Anda di halaman 1dari 7

Available online at: jurnalfkip.unram.ac.

id

PENGEMBANGAN MODUL TERMOKIMIA BERBASIS MULTI


REPRESENTASI UNTUK MELATIH LITERASI KIMIA MAHASISWA PADA
MATERI TERMOKIMIA
Ika Farida Yuliana 1*, Nikmatin Sholichah 2
12
Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Billfath. Komplek PP. Al Fattah Siman, Sekaran
Lamongan, Jawa Timur, 62261, Indonesia.
* Coressponding Author. E-mail: ikafarida.kimia@gmail.com

Received: 28 Januari 2021 Accepted: 12 Juli 2021 Published: 14 Agustus 2021


doi: 10.29303/cep.v4i2.2454

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas modul matakuliah Kimia Fisika 1 materi
termokimia untuk melatih literasi kimia mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan yang menggunakan model ADDIE (analyze, design, development, implementation dan
evaluation), namun penelitian ini hanya sampai pada tahap development. Pembuatan modul ini
disesuaikan dengan pendekatan intertekstual berbasis multi representasi. Objek dalam penelitian ini
adalah modul berbasis multi representasi pada materi termokimia untuk melatih kemampuan literasi
mahassiwa. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuisioner menggunakan rating scale untuk
skala kelayakan. Skala kelayakan terdiri dari lima aspek, yaitu aspek self instruction, aspek self
contained, aspek stand alone, aspek adaptive, dan aspek user friendly. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan statistik deksriptif kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh hasil
skor rata-rata validitas isi sebesar 4.79 dengan kulaifikasi sangat baik. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar pada materi termokimia berbasis multi representasi memiliki
kualifikasi sangat baik dan bisa digunakan untuk pembelajaran dalam kelas.
Kata Kunci: literasi kimia, multi representasi, modul, termokimia.

Development of Thermochemical Module Based Multi Representation to Train


Students 'Chemical Literation on Thermochemistry
Abstract
This study aims to determine the validity of the thermochemistry subject in Physical Chemistry 1
subject to train students' chemical dynamics. This research is a development research using the
ADDIE model (analysis, design, development, implementation, and evaluation), but this research only
reaches the development stage. The making of this teaching material is adapted to an intertextual
approach based on multiple representations. The object of this research is a thermochemistry module
based on multi-representation to train students' literacy skills. The data was collected by using a
questionnaire method using a rating scale for the feasibility scale. The feasibility scale consists of five
aspects, namely aspects of self-instruction, self contained aspects, stand alone aspects, adaptive
aspects, and user friendly aspects.The data was collected by using a questionnaire method using a
rating scale for the feasibility scale. Based on the result analysis, it was found that the average score
of content validity was 4.79 with very good qualification. Based on these results it can be denied that
the teaching materials on thermochemical materials based on multi-representation have very good
qualifications. Based on these results it can be neglected that the teaching materials on
thermochemical material based on multi-representation have very good qualifications and can be used
for classroom learning.
Keywords: chemical literacy, multi representation, module, thermochemistry.

__________________________________________________________________________________
Chemistry Education Practice, 4(2), 2021 - 180
Yuliana, Sholichah

PENDAHULUAN rendah, yaitu berada di peringkat 10


Literasi merupakan kemampuan individu terbawah. Hasil PISA terakhir yaitu pada
dalam memperoleh, mempelajari dan tahun 2018, Indonesia mendapatkan
menggunakan segala informasi yang berguna peringkat ke 70 dan 78 negara peserta PISA
untuk pengembangan kualitas dan potensi yang dengan skor 396 (OECD, 2019b). Hal ini
dimiliki (Prastiwi et al., 2017). Literasi adalah menunjukkan bahwa kemampuan litetasi
hal yang sangat penting dan harus dikuasa oleh sains khususnya literasi kimia peserta didik
semua peserta didik karena literasi berperan di Indonesia masih sangat rendah dan
sebagai patokan kemajuan masyarakat yang tertinggal jauh dibandingkan negara
mampu berdaya saing dan berpengaruh besar berkembang lain.
terhadap social okonomi.
Penguasaan kemampuan literasi kimia
Literasi juga terdapat dalam bidang
Matematika dan Ilmu pengetahuan alam oleh peserta didik juga dipengaruhi oleh
(MIPA). Literasi dalam MIPA disebut sebagai proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran
literasi sains. Literasi sains adalah kemmapuan yang mampu meningkatkan kemampuan
untuk menghubungkan segala informasi terkait literasi kimia adalah pembelajaran dengan
sains serta gagasan sains sebagai seorang warga penyampaian konsep yang menyeluruh
Negara yang reflektif (Imansari & Sumarni, sesuai dengan karakter ilmu kimia yang
2018). Literasi sains tidak hanya menggunakan berjenjang dan terdiri dari tiga level
konteks pengetahuan tentang konsep atau teori representasi atau biasa disebut multi
sains, tetapi juga mengembangkan kemampuan representasi dalam kimia (Treagust &
prosedur dan praktik umum dalam investigasi Chittleborough, 2001). Pembelajaran di
sains (OECD, 2019a). Literasi sains sebenarnya
kelas menggunakan multi representasi
bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan.
Namun, sejak dua dekade terakhir, literasi sains mampu mendorong pencapaian konsep
menjadi topik utama dalam setiap pembicaraan menyeluruh serta meningkatkan level literasi
mengenai tujuan pendidikan sains di sekolah kimia peseta didik (Yuliana et al., 2015).
(Laksono, 2018). Pembelajaran yang menerapkan multi
Salah satu rumpun ilmu dalam MIPA representasi ini dapat dilakukan dengan
adalah ilmu kimia sehingga Literasi Kimia menggunakan pendekatan intertekstual.
merupakan bagian dari Literasi sains. Literasi Pendekatan intertekstual adalah
kimia mengacu pada kemampuan seseorang pendekatan yang menyajikan berbagai
dalam mendapatkan informasi pengetahuan fenomena kompleks untuk dianalisis
kimia dan memahaminya serta menerapkan keterkaitannya antara satu konsep yang satu
pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-
dengan konsep lainnya (Wang, 2016).
hari. Terdapat tiga aspek utama yaitu memahami
aspek pengetahuan, kesadaran dan penerapan Fenomena kompleks dalam ilmu kimia
kimia dalam kehidupan sehari-hari secara tepat disini dikatakan adalah konsep multi
dan efektif (Wahyuni & Yusmaita, 2020). representasi yang terkandung dalam ilmu
Pembahasan mengenai literasi kimia pun kimia. Multi representasi ini terdisi dari
dilakukan sebagai kontribusi kimia terhadap representasi makroskopik, representasi
literasi sains (Yuliana et al., 2015). mikroskopik dan representasi simbolik.
Literasi sains dan literasi kimia dapat Konsep-konsep dalam kimia memiliki ketiga
diukur dengan Program for International representasi ini. Sehingga pembelajaran
Student Assessment (PISA). PISA dengan pendekatan intertektual akan
merupakan program penilaian yang menghadirkan multi representasi dalam
dilaksanakan oleh Organization for proses penyampaian materinya.
Economic Co-operation and Development Pendekatan intertekstual dalam
(OECD) yang melaksanakan penilaian tiga pembelajaran memerlukan dukungan bahan
tahunan sejak tahun 2000 (Wahyuni & ajar yang mengandung multi representasi
Yusmaita, 2020). Hasil PISA untuk peserta dari suatu konsep (Wu, 2003). Bahan ajar ini
didik di Indonesia selama tujuh kali berupa RPS, RPP, Kontrak kuliah dan
pengukuran menunjukkan hasil yang sangat materi ajar yang bisa berupa buku, modul,

ISSN 2654-8119 (print), ISSN 2656-3940 (online)


Chemistry Education Practice, 4(2), 2021 - 181
Yuliana, Sholichah

LKS maupun slide presentasi. Penggunaan METODE


bahan ajar tersebut sangat berpengaruh Penelitian ini merupakan penelitina
untuk pencapaian tujuan pembelajaran dan pengembangan yang menggunakan model
juga khususnya literasi kimia. pengembangan Analyze, Design, Development,
Ilmu kimia selain mengandung multi Implepentation and Evaluation (ADDIE). Model
representasi juga merupakan ilmu yang ADDIE meripakan proses intruksional yang
meliki konsep yang berjenjang. Konsep sudah umum digunakan dan terdiri dari 5 tahap,
yang berjenjang yaitu konsep yang yaitu tahap analisi, desain, pengembangan,
berkembang dari konsep yang sederhana implementasi dan evaluasi (Cahyadi, 2019).
sampai konsep yang kompleks. Suatu Pemilihan model ADDIE ini didasarkan dengan
pertimbangan bahwa model ini mudah untuk
konsep yang kompleks akan mampu dipejari
dipahami, dikembangkan secara sistematik,
dengan baik jika peserta didik mampu berpijak pada landasan teoritis desain
menguasai konsep yang sederhana terlebih pembeljaran (Triyuni et al., 2019).
dahulu. Pembelajaran konsep-konsep kimia Penggunaan model ADDIE dalam
tidak boleh dilakukan secara verbal saja penelitian ini terbatas sampai tahap
melainkan disertai dengan kegiatan tertentu Development, sehingga kegiatan dalam
seperti melakukan percobaan dan penelitian ini terbagi menajdi tiga tahap, yaitu
menggunakan media/model. Sehingga (1) Tahap analisis, meliputi analsiis kebutuhan,
penggunakan bahan ajar sebagai media analisis karakteristik mahasiswa dan analisis
pembelajaran akan sangat penting untuk materi secara multi representasi; 2) Tahap
mencapai penguasaan konsep yang utuh dan perancangan, meliputi kegiatan merancang
bahan ajar berbasis multi representasi yang
menyeluruh.
disesuaikan dengan pendekatan intertekstual
Salah satu konsep dasar dalam kimia untuk melatik kemampuan literasi kimia
yang merupakan konsep dasar dan mahasiswa.; dan 3) Tahap pengembangan,
sederhana yang harus dikuasai dengan baik meliputi proses pengembahan bahan ajar dengan
secara utuh adalah materi termokimia. berbagai proses perbaikan, validasi bahan ajar
Termokimia merupakan materi yang yang dikembangkan dan analisis validitas bahan
mengandung multi representasi (Febriyanti ajar.
et al., 2019). Sehingga materi ini harus Objek dalam penelitian ini adalah bahan
diajarkan secara menyeluruh terkait multi ajar berbasi multi representasi dan subjek
representasi untuk mendapatkan pemahaman penelitian adalah para ahli yang melakukan
yang menyeluruh. validasi bahan ajar. Metode pengumpulan adata
yang digunakan adalah metode kuisioner.
Materi termokimia merupakan materi
Instrumen pengumpulan data meliputi lembar
yang diajarkan dalam mata kuliah Kimia penilaian bahan ajar untuk modul materi
Fisika 1 di Universitas Billfath. Berdasarkan Termokimia. Data yang dikumpulkan adalah
hasil studi kasus, materi termokimia data hasil validasi modul dan saran dari para
memiliki hasil belajar yang masih rendah. ahli.
Rendahnya hasil belajar materi termokimia Analisis yang digunakan dalam penelitian
di Kimia Dasar 2 sangat mempengaruhi ini adalah analissi deskriptif kualitatif dan
kemampuan awal mahasiswa untuk kuantitatif. Teknik analisis deskriptif kualitatif
mempelajari materi termokimia lanjutan digunakan untuk mengolah data dari ahli berupa
yang diajarkan dalam mata kuliah Kimia saran dan masukan terhadap perbaikan modul
Fisika1 (Priyasmika & Yuliana, 2019). Oleh termokimia berbasis multi representasi. Analisis
deskriptif kuantitatif digunakan untuk
karenanya perlu dikembangankan bahan ajar
menganalisis data skor skala Likert yang
yang mencakup multi representasi untuk didapatkan dari pemberian kuisioner kepada
mencapai tujuan pembelajaran materi para ahli untuk mengetahu validitas modul
termokimia yaitu penguasaan konsep yang termokimia yang dikembangkan. Validitas yang
menyeluruh dan melatih kemampuan literasi digunakan adalah validitas isi dan bahasa.
kimia mahasiswa. Proses validasi isi dan bahasa
menggunakan lima aspek. Kelima aspek yang

ISSN 2654-8119 (print), ISSN 2656-3940 (online)


Chemistry Education Practice, 4(2), 2021 - 182
Yuliana, Sholichah

dinilai adalah aspek self instruction, aspek self Hasil tersebut menunjukkan modul yang
contained, aspek stand alone, aspek adaptive, dikembangakan dapat digunakan untuk
dan aspek user friendly. Kelima aspek ini yang pembelajaran termokimia pada mata kuliah
dinilai dan dilihat kelayakannya oleh pada ahli. Kimia Fisika 1. Berdasarkan deskripsi hasil
Setelah mendapat validitas baik maka penelitian, pengembangan modul termokimia
modul tersebut dapat digunakan dalam proses berbasis multi representasi pada pembelajaran
pembelajaran di kelas. Pedoman klasifikasi dengan pendekatan intertekstual dilakukan
validitas modul dapat diamati pada Tabel 1. dengan model ADDIE. Tahap Implementation
dan Evaluation tidak dilakuan pada penelitian
Tabel 1. Pedoman Klasifikasi Validitas
ini sehingga penelitian ini berhenti hanya sampai
No. Rentang Skor Klasifikasi pada hasil kelayakan modul termokimia berbasis
1. X > 4,2 Sangat baik multi representasi yang dikembangkan.
2. 3,4 < X ≤ 4,2 Baik Pada tahap awal yaitu tahap Analyze,
3. 2,6 < X ≤ 3,4 Cukup peneliti melakukan analisis mendalam mengenai
4. 1,8 < X ≤ 2,6 Kurang
karakteristik mahasiswa dan juga karakterik
5. X ≤ 1,8 Sangat kurang
materi. Karakter mahasiswa akan menunjang
bentuk dari modul yang dikembangkan dengan
Data skor skala Likert yang telah upaya untuk memudahkan penggunaan bagi
diperoleh dari para ahli kemudian diolah dan mahasiswa. Sedangkan analisis materi
dianalisis untuk mendapatkan rentang skor mencakup analisis kedalaman dan keluasan
seperti pada Tabel 1. Setelah skor didapatkan materi secara multi representasi. Hal ini
maka dilakukan klasifiaksi mengenai kelayakan dilakukan dengan tujuan modul yang
modul termokimia berbasis multi representasi. dikemabngakan benar-menar mencakup tiga
Klasifikasi juga berdarkan pedoman klasifikasi level representasi sehingga bisa mencapai tujuan
validitas yang terdapat pada Tabel 1. pembelajaran secara menyeluruh dan sekaligus
HASIL DAN PEMBAHASAN melatih kemampuan literasi mahasiswa.
Multi representasi dalam materi kimia ini
Hasil dari penelitian ini adalah modul tampak pada ketiga konsep utama dalam
termokimia berbasis multi representasi untuk termokimia yaitu rekasi eksoterm, rekasi
melatik kemampuan literasi kimia mahassiwa. endoterm dan perubahan entalpi (Febriyanti et
Modul ini divalidasi oleh 3 orang dosen kimia al., 2019). Level representasi makroskopik
Universitas Billfath. Data hasil validasi muncul dalam bentuk fenomena yang terjadi
kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas saat terjadi rekasi eksoterm dan endoterm.
modul yang dikembangkan. Analisis dilakukan Contohnya adalah konsep pembakaran gar C2H2
dengan menghitung skor yang sudah diperoleh , Ca(OH)2, serta pembentukan AL2O3. Pada
setelah pemberian nstrument validasi modul level representasi mikroskopik dijelaskan
termikimia kepada para ahli. Hasil validasi dari dengan penjelaskan deskriptif mengani rekasi
masing-masing ahli untuk kelima aspek yang eksoterm dan endoterm yang menunjukkan
divalidasi disajikan dalam tabel berikut. proses terjadinya rekasi dan diikuti dengan
Tabel 2. Hasil Validasi Isi dan Bahasa perubahan energi dan panas. Level yang ketiga
yaitu level simbolik nampak pada penulisan
Skor Rata-
reaksi kimia untuk masing-masing rekasi yang
No. Aspek Ahli Ahli Ahli Rata
1 2 3
terjadi.
Self Hasil analisis karakter mahasiswa
1. 4,68 4,8 4,6 4,69 menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki
Instruction
Self kemampuan awal yang tidak berbeda jauh.
2. 4,88 4,88 4,84 4,87 Kemampuan awal ini diperoleh dari hasil belajar
Contained
3. Stand Alone 4,78 4,93 4,77 4,83 materi Termokimia pada mata kuliah Kimia
4. Adaptive 4,73 4,69 4,65 4,69 Dasar 2. Hasil belajar mahasiswa pada mater
User termokimia di Kimia Dasar 2 masih
5. 4,85 4,90 4,85 4,87
Friendly menunjukkan pemahaman yang kurang karena
Rata-rata skor akhir 4,79 hasil belajarnya masih kurang baik. Nilai hasil
belajar ini diambil dari nilai ujian atau kuis yang
Hasil validasi tersebut menunjukkan skor dilakukan pada setiap konsep dalam kimia Dasar
rata-rata 4,79 dengan klasifikasi sangat baik. 2. Kemampuan awal yang hamper sama inilah

ISSN 2654-8119 (print), ISSN 2656-3940 (online)


Chemistry Education Practice, 4(2), 2021 - 183
Yuliana, Sholichah

yang mendasari bahwa mahasiswa pada mata pembelajaran, kerunutan materi, gambar
kuliah Kimia Fisika 1 konsep Termokimia harus /ilustrasi yang digunakan, kaitan materi dengan
diajarkan dengan pembelajarana yang tugas serta bahasa yang digunakan dalam
menggunakan multi representasi untuk penulisan modul. Aspek ini wajib dinilai untuk
mencapau tujuan pembelajaran yaitu penguasaan mengembangkan modul yang sesuai dengan
konsep yang menyeluruh dan bermakna. Hasil karakter materi serta tujuan dari pembelajaran
dari kedua analisis karakter materi dan karakter yang ingin dicapai. Hasil analisis skor penilaian
mahasiswa inilah yang menjadi dasar untuk yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan
ketahap selanjutnya yaitu tahap design. raya-rata skor 4,69 untuk aspek self instruction.
Pada tahap design, peneliti Menyusun Hal ini menunjukkna bahwa klasifikasi modul
modul berdasarkan hasil analisis kebuituhan pada aspek ini sangat baik.
yang telah dilakukan. Modul dikembangkan Aspek self contained meliputi kesesuaian
dengan mempertimbangkan kemampuan awal materi dengan kurikulum, RPS serta kontrak
mahasiswa dan juga isi dari materi termokimia. kuliah yang dikembangkan. Isi dari modul tidak
Modul yang disusun harus mengandung konsep boleh keluar dari RPS. Aspek ini terfokus pada
dengan menampilkan multi representasi pada isi dari modul yang dikembangkan apakah sudah
setiap konsep yang ada. Penyajian materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang ingin
berdasar multi representasi ini sesuai dengan dilakukan. Selanjutnya aspek stand alone ini
karakter pada materi dan juga sesuai denga terfokus pada bisa tidaknya modul ini dipelajari
tujuan yang ingin dicapai. Penyampaian materi secara mandiri tanpa bantuan modul atau media
menggunakan multi representasi akan mampu lain. Kemandirian dalam penggunaan modul
melatih kemampuan literasi kimia siswa termokimia ini menunjukkan kedalaman,
dikarenakan penyampaian secara multi keluasan serta kelengkapan konsep yang
representasi akan menampilkan beberapa level disajikan pada materi termokimia. Jika modul
representasi untuk membangun pengetahuan sudah lengkap maka penggunaan media
yang menyeluruh. Pada tahap ini juga dilakukan pembelajaran lain hanya sebagai media
diskusi sesama rekan sejawat dosen kimia dan pelengkap untuk mempermudah penyampaian.
ahli. Proses validasi ini berada pada tahap Hasil analisis uji validitas aspek ini menunjukan
development. Selanjutnya, hasil penyusunaan skor 4,87 dengan klasifikasi sangat baik.
modul akan dilakukan proses validasi. Pada aspek adaptive, penilaian terfokus
Pada tahap pengembangan (development), pada kebaharuan materi dalam modul yang
peneliti melakukan proses pengembangan dikembangkan. Contoh kasus maupun cakupan
disesuaikan dengan hasil analisis dan materi tidak boleh tertinggal dengan
penyusunan pada tahap sebelumnya yaitu tahap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
analyze dan tahap design. Pengembangan modul Aspek ini focus untuk melihat mengenai sis dari
ini juga melalui berbagai tahap perbaikan. materi apakah sudah sesuai dengan
Beberapa kali perbaikan ini bertujuan untuk perkembangan teknologi saat ini pada materi
memeperoleh modul yang benar-benar layak termokimia. Materi dan contoh yang disajikan
secara isi dan juga secara penggunaan. Setelah terkait fenomena-fenomena yang ada pada
perbaikan dirasa cukup maka modul segera termokimia harus sesuai dengan perkembangan
dilakukan proses validasi kepada para ahli. konsep yang terbaru sehingga ilmu dan materi
Tahap validasi ini merupakan langkah akhir yang didapatkan oleh mahasiswa merupakan
pada tahap pengembangan. Pada tahap pengetahuan yang mengkuti perkembangan.
pengembangan ini peneliti melakukan uji Hasil uji validitas aspek adaptive menunjukan
validitas yang mencakup validitas isi dan hasil rata-rata 4,83. Rata-rata skor ini masuk
bahasa. Validitas isi dan bahasa terbagi kedalam dalam kategori klasifikasi sangat baik.
lima aspek utama yaitu aspek self instruction, Aspek yang terakhir yaitu aspek user
aspek self contained, aspek stand alone, aspek friendly adalah penilaian terkait masa dan
adaptive, dan aspek user friendly. Kelima aspek tempat penggunaan modul yang dikembangkan.
ini yang dinilai dan dilihat kelayakannya oleh Aspek ini menilai apakah penggunaan modul
pada ahli. termolimia berbasis multi representasi terbatas
Aspek self instruction merupakan aspek pada waktu dan tempat tertentu ataukah bisa
terkait proses pecapaian tujuan pembelajaran digunakan tanpa batasan waktu dan tempat.
dalam materi termokimia. Pada aspek ini Aspek ini mencakup apakah mahassiwa secara
mencakup kesesuaian isi modul dengan tujuan mandiri bisa menggunakan modul ini sendiri

ISSN 2654-8119 (print), ISSN 2656-3940 (online)


Chemistry Education Practice, 4(2), 2021 - 184
Yuliana, Sholichah

tanpa pendampingan dosen. Aspek ini penting DAFTAR PUSTAKA


apalagi pada kondisi pandemi covid-19. Pada
Cahyadi, R. A. H. (2019). Pengembangan Bahan
kondisi pandemic, pembelajaran secara umum
Ajar Berbasis ADDIE Model. Halaqa:
dilakukan secara daring, sehingga kondisi
Islamic Education Journal, 3(1), 35–42.
tersebut mengahruskan penggunaan modul
Febriyanti, F., Wiji, W., & Widhiyanti, T.
secara mandiri oleh mahasiswa tanpa bertemu
(2019). Thermochemistry multiple
langsung di kelas dengan dosennya. Jika modul
representation analysis for developing
bisa digunakan dengan baik secara mandiri oleh
intertextual learning strategy based on
mahasiswa dimana saja dan kapan saja, maka
predict observe explain (POE). Journal of
modul tersebut dikatakan layak untuk aspek user
Physics: Conference Series, 1157(4),
friendly. Hasil uji kelayakan menunjukan rata-
42042.
rata skor untuk aspek ini adalah 4,87. Skor ini
Imansari, M., & Sumarni, W. (2018). Analisis
menunjukkan klasifikasi sangat baik untuk
Literasi Kimia Peserta Didik Melalui
modul termokimia berbasis multi representasi.
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Total skor rata-rata untuk masing-masing
Bermuatan Etnosains. Jurnal Inovasi
aspek menunjukkan klasifikasi sangat baik
Pendidikan Kimia, 12(2).
dengan skor 4,79. Hal ini menunjukkan bahwa
Laksono, P. J. (2018). Studi Kemampuan
semua aspek yang dinilai dalam modul sudah
Literasi Kimia Mahasiswa Pendidikan
layak sehingga modul bisa segera digunakan dan
Kimia pada Materi Pengelolaan Limbah.
disebarkan kepada mahasiswa untuk proses
Orbital: Jurnal Pendidikan Kimia, 2(1), 1–
pembelajaran dengan pendekatan intertekstual di
12.
Kimia Fisika 1.
OECD. (2019a). Education at a Glance 2019. In
SIMPULAN Education at a Glance: OECD Indicators.
https://doi.org/10.1787/f8d7880d-en
Modul termokimia berbasis multi
OECD. (2019b). PISA 2018 Assessment and
representasi yang dikembangkan memiliki skor
Analytical Framework. In OECD
penilaian 4,79 dengan kualifiaksi sangat baik.
Publishing.
Oleh karenanya modul ini dapat diigunakan
Prastiwi, C. H. W., Tirtanawati, M. R., Purnama,
untuk menunjang pembelajaran materi
Y. I., & Rahmawati, O. I. (2017).
termokimia menggunakan pendekatan
PEMBERDAYAAN BUDAYA
intertekstual. Penggunaan modul ini diharapkan
LITERASI MENULIS PUISI PADA
mampu mencapai tujuan pembelajaran secara
PESERTA DIDIK SMK NEGERI 1
menyeluruh dan juga sekaligus melatih
KANOR BOJONEGORO. J-ABDIPAMAS
kemampuan literasi kimia mahassiwa.
(Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat),
Penelitian ini hanya sebatas penelitian
1(1), 109–117.
pengembangan sampai pada tahap ketiga di
Priyasmika, R., & Yuliana, I. F. (2019).
model ADDIE yaitu tahap development.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR
Penelitian lanjutan mengenai efektifitas
MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA
penggunaan modul termokimia berbasis multi
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
representasi bisa dilakukan untuk penelitian
INKUIRI TERBIMBING DENGAN
selanjutnya. Penelitian ini bisa dilakukan untuk
PENDEKATAN INTERTEKSTUAL
implementasi dan evaluasi penggunaan modul
PADA MATERI TERMOKIMIA.
didalam proses belajar mengajar dikelas. Selain
Karangan: Jurnal Bidang Kependidikan,
itu, bahan ajar lain yang bisa menunjang proses
Pembelajaran, Dan Pengembangan, 1(02),
pembelajaran juga perlu dikembangkan. Hal ini
146–150.
untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal
Treagust, D. F., & Chittleborough, G. (2001).
dan mahasiswa terlatih untuk melakukan proses
Chemistry: A matter of understanding
literasi.
representations. In Subject-specific
Model pembelajaran juga harus
instructional methods and activities.
disesuaikan untuk mengoptimalkan penggunaan
Emerald Group Publishing Limited.
modul yang sudah dikembangkan. Model
Triyuni, N. N. E., Kusmariyatni, N. N., &
pembelajaran yang digunakan harus sesuai
Margunayasa, I. G. (2019). Pengembangan
dengan karakteristik modul ini dengan
Perangkat Pembelajaran Inkuiri
pendekatan intertekstual.
Terbimbing Berbasis Aktivitas Higher

ISSN 2654-8119 (print), ISSN 2656-3940 (online)


Chemistry Education Practice, 4(2), 2021 - 185
Yuliana, Sholichah

Order Thinking (HOT) Pada Tema 8


Subtema 1 Kelas V SD. Journal of
Education Technology, 3(1), 22–27.
Wahyuni, A., & Yusmaita, E. (2020). Designing
Chemical Literacy Test Instrumentation of
Acid and Base Topic. Edukimia, 2(3), 106–
111.
Wang, W. (2016). Intertextual practices in
academic writing by Chinese ESL students.
Applied Linguistics Review, 7(1), 53–72.
Wu, H. (2003). Linking the microscopic view of
chemistry to real‐life experiences:
Intertextuality in a high‐school science
classroom. Science Education, 87(6), 868–
891.
Yuliana, I. F., Dasna, I. W., & Marfuah, S.
(2015). Pengaruh Inkuiri Terbimbing
dengan Intertekstual terhadap Hasil
Belajar Materi Kesetimbangan Kimia dan
Literasi Kimi Ditinjau dari Kemampuan
Awal. Tesis, Universitas Negeri Malang.

ISSN 2654-8119 (print), ISSN 2656-3940 (online)

Anda mungkin juga menyukai