap bangsa, termasuk tanggung jawab (Pemerintah Republik
Indonesia. Oleh karena itu, setiap bangsa Indonesia, 2003). Salah satu wujud dari tujuan
merumuskan tujuan pendidikan nasional. pendidikan adalah adanya pembentukan
Tujuan pendidikan Indonesia yang tertuang kurikulum yang terimplementasikan secara
dalam Pasal 3 UU No 20 Th 2003 antara lain nasional. Kurikulum disebut Perdana (2016)
mengembangkan potensi yang ada dalam sebagai suatu langkah yang ditempuh guna
setiap peserta didik sehingga dapat menjadi memantapkan desain pembelajaran dalam
manusia yang beriman serta bertakwa kepada suatu proses belajar mengajar. Kurikulum
Tuhan YME, menjadi manusia yang sehat yang diberlakukan di Indonesia sekarang ini

JURNAL THABIEA Vol. 02 No. 02 Tahun 2019 | 70 – 77


Farida Septiana Watia, dkk | Pengembangan Modul Kesetimbangan Kimia. . .

adalah kurikulum 2013 revisi. Kurikulum Pengembangan pemahaman konsep dasar


tersebut terdiri dari beberapa kompetensi inti kimia dapat dilakukan dengan menanamkan
yang wajib dikuasai peserta didik. Kompetensi level-level representasi pada peserta didik,
inti tersebut antara lain kompetensi inti sikap yaitu level makroskopik, submikroskopik dan
spiritual, sosial, pengetahuan dan simbolik (Becker et al, (2015). Level
keterampilan. makroskopik merupakan penjelasan terhadap
Namun, implementasi kompetensi- segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh
kompetensi inti tersebut banyak menghadapi pancaindera. Level submikroskopik
kesulitan terutama pada aspek sikap spiritual. merupakan representasi terhadap senyawa-
Pada dimensi spiritual guru diharapkan senyawa/ proses kimia yang tidak kasat mata
mampu melakukan kontemplasi nilai-nilai ke- melalui pemodelan, sedangkan level simbolik
Ilahian terhadap pembelajaran yang dilakukan, merupakan perlibatan rumus dan simbol-
termasuk kimia. Pada kenyataannya, banyak simbol untuk merepresentasikan senyawa,
guru kimia yang belum mampu unsur dan molekul serta reaksi kimia. Cakupan
menerapkannya (Zain & Vebrianto, 2017). konsep berkenaan denagn komponen larutan,
Hasil riset pendahuluan yang konsentrasi, serta sifat asam basa pada larutan
dilaksanakan di SMA Negeri 2 Semarang berair sering diajarkan hanya sebagai hafalan
menunjukkan bahwa konsep pengintegrasian dan perhitungan matematis, tanpa
nilai-nilai Islam terhadap ilmu kimia belum memperhatikan aspek submikroskopik pada
dilakukan oleh guru. Meskipun guru telah jenjang level sekolah (Imaduddin, 2018).
mengintegrasikan kimia dengan ilmu-ilmu lain Dengan adanya representasi yang tepat maka
seperti fisika dan biologi, namun sentuhan pemahaman konseptual yang utuh dapat
Islami di dalam pembelajaran belum dimiliki peserta didik.
dilakukan. Hal tersebut tentunya menjadikan Berdasarkan hasil try out materi kimia
aspek spiritual dalam kompetensi inti 1 belum yang memuat konten representasi kimia pada
tercapai dengan baik. kelas XI di SMA N 2 Semarang, diketahui
Selain KI 1, kompetensi lain yang perlu hanya 12% peserta didik yang mampu
dikuasai yaitu aspek pengetahuan (KI 3). menghubungkan konsep kimia dalam ketiga
Kompetensi ini menuntut peserta didik mampu level representasi kimia. Hasil wawancara juga
memahami materi serta mengaplikasikannya. menunjukkan bahwa pembelajaran di kelas
Meskipun KI 3 menjadi perhatian bagi seluruh hanya menekankan pada aspek makroskopik
pengajar, namun kendala-kendala masih sering dan simbolik. Hal tersebut tentunya
ditemui. Kendala tersebut salah satunya menjadikan proses konstruksi konsep
berasal dari karakteristik ilmu kimia. Ilmu terhambat.
kimia hadir dengan banyak konsep yang Salah satu materi yang diajarkan di kelas
abstrak (Taber, 2002; Sirhan, 2007; XI adalah kesetimbangan kimia. Materi
Berrewinkel, Parchmann, & Grasel, 2010). tersebut mencakup jenis-jenis kesetimbangan
Adanya keabstrakan konsep tersebut reaksi dan faktor-faktor yang
menjadikan kimia sulit dipahami oleh peserta mempengaruhinya. Sebagai materi wajib,
didik (Demircioglu et al., 2013). Untuk peserta didik diharapkan menguasi materi
memvisualisasikan konsep yang abstrak, ilmu tersebut. Namun berdasarkan hasil penyebaran
kimia perlu diajarkan dengan melibatkan kuesioner diketahui sebanyak 57% peserta
multipel representasi (Wulandari, Susilaning, didik mengalami kesulitan pada materi
& Kasmui, 2018). Multipel representasi tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan
merupakan representasi berlangsungnya proses sebanyak 51,28% peserta didik belum
kimia dan entitas seperti atom dan molekul mencapai nilai ketuntasan minimal.
yang melibatkan rumus, simbol, serta struktur.

JURNAL THABIEA |71


Farida Septiana Watia, dkk | Pengembangan Modul Kesetimbangan Kimia. . .

Salah satu solusi yang dapat ditawarkan didik bergaya belajar visual sedangkan 65%
adalah dengan merencanakan dan belajar secara mandiri.
melaksanakan pembelajaran terintegrasi nilai-
nilai keagamaan (unity of sciences) dan Metode
berbasis multilevel representasi. Unity of Penelitian ini merupakan Research and
sciences merupakan suatu konsep yang development. Model pengembangan yang
berupaya menghilangkan dikotomi ilmu agama digunakan dalan penelitian ini adalah 4-D
dan ilmu umum dikarenakan keseluruhan ilmu (Four-D Model) yang terdiri dari 4 tahap
bersumber dari Tuhan YME (Nirwana & pengembangan yaitu Define, Design, Develop,
Fitriyana, 2018). Pembelajaran dapat berjalan dan Disseminate (Thiagarajan et al., 1974).
dengan maksimal jika pembelajaran Akan tetapi dalam penelitian ini hanya sampai
didasarkan pada karakteristik ilmu kimia, yaitu tahap develop karena keterbatasan peneliti.
mengajarkan konsep berbasis multilevel Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan
representasi (Aliyah, dkk., 2018). Konsep modul yang berbasis unity of sciences dan
Unity of sciences mampu mengakomordir
multi level representasi pada materi
pencapaian KI-1 sedangkan konsep multilevel kesetimbangan kimia.
representasi bisa mengakomodir KI-3. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 2
Di dalam pembelajaran kimia, peserta Semarang. Subjek penelitian ini adalah peserta
didik kelas XI SMA N 2 Semarang didik kelas XII yang telah mendapatkan materi
menggunakan sumber ajar berupa buku paket
kesetimbangan kimia. Pengambilan data
serta Lembar Kerja (LK) yang disusun oleh dilakukan dengan wawancara, angket,
pengajar. Namun di dalam pembelajaran, dokumentasi, dan tes. Modul divalidasi oleh
sumber ajar yang dominan digunakan adalah validator ahli materi dan media. Peserta didik
Lembar Kerja (LK). Hal itu dikarenakan buku
sebanyak 9 orang juga dimintai respon
paket merupakan buku pinjaman dari terhadap modul yang dikembangkan.
perpustakaan sehingga peserta didik
mendapatkan buku paket yang berbeda Hasil dan Pembahasan
penerbit. Hal tersebut menjadikan guru
kesulitan dalam menyamakan materi ajar Pengembangan modul kimia berbasis
karena buku dengan berbeda penerbit memiliki unity of sciences dan multi level representasi
kedalaman serta konteks yang berbeda. pada materi kesetimbangan diawali dengan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber observasi di SMA N 2 Semarang. Sumber
ajar dan pemenuhan KI 1 serta KI 3 maka belajar yang dominan digunakan dalam proses
perlu dikembangkan suatu sumber ajar yang pembelajarannya adalah LKS. Sumber belajar
mampu mengakomodir permasalahan tersebut. yang digunakan guru dan peserta didik
Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah tersebut baik materi, contoh soal maupun
dengan mengembangkan modul pembelajaran latihan belum berbasis unity of sciences dan
berbasis multilevel representasi dan unity of multi level representasi.
sciences. Mulyasa (2004) menyatakan bahwa Model pengembangan modul yang
modul merupakan bahan belajar mandiri yang digunakan adalah pengembangan menurut
melibatkan serangkaian pembelajaran yang Thiagarajan, et al. (1974) terdiri dari 4 tahap.
disusun secara sistematis agar peserta didik Tahapan awal dalam pengembangan ini adalah
dapat mencapai tujuan dan indikator define. Tahap ini melibatkan 5 langkah yang
pembelajaran. Pengembangan modul sebagai terdiri dari analisis ujung depan (front-end
solusi masalah juga diperkuat berdasarkan analysis), analisis peserta didik (learner
angket yang diberikan, di mana 78,2% peserta analysis), analisis konsep (concept analysis),
analisis tugas (task analysis) dan perumusan

JURNAL THABIEA |72


Farida Septiana Watia, dkk | Pengembangan Modul Kesetimbangan Kimia. . .

tujuan pembelajaran (specifying instructional 80% dengan kategori cukup valid. Dari
objectives). Tahap tersebut sebagai acuan validator 1 terdapat beberapa perbaikan seperti
dasar desain dan pengembangan modul perbaikan pada penulisan wujud materi,
pembelajaran. pemvariasian soal evaluasi, dan perbaikan
Pengembangan modul kimia berbasis kontemplasi kimia-nilai spiritual dengan lebih
unity of sciences dan multi level representasi mengintegrasikan ayat-ayat al-Qur’an pada
pada materi kesetimbangan kimia di awali dari materi kesetimbangan kimia. Kontemplasi
penentuan kebutuhan peserta didik. Sebanyak kimia-nilai spiritual dengan mengintegrasikan
57% peserta didik menyatakan bahwa materi ayat-ayat Al-Qur’an sebagai aspek unity of
kesetimbangan dianggap sulit. Pada tahap sciences ditujukan agar peserta didik lebih
define, dirumuskan solusi pengembangan jelas mengetahui bagaimana terjadinya
modul sebagai sumber belajar mandiri fenomena kesetimbangan oksigen di dalam
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. darah. Apabila langsung bersumber dari ayat-
Hal ini sesuai dengan pernyataan Daryanto ayat Allah (ayatisasi), maka dirasa sulit bagi
(2013) yang menyebutkan bahwa salah satu peserta didik untuk mengkonstruk konsep.
bahan ajar yang dikemas secara utuh dan Fanani (2015) menyatakan kontemplasi kimia-
sistematis, yang di dalamnya memuat islam yang mengintegrasikan ayat-ayat Allah
seperangkat pengalaman belajar yang dapat membangun ilmu pengetahuan baru
terencana dan didesain untuk membantu yang didasarkan pada kesadaran kesatuan ilmu
peserta didik menguasai tujuan belajar yang yang kesemuanya bersumber dari ayat-ayat
spesifik merupakan modul pembelajaran. Andi Allah.
(2011) juga mengatakan bahwa pengembangan Validasi oleh validator 2 memperoleh
modul bertujuan agar peserta didik dapat presentase 92% yang termasuk kategori sangat
belajar secara mandiri dalam suatu rangkaian valid. Terdapat saran dari validator untuk
materi. perbaikan, yaitu perbaikan jumlah molekul
Pada tahap design, pemilihan modul dari peruraian gas SO3 menjadi SO2 dan O2,
didasarkan pada analisis kebutuhan peserta dan perbaikan gambar submikroskopik
didik di mana sebanyak 78,2% memiliki gaya perubahan tekanan dan volume. Validator 3
belajar visual. Pada tahap develop dilakukan memberikan presentase kelayakan modul
validasi oleh ahli materi dan media untuk sebesar 90% kategori sangat valid.
menghasilkan modul yang layak dalam proses Berdasarkan presentase kelayakan yang
pembelajaran. Adapun grafik hasil kualitas diperoleh dari validator materi, modul yang
modul pembelajaran berdasarkan ahli materi dikembangkan sudah memenuhi kriteria baik
dapat dilihat pada Gambar 1. dari aspek kelayakan isi, aspek kebahasaan,
aspek teknik penyajian, aspek unity of sciences
maupun aspek multi level representasi kimia.
Hasil presentase kelayakan modul oleh
ahli media didapatkan presentase kelayakan
88% dengan kategori sangat valid.
Berdasarkan presentase tersebut diketahui
bahwa modul yang dikembangkan sudah
memenuhi aspek kriteria yang ditetapkan
Gambar 1. Skor Validasi Ahli Materi dalam instrumen validasi ahli media baik dari
aspek penyajian modul, aspek kelayakan
Berdasarkan grafik pada Gambar 1 kegrafikan maupun aspek kualitas tampilan.
diketahui bahwa hasil presentase kelayakan Berdasarkan pada penilaian secara keseluruhan
modul oleh ahli materi untuk validator 1 yaitu dari validator ahli media dan materi, dapat

JURNAL THABIEA |73


Farida Septiana Watia, dkk | Pengembangan Modul Kesetimbangan Kimia. . .

disimpulkan modul pembelajaran kimia ini menunjukkan bahwa penyajian materi yang
berbasis unity of sciences dan multi level terdapat dalam modul mudah dipahami peserta
representasi kimia layak digunakan dalam uji didik. Hal itu dikarenakan uraian, contoh dan
coba kelas kecil. latihan soal yang disajikan dalam modul
Setelah dilakukan validasi, modul yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan
dikembangkan diujicobakan pada kelas kecil. terdapat visualisasi berupa gambar-gambar
Peserta didik diminta untuk memberikan sehingga menarik bagi peserta didik.
tanggapan. Hasil penilaian peserta didik Kemudahan peserta didik dalam memahami
terhadap modul dapat dilihat pada Gambar 2. materi dapat dilihat dari kemampuan peserta
didik dalam mengerjakan evaluasi yang
disajikan di dalam modul. Sebagai contoh,
pada soal nomor 2 kemampuan representasi
peserta didik mengalami peningkatan dari
yang semula 12% (pretes) menjadi 77,7%
(postes). Pada soal nomor 2 peserta didik
diminta untuk memilih gambar submikrokopik
ketika larutan NaOH bereaksi dengan HCl.
Untuk mengerjakan soal tersebut peserta didik
Gambar 2. Grafik Tanggapan Peserta Didik
harus mengetahui fenomena makroskopik
yang terjadi dalam larutan terlebih dahulu,
Dari Gambar 2 diketahui bahwa
kemudian menuliskan reaksi yang terjadi.
presentase minat peserta didik terhadap modul
Setelah itu, peserta didik dapat mengerjakan
pembelajaran sebesar 91%. Hal tersebut
aspek submikroskopik hasil reaksi yang terjadi
menunjukkan bahwa peserta didik menyukai
di dalamnya. Peningkatan pemahaman materi
dan tertarik terhadap modul pembelajaran.
sebesar 62,7% menandakan peserta didik
Wardiana (2005) menyatakan bahwa minat
mudah memahami materi yang disajikan
dalam proses belajar mengajar merupakan
dalam modul dan sudah mulai beradaptasi
salah satu faktor yang besar pengaruhnya
dengan bentuk soal dalam modul yang
terhadap prestasi belajar. Peserta didik yang
berbasis multipel representasi.
memiliki minat belajar tinggi akan melakukan
Aspek yang menjadi karakteristik modul
kegiatan lebih banyak dan lebih cepat,
yaitu unity of sciences mendapat nilai rata-rata
dibandingkan dengan peserta didik yang
sebesar 83%. Hasil tersebut menunjukkan
kurang termotivasi dalam belajar.
peserta didik lebih mudah pada materi yang
Peserta didik memberikan penilaian aspek
disajikan dengan konten unity of sciences.
kemandirian belajar pada modul rata-rata
Konten unity of sciences disajikan dengan
sebesar 76%. Hasil tersebut menunjukkan
mengintegrasikan Islam serta
bahwa sebagian besar peserta didik dapat
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-
menggunakan modul dengan mudah dan dapat
hari. Asfiah, Mosik, Purwantoyo (2013)
mempelajarinya dimanapun dan kapanpun.
menyatakan bahwa modul yang disajikan
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil
dengan memberikan contoh yang berkaitan
dari pengembangan modul telah memenuhi
dengan kehidupan sehari-hari, mampu
syarat dari modul yang baik. Menurut Budiono
menjadikan peserta didik mengaitkan materi
& Susanto (2006) modul yang baik adalah
dengan kehidupan nyata dan dapat memotivasi
modul yang dapat digunakan secara mandiri
peserta didik dalam belajar.
oleh peserta didik dalam pembelajaran baik
Aspek multilevel representasi diberikan
tanpa atau dengan bimbingan pendidik.
nilai rata-rata sebesar 84% yang terkategori
Aspek kemudahan dalam memahami
baik. Hasil tersebut menunjukkan sebagian
materi diberikan penilaian sebesar 81%. Hal

JURNAL THABIEA |74


Farida Septiana Watia, dkk | Pengembangan Modul Kesetimbangan Kimia. . .

besar peserta didik paham pada materi yang dkk (2017) yang menyatakan bahwa pada KI 1
dikaitkan dengan tiga level representasi kimia. diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran
Hal tersebut dikarenakan pembahasan materi peserta didik akan kebesaran, kebenaran, dan
dalam modul diawali gambar yang jelas dari kekuasan Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu,
makroskopik direpresentasikan ke peserta didik juga diharapkan agar dapat lebih
submikroskopik dan simbolik. Tasker & menyadari keteraturan dan keterkaitan antara
Dalton (2006) menyatakan bahwa sains dan ayat-ayat al-Qur’an.
pembelajaran kimia umumnya menggunakan Tidak hanya itu saja modul yang
level makroskopik dan level simbolik, dikembangkan meningkatkan kemampuan
sehingga akan terjadi kesalahpahaman dalam multi level representasi peserta didik, sehingga
pembelajaran kimia berasal dari K-3 dalam kurikulum 2013 revisi terwujud.
ketidakmampuan peserta didik untuk Hal ini dibuktikan dari data sebelum
memvisualisasikan struktur dan proses dalam menggunakan modul, kemampuan multilevel
level submikroskopik (tingkat molekul). Jadi, representasi peserta didik 12%, sedangkan
penggunaan ketiga representasi kimia dalam setelah menggunakan modul sebesar 77,7%.
modul sangat membantu peserta didik dalam Peserta didik sudah mulai terbiasa
memahami konsep-konsep kimia yang menggambarkan fenomena makroskopik yang
sebagian besar bersifat abstrak. Pernyataan kemudian direpresentasikan ke dalam level
tersebut dibuktikan ketika peserta didik submikroskopik. Dengan adanya modul ini
mengerjakan soal latihan tetapan peserta didik dapat belajar secara mandiri.
kesetimbangan dalam modul. Mereka mampu Selain memberikan tanggapan pada
merepresentasikan fenomena makroskopik ke modul yang dikembangkan, peserta didik juga
dalam submikroskopik dan simbolik. Seperti diberikan tes. Tes dilakukan setelah peserta
contoh soal nomor 3, peserta didik mampu didik menggunakan modul untuk mengukur
menyebutkan manfaat dari gas ammonia, lalu ketercapaian indikator pembelajaran peserta
menggambarkan bentuk molekul zat yang didik pada konsep kesetimbangan kimia. Nilai
bereaksi di dalam kesetimbangan tersebut dan rata-rata hasil tes peserta didik adalah 89,11.
merepresentasikan ke dalam simbolik. Berdasarkan data nilai tes dapat diketahui
Modul kimia berbasis unity of siences dan bahwa indikator pembelajaran pada konsep
multi level representasi kimia yang telah kesetimbangan kimia dapat tercapai dengan
dikembangkan menjadi solusi yang tepat untuk menggunakan modul kimia berbasis unity of
permasalahan yang dihadapi peserta didik. Hal sciences dan multi level representasi kimia
ini dibuktikan ketika proses pembelajaran pada materi kesetimbangan kimia. Untuk
sebelum menggunakan modul, KI 1 belum perbaikan ke depan, soal latihan dalam modul
terwujud. Setelah dilakukan pembelajaran berbasis multi level representasi sebaiknya
menggunakan modul, diketahui KI 1 dapat diperbanyak dan divariasikan. Kegiatan
terwujud. Hal itu dibuktikan dari hasil praktikum juga perlu ditambahkan pada modul
tanggapan peserta didik pada aspek unity of untuk meningkatkan kemampuan multilevel
sciences dengan memperoleh nilai presentase representasi peserta didik. Ktika proses
sebesar 83% dan berkategori kualitas baik. Hal pembelajaran dilakukan, peserta didik perlu
ini juga diperkuat dengan wawancara kepada 9 memahami terlebih dahulu tentang multi level
peserta didik yang mengatakan ketika modul representasi dan unity of sciences. Apabila
dilengkapi dengan aspek unity of sciences peserta didik belum memahami dua hal
membuat peserta didik menjadi semakin taat tersebut, maka akan merasa kesulitan dalam
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan lebih belajar menggunakan modul berbasis unity of
mensyukuri atas nikmat yang diberikan untuk sciences dan multi level representasi.
manusia. Hal ini sependapat dengan Rahmah.,

JURNAL THABIEA |75


Farida Septiana Watia, dkk | Pengembangan Modul Kesetimbangan Kimia. . .

Simpulan Role of Instructor Facilitation in An


Inquiry-Oriented Physical Chemistry
Berdasarkan hasil pengembangan dan uji coba Class. Journal of Chemistry Education
kelas kecil maka dapat ditarik beberapa Research an Practice, 16: 769771.
simpulan. Karakteristik modul yang Berrewinkel, A., Parchmann, I., & Grasel, C.
dikembangkan yaitu modul kimia berbasis 2010. Conceptual Change Texts in
unity of sciences dan multi level representasi Chemistry Teaching: A Study on the
pada materi kesetimbangan. Pada basis unity Particle Model of Matter. International
of sciences digunakan strategi spiritualisasi Journal of Science and Mathematics
ilmu modern, yaitu menghubungkan konsep Education, 9(1): 1235-1259.
kimia dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan fusi Budiono, E. & Susanto, H. 2006. Penyusunan
filosofi serta pengintegrasian nilai-nilai dan Penggunaan Modul Pembelajaran
spiritual yang dapat meningkatkan kompetensi Berdasar Kurikulum Berbasis Kompetensi
inti 1. Sedangkan pada basis multilevel Sub Pokok Bahasan Analisa Kuantitatif
representasi dalam kegiatan pembelajaran Untuk Soal-soal Dinamika Sederhana
terdapat kolom multilevel representasi, yaitu Pada Kelas X Semester I Sma. Jurnal
kegiatan mengkoneksikan level makroskopik, Pend. Fisika Indonesia, 4(20): 79-87.
submikroskopik dan simbolik. Latihan soal Daryanto. 2013. Inovasi Pembelajaran Efektif.
yang digunakan pada modul ini juga berbasis Bandung: Yrma Widya.
multilevel representasi. Tidak hanya itu saja Demircioglu, G., Demircioglu, H., &
pada level makroskopiknya terdapat aplikasi Yadogaroglu, M. 2013. An Investigation
kimia dalam kehidupan sehari-hari, sehingga of Chemistry Student Teachers’
ilmu kimia yang bersifat abstrak lebih mudah Understanding of Chemical Equilibrium.
dipahami oleh peserta didik. Modul kimia International Journal on New Trends in
berbasis unity of sciences dan multi level Education and Their Implication, 4(2):
representasi pada materi kesetimbangan 192-199.
memiliki kualitas sangat baik sebagai bahan Fanani, M. 2015. Paradigma Kesatuan Ilmu
ajar dan dapat dilanjutkan ke tahap Pengetahuan. Semarang: CV. Karya
implementasi kelas besar. Modul ini Abadi Jaya.
dinyatakan sangat valid oleh ahli validasi Imaduddin, M. 2018. Analisis Miskonsepsi
materi dengan presentase sebesar 87,7%. Submikroskopik Konsep Larutan pada
Sementara itu hasil validasi dari ahli media Calon Guru Kimia. EduSains: Jurnal
diperoleh presentase 88% dengan kategori Pendidikan Sains & Matematika, 6(2): 1-
sangat valid. Hasil respon peserta didik 12.
dikategorikan sangat baik dengan skor Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis
90,22%. Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Referensi Nirwana, R.R., & Fitriyana, R. 2018.
Aliyah, A.A., Susilaning, E., Kasmui, Pengembangan Modul Biomolekul dan
Nurchasanah, & Astuti, P. 2018. Desain Metabolisme dengan Paradigma Unity of
Media Peta Konsep Multi Representasi Sciences dan Growth Mindset. Jurnal
pada Materi Buffer dan Hidrolisis. Jurnal Phenomenon, 8(1), 83-100.
Inovasi Pendidikan Kimia, 12(1): 2055- Pemerintah Republik Indonesia. 2003.
2064. Undang-Undang No 20 Tahun 2003
Andi, Prastowo. 2011. Panduan Kreatif tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Membuat Bahan Ajar Inofatif. Sekretaris Negara Republik Indonesia:
Yogyakarta: Diva Press. Jakarta
Asfiah. N, Mosik & Purwantoyo. 2013. Perdana, D. I. (2016). Kurikulum Dan
Pengembangan Modul IPA Terpadu Pendidikan Di Indonesia Proses Mencari
Kontekstual pada Tema Bunyi. Unnes Arah Pendidikan Yang Ideal Di Indonesia
Science Education Journal, 2(1): 188-195. atau Hegemoni Kepentingan Penguasa
Becker, N., Standford, C., Towns, M., & Cole, Semata? Jurnal Pemikiran Sosiologi, 2(1),
R. 2015. Translating Across Macroscopic, 63.
Submicroscopic, and Simbolic Levels: The https://doi.org/10.22146/jps.v2i1.23412.

JURNAL THABIEA |76


Farida Septiana Watia, dkk | Pengembangan Modul Kesetimbangan Kimia. . .

Rahmah, Zainatur, S., Mulyani, S., &


Masyikuri, M. 2017. Pengembangan
Modul Berbasis SETS (Science,
Environment, Technology, Society)
Terintegrasi Nilai Islam di SMAI
Surabaya Pada Materi Ikatan Kimia.
Jurnal Pendidikan. 2(1): 57-56.
Sirhan, G. 2007. Learning Difficulties in
Chemistry: An Overview. Journal of
Turkish Science Education, 4(2): 2-20.
Supena, Ilyas. 2014. Paradigma Unity of
Sciences IAIN Walisongo dalam Tinjauan
Filsafat Ilmu. Semarang: LP2M IAIN
Walisongo.
Taber, K. S., (2002). Alternative Conceptions
In Chemistry: Prevention, Diagnosis And
Cure? London: The Royal Society of
Chemistry.
Tasker, R. & Dalton, R. 2006. Research Into
Practice: Visualization of The Molecular
World Using Animations. Chemistry
Education Research and Practice. 7: 141-
159.
Thiagarajan S., Semmel, D.S., & Semmel, M.I
1974. Instructional Development for
Training Teachers of Exceptional
Children. Bloomington: Indian University.
Wardiana U. 2005. Psikologi Umum. Jakarta:
Bina Ilmu
Wu, H. K., Krjcik, J. S, & Soloway, E. 2001.
Promoting Understanding of Chemical
Representations: Students’ Use of a
Visualization Tool in The Classroom.
Journal of Research in Science Teaching.
38(7): 821824.
Wulandari, C., Susilaning, E., & Kasmui.
(2018). Estimasi Validitas dan Respon
Siswa Terhadap Bahan Ajar Multi
Representasi: Definitif, Makroskopis,
Mikroskopis, Simbolik pada Materi Asam
Basa. Jurnal Phenomenon, 08(2), 165–
174.
Zain, Z., & Vebrianto, R. (2017). Integrasi
Keilmuan Sains Dan Islam Dalam Proses
Pembelajaran Rumpun IPA. Jurnal
Program Studi Pendidikan Kimia, 18–19.

JURNAL THABIEA |77

Anda mungkin juga menyukai